Mulut Cloud menganga, dia tak menyangka rencana Rain adalah meminta Nic datang ke pulau pribadi milik kakek buyut mereka — yang sekarang sudah dikelola bersama pemerintah demi kelestarian alamnya.Cloud pikir Rain akan mengajak Nic bertemu bersamanya juga setelah liburan, lantas menunjukkan kearoganan dengan menghina dan menyindir Nic habis-habisan.“Apa yang sebenarnya Kakak rencanakan?”Cloud sedikit cemas, dia tahu tak hanya keluarga mereka yang akan berada di pulau Kilikili, melainkan juga rekan bisnis Rain dan papanya.“Nic ingin bertemu dengan orang yang memborong saham DAN, jadi aku minta sekretarisku menyampaikan kalau aku ingin dia datang ke Kilikili,” jawab Rain dengan enteng.Rain menekuk dua tangan ke belakang kepala. Ia duduk santai di kursi model beanbag yang ada di dek teratas yacht milik sang istri. Pria itu tak memandang Cloud, matanya tertutup kacamata hitam, lalu menengadahkan wajah seolah sedang menikmati hangatnya sinar senja.Cloud kesal, dia mengambil bantal dar
"Aku mau main di pantai, Ma!" Kala merengek padahal yacht yang mereka tumpangi baru saja bersandar di dermaga saat hampir tengah malam."Kala bisa main besok, malam begini ombak sedang besar," jawab Cloud. Ia menjelaskan ke Kala agar anak itu tak merengek lagi. "Lebih baik kita ke kamar dan berendam air hangat, bagaimana?"Kala menganggukkan kepala. Meski terpaksa anak itu menurut digandeng Cloud berjalan menuju resort mereka.Di pulau itu terdapat beberapa bangunan resort yang lokasinya terpisah-pisah. Sebenarnya Cloud sangat ingin menginap di bangunan resort yang ada di atas bukit, karena pemandangan yang terlihat dari sana sangat mengagumkan. Namun, ternyata sudah ada orang yang menyewanya jauh-jauh hari sebelum keluarganya merencanakan liburan. Meski pulau itu secara pribadi masih milik keluarga Prawira, tapi mereka jelas tidak bisa mengusir pengunjung begitu saja, lagipula setiap daftar pengunjung juga dicatat dengan jelas oleh pengelola. Ini dilakukan karena cukup banyak orang
Rain tak ambil pusing, membuat Nic bingung dengan tidak mendapat kamar di pulau Kilikili hanya salah satu dari beberapa rencana yang sudah dia siapkan untuk membuat adik iparnya itu kerepotan. Rain meminta pelayan yang memberikan informasi itu pergi. Ia tidak ingin orang lain curiga, meskipun orangtua, adik dan istrinya sudah tahu tujuannya mengundang Nic ke sana. Rain menarik sudut bibir. Entah Nic melihatnya atau tidak, tapi dia tetap ingin menunjukkan bahwa dirinya tak bisa dikalahkan dengan mudah. "Menyiksa adikku bukan kesalahan yang gampang untuk dimaafkan," gumam Rain di dalam hati. Ia tampak menegakkan badan saat melihat Cloud mendekat dan bicara ke Embun. "Nanti malam ada bikini party start jam sebelas malam, kakak ikut 'kan?" Tanya Cloud ke sang ipar. Namun, belum juga Embun membuka mulut, Rain lebih dulu mengancam. "Jangan macam-macam!" "Astaga sayang, biarkan aku berpesta, kalau mau kamu bisa ikut," jawab Embun mengabaikan larangan Rain. "Apa kamu akan memakai two
