"Nasya sudah saatnya. Oh iya aku membawa salah satu pembantu ku untuk merawat Aysan hari ini, dia akan aman di sini," kata Jaka dengan senyum sementara Nasya dia juga sudah siap dan tersenyum pada Jaka lalu menyambut pembantu yang akan dia percayakan merawat Aysan dalam waktu satu hari ini. Entahlah perasaan Nasya tentu campur aduk tapi bukan saatnya untuk berpikir lebih dalam sekarang. "Baiklah kalau begitu, ayo." Mereka keluar dari apartemen menuju pengadilan berharap bahwa semuanya akan berjalan lancar, "Aku gugup sekali Mas." Nasya yang berusaha untuk menyelaraskan nafasnya karena terlalu grogi. "Semuanya akan berakhir di sini, kamu tenang saja. Anjas pasti akan bercerai dengan mu, aku yakinkan itu. Kita akan bertemu dengan Pak Anton di pengadilan." Mendengarnya Nasya tersenyum mengangguk, dia sedikit lega dengan bagaimana Jaka mencoba untuk menenangkannya. Dan hati ini adalah pertama kali dari sekian lama dia keluar dari apartemen, dia menghirup udara luar yang mungkin sudah be
"Maaf ya Mas, aku nggak bisa berbuat lebih, Mas Jaka dia sudah membayar aku dan aku tidak bisa melakukan banyak hal untuk Mas," ucap anara yang berdiri di samping Anjas, mereka sekarang bersandar di mobil. "Lagi pula kalaupun aku dibayar oleh Mas Jaka untuk melakukan seperti yang sudah kulakukan kepada Mas Anjas, jujur saja itu sama sekali bukan paksaan, dan aku senang karena mas Jaka memberi uang yang banyak untuk itu." Mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Anara, membuat Anjas langsung tertawa kecil dan meremehkan apa yang Anara katakan. Dia bahkan tidak mau menatap ke arah gadis itu dan hanya menatap ke atas ke arah langit yang cerah. Sesekali menggeleng-gelengkan kepala. "Memang itulah tugasmu, kamu tahu kenapa tidak ada yang serius dengan, itu karena kamu terlalu murah, dan akan melakukan apa pun demi uang, tidak ada yang bisa mengelak bahwa kamu itu cantik, tetapi cantik belum tentu pantas untuk dijadikan istri." Anjas yang sekarang memalingkan pandangannya kepada Anara,
"Beri aku waktu Mas." Tatapan yang mengarah keluar ke arah pemandangan kota metropolitan yang terlihat begitu jelas. "Sepertinya aku harus kembali ke desa dan mengatakan semua yang terjadi kepada orang tuaku, mereka pasti sudah tahu semuanya dan terkejut. Aku bahkan belum memberitahu mereka mengenai perceraian yang aku lakukan dengan Anjas, karena mereka pasti akan bertanya kenapa." Jaka yang berdiri di belakangnya menatap Nasya dan tersenyum lalu mendekat ke arahnya, dia berdiri di samping aja tetapi dalam hatinya dia tidak bisa terus menunggu tetapi jika memang harus menunggu apakah itu tidak masalah baginya asalkan Nasya bisa memberikan apa yang diharapkan oleh Jaka. Dia masih menatap wajah Nasya yang terus menetap keluar, lalu jemarinya mengantuk wajahnya Nasya dan mengelus lembut rambut Nasya. "Aku akan memberikan waktu, seberapa banyak waktu pohon akan aku berikan kepada mu Nasya, tetapi tolong jangan terlalu lama, karena aku takut sesuatu mungkin akan terjadi, entahlah aku t
Sebuah ketukan tiga kali dari luar ruangan apartemen dan nasinya langsung berjalan ke arah pintu untuk membuka pintu itu dan pada saat dia berdiri di belakang bingkai pintu dia melihat anara berdiri di hadapan bingkai pintu. Dia tidak menyangka bahwa saat Nasya akan segera kembali ke desa dan bertemu dengan orang tuanya, tiba-tiba saja Anara datang untuk berkunjung kepada Nasya. Dalam beberapa saat mereka diam saja sampai Anara tersenyum kepada Nasya. Tanpa mengatakan apapun dan membalas senyum dari Anara, Nasya langsung memundurkan diri dan mengizinkan Anara untuk masuk ke dalam, dan masuklah Anara ke dalam sana, dia melihat-lihat seisi ruangan dan lagi ada rasa cemburu di dalam hatinya, bahwa Jaka memperlakukan Anara dengan sangat baik, memberikan Nasya semuanya, apartemen yang begitu mewah diberikan kepada Nasya Lalu bagaimana dengan rumah asli milik Jaka, pasti akan sangat mewah. Dia mencoba untuk terlihat tenang tetapi tatapan Nasya yang cukup tajam kepadanya membuat dia tidak
