"Jadi gimana Nasya, kamu bakal balik ke kota, atau mau tetap di rumah sayang?" Pertanyaan ibunya yang membuat dia berpikir sejenak. "Aku udah ada janji Bu kalau aku bakal balik ke kota, aku juga mau cari pekerjaan di sana, Aysan juga udah bisa jalan, jadi pasti aku bisa bawa di ke tempat kerja." "Wah bagaimana dengan Jaka, apa ada perkembangan sama hubungan kalian, soalnya Jaka terus kirim pesan ke ibu, kalau dia itu pengen kamu cepet-cepet ke kota. Dia juga nanyain kabar kamu dan bagaimana dengan Aysan, sepertinya dia peduli sama kamu, Nak." Nasya tersenyum mendengar apa yang dikatakan oleh ibunya, dia merasa senang dengan dukungan dari keluarga yang dia miliki, tapi menikah setelah mengalami trauma adalah sesuatu yang sulit. Apalagi dia mungkin akan menikah dengan Jaka itu pun karena dia mau membalas jasa Jaka, bukan karena dia betul-betul mencintai Jaka. Nasya merasa pusing kadang jika dia memikirkan hal itu. Bagaimana dia akan menangani masalah hasil dan pikirannya. Tetapi jika
"Aku sudah bicara sama Jaka Tante, dan dia nggak mau sama aku, dia nggak mau dengerin Tante apalagi aku," ucap Aina dengan nada suara yang manja khas gadis kaya yang sekarang sedang berjemur di samping kolam renang bersama dengan ibu Jaka. "Ku Udha berusaha keras buat Jaka mau sama aku tapi nyatanya aku nggak bisa sama dia, ih nyebelin banget dia Tante!" Semakin dia manjakan suaranya dan semakin kesal Ibu Jaka mendengar hal itu, dia bukan kesal karena Aina yang terus bersikap manja, tetapi dia kesal dengan Jaka dan wanita yang bersama Jaka. "Kalau begitu Tante akan coba buat bicara sama dia, atau nggak Tante akan bicara dengan wanita itu, sudah janda juga, dia bahkan udah pernah ternoda di tempat dia mengajar, kamu pernah dengar nggak kasus perempuan janda itu?" Aina tampak mengernyit dan menggelengkan kepala dia tidak pernah mengikuti kasus atau berita yang sedang atau pernah tranding topik, ya tentu saja gadis model yang punya brand kosmetik tidak punya waktu yang memikirkan masal
Ini adalah mimpi buruk bagi Nasya yang terus-menerus terjadi kepada gadis malang ini, dia tidak bisa menahan rasa sakitnya setelah berita semacam itu kemudian pada akhirnya tersebar dia menangis di samping Aysan yang sedang bermain meringkuk dan dia melihat berita itu di layar televisi, bagaimana orang-orang begitu tega kepadanya, bahkan Jaka saat ini tidak berada di rumah, karena dia sedang berada di perusahaannya. Jaka mengetahui masalah ini setelah dia mendapatkan pandangan yang sinis dari karyawannya dan menemukan koran yang menyangkut paut kan nama perusahaan dan kehidupan pribadinya. Ini tidak bisa dibiarkan pasti seseorang bertanggung jawab fal hal ini dan itu harus diketahui oleh Jaka. Pikiran Jaka langsung kepada Aina dan dia melakukan mobil menuju ke rumah Aina. Semua yang ada di koran dibaca oleh setiap orang di kota itu bahkan Anjas yang sedang berada di kantornya dan mengerjakan pekerjaannya membaca berita ini, tidak bisa dia mengabaikan jika itu memang mengenai Nasya,
"Nasya tolong aku sama sekali tidak mau menikah dengan Aina, dia sendiri yang menginginkan pernikahan ini, bukan aku dan sekali pun kami pergi dan meninggalkan aku maka aku akan tetap mengejar mu dan meninggalkan Aina." Nasya langsung berhenti berkemas, dia sudah sangat ingin meninggalkan rumah Jaka tapi dia tiba-tiba terhenti dan menangis tersedu-sedu. "Bukan itu Mas, tapi asal kamu tahu aku tidak mau menjadi omongan semua orang, apalagi kembali dibicarakan dan hal ini adalah sesuatu yang tidak pantas untuk dibela." Nasya masuk menangis dan duduk di lantai. "Jadi Nasya apa kamu ingin mengakhiri semuanya, setelah kita melewati banyak sekali hal, banyak sekali momen, tolong jangan buat semua ini berubah menjadi akhir, aku mohon kepadamu agar kamu mau memikirkan tentang kita, tentang Aysan, tentang perasaan mu, dan perasaan ku, jangan hanya karena seseorang atau banyak orang tidak setuju dengan kita itu malah mempengaruhi kamu. Lagi pula aku masih belum menikah dengan Aina dan dia s
