“Tidak! Untuk apa aku menikahinya? Bukan aku pria yang mengambil keperawanan putrimu, jadi tanyakan ke Amara dan minta dia untuk menikah dengan pria itu.” Nic menjawab dengan sangat enteng, dia membuat Riswan tak bisa menjawab dan hampir melayangkan tamparan lagi. Namun, kali ini Nic menepis tangan pria itu. Ia diam saja sejak tadi bukan karena tidak bisa melawan, tapi hanya terlalu terkejut dan memikirkan perasaan Cloud yang berada di sana. Nic tidak ingin Cloud berpikir dia yang memang bersalah tak mau menerima hukuman. Meski begitu ada hal yang ingin Nic jelaskan ke Cloud, bahwa dia benar-benar menyesal. Apa yang dilakukannya bersama Amara didasari rasa benci dan frustasi karena Cloud anak dari Skala Prawira. Rain sendiri akhirnya bangun dari kursi. Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk melakukan hal jahat dan menjijikan — apapun itu bentuknya asal bisa membuat Cloud benar-benar membenci Nic. “Silahkan selesaikan masalah kalian! Aku hanya memfasilitasi,” ucap Rain dengan
Nic hanya berpura-pura. Sebenarnya dia ingat dengan jelas ke mana arah menuju kapal. Nic sengaja melakukan itu agar Cloud tidak memiliki pilihan lain selain berada di sana berdua dengannya lantas mengandalkanya sebagai seorang pria. "Bagaimana ini? Apa kamu benar-benar tidak ingat?" Nic mengangguk, dia membuat Cloud seketika berjongkok dan menjambak sisi rambut. Namun, bukannya kasihan, Nic malah senang bahkan menahan tawa. Wajah panik Cloud menjadi hiburan baginya yang baru saja terkena tamparan Riswan. “Cloud, berdiri! Ayo kita sama-sama cari jalan keluar dari sini.” Nic mencoba membujuk sang istri yang masih menundukkan kepala. Selama kurang lebih enam tahun hidup satu atap, menurut Nic ekspresi ketakutan Cloud saat ini adalah yang paling natural. Cloud bergeming, sampai tiba-tiba terdengar suara mesin kapal. Ia mengangkat kepala, setelah itu bangun dan berlari menuju ke arah sumber suara berasal. Sementara, kapal yang membawa wisatawan tadi benar-benar meninggalkan pulau menu
“Bagaimana tidak? Itu yang kamu tunjukkan selama ini, dan itu yang aku rasakan. Kamu akan merebut Kala, membuatnya melupakanku.” Nic sadar mengurai benang kusut hubungannya dan Cloud bukan perkara mudah. Selain mendapat maaf dan kesempatan dari keluarga istrinya, dia juga harus bisa membuat Cloud percaya bahwa dirinya sudah berubah. Inilah sosok Nic yang sebenarnya, pria yang enam tahun bersama Cloud dulu hanya pria bodoh kesepian. Pria yang memiliki kepercayaan terlalu besar ke orang yang dia anggap keluarga, dan malah menjauhkannya dari keluarga yang sejati. “Cloud, maaf sudah membuatmu sampai berpikir seperti itu.” “Kamu sekarang sering mengucapkan kata maaf.” Cloud menarik sudut bibir. Ia benar-benar sedih, galau, dan merasa kacau dengan perasaannya sendiri. “Karena hanya itu yang bisa aku katakan, karena aku juga masih tidak bisa membuatmu percaya bahwa aku benar-benar menyesal.” Cloud mengangguk kecil, dia membuang muka lalu merogoh air mineral di dalam kantong plastik berni
Skala membiarkan Bianca melihat apa yang baru saja dia lihat di ponselnya. Wanita itu kaget, tapi mencoba menyembunyikannya dari orang-orang yang satu meja dengan mereka. Rain yang melihat perubahan ekspresi wajah dari ibunya pun sadar ada yang tidak beres, hingga setelah beberapa dari mereka pergi untuk melakukan aktivitas masing-masing, dia memberanikan diri menanyakan apa yang terjadi."Apa kamu tidak membawa ponselmu?" Skala balik bertanya ke Rain dan direspon dengan gelengan kepala. "Embun memintaku untuk meninggalkan ponsel di kamar dan fokus menghabiskan waktu bersama anak-anak, jadi aku tidak membawanya," jawabnya kemudian.Skala menoleh Bianca yang tampak sibuk dengan benda pipih miliknya sendiri, lalu menyodorkan ponsel ke Rain agar putranya itu bisa melihat berita apa di sana."Papa sudah bilang, untuk apa kamu mempertemukan pria itu dan Nic? Kamu pikir Amara itu tidak licik? Jika seperti ini siapa yang akan terluka?"Rain syok melihat kiriman berita dari Beni — sekretaris
