Share

Istri Pelit

Penulis: Kafkaika
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Meski masuk musim hujan, malam ini cuacanya sedang cerah. Mereka bahkan bisa melihat gugusan bintang yang berpijar diantara langit yang menggelap.

“Di gang itu ada banyak penjual jajanan. Kalau Tuan tidak keberatan, aku mau kesana sebentar.” Ayesha meminta pendapat Hilbram. Dan pria itu tidak mempermasalahkannya.

Asal tidak memintanya mengambil bintang di langit saja, Hilbram akan mengiyakan saja apapun keinginannya.

“Kau sering ke tampat ini?” tanya Hilbram saat keduanya sudah duduk di kursi besi sambil menikmati kacang rebus.

“Dulu, waktu masih kecil ibuku sering mengajakku serta saat acara  pelatihan sekolahnya di sekitar sini. Ayahku jarang pulang jadinya tidak mungkin meninggalkanku sendiri di rumah.”

“Oh, jadi ibumu juga seorang guru?”

Ayesha mengangguk. Dari ibunya-lah cita-cita menjadi guru terbit.    

Tiba-tiba seseorang datang menawarkan minuman  hangat

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Hingga Lemas

    “Tuan???”Ayesha mencengkeram kain sprei menahan buncahan rasa. Merelakan dirinya seperti sebuah hidangan bagi pria ini.Tangan Hilbram nampak tak jemu menyusuri setiap lekuk maha karya Tuhan yang indah itu. Memberikan rangsang disetiap sel syaraf tubuhnya. Hingga mengejang karena kewalahan menampung gelora yang memabukan itu.Ketika penyatuan akhirnya terjadi, mata sang wanita terpejam. Bibirnya sedikit terbuka meloloskan desah lembut yang tercipta dengan sendirinya. Membuat tatapan mata pejantan itu semakin ingin menguasainya“Panggil namaku, Sha!”Suara serak itu terdengar seksi di telinga Ayesha. Membuatnya membuka mata dan melihat wajah tampan yang merongrongnya itu. “Tuan?...”“Bram, panggil Bram!” desak Hilbram menggigit lembut cuping Ayesha.Bibir itu tidak juga bersuara, membuat Hilbram harus memaksanya untuk patuh.“Panggil namaku!&r

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Menyiapkan Mental

    Ada notifikasi email dari ponselnya. Ayesha membukanya dan jadi menghela napas panjang.Undangan resmi rapat akhir tahun ajaran bersama pihak yayasan.Jujur, dia baru sekali ini mengikuti rapat bersama pihak yayasan. Tidak tahu seperti apa model rapatnya. Apa saja yang dibicarakan dan hal lainnya.Yang diresahkannya adalah, Belinda memintanya mengakui tentang pembulian anak-anak dikelasnya. Atau, dia akan mempermalukan Ayesha di rapat bersama itu.“Kau terlihat tegang? Apa ada yang mengusikmu?” tanya Hilbram sepagi itu melihat Ayesha sudah rapi. Tapi raut mukanya seolah memikirkan hal berat.Ayesha menggeleng dan mengulas senyum di wajahnya. Pria ini juga sedang sangat sibuk. Dia tidak akan menganggunya.Semalam, dini hari baru pulang. Dan sepagi ini pun sudah bersiap di meja kerjanya karena harus berkordinasi dengan Rahman yang menghandle urusannya di Qatar. Ayesha tidak sampai hati membuatnya lebih repot lagi.&ldq

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Tuduhan Kejam

    “Bu Ayesha izin tidak ikut rombongan bus guru saat pulang acara champ. Pasti kejadian itu setelah acara champ, lihat saja tempatnya di sekitar area champ kita!”Bisik-bisik mulai mendengung dan banyak gumaman yang lain menambah berisik ruangan.Hingga suara Dirga membuka michropon, membuat yang lain terdiam menunggu apa yang akan disampaikannya.“Maaf, bukannya saya tidak menghormati pimpinan rapat. Tapi saya ingin memberikan klarifikasi gambar itu.”Arif yang menjadi pimpinan rapat tidak menolak. Dibiarkannya sang putra menjelaskan apa yang ingin dijelaskannya.“Sebenarnya ini adalah kamera dokumentasi pelaksanaan champ beberapa hari yang lalu. Ketika rombongan pulang, saya masih ada sedikit urusan bersama Tiko dan uwais yang ikut mobil saya. Tidak tahunya dua anak itu malah membidik kameranya pada dua insan yang sedang bucin itu. Bahkan di tempat umum pun mereka masih terlihat bucin dan bermesraan. Sunggu

