Share

Bab 5. Sahabat Ferdinand

last update Last Updated: 2025-02-12 13:35:24

"Siapa dia, Mas?" tanya Airy dengan tatapan menelisik.

"Dia ---" Ferdinand ingin menjawab, namun wanita itu melemparkan pertanyaan kepada Airy.

"Kamu siapa? Kamu membawakan makanan untuk Ferdinand?" tanya wanita itu dengan tatapan sinis.

Airy tersenyum. "Memang apa salahnya, kalau aku membawakan makan siang untuk suamiku?"

Wanita itu melebarkan matanya mendengar penuturan Airy. "Su-suami?!"

Ferdinand meraup kasar wajahnya. Setelahnya, terdengar hembusan napas kasar terdengar dari sela-sela bibirnya. Ia kemudian melirik secara bergantian ke arah Airy dan wanita yang berada satu ruangan dengannya. 

"Oh. Jadi kamu istrinya?" tanya wanita itu kemudian menampilkan sebuah senyuman.

Airy mengangguk. "Iya benar. Saya istrinya Mas Ferdinand."

Wanita itu kemudian menjauh dari Ferdinand, dan berjalan mendekati Airy. Ia mengulurkan tangannya kepada Airy. Airy pun menyambut uluran tangan wanita itu.

"Perkenalkan! Saya Nadine. Sahabat Ferdinand sedari kami masih anak-anak," terang Nadine.

Airy menaikkan kedua alisnya. "Oh. Jadi kamu sahabat suamiku?" 

"Benar, ehm ... Airy. Namamu Airy 'kan?"

"Iya." 

"Ternyata wajah yang alami tidak tertutup make up seperti ini. Cantik sekali," puji Nadine.

Airy mengerutkan kening. "Apa kamu datang waktu pernikahan kami?"

"Iya. Mungkin kamu lupa karena saking banyaknya tamu undangan yang hadir. Akhirnya kita bisa ketemu lagi," tutur Nadine.

Airy memperhatikan raut wajah Nadine secara seksama. Nadine menatap wajah dan penampilan Airy dengan memindai dari atas ke bawah. Tampaknya ada sebuah kecemburuan di hati Nadine.

Walaupun Nadine menunjukkan sikap ramah kepada Airy, namun Airy tahu bahwa apa yang ditunjukkan oleh Nadine hanya pura-pura. Karena Airy dapat melihat dengan jelas sorot mata iri yang terpancar dari Nadine. Entah apa yang membuat Nadine iri kepada Airy.

Airy berdehem sejenak. "Mohon maaf, bukan menyinggung. Kamu ada keperluan apa dengan suamiku?"

Nadine menggeleng. "Tidak ada. Aku hanya ingin mampir. Tidak apa-apa 'kan?"

"Tidak apa-apa." Airy tersenyum tipis.

"Kamu membawakan makan siang untuk suamimu?" Nadine memperhatikan tote bag yang ada di tangan Airy. "Kamu beli, atau pembantu yang memasak?"

"Aku masak sendiri," jawaban Airy.

"Masak sendiri?" Nadine menampilkan raut wajah tidak suka. 

"Airy! Keluarkan semua makanan itu di meja!" perintah Ferdinand.

Airy menoleh ke arah Ferdinand dan mengangguk. "Baik, Mas."

Airy kemudian mengeluarkan semua isi Tote bag yang ia bawa. Makan siang yang khusus untuk Ferdinand, Airy sajikan diatas meja kerja. Sedangkan Nadine yang berdiri di belakang Airy, melirik sinis kepada Airy.

"Aku hanya meminta untuk mengeluarkan semuanya. Setelah itu Aku ingin makan sendiri," ujar Ferdinand.

"Lalu?!" Airy menatap bingung wajah suaminya.

"Aku minta kalian berdua keluar dari ruanganku. Sebentar lagi setelah makan siang, dan aku akan melakukan pertemuan. Jadi, silakan kalian pergi!"

"Padahal istrimu baru saja datang. Kalau aku yang diusir sih, nggak apa-apa. Aku sudah dari dua jam yang lalu di sini. Ups!"

