Meski masuk musim hujan, malam ini cuacanya sedang cerah. Mereka bahkan bisa melihat gugusan bintang yang berpijar diantara langit yang menggelap.
“Di gang itu ada banyak penjual jajanan. Kalau Tuan tidak keberatan, aku mau kesana sebentar.” Ayesha meminta pendapat Hilbram. Dan pria itu tidak mempermasalahkannya.
Asal tidak memintanya mengambil bintang di langit saja, Hilbram akan mengiyakan saja apapun keinginannya.
“Kau sering ke tampat ini?” tanya Hilbram saat keduanya sudah duduk di kursi besi sambil menikmati kacang rebus.
“Dulu, waktu masih kecil ibuku sering mengajakku serta saat acara pelatihan sekolahnya di sekitar sini. Ayahku jarang pulang jadinya tidak mungkin meninggalkanku sendiri di rumah.”
“Oh, jadi ibumu juga seorang guru?”
Ayesha mengangguk. Dari ibunya-lah cita-cita menjadi guru terbit.
Tiba-tiba seseorang datang menawarkan minuman hangat
“Tuan???”Ayesha mencengkeram kain sprei menahan buncahan rasa. Merelakan dirinya seperti sebuah hidangan bagi pria ini.Tangan Hilbram nampak tak jemu menyusuri setiap lekuk maha karya Tuhan yang indah itu. Memberikan rangsang disetiap sel syaraf tubuhnya. Hingga mengejang karena kewalahan menampung gelora yang memabukan itu.Ketika penyatuan akhirnya terjadi, mata sang wanita terpejam. Bibirnya sedikit terbuka meloloskan desah lembut yang tercipta dengan sendirinya. Membuat tatapan mata pejantan itu semakin ingin menguasainya“Panggil namaku, Sha!”Suara serak itu terdengar seksi di telinga Ayesha. Membuatnya membuka mata dan melihat wajah tampan yang merongrongnya itu. “Tuan?...”“Bram, panggil Bram!” desak Hilbram menggigit lembut cuping Ayesha.Bibir itu tidak juga bersuara, membuat Hilbram harus memaksanya untuk patuh.“Panggil namaku!&r
Ada notifikasi email dari ponselnya. Ayesha membukanya dan jadi menghela napas panjang.Undangan resmi rapat akhir tahun ajaran bersama pihak yayasan.Jujur, dia baru sekali ini mengikuti rapat bersama pihak yayasan. Tidak tahu seperti apa model rapatnya. Apa saja yang dibicarakan dan hal lainnya.Yang diresahkannya adalah, Belinda memintanya mengakui tentang pembulian anak-anak dikelasnya. Atau, dia akan mempermalukan Ayesha di rapat bersama itu.“Kau terlihat tegang? Apa ada yang mengusikmu?” tanya Hilbram sepagi itu melihat Ayesha sudah rapi. Tapi raut mukanya seolah memikirkan hal berat.Ayesha menggeleng dan mengulas senyum di wajahnya. Pria ini juga sedang sangat sibuk. Dia tidak akan menganggunya.Semalam, dini hari baru pulang. Dan sepagi ini pun sudah bersiap di meja kerjanya karena harus berkordinasi dengan Rahman yang menghandle urusannya di Qatar. Ayesha tidak sampai hati membuatnya lebih repot lagi.&ldq
“Bu Ayesha izin tidak ikut rombongan bus guru saat pulang acara champ. Pasti kejadian itu setelah acara champ, lihat saja tempatnya di sekitar area champ kita!”Bisik-bisik mulai mendengung dan banyak gumaman yang lain menambah berisik ruangan.Hingga suara Dirga membuka michropon, membuat yang lain terdiam menunggu apa yang akan disampaikannya.“Maaf, bukannya saya tidak menghormati pimpinan rapat. Tapi saya ingin memberikan klarifikasi gambar itu.”Arif yang menjadi pimpinan rapat tidak menolak. Dibiarkannya sang putra menjelaskan apa yang ingin dijelaskannya.“Sebenarnya ini adalah kamera dokumentasi pelaksanaan champ beberapa hari yang lalu. Ketika rombongan pulang, saya masih ada sedikit urusan bersama Tiko dan uwais yang ikut mobil saya. Tidak tahunya dua anak itu malah membidik kameranya pada dua insan yang sedang bucin itu. Bahkan di tempat umum pun mereka masih terlihat bucin dan bermesraan. Sunggu
Tatapannya tertuju pada wanita yang terisak dengan begitu menyedihkan di tengah forum. Dibanting mentalnya habis-habisan oleh hujatan setiap orang yang merasa tidak pernah melakukan kesalahan dalam hidupnya. Wanita, yang bahkan dia rela memberikan apapun padanya, namun diperlakukan buruk oleh mereka.Hatinya pedih ikut merasakan wanita yang dicintainya terlihat sekacau itu.“Tuan, mari silahkan duduk!”Arif berinisiatif keluar dari tempatnya duduk untuk menyambut Hilbram. Namun tidak digubrisnya. Zain yang mengikuti Hilbram di belakang menahan Arif dan memintanya kembali ke tempat.“Ada apa? Katakan padaku?” tanya Hilbram menyentuh kedua bahu Ayesha dan mengarahkan menghadap padanya. Pria jangkung itu sedikit membungkuk untuk memastikan keadaan Ayesha.Seperti seorang anak yang terluka dan akan bertambah hebat tangisannya bila orangtuanya yang datang menenangkan, kedatangan Hilbram membuatnya justru terisak
