“Eh, sebentar. Bagaimana ekspresimu tadi?”
Hilbram senang melihat Ayesha yang sekarang tidak lagi menangis. Bahkan sempat menahan senyum sambil menunjukan wajah mencebiknya.
“Apa?” Ayesha tidak mengerti.
“Coba ulangi wajah mencebikmu tadi!” Lagi perintah Hilbram.
Ayesha melirik Hilbram. Ada apa dengannya? Apa dia tidak suka Ayesha mencebik karena mendengarnya memuji diri sendiri?
“Kenapa, Tuan?” tanya Ayesha polos.
“Heran saja, ada wanita cantik yang mencebik pun masih cantik. Aku jadi curiga, kau pasti bidadari dari surga yang menyamar menjadi manusia.”
Dih, pria ini bisa juga menggombal!
Pipi Ayesha langsung merona dan menunduk malu. Gemas dengan sikap Ayesha, Hilbram merengkuhnya dan memeluknya erat sambil terkekeh.
“Tuan, jadi benar Anda adalah cucu mendiang Nyonya Safinah?” Ayesha mengembalikan arah pembicaraan yang hampir teralihkan
“Setelah ini kita bulan madu, ya?”Bisik Hilbram sambil mengusap punggung polos Ayesha dengan foam lembut di bath tub air hangat.Ayesha menuruti keinginan pria ini untuk mandi bareng. Tapi lihatlah, pria ini hanya bermain-main saja sejak tadi.“Bukankah Tuan bilang sedang sibuk?” Ayesha menoleh kebelakang, wajah pria tampan itu tepat di depan matanya. Ujung hidung mereka saling bersentuhan. Ayesha mengerjap beberapa kali karena masih segan saja mendapat tatapan Hilbram. Padahal posisi mereka sudah sangat intim.“Its okey, aku bisa mengatasinya.” Sembari tersenyum kecil mengetahui Ayesha yang terlihat malu.Hilbram punya asisten yang bisa diandalkan dan beberapa anak buah yang lain. Dia juga manusia biasa yang ingin punya waktu bersama orang yang dicintainya. Hampir 15 tahun mengurus dan membesarkan perusahaan keluarganya, nyaris membuatnya tidak bisa sekedar menikmati hidup.Kakekn
Wanita itu melangkah terburu ke sebuah ruangan meski beberapa pegawai mencoba bertanya apa yang bisa mereka bantu.Dia sudah tidak memiliki kesabaran dan mendorong begitu saja daun pintu itu setelah memutar knopnya.“Nyonya Hamidah?”Pria yang sedang mengerjakan beberapa pekerjaan di meja kerjanya tampak terkejut melihat wanita itu tiba-tiba membuka pintu. Saat ini sedang berkacak pinggang di hadapannya.“Ya! Aku sudah mengundangmu beberapa kali ke rumah tapi kau mengabaikanku. Karena itu aku langsung datang kemari!” Hamidah tampak sebal mengatakannya.“Maaf, Nyonya! Saya sedang sangat sibuk akhir-akhir ini.”Pria yang merupakan pengacara itu menatap tajam sekretarisnya yang berdiri di belakang Hamidah dengan serba salah. Karena sudah membuat wanita ini lolos masuk ruangannya tanpa seizin darinya.Akan sangat merepotkan kalau wanita itu sampai membuat masalah di kantornya.“Maaf, Pak Bh
Karena ada urusan penting di Kanada, Hilbram meminta pengertian pada Ayesha untuk mengubah acara liburan mereka yang awalnya akan ke Eropa. Ayesha sama sekali tidak menolak. Dia sudah tahu pria ini sibuk. Lagipula mereka masih punya liburan-liburan lainnya setelah ini.“Rahman keterlaluan! Aku sudah bilang padanya jangan ganggu aku dulu, masih saja memintaku datang!” Hilbram ngedumel setelah menerima panggilan dari Rahman.Baru saja dia lebih dekat dengan Ayesha dan ingin punya waktu liburan bersama. Sudah diganggu saja!“Tidak apa, Mas. Kita bisa ke Eropa lain kali saja. Aku juga ingin tahu negara yang terletak di Amerika Utara itu.” Ayesha melihat raut kecewa dan sebal Hilbram karena harus membatalkan rencana mereka.“Kau...? Kau mau ikut aku ke Kanada?” Hilbram menatap Ayesha utuk memastikan tidak salah dengar. Ayesha berkenan ikut ke Kanada?“Apa aku akan menganggu?”“Oh, sama sekali tidak, Sha! Aku tentu tidak akan keberatan. Aku senang sekali kau mau ikut denganku!” Hilbram
Ponsel Hilbram berdering, dan dia mengambil saja tanpa melihat siapa yang memanggilnya.Terdengar suara wanita di sana.“Hallo, Bram?” sapa itu terdengar lembut dan manis.“Siapa ini?” tanya Hilbram dingin. Di sampingnya Ayesha masih terlelap dalam tidurnya.“Haha, masa suara sepupu sendiri tidak tahu kamu?”Hilbram memijit kepalanya karena tidak suka tebak-tebakan.Dia punya dua sepupu perempuan dari dua tantenya, dan sepupu sambung dari pernikahan salah satu tantenya. Sepupu yang mana yang sedang menelponnya?Jujur, dia jarang mengenal mereka dengan baik karena kesibukan. Bertemu pun ketika momen hari besar dan berkumpul di rumah keluarga. Itu hanya sebentar. Kemudian mereka akan kembali ke dunia masing-masing.“Agnes! Waktu kecil kita sering main bareng. Tapi aku sedang menyelesaikan studiku di Australia sekarang,” Agnes menjelaskan dirinya.Hilbram mungkin lupa tentangnya karena hanya beberapa kali saja diajak ke rumah keluarga Al Faruq oleh ibu tirinya itu. Apalagi pria ini sema