Airy melirik sekilas Nadine yang menutup mulut dengan tangannya berlagak keceplosan berbicara. Airy hanya tersenyum tawar mendengar ucapan Nadine. Entah hubungan antara Ferdinand dan Nadine hanya sekedar sahabat atau lebih, tapi Airy tahu bahwa ada sesuatu yang tidak beres di antara kedua manusia itu.

Ferdinand menatap tajam kepada Nadine. "Aku tidak ingin mengulangi lagi perkataanku tadi. Apa perlu kalian aku panggilkan security untuk mengusir?" 

"Baik, Mas," sahut Airy, "jangan marah. Aku akan pulang."

Nadine memutar bola matanya. "Ya sudah. Aku juga mau pulang. Aku pamit. Permisi."

"Ayo, Airy!" Nadine menggandeng lengan Airy dan keluar bersamaan.

 Airy tidak menolak atau protes lengannya digandeng oleh Nadine. Meskipun Airy tahu bahwa Nadine hanya berpura-pura bersikap baik kepadanya, tapi tetap ia biarkan. Airy ingin tahu sampai batas mana, Nadine mampu menunjukkan jati diri yang sebenarnya.

"Sudah berapa lama kamu berkenalan dengan Ferdinand?" tanya Nadine penasaran.

"Belum terlalu lama," jawab Airy.

"Kok aku nggak tahu, kalau Ferdinand kenal sama kamu?"

Airy tertawa dalam hati. Ia membatin, "memangnya semua orang yang dikenal oleh Ferdinand, kamu juga harus kenal? Siapa sih sebenarnya kamu?"

"Apakah memang biasanya kamu tahu? Kenal dengan siapa saja?" tanya Airy bersikap santai.

Sedari tadi mereka berjalan berdampingan, dengan lengan Airy dipegang oleh Nadine. Nadine melepaskan tangannya dari lengan Airy. Lalu wanita itu melipat tangan di dada.

 "Sejujurnya, siapa saja wanita yang ingin dekat dan menjadi istri Ferdinand, aku mengenal dan aku tahu. Tapi ini dengan kamu, apakah pernikahan kalian diatur oleh kakeknya Ferdinand?"

Airy berdehem. "Maaf. Tapi itu urusan pribadi kami."

"Menikah dengan Ferdinand, adalah suatu keberuntungan bagi siapapun wanita yang menjadi istrinya. Termasuk juga kamu," celetuk Nadine.

Airy mengerutkan keningnya. Beruntung dalam hal apa yang dimaksud oleh Nadine, Airy perlu menanyakan. "Maksudnya beruntung?" 

"Kamu tahu kan, kalau Ferdinand itu kaya raya?" 

Airy menatap sorot mata Nadine. Tatapan Nadine kepada Airy, seolah ingin meremehkan. Airy mengangguk dan tersenyum miris karena Nadine menganggap dirinya matre. 

"Iya aku tahu. Tapi maksud dan tujuan kami menikah bukan karena aku wanita materialistis seperti kebanyakan wanita yang mungkin selalu dekat dengan Ferdinand," sahut Airy.

"Aku bukan bermaksud untuk menuduh kamu menikah Ferdinand karena uang," kilah Nadine.

"Ya ... syukur kalau kamu tidak menuduhku seperti itu." Airy mencoba bersikap tenang dihadapan Nadine.

"Setidaknya ada yang perlu kamu mengerti mengenai Ferdinand. Mungkin kamu akan bahagia bersama Ferdinand. Tapi aku rasa, kamu keberatan dengan satu hal yang diprinsipkan oleh pria itu. Yaitu child free," ujar Nadine.

Airy termangu. "Ferdinand tidak mau punya anak?"

"Loh memangnya kamu nggak tahu? Apa kalian sebelum menikah tidak membahas soal itu? Ferdinand nggak bilang kalau nggak mau punya anak?"

***

"Mas sudah pulang?" Airy menyambut kepulangan Ferdinand dengan penuh kehangatan. 

Ferdinand terlihat letih ketika pulang ke rumah. Ia melonggarkan dasi di lehernya yang terasa mencekik. Dengan hati enggan, ia menyambut uluran tangan Airy yang ingin mencium tangannya. 

"Ada yang ingin aku bicarakan," kata Ferdinand.