"Bagaimana bisa orang mengadakan pesta yang mengundang birahi seperti ini?"Nic terus saja mengomel di dalam hati. Ia masih mengamati Cloud dari kejauhan dan membiarkan istrinya itu melakukan apa yang diinginkan.Nic masih terpaku di posisinya, sampai tiba-tiba saja dia dikagetkan dengan suara Nina yang menyapa. Nic memalingkan muka, dia geleng-geleng mendapati manager putranya itu juga berpenampilan tak jauh beda dari istrinya.“Di mana Rio?” Tanya Nina tanpa basa-basi. Semenjak menyadari perlakuan jahat Nic ke Cloud, gadis itu memutuskan tak lagi bersikap hormat ke Nic.“Di resort, menemani Kala tidur.” Nic menjawab dengan enteng. Ia tak mempedulikan Nina yang langsung memasang muka kesal dan putar badan.Nic meletakkan gelasnya ke nampan saat pelayan melintas. Entah apa yang akan terjadi nanti, tapi satu hal yang pasti. Dia tidak bisa membiarkan pria lain melihat tubuh molek Cloud lebih lama lagi.Nic melepaskan kemeja yang dia kenakan sebagai outer, hingga hanya memakai kaos polos
Cloud tahu tidak seharusnya dia melakukan ini, tapi nafsunya terlalu dominan dan menuntut untuk dituntaskan. Cloud mencengkeram erat kedua sisi kaos Nic yang tepat berada di pinggang. Membiarkan pria itu membantunya menuntaskan birahi yang kini menguasai diri. “Cloud ini salah,” bisik hati ibunda Kala itu. Cloud perlahan menjauhkan wajah. Ia masih memejamkan mata sambil mengatur napasnya yang kian memburu. “Aku akan membantumu.” Ucapan Nic tak terdengar begitu tulus di telinga Cloud. Apa yang akan terjadi selanjutnya jelas tidak seratus persen dia kehendaki. Sebagai wanita normal, belaian dan sentuhan pria yang sangat mencintainya adalah hal yang sangat Cloud damba. Namun, sayangnya dia tahu bagaimana Nic dan perasaan pria itu padanya yang masih abu-abu. Sentuhan Nic selama ini bagi Cloud tak lebih dari sekadar perbaduan antara hawa nafsu, kekesalan, dan amarah yang butuh dilampiaskan lewat berhubungan badan dengannya. Cloud menelan ludah susah payah, dia menjauhkan kelopak mata l
Arkan mendekat ke arah teman Cloud dan menarik kerah kaos yang dikenakan. Ia menatap penuh kebencian dan bertanya apa yang sudah dilakukan pria itu ke wanita yang dia sukai.“Sepertinya kamu salah paham,” jawab teman Cloud itu.“Apa aku harus memanggil polisi dan memeriksa tempat ini dan kamarmu? Kamu pasti belum membuang botol obat laknat itu.”Pria itu tampak tak bisa menjawab, hingga Arkan yang sudah sangat geram memberikan bogem mentah sampai pria itu tersungkur. Melihat apa yang terjadi, pria yang lain pun tak terima dan balas memukul Arkan.Sudut bibir sepupu Nic itu pun lecet dan mengeluarkan darah. Meski begitu Arkan tak tinggal diam dan balas memukul lagi.“Kenapa kalian ingin membuat Cloud horni? Bukankah kalian pasangan homo?” Sarkas Arkan. Ia tersenyum mencibir sebelum pria itu marah dan mengajaknya berkelahi.Suasana pun gaduh, mereka terlibat baku hantam, hingga dilerai oleh beberapa orang dan dibawa ke pos keamanan.Rain sendiri langsung bergegas menyusul Arkan saat dik
Nic tak menjawab, dia mangalihkan pembicaraan itu dan berkata,” Biarkan aku di sini sampai keluargamu kembali tidur!”Cloud bergeming dan memilih bertindak dengan mendorong tubuh Nic untuk mengusirnya dari kamar.“Kembali ke tempatmu, aku mau istirahat,”ucap Cloud. Ia membanting pintu kemudian buru-buru menguncinya.Nic sendiri pasrah. Ia mematung di depan pintu kamar istrinya beberapa saat, setelah itu kembali ke tempatnya menginap. Nic berharap bisa tidur dan istirahat. Namun, malam itu sepertinya akan menjadi salah satu malam tersial yang harus Nic lewati.Saat baru saja sampai di sana, dia malah melihat Nina dan Rio sedang bermesraan. Sekretaris dan manager Kala itu tampak sedang berciuman ala “french kiss’. Hal ini membuat Nic sampai memalingkan wajah sejenak sebelum akhirnya mengamuk.“Apa kalian tidak bisa melakukannya di tempat yang lebih private?” Suara Nic menggelegar memecah kesunyian.Rio dan Nina terkejut, mereka buru-buru saling melepas pagutan, gelagapan dan kemudian sa