"Aku ingin bertemu dengan Pak Jaka." Seorang wanita dengan pakaian elegan yang seksi berdiri di bagian resepsionis, dia terdengar ingin bertemu dengan Jaka, dia cukup langsing dan tinggi dengan rambut yang bergelombang hingga ke punggung. "Maaf Apa Anda sudah membuat janji dengan Pak Jaka?" "Tidak tapi kamu bisa menghubunginya sekarang dan katakan kepadanya bahwa Aina ingin bertemu dengannya, Aku sudah lama ingin bertemu dengan Pak Jaka tapi tidak ada waktu, katakan padanya aku baru punya waktu sekarang." Senyum tipis terlintas di bibirnya dan pegawai resepsi ini hanya bisa mengangguk dan langsung menghubungi pak Jaka. "Baik Pak akan segera aku beritahu bahwa ... Iya Pak terima kasih." Dia menatap perempuan yang bernama Aina ini, "Silakan langsung saja ke ruangan Pak Jaka." Dia mengangguk dan dengan lembukan elok Dia berjalan di koridor-koridor gedung masuk ke dalam lift dan menjadi pusat perhatian, jarang sekali ada seorang wanita yang terlihat seksi dan elegan juga memiliki ting
"Jadi gimana Nasya, kamu bakal balik ke kota, atau mau tetap di rumah sayang?" Pertanyaan ibunya yang membuat dia berpikir sejenak. "Aku udah ada janji Bu kalau aku bakal balik ke kota, aku juga mau cari pekerjaan di sana, Aysan juga udah bisa jalan, jadi pasti aku bisa bawa di ke tempat kerja." "Wah bagaimana dengan Jaka, apa ada perkembangan sama hubungan kalian, soalnya Jaka terus kirim pesan ke ibu, kalau dia itu pengen kamu cepet-cepet ke kota. Dia juga nanyain kabar kamu dan bagaimana dengan Aysan, sepertinya dia peduli sama kamu, Nak." Nasya tersenyum mendengar apa yang dikatakan oleh ibunya, dia merasa senang dengan dukungan dari keluarga yang dia miliki, tapi menikah setelah mengalami trauma adalah sesuatu yang sulit. Apalagi dia mungkin akan menikah dengan Jaka itu pun karena dia mau membalas jasa Jaka, bukan karena dia betul-betul mencintai Jaka. Nasya merasa pusing kadang jika dia memikirkan hal itu. Bagaimana dia akan menangani masalah hasil dan pikirannya. Tetapi jika
"Aku sudah bicara sama Jaka Tante, dan dia nggak mau sama aku, dia nggak mau dengerin Tante apalagi aku," ucap Aina dengan nada suara yang manja khas gadis kaya yang sekarang sedang berjemur di samping kolam renang bersama dengan ibu Jaka. "Ku Udha berusaha keras buat Jaka mau sama aku tapi nyatanya aku nggak bisa sama dia, ih nyebelin banget dia Tante!" Semakin dia manjakan suaranya dan semakin kesal Ibu Jaka mendengar hal itu, dia bukan kesal karena Aina yang terus bersikap manja, tetapi dia kesal dengan Jaka dan wanita yang bersama Jaka. "Kalau begitu Tante akan coba buat bicara sama dia, atau nggak Tante akan bicara dengan wanita itu, sudah janda juga, dia bahkan udah pernah ternoda di tempat dia mengajar, kamu pernah dengar nggak kasus perempuan janda itu?" Aina tampak mengernyit dan menggelengkan kepala dia tidak pernah mengikuti kasus atau berita yang sedang atau pernah tranding topik, ya tentu saja gadis model yang punya brand kosmetik tidak punya waktu yang memikirkan masal
Ini adalah mimpi buruk bagi Nasya yang terus-menerus terjadi kepada gadis malang ini, dia tidak bisa menahan rasa sakitnya setelah berita semacam itu kemudian pada akhirnya tersebar dia menangis di samping Aysan yang sedang bermain meringkuk dan dia melihat berita itu di layar televisi, bagaimana orang-orang begitu tega kepadanya, bahkan Jaka saat ini tidak berada di rumah, karena dia sedang berada di perusahaannya. Jaka mengetahui masalah ini setelah dia mendapatkan pandangan yang sinis dari karyawannya dan menemukan koran yang menyangkut paut kan nama perusahaan dan kehidupan pribadinya. Ini tidak bisa dibiarkan pasti seseorang bertanggung jawab fal hal ini dan itu harus diketahui oleh Jaka. Pikiran Jaka langsung kepada Aina dan dia melakukan mobil menuju ke rumah Aina. Semua yang ada di koran dibaca oleh setiap orang di kota itu bahkan Anjas yang sedang berada di kantornya dan mengerjakan pekerjaannya membaca berita ini, tidak bisa dia mengabaikan jika itu memang mengenai Nasya,