“Eh, sebentar. Bagaimana ekspresimu tadi?”Hilbram senang melihat Ayesha yang sekarang tidak lagi menangis. Bahkan sempat menahan senyum sambil menunjukan wajah mencebiknya.“Apa?” Ayesha tidak mengerti.“Coba ulangi wajah mencebikmu tadi!” Lagi perintah Hilbram.Ayesha melirik Hilbram. Ada apa dengannya? Apa dia tidak suka Ayesha mencebik karena mendengarnya memuji diri sendiri?“Kenapa, Tuan?” tanya Ayesha polos.“Heran saja, ada wanita cantik yang mencebik pun masih cantik. Aku jadi curiga, kau pasti bidadari dari surga yang menyamar menjadi manusia.”Dih, pria ini bisa juga menggombal!Pipi Ayesha langsung merona dan menunduk malu. Gemas dengan sikap Ayesha, Hilbram merengkuhnya dan memeluknya erat sambil terkekeh.“Tuan, jadi benar Anda adalah cucu mendiang Nyonya Safinah?” Ayesha mengembalikan arah pembicaraan yang hampir teralihkan
“Setelah ini kita bulan madu, ya?”Bisik Hilbram sambil mengusap punggung polos Ayesha dengan foam lembut di bath tub air hangat.Ayesha menuruti keinginan pria ini untuk mandi bareng. Tapi lihatlah, pria ini hanya bermain-main saja sejak tadi.“Bukankah Tuan bilang sedang sibuk?” Ayesha menoleh kebelakang, wajah pria tampan itu tepat di depan matanya. Ujung hidung mereka saling bersentuhan. Ayesha mengerjap beberapa kali karena masih segan saja mendapat tatapan Hilbram. Padahal posisi mereka sudah sangat intim.“Its okey, aku bisa mengatasinya.” Sembari tersenyum kecil mengetahui Ayesha yang terlihat malu.Hilbram punya asisten yang bisa diandalkan dan beberapa anak buah yang lain. Dia juga manusia biasa yang ingin punya waktu bersama orang yang dicintainya. Hampir 15 tahun mengurus dan membesarkan perusahaan keluarganya, nyaris membuatnya tidak bisa sekedar menikmati hidup.Kakekn
Wanita itu melangkah terburu ke sebuah ruangan meski beberapa pegawai mencoba bertanya apa yang bisa mereka bantu.Dia sudah tidak memiliki kesabaran dan mendorong begitu saja daun pintu itu setelah memutar knopnya.“Nyonya Hamidah?”Pria yang sedang mengerjakan beberapa pekerjaan di meja kerjanya tampak terkejut melihat wanita itu tiba-tiba membuka pintu. Saat ini sedang berkacak pinggang di hadapannya.“Ya! Aku sudah mengundangmu beberapa kali ke rumah tapi kau mengabaikanku. Karena itu aku langsung datang kemari!” Hamidah tampak sebal mengatakannya.“Maaf, Nyonya! Saya sedang sangat sibuk akhir-akhir ini.”Pria yang merupakan pengacara itu menatap tajam sekretarisnya yang berdiri di belakang Hamidah dengan serba salah. Karena sudah membuat wanita ini lolos masuk ruangannya tanpa seizin darinya.Akan sangat merepotkan kalau wanita itu sampai membuat masalah di kantornya.“Maaf, Pak Bh
Karena ada urusan penting di Kanada, Hilbram meminta pengertian pada Ayesha untuk mengubah acara liburan mereka yang awalnya akan ke Eropa. Ayesha sama sekali tidak menolak. Dia sudah tahu pria ini sibuk. Lagipula mereka masih punya liburan-liburan lainnya setelah ini.“Rahman keterlaluan! Aku sudah bilang padanya jangan ganggu aku dulu, masih saja memintaku datang!” Hilbram ngedumel setelah menerima panggilan dari Rahman.Baru saja dia lebih dekat dengan Ayesha dan ingin punya waktu liburan bersama. Sudah diganggu saja!“Tidak apa, Mas. Kita bisa ke Eropa lain kali saja. Aku juga ingin tahu negara yang terletak di Amerika Utara itu.” Ayesha melihat raut kecewa dan sebal Hilbram karena harus membatalkan rencana mereka.“Kau...? Kau mau ikut aku ke Kanada?” Hilbram menatap Ayesha utuk memastikan tidak salah dengar. Ayesha berkenan ikut ke Kanada?“Apa aku akan menganggu?”“Oh, sama sekali tidak, Sha! Aku tentu tidak akan keberatan. Aku senang sekali kau mau ikut denganku!” Hilbram