Cloud mencoba percaya ke Nic. Ia memberi kesempatan pria itu untuk menunjukkan bahwa memang kini bisa dia andalkan sebagai suami seutuhnya. Terlepas dari sikap ketus keluarganya, Cloud dan Nic pun menyempatkan diri makan siang sebelum menemui Kala. Di sela-sela mengisi perut, Nic memilih berselancar di dunia maya. Hingga beberapa saat berselang dia tak menyangka menemukan berita tentang putranya. Perubahan air muka Nic yang tiba-tiba muram, membuat Cloud yakin hal buruk pasti sedang terjadi. “Ada apa?” Cloud mengambil ponsel dari tangan Nic, tak lama dia mengatupkan bibir rapat-rapat bahkan menutup mulut dengan tangan kiri, membaca berita perselingkuhan suaminya dan Amara. Cloud sedih dan geram, karena di sana terpampang jelas nama putra mereka. “Jadi ini yang membuat papa, mama dan kak Rain marah,” ucap Cloud. Nic merasa sangat bersalah, terlebih pada Kala yang terkena getahnya. Ia meraih tangan Cloud yang baru saja meletakkan ponselnya dan meminta maaf. Nic memohon pada sang ist
"Kala malam ini bersama Onty Nina dan Om Rio lagi ya! Mama dan Papa akan menghadiri acara Opa."Cloud menjelaskan ke Kala. Anak itu terlihat sangat bahagia sejak dirinya mengangguk mengiyakan akan kembali tinggal bersama Nic di pantai tadi. "Tapi aku ga mau tidur ya, Ma! Aku mau nunggu mama sama papa selesai pesta, kita boboknya bertiga," ucap Kala sambil menunjukkan tiga jari tangannya.Cloud menjawab dengan anggukan kepala, dia dan Nic memang sepakat meninggalkan Kala di penginapan Nic bersama Rio dan Nina. Bocah itu sengaja tidak mereka ajak, agar tidak melihat konflik orang dewasa yang tidak sepatutnya dilihat. Cloud mengusap lembut pipi Kala sebelum bangkit dari sofa dan memberi kode ke Nina untuk menjaga putranya. Bersamaan dengan itu Nic tampak keluar dari kamar, pria itu memakai setelan jas rapi tapi sengaja belum mengikatkan dasi ke lehernya. Ia sengaja memegang dasinya, lantas mengajak Cloud pergi sekarang.Mereka turun bersama dengan hati-hati karena resort di atas bukit
“Meski terlihat sama, tapi loyalitas dan masalah rumah tangga jelas adalah dua hal yang berbeda. Anda tahu garam dan gula? Warna meraka sama-sama putih, tapi rasa mereka manis dan asin. Rumah tangga saya tidak ada hubungannya dengan perusahaan, jika masalah yang sedang ramai di luar sana mengganggu Anda, saya minta maaf dan terima kasih atas perhatiannya.”Nic menjawab dengan tenang, tanpa ngotot apalagi berapi-api. Ia menunjukkan posisinya sebagai kepala keluarga —yang tidak ingin masalah rumah tangganya sampai dijadikan bahan omongan orang lain seperti ini.“Om, terima kasih atas perhatiannya, setelah kembali dari sini, kami akan menyelesaikan masalah kami,” ucap Cloud dengan sopan. Ia yang awalnya ingin marah, menjadi kalem saat melihat sikap Nic.Sejak tadi mereka sebenarnya sudah menjadi perhatian tamu-tamu yang ada di sana. Skala dan Bianca yang baru saja datang juga melihat. Namun, mereka memilih untuk tak peduli, keduanya memutuskan mendiamkan saja Cloud. Begitu juga dengan Ra
Cloud mengemasi barang-barangnya pagi itu. Ia beberapa kali membuang napas kasar dari mulut, karena keluarganya benar-benar meninggalkannya di Kilikili. Cloud heran, bahkan Arkan pun seolah kesal sampai tidak mau membalas pesan yang dia kirim. Ia sadar ada konsekuensi dari setiap pilihan yang dibuat di dalam hidup. Salah satunya apa yang sedang dia lalui sekarang, ditinggalkan keluarganya demi memperbaiki hubungan dengan Nic.Cloud menutup koper lalu memandanginya, dia kembali mendesah. Seperti ada batu besar yang menekan kedua pundaknya bahkan tampak longsor seiring dengan embusan napasnya."Mama, sudah siap belum? Kata onty Nina yacht kita sudah siap."Suara riang Kala membuat Cloud seketika membuang semua pikiran yang membebani hati. Ia menoleh lalu menerima pelukan anak itu yang datang bersama Nic."Sudah siap?" Tanya Nic sembari mendekat dan meraih koper milik Cloud. "Hm..." Cloud mengangguk, lantas menyambar tasnya dan menggandeng Kala keluar dari kamar. "Aku senang sekali, nan