Geng jangan lupa gemnya buat mba Awan dan mas Frozen ya mamacih
Cindy yang datang untuk ikut melakukan geladi bersih tampak bersikap biasa. Ia mulai berpikir untuk melancarkan aksi memasukkan obat pencahar yang diberikan oleh Amara ke rekannya sesama model.Berharap semuanya lancar, tapi Cindy dibuat harus memutar otak karena mengalami kendala. Dirinya datang saat jam makan siang sudah lewat. Terlebih dia lupa kalau acara fashion show itu digelar di sebuah hotel bintang lima. Mencampurkan obat ke makanan jelas sangat susah untuk dilakukan.“Sial! Aku pikir ini mudah,” gumam Cindy. Ia gusar, bahkan menggaruk kepalanya frustasi. Hingga sebuah ide tiba-tiba terlintas di pikirannya.Cindy pun memesan kopi dari luar, dan saat kopi itu datang dia sengaja tak langsung memberikannya ke para model. Cindy membawa kopi itu ke ruangan kosong yang ada di dekat ballroom, dan lebih dulu membuka tutupnya untuk diberi beberapa tetes obat pencahar.Sesekali dia menoleh ke kiri dan kanan untuk memastikan tidak ada seorangpun yang melihatnya melakukan perbuatan itu.
Tepuk tangan para tamu undangan riuh terdengar, satu persatu rangkaian acara malam itu mulai berjalan. Namun, ada satu hal yang membuat semua orang heran, bagian Cloud yang seharusnya memberi sambutan di depan dilewati begitu saja. Sama halnya dengan tamu yang lain, Bianca sampai berbisik ke Skala sambil memperlihatkan susunan acara yang ada di undangan yang dia bawa. Nic sendiri mulai bertanya-tanya, tapi dia enggan untuk mengeluarkan ponsel dan menghubungi Amara. “Mama mana, Pa?” Tanya Kala yang sejak tadi menunggu Cloud muncul. Nic yang juga tak tahu dan hanya bisa meminta putranya bersabar, dia berkata mungkin saja Cloud sedang sibuk di belakang panggung. Ia sendiri tiba-tiba merasa kesal mendapati Arkan tak berada di kursinya dan malah sibuk mengambil gambar dengan kamera yang dibawa. Nic pikir sepupunya itu pasti menunggu Cloud muncul agar bisa mendapat fotonya dari jarak dekat. Para tamu masih menunggu-nunggu puncak dari acara itu, hingga tiba-tiba lampu utama meredup bergan
Cloud tak bisa berkata-kata mendengar kalimat seposesif itu dari bibir suaminya. Jika saja Nic benar-benar mencintainya, jika saja pria itu bisa membuka hati untuk menjalani rumah tangga penuh romansa dengannya. Namun, Cloud tahu Nic hanya candu dengan kemolekan tubuhnya. Mereka masih memandang wajah satu sama lain. Sampai Tasya mendekat dan memberikan tas Cloud juga kunci kamar milik atasannya itu."Maaf Bu, saya takut meninggalkan tas Anda di belakang."Cloud menoleh dan tersenyum. Ia menerima tas dan kunci kamarnya dari tangan Tasya lantas mengucapkan terima kasih. Ia memperbolehkan sekretarisnya itu pulang. Cloud menundukkan kepala saat para tamu yang satu persatu hendak pergi menyapa, sampai senyuman di wajah Cloud terlihat lebih semringah, membuat Nic menoleh ke arah wanita itu menatap.Nic berdecak sebal menyadari Arkan mendekat. Ia bisa menebak sepupunya itu pasti akan mengajak Cloud mengobrol. Tak ingin hatinya semakin terbakar api cemburu, Nic mencekal pergelangan tangan Clo
"Di mana Nic?""Kenapa malam-malam mencari suami orang?" Amuk Cloud. Ia duduk sambil menarik selimut untuk menutupi badan, sesekali menatap Nic yang terlelap.Di seberang sana Amara geram. Dia tak habis pikir bagaimana ponsel Nic bisa ada di tangan Cloud. "Apa kamu ingin mengadu ke Nic kalau gagal merusak acaraku?" Amara terkejut, dia semakin tak bisa berkata-kata karena apa yang dituduhkan Cloud memang benar. Ia baru saja membaca pesan dari Cindy, gadis itu menceritakan kekacauan yang sudah terjadi dan apa yang menimpanya tadi."Nic sedang tidur, kalau ingin bicara dengannya tunggu besok pagi," kata Cloud. Ia menutup panggilan itu lalu meletakkan kembali ponsel suaminya di nakas.Cloud kembali memandangi wajah Nic, hingga dia memutuskan untuk pergi lebih dulu dari kamar itu. Cloud hanya takut dirinya akan sedih, jika memilih tetap tinggal dan esok saat bangun Nic sudah tak ada di sampingnya. Cloud tidak ingin merasa dibuang, sehingga memutuskan pulang ke rumah meninggalkan pria itu