“Tidak! Untuk apa aku menikahinya? Bukan aku pria yang mengambil keperawanan putrimu, jadi tanyakan ke Amara dan minta dia untuk menikah dengan pria itu.” Nic menjawab dengan sangat enteng, dia membuat Riswan tak bisa menjawab dan hampir melayangkan tamparan lagi. Namun, kali ini Nic menepis tangan pria itu. Ia diam saja sejak tadi bukan karena tidak bisa melawan, tapi hanya terlalu terkejut dan memikirkan perasaan Cloud yang berada di sana. Nic tidak ingin Cloud berpikir dia yang memang bersalah tak mau menerima hukuman. Meski begitu ada hal yang ingin Nic jelaskan ke Cloud, bahwa dia benar-benar menyesal. Apa yang dilakukannya bersama Amara didasari rasa benci dan frustasi karena Cloud anak dari Skala Prawira. Rain sendiri akhirnya bangun dari kursi. Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk melakukan hal jahat dan menjijikan — apapun itu bentuknya asal bisa membuat Cloud benar-benar membenci Nic. “Silahkan selesaikan masalah kalian! Aku hanya memfasilitasi,” ucap Rain dengan
Satu bulan kemudian Hari itu awan mendung menyelimuti hati Cloud. Sejak Nic berangkat kerja dan Kala sekolah, Cloud terus menangis karena merasa sangat bersalah ke baby Gaza juga Kala. Bukan tanpa alasan Cloud bersikap seperti ini. Beberapa hari ini dia sering merasa mual dan lemas. Bahkan setelah makan banyak dan mengonsumsi vitamin kondisinya juga masih sama. Hingga, Cloud yang memang sejak melahirkan baby Gaza belum mendapat tamu bulanan memilih untuk mencoba melakukan uji kehamilan. Cloud awalnya hanya iseng dan berpikir untuk tidak berpikir yang macam-macam, tapi dia berakhir lemas saat melihat dua garis merah tertera jelas pada alat uji kehamilan yang dia gunakan. Hati Cloud sedih, merasa sangat bersalah pada dua anaknya terutama ke baby Gaza yang baru saja berumur empat bulan. Karena hal itu, Cloud tidak bisa fokus bekerja dengan tenang meskipun masih bekerja dari rumah. Dia juga takut memberitahu Nic dan sekarang hanya Bianca yang menjadi tumpuannya. Setelah mengetahui diri
Cloud meraba dada Nic, mengusap lembut sambil merapatkan tubuhnya dan menciumi punggung pria itu. Cloud tahu Nic mengizinkannya melakukan itu saat tak mendapatkan penolakan sama sekali, bahkan saat dia mulai menempelkan lalu menggesekkan dadanya yang memang lebih padat karena berisi ASI putra kedua mereka. Nic diam-diam tersenyum, menikmati sentuhan Cloud. Tak lama tanpa ragu Nic akhirnya meraih tangan Cloud yang sejak tadi mengusap dada untuk mulai mengusap miliknya yang berada di antara paha.Cloud tersenyum penuh arti, dia mengangkat kepala untuk menjangkau tengkuk Nic dan memberi kecupan di sana, tak puas Cloud menggigit kecil cuping telinga suaminya bahkan menggelitik beberapa detik menggunakan ujung lidah.Nic pun tak sanggup lagi, dia bergerak dan Cloud pun bergeser, secepat kilat Nic mengurung tubuh Cloud, mencekal ke dua tangan istrinya di sisi kepala."Apa kamu tahu hukuman apa yang pantas diberikan ke wanita yang membuat prianya cemburu?" Tanya Nic."Aku tidak tahu, tapi k