"Mau bicara soal apa, Mas?" tanya Airy.

"Ayo ikut aku!" ajak Ferdinand.

Ferdinand berlalu dari hadapan Airy, dan menuju ke ruang kerjanya. Disusul oleh Airy yang mengekor di belakang. Airy penasaran dengan apa yang ingin disampaikan oleh Ferdinand.

Sementara itu, Ferdinand menarik laci meja kerjanya, dan mengambil sebuah amplop coklat dari sana. Ferdinand membuka amplop itu, dan mengambil dokumen yang berada di dalamnya. 

"Baca ini!" perintahnya menyerahkan dokumen itu kepada Airy.

Tanpa bertanya, Airy menerima kertas yang di sodorkan oleh Ferdinand. Barisan tinta hitam yang tercetak di sana, Airy baca dengan teliti. Dada Airy bergemuruh setelah mengetahui isi dokumen yang harus ia tandatangani.

"Apa ini, Mas?" Airy menatap tajam kepada Ferdinand. "Aku harus memberikanmu anak, dan kita bercerai?"

"Karena aku tidak ingin hidup berumah tangga. Jika bukan karena paksaan dari kakekku, aku juga tidak mau menikahi kamu," tukas Ferdinand dengan santai.

"Apa Mas tidak bisa menerima takdir dengan lapang hati saja?"

Ferdinand berdecih. "Itu maunya kamu. Sedangkan aku, tidak." 

"Mas!" Airy menunduk lesu. "Jika seandainya Mas ingin tahu, aku juga terpaksa menikah denganmu."

"Benarkah? Kamu terpaksa?" Ferdinand tersenyum miring. 

"Kalau memang benar kamu terpaksa, bisa kamu jelaskan apa yang menyebabkan kamu mau menikah denganku?" tanya Ferdinand menatap tajam Airy.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Istri Penebus Hutang CEO Dingin    Bab 6. Menolak Perjanjian Kontrak

    Bibir Airy terasa kelu. Bukan ia takut berhadapan dengan Ferdinand. Tapi ia mengingat ucapan Gunawan yang mengingatkannya agar menutup rahasia yang menyebabkan pernikahan antara dirinya dengan Ferdinand harus terjadi. Bahkan dalam waktu yang sangat singkat dan dipaksakan. Melihat Airy yang membisu, membuat Ferdinand menatap remeh istrinya. "Tidak bisa jawab bukan? Itu artinya, kamu memang berniat untuk menguasai seluruh hartaku." "Satu hal yang perlu kamu tahu Airy! Aku telah berkomitmen terhadap diriku sendiri tidak ingin jatuh cinta terhadap siapapun. Bahkan kepadamu istriku sendiri. Jadi, jangan berharap pernikahan kita akan langgeng seperti kebanyakan yang orang lain jalani. Dan ingat! Kamu hanya membutuhkan waktu 2 tahun menjadi istriku. Berikan anakku, dan setelah itu pergilah!" "Jika pernikahan hanya untuk memberikan anak, lalu aku pergi setelah memberikan anakku kepadamu, aku tidak mau. Kita lihat saja nanti. Bagaimana kamu dapat mempertahankan benteng yang kokoh di hatimu?

    Last Updated : 2025-04-11
  • Istri Penebus Hutang CEO Dingin    Bab 7. Menjenguk Wina di Rumah Sakit

    "Aku dengar, kamu sudah menikah?" tanya Wina pada Airy. Airy mengangguk. "Iya. Aku menikah saat Kakak operasi. Maaf karena kalian tidak aku undang di pesta pernikahanku." Setelah satu Minggu Airy menikah, ia kemudian memberitahu kepada Ratih bahwa dirinya telah menikah. Ratih terkejut bukan main, dan mengomel tak karuan karena Airy tak memberitahu mereka sebagai keluarga. Dan kini, atas permintaan dari Ratih, Airy datang melihat keadaan sang kakaknya yang sedang dalam pemulihan pasca operasi. "Nggak apa-apa. Aku senang. Selamat atas pernikahanmu," sahut Wina. "Terima kasih, Kak." Airy tersenyum. Airy membuka Tote bag berisi makanan yang ia bawa dari rumah. Wanita itu menyiapkan meja makan portabel agar memudahkan kakaknya makan. Wina segera memegang sendok dan bersiap untuk menyantap makanan yang dibawakan oleh Airy. "Kamu menikah dengan pria yang kaya raya. Kamu pasti bahagia sekarang," ujar Wina dengan nada datar. Airy tersenyum kecut mendengar ucapan sang kakak. Meskipun bib