“Karena aku mencintainya, aku tahu alasan Nic menjalin hubungan dengan Amara.”“Cloud!”Arkan terhenyak, dia tak mengerti kenapa Cloud malah menjawab pertanyaannya seperti ini.“Coba katakan! Alasan apa yang membuatmu sampai bertahan dan menerima perselingkuhan Nic.”“Ar, aku tahu kita teman, tapi ada hal-hal yang tidak bisa aku ceritakan padamu,” ujar Cloud. Ia menepuk pelan lengan Arkan seolah meminta pria itu berhenti membahas hal ini. “Terima kasih sudah mencemaskan aku.”Arkan tak bisa lagi mencecar, apalagi Cloud langsung berpaling meninggalkannya berbaur dengan para staff yang sedang menikmati makanan. Arkan melihat Cloud tersenyum lebar, tapi dia tahu senyum Cloud itu palsu.Diam-diam bukan hanya Arkan saja yang mengetahui hubungan Nic dan Amara, Skala dan Rain ternyata juga tahu. Rain bahkan ingin sekali menghajar sang adik ipar jika saja papanya tak menahan.Hari itu, Rain kedatangan papanya di kantor, mereka minum teh bersama di ruang kerjanya, tapi Rain tampak membuang muk
Seperti apa yang sudah direncanakan, Cloud menemui Cindy dan datang ke apartemen gadis itu. Cloud sengaja tidak datang sendiri. Ia mengajak Tasya untuk menjadi saksi apa yang akan dia lakukan ke model yang sudah dengan sengaja ingin mengacaukan acaranya kemarin.Cloud menekan bel. Ia tahu Cindy pasti sudah melihatnya dari lubang pintu, tapi tak berani membuka. Cloud tak ingin menyerah, dia tetap berdiri dan kali ini menelepon ke nomor Cindy agar gadis itu terintimidasi. [ Buka pintunya! Kamu punya dua pilihan, temui aku atau diseret keluar oleh polisi ]Cloud akhirnya mengirim pesan karena Cindy tak kunjung mengangkat panggilannya. Ternyata cara itu berhasil. Cindy membuka pintu dan menyapa, meski dengan nada suara sedikit gemetar. "Tidak perlu takut! Aku hanya ingin menanyakan beberapa hal padamu," ucap Cloud. Cindy pun memersilahkan Cloud dan Tasya masuk, tapi belum juga pantat dua wanita itu mendarat di sofa, Cindy sudah lebih dulu berlutut dan meminta maaf."Aku mohon maafkan a
"Aku akan mengadukan perlakuanmu ini ke Nic."Amara mengancam, tapi bukannya takut Cloud malah tersenyum meski sebenarnya hanya untuk menutupi rasa sesak dan cemburu di hati. "Adukan saja! Aku selalu siap dengan drama," jawab Cloud. Ia memandang Amara dengan tatapan mencibir sebelum pergi meninggalkan wanita itu di lobi.Tasya yang melihat Cloud bersikap seperti tadi, merasa atasannya itu sangatlah keren. Ia bangga menjadi sekretaris Cloud. Sifat pantang menyerah dan tak gampang ditindas wanita itu akan dia jadikan contoh.Cloud masuk ke dalam mobil. Ia mengambil alih kemudi dan membuat Tasya heran."Bu, biarkan saya saja yang membawa mobilnya!""Tidak perlu, aku akan mengantarmu. Kamu mau pulang atau ke kantor dulu?" Tanya Cloud.Tasya kebingungan, dari pertanyaan Cloud barusan, dia tahu sang atasan sepertinya tidak berniat kembali ke perusahaan. Lagi pula hari memang sudah sore, Tasya pun meminta diantar ke halte terdekat untuk menunggu bus.Setelah menurunkan Tasya di halte, Cloud
