Deg!Darimana Agnes tahu tentang itu?Wajah Ayesha seketika pucat, dan Hamida menangkap hal itu.“Apa ucapanku benar?” Hamida menatap lekat Ayesha penuh selidik.“Maaf, Tante. Saya lelah sekali. Bisakah tante membiarkam saya beristirahat dulu.”Ayesha segera melangkah melewati Hamida dan masuk ke dalam kamarnya. Buru-buru dia menutup pintu kamar lalu tampak shock hingga bersandar di dinding pintu itu.“Ya Allah, bagaimana juga Hamida mengetahui hal itu?” gumamnya sambil menduga-duga.Ayesha memutuskan untuk menenangkan diri dulu. Jangan sampai terjebak dan harus mengakui semua itu. Hamida pasti akan selalu mencari kesalahannya dan menjadikannya masalah. Apalagi saat ini dia sangat tidak menyukai keputusan tentang pembagian hak waris itu.Dalam istirahatnya, Ayesha tetap juga penasaran bagaimana Hamida mengetahuinya. Dia takut Hamida juga akan mengetahui tentang kenyataan bahwa
Ren tidak suka wanita yang tidak dikenalnya itu ikutan menyindirnya. Dia juga heran bagaimana Ayesha tahu tentang kasusnya?Melihat Ayesha sekali lagi, Ren teringat. Bukankah wanita ini ada di tempat kejadian waktu itu dan malah bersedia menjadi saksi saat petugas bertanya?“Kau—kau?” Ren mencoba memperjelas ingatannya.“Bicara yang jelas, Ren?” Agnes ingin Ren bersikap tegas dan memarahi Ayesha karena sudah merendahkannya.“Kau yang ada di tempat itu?”“Benar! Dan aku kasihan pada wanita yang kau siksa itu. Karenanya, apa salah aku hanya ingin mengunjunginya sekedar memberinya dukungan?” Ayesha mencoba mengubah kecurigaan mereka dengan alasan itu.Dengan pernyataan itu, Ayesha akan membuat mereka berfikir bahwa dia dan Lily tidak ada hubungan selain sekedar rasa kemanusiaan.“Lagi pula, kenapa memangnya kalau aku punya hubungan dengan wanita itu? Kau juga p
Karena takut istrinya lelah, Hilbram meminta Rahman memesankan kamar hotel untuk Ayesha.Ada sedikit pembahasan yang begitu membuat lelah. Kontrak kerjasama yang sebenarnya tidak begitu menguntungkan perusahaan namun harus tetap diambil karena kebijakan pemerintah. Sementara beberapa hal yang tidak diinginkan kedua belah pihak menjadi perbincangan yang panjang.Hilbram akhirnya lega bisa mengakhiri pembicaraan malam itu dengan keputusan yang diambilnya.Dia mengambil sedikit waktu berbincang santai sebentar dengan Rahman dan direkturnya yang ikut serta rapat—karena tidak ingin suasana tegang saat perbincangan tadi, membuatnya menemui Ayesha dengan wajah dipenuhi emosi.“Nyonya sudah ada di president suit, Tuan!” Rahman menyampaikan ketika mengetahui Hilbram sudah berjingkat dari kursinya.“Terima kasih, Rahman!”Hilbram bangkit dan berjalan meninggalkan obrolan mereka, Setyo—direktur itu masih berbincang d
David memperhatikan surat perjanjian itu lagi dan baru mengetahui bahwa keponakannya itu ternyata hanya terlibat pernikahan kontrak saja. Padahal dia mengira selama ini pria kaya raya itu sangat mencintai keponakannya. Dia berpikir harus melakukan apa dengan hal ini. Biasanya otaknya langsung bisa memikirkan cara agar bisa memanfaatkan keadaan. “Tidak kasihan kamu sama keponakanmu itu?” ujar Rachel yang baru keluar dari kamar mandi, mengusap rambut basahnya dengan handuk. Aroma segar sampo masih menguar dari rambutnya. Mereka memang selalu seperti itu. Sekarang bertengkar, malamnya tidur bareng lagi, paginya terlihat sumringah, sorenya bisa cekcok kembali. Dan begitulah seterusnya. “Tahu tidak, ayahnya dulu yang menghabiskan ladang dan ternak bapakku untuk pendidikannya. Sementara untukku--apa ada sepeserpun uang yang diwariskan?” David kesal dengan almarhum ayah Ayesha yang menjadi anak kebanggaan orang tuanya, sementara dirinya disia-siakan. “Sekarang, anaknya itu harus peng