    Last Updated : 2025-04-12
  • Istri Penebus Hutang CEO Dingin    Bab 8. Niat Jahat Wina

    "Aku rasanya nggak rela melihat Airy sekarang hidup makmur. Harusnya kan, aku yang berada di posisi itu," keluh Wina mengadu kepada ibunya. Ratih mendesah. "Ya ... mau bagaimana lagi? Coba kalau kamu ada di posisi itu. Ya pasti kamu tidak akan cemburu seperti ini." Wina menatap foto pernikahan Ferdinand dan Airy yang tersebar di media. Dari berita yang tercantum, Wina mengetahui bahwa suami adiknya, adalah pengusaha kaya raya, dan pewaris satu-satunya keluarga Arlyansyah. Ada rasa cemburu yang begitu besar mendera hati Wina. Ia sangat tak suka melihat adiknya menjadi istri pria itu. "Sebenarnya sejak kapan mereka ketemu? Dan akhirnya menikah?" Wina melirik ibunya. Ratih mengangkat kedua bahunya. "Ibu juga kurang tahu. "Tapi Airy bilang, kalau kakek nya Ferdinand yang menjodohkan keduanya. Pak Gunawan suka sama Airy, dan Pak Gunawan itu, adalah bosnya Airy," beritahu Ratih. Wina tersenyum sinis. "Jadi begitu. Seandainya saj

    Last Updated : 2025-04-13
  • Istri Penebus Hutang CEO Dingin    Bab 9. Baku Tembak

    "Kamu sudah memiliki istri sekarang. Jangan pernah kamu biarkan, ada kesempatan untuk orang ketiga masuk ke dalam rumah tangga kalian," ucap Gunawan memperingatkan Ferdinand. Ferdinand berdecak. "Lagi pula, aku juga tidak tertarik dengan wanita. Apalagi selingkuhan. Nadine itu sahabat ku. Tidak mungkin kamu melakukan hal lebih dari sahabat." "Ck! Kamu ini kalau diberitahu, ya," gerutu Gunawan. Gunawan mengajak cucunya untuk masuk ke ruang kerjanya, setelah kedatangan Nadine yang tiba-tiba. Gunawan beralasan sudah kenyang dengan makan malam yang disantap mereka. Lalu, Gunawan menyuruh Airy untuk berbincang sejenak dengan Nadine. Jujur saja, kedatangan Nadine ditengah makan malam bersama dengan kedua cucunya, membuat Gunawan tak nyaman. Pria yang telah berkepala enam namun masih gagah itu, tak pernah suka dengan sosok Nadine. Apalagi menurutnya, Nadine terlihat ingin mencari muka di hadapannya . "Kakek tadi bilang ingin membahas hal pe

    Last Updated : 2025-04-14
  • Istri Penebus Hutang CEO Dingin    Bab 10. Pelukan Hangat Sahabat

    "Kamu bawa dia ke gudang belakang!" perintah Ferdinand kepada Dicky."Baik, Pak Ferdinand." Dicky lalu menarik pria peneror yang datang melepaskan tembakan ke rumah Gunawan. Pria itu ditangkap oleh Ferdinand beberapa menit yang lalu. Setelah baku tembak yang terjadi selama beberapa saat, Ferdinand berhasil melumpuhkan pria yang belum diketahui identitasnya itu."Ferdinand!" Nadine datang dan berlari dari arah belakang, dan menghambur ke pelukan Ferdinand."Tolong aku! Aku takut ..." Nadine gemetar ketakutan setelah berada di pelukan Ferdinand."Kamu baik-baik saja? Apa yang terjadi?" tanya Ferdinand khawatir."Salah satu dari mereka menyekap ku, dan menodongkan pistol ke kepalaku. Aku takut," lirih Nadine.Tangan Ferdinand, perlahan terangkat memeluk Nadine. Pria itu mencoba memberikan ketenangan pada hati sahabatnya. Ketika Nadine tak sengaja melihat airy keluar dari rumah, dengan menuntun Gunawan karena luka di kakinya mengurungkan niatnya melepaskan pelukan Ferdinand."Apakah ada