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Kedatangan Pemilik Yayasan

    Tatapannya tertuju pada wanita yang terisak dengan begitu menyedihkan di tengah forum. Dibanting mentalnya habis-habisan oleh hujatan setiap orang yang merasa tidak pernah melakukan kesalahan dalam hidupnya. Wanita, yang bahkan dia rela memberikan apapun padanya, namun diperlakukan buruk oleh mereka.Hatinya pedih ikut merasakan wanita yang dicintainya terlihat sekacau itu.“Tuan, mari silahkan duduk!”Arif berinisiatif keluar dari tempatnya duduk untuk menyambut Hilbram. Namun tidak digubrisnya. Zain yang mengikuti Hilbram di belakang menahan Arif dan memintanya kembali ke tempat.“Ada apa? Katakan padaku?” tanya Hilbram menyentuh kedua bahu Ayesha dan mengarahkan menghadap padanya. Pria jangkung itu sedikit membungkuk untuk memastikan keadaan Ayesha.Seperti seorang anak yang terluka dan akan bertambah hebat tangisannya bila orangtuanya yang datang menenangkan, kedatangan Hilbram membuatnya justru terisak

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Anting

    “Eh, sebentar. Bagaimana ekspresimu tadi?”Hilbram senang melihat Ayesha yang sekarang tidak lagi menangis. Bahkan sempat menahan senyum sambil menunjukan wajah mencebiknya.“Apa?” Ayesha tidak mengerti.“Coba ulangi wajah mencebikmu tadi!” Lagi perintah Hilbram.Ayesha melirik Hilbram. Ada apa dengannya? Apa dia tidak suka Ayesha mencebik karena mendengarnya memuji diri sendiri?“Kenapa, Tuan?” tanya Ayesha polos.“Heran saja, ada wanita cantik yang mencebik pun masih cantik. Aku jadi curiga, kau pasti bidadari dari surga yang menyamar menjadi manusia.”Dih, pria ini bisa juga menggombal!Pipi Ayesha langsung merona dan menunduk malu. Gemas dengan sikap Ayesha, Hilbram merengkuhnya dan memeluknya erat sambil terkekeh.“Tuan, jadi benar Anda adalah cucu mendiang Nyonya Safinah?” Ayesha mengembalikan arah pembicaraan yang hampir teralihkan

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Menginginkan Bulan Madu

    “Setelah ini kita bulan madu, ya?”Bisik Hilbram sambil mengusap punggung polos Ayesha dengan foam lembut di bath tub air hangat.Ayesha menuruti keinginan pria ini untuk mandi bareng. Tapi lihatlah, pria ini hanya bermain-main saja sejak tadi.“Bukankah Tuan bilang sedang sibuk?” Ayesha menoleh kebelakang, wajah pria tampan itu tepat di depan matanya. Ujung hidung mereka saling bersentuhan. Ayesha mengerjap beberapa kali karena masih segan saja mendapat tatapan Hilbram. Padahal posisi mereka sudah sangat intim.“Its okey, aku bisa mengatasinya.” Sembari tersenyum kecil mengetahui Ayesha yang terlihat malu.Hilbram punya asisten yang bisa diandalkan dan beberapa anak buah yang lain. Dia juga manusia biasa yang ingin punya waktu bersama orang yang dicintainya. Hampir 15 tahun mengurus dan membesarkan perusahaan keluarganya, nyaris membuatnya tidak bisa sekedar menikmati hidup.Kakekn