"Siapa pun tidak ingin berada di situasi ini, Nasya. Aku tidak ingin menikah dengan Aina atau mendengarkan apa yang Mama ku inginkan, karena yang aku mau sejak awal adalah menikah dengan mu!" Jaka yang sekarang duduk di ujung ranjang sementara Nasya duduk di kursi, berpangku tangan dan menatap keluar jendela, ada koper pakaian kosong di dekatnya, awalnya koper itu penuh tetapi sekarang tidak lagi. "Tapi apa pun alasan Mas Jaka tetap saja bahwa Mas Jaka melanggar perkataan ibu Mas, dan aku nggak mau menjadi orang ketiga diantara anak dan ibu nya, aku tidak mau jika nanti putraku Aysan akan seperti itu. Jika memang harus seperti ini Mas, aku bisa kembali ke desa, ke orang tua ku dan tinggal bersama mereka, bahkan di desa ada masa depan," ucap Nasya yang bahkan tidak ingin bertatapan dengan Jaka, dia tidak mau menatap Jaka karena dia akan menangis. "Kamu bukan ibu seperti ibuku yang memaksa aku menikah dengan relasi, Aysan jika besar nanti harus menikah dengan gadis yang dicintainya, s
"Jadi kamu menemui aku untuk bekerja sama, karena kamu tunangannya Jaka dan aku mantan istrinya Nasya?" Tatapan Anjas menatap model super cantik di hadapannya itu terlihat datar dan cemberut, "Tidak usah berpikir seperti itu, lagi. Aku mulai sekarang tidak ingin menganggu hidup Nasya yang sudah tenang. Dan kami datang menawari aku tawaran untuk membuat hidup ku makin kacau saja." "Bukankah Jaka yang membuat hidup mu hancur? Pernikahan mu hancur karena dia. Jadi kau berpikir bahwa dengan membiarkan dia menikah dengan orang yang dicintainya akan membuat mu senang dan membalas rasa sakit kamu begitu?" Aina tertawa kecil duduk di hadapan Anjas yang sekarang mereka berada dalam kafe, bersama dan berbicara sesuatu yang tidak disenangi Anjas. "Diamlah, kau tahu apa mengenai rumah tangga ku." "Well aku tahu alasan Anara ya gadis itu menggoda mu, dia hanya menuruti perkataan Jaka kan? Dia dibayar oleh Jaka dan dia melakukan apa pun yang Jaka inginkan. Bukan begitu Anjas? Ucapan aku nggak sa
"Memangnya apa yang membuat mu benci dengan Jaka sampai mau balas dendam seperti ini?" Anjas yang sekarang mulai tertarik dengan pembahasan Aina, dia sebenarnya sudah berusaha mengala dan melupakan Nasya, tapi sepertinya dia tidak bisa. "Untuk hal itu kamu tidak perlu banyak tahu, Anjas. Masalah itu adalah hal pribadiku. sebaiknya kamu lakukan saja apa yang aku perintahkan kepada kamu," ucap Aina dengan nada yang tenang. "Bukankah kita sudah sepakat? Aku juga akan memberikan kamu imbalan yang tidak akan kamu tolak." Aina tersenyum dan Anjas terlihat dengan raut wajah yang datar, sua tidak membalas senyum Aina tetapi meneguk habis minumannya. "Baiklah katakan saja, apa yang harus aku lakukan, yang bisa membantu mu dan membuat ku mendapatkan kembali Nasya." Tatapan Anjas teduh, mungkin karena sudah sangat lelah. "Cukup usahakan saja agar kamu tidak berhenti mengejar dia. Aku rasa dia masih mencintai mu, dan kamu masih punya perasaan padanya. Jadi ya pertahankan saja usahamu." Cukup
"Bagaimana Jaka, Pa ada perkembangan?" Nasya yang bertanya kepada Jaka saat Jaka sekarang baru saja pulang setelah bertemu dengan Anara. "Perkembangan apa Nasya?" "Mengenai Aina dan ibumu, aku tidak ingin menjadi istrimu jika hanya menjadi sosok pengganggu, Aysan juga pasti hanya akan menjadi korban nantinya, jika dia tahu kenyataan yang sebenarnya di masa depan," ucap Nasya yang sekarang duduk di sofa, dia berpangku tangan dan terlihat wajahnya sangat lelah, seperti memikirkan banyak sekali hal. "Nasya." Jaka yang sekarang mendekati Nasya dan meraih tangan istrinya, "Dengarkan aku sayang, kamu tidak perlu memikirkan semua ini, maksudku, jangan terlalu memikirkan sesuatu yang tidak penting. mengenai Ibu aku, atau Aina, semuanya tidak perlu kamu pusingkan, yang perlu kamu lakukan adalah jaga kesehatan kamu, bermain puzzle, nonton series atau apa pun, cukup nikmati hari-hari mu bersama Aysan, di sini, ya." Jaka yang menatap Nasya dengan senyum. Nasya mengangguk setuju, dia tidak bis