    Last Updated : 2025-04-15
  • Istri Penebus Hutang CEO Dingin    Bab 1. Operasi

    "Kakakmu mengalami kerusakan yang sudah sangat parah pada ginjalnya," beritahu Dokter Juan.Napas Airy terasa tercekat mendengar penjelasan dari dokter Juan. "Bukannya Kak Wina, rutin cuci darah ya, setiap tiga kali seminggu?""Kakakmu sudah lebih dari 3 bulan tidak melakukan cuci darah rutin seperti sebelumnya," sangkal Dokter Juan."Apa?!" Airy membelalakkan matanya tak percaya."Jika kamu tidak percaya ..." Dokter Juan mengambil buku catatan dan ditunjukkan kepada Airy. "Ini saya ada data-datanya. Kapan jadwal terakhir kakakmu melakukan cuci darah, saya catat di sini."Mata Airy memanas ketika melihat catatan tersebut. Jadwal cuci darah kakaknya, tidak lagi ada setelah tiga bulan terakhir. Kenapa kakak Airy tidak lagi melanjutkan jadwal cuci darah? Ini membuat Airy bingung."Kalau sudah seperti ini, tindakan apa yang dilakukan, Dokter?" tanya Airy."Satu-satunya jalan untuk menyembuhkan kakakmu kembali, adalah melakukan transplantasi ginjal.""Transplantasi ginjal?"Dokter Juan men

    Last Updated : 2025-02-12
  • Istri Penebus Hutang CEO Dingin    Bab 2. Syarat

    "Jadi, kamu ingin meminjam uang kepada saya?" tanya Gunawan---bos Airy."Maaf, Pak Gunawan, kalau saya sudah lancang. Tapi saya saat ini sedang membutuhkan bantuan dari Bapak. Dan saya harap, kiranya Bapak ingin bermurah hati untuk membantu saya," ucap Airy menundukkan kepalanya."Kalau boleh tahu, apa yang membuat kamu memiliki keberanian kepada saya?" tanya Gunawan."Emm ..." Airy menggigit bibirnya. "Kakak saya kondisinya kritis di rumah sakit. Dan dokter menyarankan harus dioperasi. Biaya operasi tersebut memakan biaya 750 juta.""Kakakmu sakit apa?" tanya Gunawan."Gagal ginjal, Pak. Saya mohon bantuannya, Pak. Saya tidak tahu lagi harus meminjam kepada siapa."Airy harap-harap cemas melihat Gunawan yang tetap diam tanpa jawaban. Ia memainkan kesepuluh jarinya dengan dada yang berdebar. Ia memberanikan diri untuk mengajukan pinjaman ke perusahaan setelah mengalami pikiran buntu. Jika seandainya Gunawan menolak memberikan bantuan, Airy tidak tahu harus kemana lagi."Bagaimana, Pak

    Last Updated : 2025-02-12
  • Istri Penebus Hutang CEO Dingin    Bab 3. Terpaksa Menikah

    Airy duduk termenung di depan meja rias dengan gelisah. Ia meremas-remas jarinya untuk meredakan kecemasan. Setelah dua hari dilakukannya operasi transplantasi, ini adalah hari dimana ia akan melepas masa lajangnya. "Sudah dua jam lebih. Apa dia sungguh-sungguh tidak datang?" gumam Airy ketika melihat jam yang tergantung di dinding.Mendesah pelan, Airy beringsut dari duduknya, dan keluar dari kamar tempat ia dirias oleh MUA. Setelah berjalan melewati tangga, Airy menyibak tirai jendela, dan mengintip ke luar. Di sana para tamu undangan menunggu digelarnya acara. "Aku menduga pernikahan tidak akan terjadi," gumam Airy. Jika seandainya benar pernikahan batal, Airy tidak menanggung malu karena tidak ada satupun yang tahu bahwa Airy menikah hari ini. Bahkan, ibu dan kakaknya juga tidak tahu. Jika ada yang harus menanggung malu, Gunawan yang merasakan itu. Sebab pria itulah yang mengadakan pesta pernikahan ini. Airy tak sengaja menatap keberadaan Gunawan. Pria paruh baya berkacamata i