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Putri Keluarga Al Faruq

    Wanita itu melangkah terburu ke sebuah ruangan meski beberapa pegawai mencoba bertanya apa yang bisa mereka bantu.Dia sudah tidak memiliki kesabaran dan mendorong begitu saja daun pintu itu setelah memutar knopnya.“Nyonya Hamidah?”Pria yang sedang mengerjakan beberapa pekerjaan di meja kerjanya tampak terkejut melihat wanita itu tiba-tiba membuka pintu. Saat ini sedang berkacak pinggang di hadapannya.“Ya! Aku sudah mengundangmu beberapa kali ke rumah tapi kau mengabaikanku. Karena itu aku langsung datang kemari!” Hamidah tampak sebal mengatakannya.“Maaf, Nyonya! Saya sedang sangat sibuk akhir-akhir ini.”Pria yang merupakan pengacara itu menatap tajam sekretarisnya yang berdiri di belakang Hamidah dengan serba salah. Karena sudah membuat wanita ini lolos masuk ruangannya tanpa seizin darinya.Akan sangat merepotkan kalau wanita itu sampai membuat masalah di kantornya.“Maaf, Pak Bh

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Mengikuti Suami

    Karena ada urusan penting di Kanada, Hilbram meminta pengertian pada Ayesha untuk mengubah acara liburan mereka yang awalnya akan ke Eropa. Ayesha sama sekali tidak menolak. Dia sudah tahu pria ini sibuk. Lagipula mereka masih punya liburan-liburan lainnya setelah ini.“Rahman keterlaluan! Aku sudah bilang padanya jangan ganggu aku dulu, masih saja memintaku datang!” Hilbram ngedumel setelah menerima panggilan dari Rahman.Baru saja dia lebih dekat dengan Ayesha dan ingin punya waktu liburan bersama. Sudah diganggu saja!“Tidak apa, Mas. Kita bisa ke Eropa lain kali saja. Aku juga ingin tahu negara yang terletak di Amerika Utara itu.” Ayesha melihat raut kecewa dan sebal Hilbram karena harus membatalkan rencana mereka.“Kau...? Kau mau ikut aku ke Kanada?” Hilbram menatap Ayesha utuk memastikan tidak salah dengar. Ayesha berkenan ikut ke Kanada?“Apa aku akan menganggu?”“Oh, sama sekali tidak, Sha! Aku tentu tidak akan keberatan. Aku senang sekali kau mau ikut denganku!” Hilbram

Bab terbaru

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Hadiah Spesial

    “Selamat ulang tahun, Sayang!” bisik Hilbram di telinga Ayesha yang semalaman terlelap manja dalam dekapannya itu. Mata itu terbuka perlahan. Melihat suaminya sudah nampak berseri dia hanya menunduk malu. Rona pipinya jadi kemerahan. “Kenapa? Kau tidak suka hadiahku semalam?” Hilbram mengelus pipi yang kemerahan itu. “Hadiah yang mana?” Otak Ayesha sudah blank saja sepagi ini. “Hmm?” Hilbram menatapnya heran, apa sudah lupa hadiah yang diberikannya? Apa maksud Ayesha menanyakan hadiah yang mana? Hilbram jadi menahan senyumnya. “O-oh, suka, kok, Mas. Terima kasih!” dengan cepat Ayesha menjawab. Dia akan bertambah malu kalau saja sampai ketahuan memikirkan hadiah satunya lagi. Mudah-mudahan Hilbram tidak memahami maksudnya. “Terima kasihnya untuk hadiah yang mana?” Hilbram malah menggodanya. Ayesha mencebik sebal dan membuat Hilbram terkekeh. Apa pria ini benar-benar ingin membuatnya malu habis? “Benar ‘kan kata orang, setelah mengalami pertengkaran dan masalah, membuat hubung

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Memohon Pengertian

    Saat Hilbram meraih jemari itu dan menciuminya, Ayesha baru tersadar seharusnya menarik tangannya dari suaminya itu. Dia masih bingung dengan dirinya sendiri, sementara Hilbram terus berusaha memepetnya.“Sebelum meninggal, Kakek benar-benar memohon padaku agar menjaga dan menyelamatkan anak-anaknya. Aku terlibat janji yang tidak bisa aku ingkari—pada pria yang sudah memberikan hidup dan segalanya padaku. Aku harap kau bisa memakluminya, Sha. Setelah ini aku janji hidup dan matiku hanya tentangmu dan anak-anak kita,” ucap Hilbram berharap Ayesha memberinya sedikit pengertiannya.Kata-kata yang ditandaskan Hilbram semakin membuat Ayesha merasa begitu egois. Dia gelisah namun tidak lagi bisa berkutik dengan banyak alasan lagi untuk menghindar.“Kau sudah berjanji untuk tidak meninggalkanku, Sayang. Aku harap kau mengingatnya dengan baik.”Hilbram sungguh tidak sabar dengan keadaan yang bertele-tele ini. Dia mereng