Keesoka harinya, David datang lagi. Dia sudah bersiap meletakan kamera di suatu tempat tersembunyi. Lalu memencet bel agar satpam keluar membukakannya pagar. “Tolonglah, Pak! Aku mau menemui keponakanku!” David memelas seraya menangkupkan kedua telapak tangannya. “Jangan bandel jadi orang kamu! Dibilang pergi, pergi!” Satpam itu mengancam David. Sejak kemarin pria itu membuatnya hilang kesabaran. Kemudian menutup gerbang lagi. David berpikir bagaimana bisa membuat keadaan terlihat mengenaskan. Dia berteriak pada satpam itu dan memakinya. Benar saja, satpam itu keluar lagi lalu dengan tidak sabar membentak David agar pergi. “Aku tidak mau pergi!” David bersih kukuh. Akhirnya sang satpam kehilangan kesabaran lalu mendorong keras tubuh David hingga terjerembab. ‘Wuih, hebat! Pasti nanti akan jadi lebih viral kalau ku upload vidio ini!’ batinnya sambil tersenyum licik. ❤️❤️❤️ Hilbram baru menyelesaikan makan malam dan mendapat informasi dari istrinya itu tentang kedatangan pamanny
“Perjanjian apa?”Ayesha berusaha tenang dan mencoba tidak terperdaya oleh David yang setelah ini sudah pasti akan memanfaatkannya. Apalagi setelah tahu tentang perjanjian itu.Darimana dia tahu tentang perjanjian itu?Oh, jangan-jangan dia melihat surat perjanjian yang disimpan Ayesha di rumahnya.Dulu, saat awal-awal mereka menikah dan cinta belum tumbuh di hatinya, Ayesha sangat tidak percaya dengan pernikahan itu. Akhirnya memutuskan menyimpan salinan surat perjanjian itu di rumahnya sebagai jaga-jaga.Namun setelah dia mulai percaya pada Hilbram dan jatuh cinta padanya, Ayesha tidak pedulikan surat perjanjian itu lagi.David pasti menemukannya saat berberes, karena barang-barangnya harus dikeluarkan ketika berencana menjual rumah Ayesha.“Jangan pura-pura tidak tahu, aku menyimpan surat perjanjian itu!” David menelisik raut keponakannya yang tegang itu.“Apa sih mau Paman?” Ayesha menyerah dan akhirnya menanyakan maksud pria itu membahas tentang surat perjanjian.“Bagaimana kau
Sedang asyik berjalan-jalan di mall dengan gaya bak anak muda, David menebar pesona ke setiap wanita-wanita yang melintas.Dia benar-benar merasa hidupnya selalu dihinggapi dewi keberuntungan akhir-akhir ini. Tidak perlu sibuk memikirkan bekerja, tapi uangnya mengalir terus. Ada mesin ATM-nya yang bisa dmintai kapanpun dia mau.Meski keras kepala seperti sang ayah, David selalu bisa saja membuat Ayesha menggelontorkan uang padanya.Tidak sia-sia kan dia menjualnya ke rumah bordil waktu itu? Akhirnya dia bertemu orang kaya yang menikahinya. David tertawa sendiri. Dulu, dia merasa menjadi orang yang paling sengsara. Orang tuanya selalu mengabaikannya, bahkan mengusirnya dari rumah hanya karena melakukan kesalahan yang tidak berarti.Merasa begitu tersisih dan menganggap semua ini karena keberadaan sang kakak yang dibangga-banggakan ayahnya itu—kemudian David menjatuhkan keadaan ini karena kesalahan kakaknya—ayah Ayesha.  
“Hahaha!”Suara tawa renyah Hamida mendengar ucapan David yang di luar dugaannya.“Anak itu ada-ada saja, lucu juga ceritanya. Lanjutkan...”Hamida menuangkan minuman lagi ke gelas David, memintanya melanjutkan cerita tentang Ayesha. David merasa tidak ada beban saat menceritakan tentang keponakannya itu.“Itu sebenarnya kesalahan saya, Nyonya. Tolong jangan berpikiran buruk tentang Ayesha.” David menyelipkan keseriusannya meski melihat Hamida malah tertawa-tawa lepas. Seolah itu bukan hal besar.“Santai, kita bisa mengerti, kok! Aku tahu Ayesha wanita yang baik. Dia juga seorang guru ‘kan?” Hamida mengulas senyumnya.‘Ayo, teruskanlah. Aku harus mendapatkan sesuatu yang mengejutkan lagi!’ Hamida tidak sabar menggiring David. “Dia di tempat bordil pun hanya sebentar, langsung diambil Tuan Hilbram dan dinikahi.”“Hmmm, rasanya tidak mungki