    Last Updated : 2025-02-12

Latest chapter

  • Istri Penebus Hutang CEO Dingin    Bab 10. Pelukan Hangat Sahabat

    "Kamu bawa dia ke gudang belakang!" perintah Ferdinand kepada Dicky."Baik, Pak Ferdinand." Dicky lalu menarik pria peneror yang datang melepaskan tembakan ke rumah Gunawan. Pria itu ditangkap oleh Ferdinand beberapa menit yang lalu. Setelah baku tembak yang terjadi selama beberapa saat, Ferdinand berhasil melumpuhkan pria yang belum diketahui identitasnya itu."Ferdinand!" Nadine datang dan berlari dari arah belakang, dan menghambur ke pelukan Ferdinand."Tolong aku! Aku takut ..." Nadine gemetar ketakutan setelah berada di pelukan Ferdinand."Kamu baik-baik saja? Apa yang terjadi?" tanya Ferdinand khawatir."Salah satu dari mereka menyekap ku, dan menodongkan pistol ke kepalaku. Aku takut," lirih Nadine.Tangan Ferdinand, perlahan terangkat memeluk Nadine. Pria itu mencoba memberikan ketenangan pada hati sahabatnya. Ketika Nadine tak sengaja melihat airy keluar dari rumah, dengan menuntun Gunawan karena luka di kakinya mengurungkan niatnya melepaskan pelukan Ferdinand."Apakah ada

  • Istri Penebus Hutang CEO Dingin    Bab 9. Baku Tembak

    "Kamu sudah memiliki istri sekarang. Jangan pernah kamu biarkan, ada kesempatan untuk orang ketiga masuk ke dalam rumah tangga kalian," ucap Gunawan memperingatkan Ferdinand. Ferdinand berdecak. "Lagi pula, aku juga tidak tertarik dengan wanita. Apalagi selingkuhan. Nadine itu sahabat ku. Tidak mungkin kamu melakukan hal lebih dari sahabat." "Ck! Kamu ini kalau diberitahu, ya," gerutu Gunawan. Gunawan mengajak cucunya untuk masuk ke ruang kerjanya, setelah kedatangan Nadine yang tiba-tiba. Gunawan beralasan sudah kenyang dengan makan malam yang disantap mereka. Lalu, Gunawan menyuruh Airy untuk berbincang sejenak dengan Nadine. Jujur saja, kedatangan Nadine ditengah makan malam bersama dengan kedua cucunya, membuat Gunawan tak nyaman. Pria yang telah berkepala enam namun masih gagah itu, tak pernah suka dengan sosok Nadine. Apalagi menurutnya, Nadine terlihat ingin mencari muka di hadapannya . "Kakek tadi bilang ingin membahas hal pe

  • Istri Penebus Hutang CEO Dingin    Bab 8. Niat Jahat Wina

    "Aku rasanya nggak rela melihat Airy sekarang hidup makmur. Harusnya kan, aku yang berada di posisi itu," keluh Wina mengadu kepada ibunya. Ratih mendesah. "Ya ... mau bagaimana lagi? Coba kalau kamu ada di posisi itu. Ya pasti kamu tidak akan cemburu seperti ini." Wina menatap foto pernikahan Ferdinand dan Airy yang tersebar di media. Dari berita yang tercantum, Wina mengetahui bahwa suami adiknya, adalah pengusaha kaya raya, dan pewaris satu-satunya keluarga Arlyansyah. Ada rasa cemburu yang begitu besar mendera hati Wina. Ia sangat tak suka melihat adiknya menjadi istri pria itu. "Sebenarnya sejak kapan mereka ketemu? Dan akhirnya menikah?" Wina melirik ibunya. Ratih mengangkat kedua bahunya. "Ibu juga kurang tahu. "Tapi Airy bilang, kalau kakek nya Ferdinand yang menjodohkan keduanya. Pak Gunawan suka sama Airy, dan Pak Gunawan itu, adalah bosnya Airy," beritahu Ratih. Wina tersenyum sinis. "Jadi begitu. Seandainya saj