Wanita itu kesal dan sebal karena terus saja didesak untuk mau dijodohkan dengan seseorang. Dia punya seorang kekasih dan sedang cinta-cintanya. Namun sang papa mengancam akan memutus keuangannya jika tidak mau melaksanakan keinginan mereka.“Dia itu pria yang dingin dan sama sekali tidak romantis. Beda banget denganmu,” tukas Agnes pada sang pacar. Namun sepertinya wajahnya terlihat santai dan datar.“Aku ini sedang kesusahan, kau malah terlihat tidak perduli? Apa kau mau hubungan kita kandas?”Pria itu hanya nyengir lalu meneguk minuman dari botolnya sampai habis.“Kaya tidak orangnya?”Justru pertanyaan itu yang didengar Agnes. Apa maksudnya?“Ren, kok malah tanya itu?”“Ya ‘kan nanya, kalau orang tuamu sampai pengen jodohin kamu, pasti pria itu kaya raya. Tahu diri lah aku, aku ini cuman mahasiswa gembel yang numpang hidup sama kamu.”“Ren, jangan bicarakan hal itu. Kamu tahu ‘kan, aku tergila-gila sama kamu! Mereka menjodohkanku dengan pria itu untuk mengambil hak waris istri pap
Karena sudah jarang turun hujan, Zain dan beberapa asisten rumah tangga sibuk menyiapkan pesta di halaman saja. Tuan dan Nyonya-nya baru mengabarkan masih dalam perjalanan. Dia berharap semua selesai tepat waktu, dan tamu undangan akan nyaman menikmati apa yang disiapkannya.“Bagaimana dengan kue dan minuman yang lain, Mo?” Zain bertanya pada rekannya itu.“Aku sudah mengkonfirmasinya ke pihak catering, besok pagi-pagi mereka sudah menyiapkannya.” Momo melaporkan.“Bagus, jangan sampai Tuan dan Nyonya komplain dengan kerja kita.” Zain memastikan.Sementara itu seorang satpam menghampiri Zain dan melaporkan bahwa ada seorang wanita yang berkeras ingin menemui Nyonya mereka.Zain berjalan untuk melihat siapa yang datang. Dia terkejut karena tahu siapa wanita itu.“Silahkan duduk, Bu!” Zain mempersilahkan tamu itu. padahal sudah dibilang tadi kalau tuan dan nyonya mereka sedang tidak ada di rumah.Zain ingat, dia kepala sekolah yang selalu menyusahkan Ayesha. Sudah bisa menebak apa tuju
Seorang pengawal menyampaikan pada Zain terkait ada gerakan yang mencurigakan saat terpantau CCTV. Ada wanita yang mengendap-endap memasukan sesuatu ke minuman yang akan disuguhkan pada tuan dan nyonya mereka. Sepertinya targetnya adalah sang nyonya. Karena Ayesha sejak awal memesan minuman tanpa soda. Namun, ternyata sang tuanlah yang meminum dari gelas yang seharusnya disediakan untuk Ayesha. Zain sudah membekuk pelakunya yang tidak lain adalah wanita yang rela sampai menginap di halaman itu. Pasti dia sudah memetakan keadaan sejak kedatangannya. Sehingga tahu pasti minuman yang akan disuguhkan pada Hilbram dan Ayesha. Dia jadi sungguh merasa lalai menjalankan s.o.p tugasnya. Seharusnya dia tidak membiarkan sembarang orang masuk apalagi sampai menginap. Rahman pasti marah besar padanya. “Bagaimana kondisi Tuan Hilbram?” Rahman terlihat cemas saat ditelpon Zain. “Sedang di observasi oleh dokter. Mudah-mudahan tidak ada yang serius, Paman!” Zain melaporkan dengan nada takut.
Mata Hilbram terbuka, menatap seseorang yang bukan istrinya dia berjingkat. “Siapa kau?” “Bram, tenanglah. Kau masih lemah, lebih baik jangan banyak gerak dulu!” Agnes menahan tubuh Hilbram dan memintanya tidur kembali. Bram menolak tangan Agnes dan memintanya menjauhinya. “Apa kau lupa? Aku Agnes, putri Mama Hamida!” Hilbram menatap Agnes dan baru teringat tentang wanita itu. Kalau dia di sini, artinya tantenya itu juga pasti bersamanya. “Mama sedang keluar sebentar.” Agnes menjawab lalu mendekati Hilbram. “Apa yang kau keluhkan?” “Aku bilang jangan sentuh aku!” “Kau ini kenapa sih, Bram? Aku ini sarjana kedokteran, hanya ingin memeriksamu. Ada apa kalau aku menyentuhmu?” Padahal tadi Agnes melihatnya bersama seorang wanita yang memeluknya. Hilbram tidak memperdulikan wanita itu dan sibuk mencari ponselnya. Namun tidak mendapatkannya. Saat itu, Hamida terlihat datang. “Ma, Bram sangat dingin sekali. Aku hanya berusaha membantunya tapi dia langsung marah-marah!” Agnes