Jangan lupa gem buat mba awan. Info GA cek soosmed Nasya mahila mamacih
Skala membiarkan Bianca melihat apa yang baru saja dia lihat di ponselnya. Wanita itu kaget, tapi mencoba menyembunyikannya dari orang-orang yang satu meja dengan mereka. Rain yang melihat perubahan ekspresi wajah dari ibunya pun sadar ada yang tidak beres, hingga setelah beberapa dari mereka pergi untuk melakukan aktivitas masing-masing, dia memberanikan diri menanyakan apa yang terjadi."Apa kamu tidak membawa ponselmu?" Skala balik bertanya ke Rain dan direspon dengan gelengan kepala. "Embun memintaku untuk meninggalkan ponsel di kamar dan fokus menghabiskan waktu bersama anak-anak, jadi aku tidak membawanya," jawabnya kemudian.Skala menoleh Bianca yang tampak sibuk dengan benda pipih miliknya sendiri, lalu menyodorkan ponsel ke Rain agar putranya itu bisa melihat berita apa di sana."Papa sudah bilang, untuk apa kamu mempertemukan pria itu dan Nic? Kamu pikir Amara itu tidak licik? Jika seperti ini siapa yang akan terluka?"Rain syok melihat kiriman berita dari Beni — sekretaris
Cloud mencoba percaya ke Nic. Ia memberi kesempatan pria itu untuk menunjukkan bahwa memang kini bisa dia andalkan sebagai suami seutuhnya. Terlepas dari sikap ketus keluarganya, Cloud dan Nic pun menyempatkan diri makan siang sebelum menemui Kala. Di sela-sela mengisi perut, Nic memilih berselancar di dunia maya. Hingga beberapa saat berselang dia tak menyangka menemukan berita tentang putranya. Perubahan air muka Nic yang tiba-tiba muram, membuat Cloud yakin hal buruk pasti sedang terjadi. “Ada apa?” Cloud mengambil ponsel dari tangan Nic, tak lama dia mengatupkan bibir rapat-rapat bahkan menutup mulut dengan tangan kiri, membaca berita perselingkuhan suaminya dan Amara. Cloud sedih dan geram, karena di sana terpampang jelas nama putra mereka. “Jadi ini yang membuat papa, mama dan kak Rain marah,” ucap Cloud. Nic merasa sangat bersalah, terlebih pada Kala yang terkena getahnya. Ia meraih tangan Cloud yang baru saja meletakkan ponselnya dan meminta maaf. Nic memohon pada sang ist
"Kala malam ini bersama Onty Nina dan Om Rio lagi ya! Mama dan Papa akan menghadiri acara Opa."Cloud menjelaskan ke Kala. Anak itu terlihat sangat bahagia sejak dirinya mengangguk mengiyakan akan kembali tinggal bersama Nic di pantai tadi. "Tapi aku ga mau tidur ya, Ma! Aku mau nunggu mama sama papa selesai pesta, kita boboknya bertiga," ucap Kala sambil menunjukkan tiga jari tangannya.Cloud menjawab dengan anggukan kepala, dia dan Nic memang sepakat meninggalkan Kala di penginapan Nic bersama Rio dan Nina. Bocah itu sengaja tidak mereka ajak, agar tidak melihat konflik orang dewasa yang tidak sepatutnya dilihat. Cloud mengusap lembut pipi Kala sebelum bangkit dari sofa dan memberi kode ke Nina untuk menjaga putranya. Bersamaan dengan itu Nic tampak keluar dari kamar, pria itu memakai setelan jas rapi tapi sengaja belum mengikatkan dasi ke lehernya. Ia sengaja memegang dasinya, lantas mengajak Cloud pergi sekarang.Mereka turun bersama dengan hati-hati karena resort di atas bukit
“Meski terlihat sama, tapi loyalitas dan masalah rumah tangga jelas adalah dua hal yang berbeda. Anda tahu garam dan gula? Warna meraka sama-sama putih, tapi rasa mereka manis dan asin. Rumah tangga saya tidak ada hubungannya dengan perusahaan, jika masalah yang sedang ramai di luar sana mengganggu Anda, saya minta maaf dan terima kasih atas perhatiannya.”Nic menjawab dengan tenang, tanpa ngotot apalagi berapi-api. Ia menunjukkan posisinya sebagai kepala keluarga —yang tidak ingin masalah rumah tangganya sampai dijadikan bahan omongan orang lain seperti ini.“Om, terima kasih atas perhatiannya, setelah kembali dari sini, kami akan menyelesaikan masalah kami,” ucap Cloud dengan sopan. Ia yang awalnya ingin marah, menjadi kalem saat melihat sikap Nic.Sejak tadi mereka sebenarnya sudah menjadi perhatian tamu-tamu yang ada di sana. Skala dan Bianca yang baru saja datang juga melihat. Namun, mereka memilih untuk tak peduli, keduanya memutuskan mendiamkan saja Cloud. Begitu juga dengan Ra