  • Istri Penebus Hutang CEO Dingin    Bab 7. Menjenguk Wina di Rumah Sakit

    "Aku dengar, kamu sudah menikah?" tanya Wina pada Airy. Airy mengangguk. "Iya. Aku menikah saat Kakak operasi. Maaf karena kalian tidak aku undang di pesta pernikahanku." Setelah satu Minggu Airy menikah, ia kemudian memberitahu kepada Ratih bahwa dirinya telah menikah. Ratih terkejut bukan main, dan mengomel tak karuan karena Airy tak memberitahu mereka sebagai keluarga. Dan kini, atas permintaan dari Ratih, Airy datang melihat keadaan sang kakaknya yang sedang dalam pemulihan pasca operasi. "Nggak apa-apa. Aku senang. Selamat atas pernikahanmu," sahut Wina. "Terima kasih, Kak." Airy tersenyum. Airy membuka Tote bag berisi makanan yang ia bawa dari rumah. Wanita itu menyiapkan meja makan portabel agar memudahkan kakaknya makan. Wina segera memegang sendok dan bersiap untuk menyantap makanan yang dibawakan oleh Airy. "Kamu menikah dengan pria yang kaya raya. Kamu pasti bahagia sekarang," ujar Wina dengan nada datar. Airy tersenyum kecut mendengar ucapan sang kakak. Meskipun bib

  • Istri Penebus Hutang CEO Dingin    Bab 6. Menolak Perjanjian Kontrak

    Bibir Airy terasa kelu. Bukan ia takut berhadapan dengan Ferdinand. Tapi ia mengingat ucapan Gunawan yang mengingatkannya agar menutup rahasia yang menyebabkan pernikahan antara dirinya dengan Ferdinand harus terjadi. Bahkan dalam waktu yang sangat singkat dan dipaksakan. Melihat Airy yang membisu, membuat Ferdinand menatap remeh istrinya. "Tidak bisa jawab bukan? Itu artinya, kamu memang berniat untuk menguasai seluruh hartaku." "Satu hal yang perlu kamu tahu Airy! Aku telah berkomitmen terhadap diriku sendiri tidak ingin jatuh cinta terhadap siapapun. Bahkan kepadamu istriku sendiri. Jadi, jangan berharap pernikahan kita akan langgeng seperti kebanyakan yang orang lain jalani. Dan ingat! Kamu hanya membutuhkan waktu 2 tahun menjadi istriku. Berikan anakku, dan setelah itu pergilah!" "Jika pernikahan hanya untuk memberikan anak, lalu aku pergi setelah memberikan anakku kepadamu, aku tidak mau. Kita lihat saja nanti. Bagaimana kamu dapat mempertahankan benteng yang kokoh di hatimu?

  • Istri Penebus Hutang CEO Dingin    Bab 5. Sahabat Ferdinand

    "Siapa dia, Mas?" tanya Airy dengan tatapan menelisik."Dia ---" Ferdinand ingin menjawab, namun wanita itu melemparkan pertanyaan kepada Airy."Kamu siapa? Kamu membawakan makanan untuk Ferdinand?" tanya wanita itu dengan tatapan sinis.Airy tersenyum. "Memang apa salahnya, kalau aku membawakan makan siang untuk suamiku?"Wanita itu melebarkan matanya mendengar penuturan Airy. "Su-suami?!"Ferdinand meraup kasar wajahnya. Setelahnya, terdengar hembusan napas kasar terdengar dari sela-sela bibirnya. Ia kemudian melirik secara bergantian ke arah Airy dan wanita yang berada satu ruangan dengannya. "Oh. Jadi kamu istrinya?" tanya wanita itu kemudian menampilkan sebuah senyuman.Airy mengangguk. "Iya benar. Saya istrinya Mas Ferdinand."Wanita itu kemudian menjauh dari Ferdinand, dan berjalan mendekati Airy. Ia mengulurkan tangannya kepada Airy. Airy pun menyambut uluran tangan wanita itu."Perkenalkan! Saya Nadine. Sahabat Ferdinand sedari kami masih anak-anak," terang Nadine.Airy mena