Tidak terasa tiga bulan pun berlalu. Siang itu Cloud menitipkan Gaza ke Bianca karena harus menghadiri pesta pernikahan Thea dan Aditya.“Misal nanti Gaza rewel atau kenapa-napa, Mama langsung kabari aku saja,” ucap Cloud saat menitipkan putra ke duanya.“Kamu itu kayak baru kali ini nitipin anakmu ke Mama,” ucap Bianca. “Kayak masih setengah ga percaya.”Cloud pun tersenyum lebar mendengar protes Bianca kemudian membalas, “Bukan begitu, Ma. Siapa tahu Mama tidak bisa mengatasi kalau Gaza sedang rewel.”“Sudah kamu tenang saja. Nikmati pesta Thea dan jangan mikir yang aneh-aneh. Mama akan menjaga Gaza dengan baik,” ujar Bianca.Cloud pun melebarkan senyum mendengar ucapan Bianca. Dia lantas berpamitan dan pergi bersama Nic juga Kala. Dua orang yang sangat berarti dalam hidupnya itu terlihat mengenakan setelan jas yang sama, Kala bahkan memperlihatkan aura seperti anak bangsawan.“Ayo!” Nic mengulurkan tangan ke Cloud agar istrinya itu bisa menuruni anak tangga dengan nyaman. Mereka te
“Hai.”Arkan masuk menyapa Cloud dan Nic yang ada di kamar. Nic yang awalnya tegang seketika rileks saat menyadari sepupunya datang mengajak Shafira dan memperkenalkan gadis itu sebagai calon istrinya dengan bangga.Nic pun bisa menerima kehadiran Arkan, bahkan bersikap ramah saat menyadari tatapan mata pria itu sudah sangat berbeda ke Cloud.“Bagaimana kondisimu dan juga bayimu?” Tanya Arkan. Dia berdiri di dekat ranjang Cloud bersisian dengan sang kekasih.Cloud sendiri tampak begitu kagum melihat bagaimana anggunnya Shafira. Sebagai seorang pengusaha yang bergerak di bidang fashion, Cloud mendapat inspirasi bagaimana kalau perusahaannya mulai mencoba merambah dunia busana yang bisa dikenakan juga oleh para wanita yang mengenakan hijab.“Kami sehat, bahkan besok aku sudah diperbolehkan pulang,” jawab Cloud lantas menoleh ke baby box di mana bayinya sedang tidur.Shafira langsung mengalihkan tatapan ke sana, senyum gadis itu merekah bahkan diam-diam menarik bagian kemeja Arkan yang a
Kala masuk dan langsung menuju box bayi di mana sang adik tidur. Dia sangat bersemangat untuk melihat bagaimana wajah sang adik dari pada menyapa Cloud dan Nic lebih dulu. Berbeda dengan Bianca yang datang bersama rombongan putranya dan juga Skala. Wanita itu mendekati Cloud dan memeluk putrinya dengan tangis haru."Selamat ya! Kamu hebat, Cloud. Mama bangga," bisik Bianca. Perlahan dia mengurai pelukan sambil berkata membawakan makanan kesukaan Cloud. Bianca menjauh agar yang lainnya juga bisa mengucapkan selamat ke ibu dua anak itu.Seluruh anggota keluarga sudah melek akan informasi hingga berusaha agar Cloud tidak sampai mengalami Baby Blues Syndrome. Ya, terkadang seorang ibu yang baru saja melahirkan merasa tersisihkan, melihat bagaimana sikap orang sekitar yang lebih memperhatikan bayinya dari pada dia yang berjuang mempertaruhkan nyawa."Aku dan Embun sudah menyiapkan kado untukmu, coba lihat!" Pinta Rain sambil mengulurkan sebuah tas kertas kecil ke Cloud. Setelah sang adik
"Ners, tolong itu suami saya!"Cloud yang sudah ingin mengejan masih bisa memikirkan Nic yang baru saja terkena mental. Seorang perawat pun mencoba mendekat untuk memastikan keadaan Nic. Dia memegang lengan pria itu yang tatapannya terlihat kosong."Anda duduk saja di sini ya, Pak!" Ucap perawat itu sebelum kembali mendekat ke ranjang untuk mendengarkan keputusan dokter."Ibu tahan ya! Kita pindah ke ruang bersalin."Dokter pun memberi kode ke perawat yang berada di dekatnya dan Cloud pun segera dipindahkan. Nic sendiri seolah baru sadar saat ranjang sang istri dibawa keluar. Dia berdiri bergegas mengikuti ke mana Cloud pergi."Pak, Anda hanya boleh masuk kalau yakin kuat melihat apa yang terjadi di dalam, kalau tidak lebih baik Anda menunggu di luar." Dokter menahan Nic di depan pintu. Wajah pucat pria itu semakin membuat Dokter berpikir Nic sama sekali tidak siap menemani persalinan Cloud. Dokter pun hendak masuk tapi Nic menerobos sambil berkata dia kuat dan mampu.Meski wajahnya