“Tanyakan saja pada papamu sendiri,” jawab Nic. “Cepatlah ganti baju! Kala sedang menunggu.”Cloud memegangi dada. Jika benar papanya sudah tahu, ini berarti dia sedang dalam masalah besar. Orangtuanya pasti akan memaksanya untuk bercerai dengan Nic, hal yang biasa dia pakai untuk mengancam pria itu bisa jadi akan menjadi kenyataan.Cloud terduduk di tepi ranjang, berpikir mungkinkah sudah saatnya semua rahasia terbongkar, termasuk Nic yang menikahinya hanya untuk dijadikan pelampiasan balas dendam.“Tidak! Dia pasti berbohong, dia ingin menekanku karena sudah menampar Amara,” gumam Cloud.Setelah berganti baju, dia pergi ke kamar Kala. Bibirnya tersenyum melihat anak dan suaminya sedang bercanda. Kala terdengar tertawa nyaring karena Nic menciumi perutnya.“Kala ayo belajar dulu!” Cloud mendekat, dia duduk dan ikut geli melihat tingkah suami dan putranya.“Mama tolong aku, ini geli!”Meski memohon, tapi Kala tampak senang. Nic sendiri bisa tertawa dengan lepas, tak ada kesan sandiwar
Satu bulan kemudian Hari itu awan mendung menyelimuti hati Cloud. Sejak Nic berangkat kerja dan Kala sekolah, Cloud terus menangis karena merasa sangat bersalah ke baby Gaza juga Kala. Bukan tanpa alasan Cloud bersikap seperti ini. Beberapa hari ini dia sering merasa mual dan lemas. Bahkan setelah makan banyak dan mengonsumsi vitamin kondisinya juga masih sama. Hingga, Cloud yang memang sejak melahirkan baby Gaza belum mendapat tamu bulanan memilih untuk mencoba melakukan uji kehamilan. Cloud awalnya hanya iseng dan berpikir untuk tidak berpikir yang macam-macam, tapi dia berakhir lemas saat melihat dua garis merah tertera jelas pada alat uji kehamilan yang dia gunakan. Hati Cloud sedih, merasa sangat bersalah pada dua anaknya terutama ke baby Gaza yang baru saja berumur empat bulan. Karena hal itu, Cloud tidak bisa fokus bekerja dengan tenang meskipun masih bekerja dari rumah. Dia juga takut memberitahu Nic dan sekarang hanya Bianca yang menjadi tumpuannya. Setelah mengetahui diri
Cloud meraba dada Nic, mengusap lembut sambil merapatkan tubuhnya dan menciumi punggung pria itu. Cloud tahu Nic mengizinkannya melakukan itu saat tak mendapatkan penolakan sama sekali, bahkan saat dia mulai menempelkan lalu menggesekkan dadanya yang memang lebih padat karena berisi ASI putra kedua mereka. Nic diam-diam tersenyum, menikmati sentuhan Cloud. Tak lama tanpa ragu Nic akhirnya meraih tangan Cloud yang sejak tadi mengusap dada untuk mulai mengusap miliknya yang berada di antara paha.Cloud tersenyum penuh arti, dia mengangkat kepala untuk menjangkau tengkuk Nic dan memberi kecupan di sana, tak puas Cloud menggigit kecil cuping telinga suaminya bahkan menggelitik beberapa detik menggunakan ujung lidah.Nic pun tak sanggup lagi, dia bergerak dan Cloud pun bergeser, secepat kilat Nic mengurung tubuh Cloud, mencekal ke dua tangan istrinya di sisi kepala."Apa kamu tahu hukuman apa yang pantas diberikan ke wanita yang membuat prianya cemburu?" Tanya Nic."Aku tidak tahu, tapi k
Tidak terasa tiga bulan pun berlalu. Siang itu Cloud menitipkan Gaza ke Bianca karena harus menghadiri pesta pernikahan Thea dan Aditya.“Misal nanti Gaza rewel atau kenapa-napa, Mama langsung kabari aku saja,” ucap Cloud saat menitipkan putra ke duanya.“Kamu itu kayak baru kali ini nitipin anakmu ke Mama,” ucap Bianca. “Kayak masih setengah ga percaya.”Cloud pun tersenyum lebar mendengar protes Bianca kemudian membalas, “Bukan begitu, Ma. Siapa tahu Mama tidak bisa mengatasi kalau Gaza sedang rewel.”“Sudah kamu tenang saja. Nikmati pesta Thea dan jangan mikir yang aneh-aneh. Mama akan menjaga Gaza dengan baik,” ujar Bianca.Cloud pun melebarkan senyum mendengar ucapan Bianca. Dia lantas berpamitan dan pergi bersama Nic juga Kala. Dua orang yang sangat berarti dalam hidupnya itu terlihat mengenakan setelan jas yang sama, Kala bahkan memperlihatkan aura seperti anak bangsawan.“Ayo!” Nic mengulurkan tangan ke Cloud agar istrinya itu bisa menuruni anak tangga dengan nyaman. Mereka te