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Deep Talk

    “Aku baru tahu kalau sering berhubungan bisa membuat persalinan lancar.” Hilbram sepertinya sengaja mengulas perkataan dokter tadi saat mereka sudah di jalan pulang. Ayesha memang pernah membaca hal seperti itu, tapi tidak menyangka kalau dokter tadi menyarankannya begitu. Mana belum-belum dia sudah bilang janji, lagi, akan melakukan saran dokternya. “Itu kalau tidak sungsang, kalau sungsang percuma juga melakukannya!” Ayesha sedikit sebal karena pria ini seolah tampak bersemangat setelah mendengar hal itu. Pasti di kepalanya yang mesum itu sudah membayangkan tidur bersamanya. “Sepertinya kau keberatan kalau lahiran normal? Tidak apa juga sih, kita bisa pindah ke kota untuk proses persalinanmu.” “Enggak begitu, aku justru mau lahiran normal. Adam dulu lahir normal, kalau bisa adiknya juga harusnya lahir normal. Lagian, lahir dengan alami akan baik juga bagi kesehatan bayinya.” Sebenarnya Ayesha menyembunyikan kenyataan kalau dirinya takut jika membayangkan tubuhnya dibedah. Tidak

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Saran Dokter

    Kata-kata Ayesha seperti panah yang menancap tepat di jantung Hilbram. Pria ini sudah dikubangi perasaan yang bersalah sepanjang waktu. Terisak tanpa suara dan menangis tanpa air mata. Menyesap luka-luka batinnya seorang diri. Dan kini, mendengar langsung kekecewaan sang istri, perasaanya laksana kertas yang diremas-remas hingga meski di luruskan lagi bekas itu tetaplah sulit dilenyapkan.Matanya memerah dan dia hanya bisa menunduk sedih. Ingin sekali dia bersimpuh di kaki Ayesha dan bersujud padanya agar wanita itu tahu, dia sungguh merasa bersalah. Hatinya remuk mendengarnya mengalami semua ini.Namun wanita itu sudah bangkit dan terburu meninggalkannya. Sepertinya, Ayesha masih sangat terluka. Hilbram jadi sedih dan cemas menatap pintu kamar itu. Apakah istrinya di dalam sana sedang menangis?Dia jadi merasa kehadirannya sangat tidak ada gunanya.Ayesha berusaha mengontrol dirinya. Dihelanya napas panjang kemudian dia mulai se

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Jadi Gugup

    Mbok Sri masuk untuk mengambilkan minyak dengan aroma eucaliptus. Dia mengatakan Ayesha menyukai aroma itu karena membuatnya merasa tenang dan nyaman.Hilbram mengambil botol minyak itu dan bergegas hendak ke kamar Ayesha. Namun Mbok Sri yang suka bertutur itu merasa harus memberitahunya dulu. “Habis mijit di kaki, biasanya Mbak Ayesha minta diolesi di perutnya. Soalnya kadang suka terasa gatal kalau tidak diolesi minyak,” Mbok Sri memberitahu apa adanya. Mereka suami istri, jadi sekalian agar Hilbram tahu kebiasaan istrinya itu.“Oh, baik, Mbok!”“Tapi ingat, Mas. Tidak boleh dipijit perutnya, hanya di olesi dengan lembut.” Perempuan itu mengingatkan, siapa tahu Hilbram tidak paham bahwa wanita hamil tidak boleh dipijit di bagian perutnya.“Iya, terima kasih atas penjelasannya, Mbok.”“Kalau begitu saya suapi Den Adam dulu ya, Mas. Sekalian mau bilang, ha