Kelakuan Nic membuat Kala sampai terbangun, anak itu menggosok mata melihat Cloud berdiri menyanggah pinggang sedangkan Nic sibuk berganti baju. “Mama,” panggil Kala. Cloud yang mendengarnya menoleh, dia pun mendekat ke Nic dan memukul lengan sang suami karena membuat Kala terbangun.“Kala bangun gara-gara kamu,” ucap Cloud masih sambil menahan sakit di bagian perut bawah. Dia mengusap pipi agar Kala tak sampai melihatnya menangis. “Mama, apa Mama masih marah?” Cloud menoleh dan buru-buru menghampiri Kala. Dia membelai pipi anak itu dan mencium puncak kepalanya. Cloud menggeleng dan malah meminta maaf karena merasa keterlaluan memarahi Kala tadi. “Kenapa muka Mama begitu?” Kala menyadari ekspresi wajah Cloud yang berbeda.” Apa Mama sakit?” Tanyanya. “Hm… iya, adik sepertinya mau lahir,” jawab Cloud. Namun, bukannya merasa kasihan ke sang mama, Kala malah melompat-lompat kegirangan di atas kasur. Cloud sampai membeku dan saling pandang dengan Nic. Mata Kala yang mengantuk berub
Cloud ternyata hanya berpura-pura, setelah Kala dan dua keponakannya memasang muka bersalah dan ketakutan, Cloud pun berhenti mengaduh kesakitan. Masing-masing dari Cloud dan juga Embun tentu saja sangat ingin marah. Ini jelas bukan hanya sekadar masalah belanja atau uang puluhan juta, tapi seharusnya Olla dan Kala meminta izin lebih dulu kepada orangtua."Kalau izin namanya ga kejutan donk," ucap Olla. Meski awalnya takut, cucu pertama Skala itu akhirnya berani mengeluarkan pendapat karena mendapat pembelaan opanya."Sudahlah, tidak perlu ribut. Nanti papa yang ganti."Mendengar ucapan Skala baik Cloud dan Embun menoleh bersamaan. Skala sendiri tidak merasa takut diplototi anak dan menantunya, dia malah memanggil Olla, Kala juga Omi dan memeluk ke tiganya bergantian menunjukkan kasih sayang."Benar-benar," gerutu Embun sambil membuang muka.Nic sendiri dengan cara berbisik mengatakan pada Rain, kalau dia akan segera mengganti uang yang dipakai Kala berbelanja."Papa tidak bisa membel
Usia kandungan Cloud pun akhirnya sudah memasuki sembilan bulan. Seperti kesepakatan mereka saat kandungan Cloud masih berumur enam bulan, wanita itu bekerja di rumah karena Nic sudah tidak memperbolehkannya bolak-balik ke perusahaan, demi menjaga kondisi tubuh juga calon buah hati mereka. Bahkan mendekati hari perkiraan lahir, kini Nic dan Cloud tinggal di rumah Skala. Hal ini dilakukan semata-mata karena Nic takut Cloud mengalami kontraksi.Sore itu Rain datang ke rumah sang papa bersama Embun juga anak-anaknya untuk makan malam bersama dan menginap di sana. Saat masuk, Rain melihat sang adik yang duduk di sofa ruang keluarga sambil meluruskan kaki bersama Bianca dan Skala.“Bagaimana kabarmu?” tanya Rain yang langsung menghampiri Cloud.“Baik.” Cloud menjawab kemudian mengelus perutnya karena sang bayi baru saja menendang.Rain dan Embun pun ikut duduk, seperti biasa membiarkan Olla dan Omi bermain di belakang, apalagi Kala juga berada di sana. Awalnya Rain membahas tentang harga s