Cloud mengemasi barang-barangnya pagi itu. Ia beberapa kali membuang napas kasar dari mulut, karena keluarganya benar-benar meninggalkannya di Kilikili. Cloud heran, bahkan Arkan pun seolah kesal sampai tidak mau membalas pesan yang dia kirim. Ia sadar ada konsekuensi dari setiap pilihan yang dibuat di dalam hidup. Salah satunya apa yang sedang dia lalui sekarang, ditinggalkan keluarganya demi memperbaiki hubungan dengan Nic.Cloud menutup koper lalu memandanginya, dia kembali mendesah. Seperti ada batu besar yang menekan kedua pundaknya bahkan tampak longsor seiring dengan embusan napasnya."Mama, sudah siap belum? Kata onty Nina yacht kita sudah siap."Suara riang Kala membuat Cloud seketika membuang semua pikiran yang membebani hati. Ia menoleh lalu menerima pelukan anak itu yang datang bersama Nic."Sudah siap?" Tanya Nic sembari mendekat dan meraih koper milik Cloud. "Hm..." Cloud mengangguk, lantas menyambar tasnya dan menggandeng Kala keluar dari kamar. "Aku senang sekali, nan
“Tidak! Ini masih siang bolong, apa kamu pikir aku maniak seks?” Cloud berusaha bertahan dari serangan Nic yang tengah merayu, meskipun di dalam hati dia ingin meraup tubuh pria itu ke dalam pelukan. Menggoda Nic ternyata membuat Cloud senang, terlebih saat pria itu kini memasang wajah kecewa. “Ayolah! Sebelum Kala mencari kita,” bujuk Nic. “Biar saja kalau dia mencari, memang ada yang salah?” Nic mendongak lalu membuang napas kasar kemudian berguling ke samping. Pria itu berbaring memandang ke langit-langit kamar, membiarkan Cloud menyadari sendiri bahwa miliknya sudah tegak menjulang. Cloud awalnya masih bersikap biasa, sampai tatapannya tertuju ke bagian bawah tubuh Nic dan tertawa. “Ini kejam!” Ucap Nic. “Tidak apa-apa, anggap saja ini hukuman untukku, tidak apa-apa! Sabar! Aku sabar.” Cloud tak bisa menahan rasa geli yang menggelitik rongga perutnya saat Nic mengusap dada sendiri. “Nic, aku tidak suka sesuatu yang terburu-buru.” “Itu bisa dilakukan saat kita tidak punya t
Tentu saja Cloud tak bisa lagi tertawa, karena Nic benar-benar membuktikan ancamannya. Apa yang dilakukan pria itu sekarang membuat bibir Cloud hanya bisa mengeluarkan suara desahan halus. Nic memperlakukan Cloud dengan sangat lembut, membuatnya terbang melayang, meskipun beberapa kali aktivitas mereka harus terganggu oleh guncangan dari yacht yang ditumpangi.Mereka seperti haus akan kenyamanan untuk terpuaskan seolah selama ini memendam kerinduan yang amat dalam. Selain karena perasaan yang keduanya miliki, Cloud dan Nic juga seperti ingin menikmati kesempatan yang ada. Mereka tahu, setelah ini hidup mereka akan penuh drama lagi.“Nic!”“Just relax! Nikmati saja!”Cloud memejamkan mata saat Nic mendaratkan kecupan di pahanya. Rasa geli yang naik sampai ke kepala membuat wanita itu beberapa kali menggeliat. Ia ingin meminta Nic berhenti melakukan itu karena sedikit malu, tapi juga menikmati dan berakhir membuka lebar kakinya mempersilahkan pria itu melakukan hal yang lebih di sana.T
Beruntung saat Kala baru saja memegang robekan kertas itu Nic membuka pintu kamar mandi dan menyapa. Cloud buru-buru meraih kertas itu dari tangan putranya, kemudian buru-buru memungut robekan kertas yang lain.Kala mendekat ke pintu di mana papanya berada. Nic sadar kalau robekan kertas perjanjiannya dan Cloud masih bisa dibaca jika disatukan kembali. Ia pun lega melihat Cloud memungutinya lalu mengepal di tangan sebelum memasukkannya ke dalam tas. Nic memandang Cloud yang tersenyum aneh, mereka salah tingkah lantas mencoba untuk bersikap biasa.“Papa mandi siang-siang?”Kala berdiri di depan pintu dan mundur dengan cara melompat saat Nic hendak keluar.“Iya, panas sekali jadi Papa mandi.”Nic menjawab sambil melirik Cloud. Tatapannya menggoda, membuat Cloud memalingkan muka dan tersenyum malu.“Mama kepanasan juga ga? Mama mau mandi juga?”Cloud gelagapan, dia malah menggaruk kening karena pertanyaan Kala tiba-tiba mengingatkannya ke aktivitas fisik— yang beberapa menit yang lalu b