  • Istri Penebus Hutang CEO Dingin    Bab 4. Hari-hari Menjadi Istri

    "Apa yang sebenarnya yang kamu janjikan kepada kakekku, sehingga kakekku memaksaku untuk menikahi kamu?" Airy terkejut dengan pertanyaan yang keluar dari mulut suaminya. Jujur, ia merasa terhina karena Ferdinand menganggapnya serendah itu. Bukan hanya pria itu yang merasa tertekan dengan pernikahan paksa ini. Tapi Airy juga.Airy menatap netra Ferdinand dengan gugup, namun ia mencoba bersikap tenang. Mengabaikan rasa sakitnya, ia berdehem sejenak sebelum menjawab. "Tidak ada."Ferdinand tersenyum menyeringai. Airy sedikit takut melihat seringai yang ditunjukkan oleh Ferdinand. Ia tahu bahwa, pria itu tidak akan mungkin percaya dengan apa yang ia ucapkan. Peristiwa sebelum terjadinya akad nikah, Airy mendengar dan melihat sikap Ferdinand saat akan menikah dengan wanita asing, yaitu dirinya. Ferdinand dengan lantang mengatakan kepada sang kakek, tidak ingin menikah dengan wanita manapun. Tidak ingin menikah sampai kapanpun. Airy penasaran, apa yang membuat pria itu membenci sebuah ik

  • Istri Penebus Hutang CEO Dingin    Bab 3. Terpaksa Menikah

    Airy duduk termenung di depan meja rias dengan gelisah. Ia meremas-remas jarinya untuk meredakan kecemasan. Setelah dua hari dilakukannya operasi transplantasi, ini adalah hari dimana ia akan melepas masa lajangnya. "Sudah dua jam lebih. Apa dia sungguh-sungguh tidak datang?" gumam Airy ketika melihat jam yang tergantung di dinding.Mendesah pelan, Airy beringsut dari duduknya, dan keluar dari kamar tempat ia dirias oleh MUA. Setelah berjalan melewati tangga, Airy menyibak tirai jendela, dan mengintip ke luar. Di sana para tamu undangan menunggu digelarnya acara. "Aku menduga pernikahan tidak akan terjadi," gumam Airy. Jika seandainya benar pernikahan batal, Airy tidak menanggung malu karena tidak ada satupun yang tahu bahwa Airy menikah hari ini. Bahkan, ibu dan kakaknya juga tidak tahu. Jika ada yang harus menanggung malu, Gunawan yang merasakan itu. Sebab pria itulah yang mengadakan pesta pernikahan ini. Airy tak sengaja menatap keberadaan Gunawan. Pria paruh baya berkacamata i

  • Istri Penebus Hutang CEO Dingin    Bab 2. Syarat

    "Jadi, kamu ingin meminjam uang kepada saya?" tanya Gunawan---bos Airy."Maaf, Pak Gunawan, kalau saya sudah lancang. Tapi saya saat ini sedang membutuhkan bantuan dari Bapak. Dan saya harap, kiranya Bapak ingin bermurah hati untuk membantu saya," ucap Airy menundukkan kepalanya."Kalau boleh tahu, apa yang membuat kamu memiliki keberanian kepada saya?" tanya Gunawan."Emm ..." Airy menggigit bibirnya. "Kakak saya kondisinya kritis di rumah sakit. Dan dokter menyarankan harus dioperasi. Biaya operasi tersebut memakan biaya 750 juta.""Kakakmu sakit apa?" tanya Gunawan."Gagal ginjal, Pak. Saya mohon bantuannya, Pak. Saya tidak tahu lagi harus meminjam kepada siapa."Airy harap-harap cemas melihat Gunawan yang tetap diam tanpa jawaban. Ia memainkan kesepuluh jarinya dengan dada yang berdebar. Ia memberanikan diri untuk mengajukan pinjaman ke perusahaan setelah mengalami pikiran buntu. Jika seandainya Gunawan menolak memberikan bantuan, Airy tidak tahu harus kemana lagi."Bagaimana, Pak

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status