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Minta Dipijit

    Adam terlihat senang sekali melihat kambing yang diikat di halaman samping rumah. Anak kecil itu menyodorkan rumput pada moncong kambing itu, yang kemudian segera dilahap kambingnya.Hal seperti itu saja sudah membuat Adam tertawa senang dan heboh sekali. Dia terlihat sangat bahagia apalagi sang papa sudah ada di dekatnya.“Papa, mana Pus?” Adam tiba-tiba menghampiri Hilbram karena teringat kucingnya.Saat pergi bersama kakeknya naik kereta mengelilingi kota Zermatt waktu itu, Adam membawa serta kucingnya. Sayangnya, dia harus meninggalkannya di stasiun Kota Visp ketika terjadi pengejaran. Tidak di sangka, Adam mengingat kucingnya itu lagi. “Oh, nanti kita cari pus lagi, ya?” jawab Hilbram lembut.Hilbram mengangkat Adam dan mendudukannya di pangkuan. Dia rindu sekali dengan putranya itu. diciuminya Adam dan sedikit bercanda dengannya.Bocah itu sudah banyak bicara sekarang. Padahal baru 4 bulan mer

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Tawa Ayesha

    Elyas sudah bersiap di depan rumah untuk di antar Miko ke stasiun kereta terdekat, mengingat sudah memutuskan akan berangkat sendiri dengan kereta api. Dia tidak ingin Miko meninggalkan Ayesha meski sudah ada anak buahnya yang lain berjaga.Adam merajuk pengen ikut, tapi entah apa yang disampikan Miko hingga anak kecil itu tidak lagi merajuk. Kini kembali ke sang mama yang masih berdiri di teras untuk melepas sang ayah.Sayang sekali, tiba-tiba ada tamu tidak di undang yang membuat Elyas tidak bisa segera masuk ke dalam mobil Miko.“Lho, Pak Carik? Ada apa?” sapa Elyas melihat pria yang waktu itu memberitahu ada surat untuknya, kini datang pagi-pagi padanya.“Saya bukan Pak Carik lagi, Pak. Pak Cariknya sudah tidak cuti. Jadi sudah tidak gantin tugas lagi.”Miko yang awalnya tampak awas mulai menatap pria itu sedikit santai. Sepertinya bukan pria yang berbahaya.“Ehem, okelah, Pak Tono mau apa?&rdquo

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Bawaan Orok

    “Anak pintar makan yang banyak, ya!” tutur Ayesha pada Adam agar mau makan dengan lahap.“Ya, Mama...” sahut bocah lucu itu sambil terus mengunyah makanan yang sudah disuapkan ke dalam mulutnya.“Adik makan?” Adam menunjuk-nunjuk perut Ayesha yang membuncit itu, di dalam sana Adam sudah paham bahwa ada mahluk yang akan dipanggilnya adik.“Iya, Adik nanti makan sama Mama. Adam harus makan banyak biar kuat, biar besok bisa jagain adiknya.” Ayesha memberi pengertian pada anaknya yang tidak tahu apa sudah bisa memahaminya atau belum? Usianya baru 2 tahun lebih beberapa bulan. Masih sangat dini seharusnya memiliki seorang adik. Apalagi mengingat rumah tangganya kini mulai retak. Ayesha terkadang sempat berpikir, apakah keputusannya meminta cerai adalah hal yang tepat?Suara mobil terdengar di halaman rumah membuat Adam yang sedang disuapi Ayesha bangkit dan berlari keluar. Ayesha jadi ikut pen

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Membagi Tanggung Jawab

    “Om Bobby, aku pasrahkan perusahaan di Indonesia saat ini atas nama Farin. Itu haknya sebagai cucu keluarga Al Faruq. Tolong jaga untuk keponakan dan tanteku. Aku yakin, Om bisa melakukannya dengan baik," tutur Hilbram di depan para anak dan menantu keluarganya itu.Saat ini, dia akan melepas seluruh tanggung jawab untuk melindungi mereka dengan memberikan kekuasaan sehingga mereka bisa mengatur dan melindungi diri mereka masing-masing.Hilbram harus mengambil langkah ini meski akan keluar dari wasiat kakek neneknya yang menyerahkan sepenuhnya perusahaan Al Faruq atas namanya. Hilbram tidak ingin lagi mengabaikan keluarga kecilnya hanya untuk memenuhi tanggung jawabnya yang lain.“Tentu, Bram. Aku akan berusaha mengelolanya dengan baik.” Bobby menampakan kesanggupannya menerima tanggung jawab yang besar itu dari Hilbram—yang seharusnya semua ini adalah miliknya.“Terima kasih, Bram!” Hamida ber

DMCA.com Protection Status