“Hai.”Arkan masuk menyapa Cloud dan Nic yang ada di kamar. Nic yang awalnya tegang seketika rileks saat menyadari sepupunya datang mengajak Shafira dan memperkenalkan gadis itu sebagai calon istrinya dengan bangga.Nic pun bisa menerima kehadiran Arkan, bahkan bersikap ramah saat menyadari tatapan mata pria itu sudah sangat berbeda ke Cloud.“Bagaimana kondisimu dan juga bayimu?” Tanya Arkan. Dia berdiri di dekat ranjang Cloud bersisian dengan sang kekasih.Cloud sendiri tampak begitu kagum melihat bagaimana anggunnya Shafira. Sebagai seorang pengusaha yang bergerak di bidang fashion, Cloud mendapat inspirasi bagaimana kalau perusahaannya mulai mencoba merambah dunia busana yang bisa dikenakan juga oleh para wanita yang mengenakan hijab.“Kami sehat, bahkan besok aku sudah diperbolehkan pulang,” jawab Cloud lantas menoleh ke baby box di mana bayinya sedang tidur.Shafira langsung mengalihkan tatapan ke sana, senyum gadis itu merekah bahkan diam-diam menarik bagian kemeja Arkan yang a
Kala masuk dan langsung menuju box bayi di mana sang adik tidur. Dia sangat bersemangat untuk melihat bagaimana wajah sang adik dari pada menyapa Cloud dan Nic lebih dulu. Berbeda dengan Bianca yang datang bersama rombongan putranya dan juga Skala. Wanita itu mendekati Cloud dan memeluk putrinya dengan tangis haru."Selamat ya! Kamu hebat, Cloud. Mama bangga," bisik Bianca. Perlahan dia mengurai pelukan sambil berkata membawakan makanan kesukaan Cloud. Bianca menjauh agar yang lainnya juga bisa mengucapkan selamat ke ibu dua anak itu.Seluruh anggota keluarga sudah melek akan informasi hingga berusaha agar Cloud tidak sampai mengalami Baby Blues Syndrome. Ya, terkadang seorang ibu yang baru saja melahirkan merasa tersisihkan, melihat bagaimana sikap orang sekitar yang lebih memperhatikan bayinya dari pada dia yang berjuang mempertaruhkan nyawa."Aku dan Embun sudah menyiapkan kado untukmu, coba lihat!" Pinta Rain sambil mengulurkan sebuah tas kertas kecil ke Cloud. Setelah sang adik
"Ners, tolong itu suami saya!"Cloud yang sudah ingin mengejan masih bisa memikirkan Nic yang baru saja terkena mental. Seorang perawat pun mencoba mendekat untuk memastikan keadaan Nic. Dia memegang lengan pria itu yang tatapannya terlihat kosong."Anda duduk saja di sini ya, Pak!" Ucap perawat itu sebelum kembali mendekat ke ranjang untuk mendengarkan keputusan dokter."Ibu tahan ya! Kita pindah ke ruang bersalin."Dokter pun memberi kode ke perawat yang berada di dekatnya dan Cloud pun segera dipindahkan. Nic sendiri seolah baru sadar saat ranjang sang istri dibawa keluar. Dia berdiri bergegas mengikuti ke mana Cloud pergi."Pak, Anda hanya boleh masuk kalau yakin kuat melihat apa yang terjadi di dalam, kalau tidak lebih baik Anda menunggu di luar." Dokter menahan Nic di depan pintu. Wajah pucat pria itu semakin membuat Dokter berpikir Nic sama sekali tidak siap menemani persalinan Cloud. Dokter pun hendak masuk tapi Nic menerobos sambil berkata dia kuat dan mampu.Meski wajahnya
Kelakuan Nic membuat Kala sampai terbangun, anak itu menggosok mata melihat Cloud berdiri menyanggah pinggang sedangkan Nic sibuk berganti baju. “Mama,” panggil Kala. Cloud yang mendengarnya menoleh, dia pun mendekat ke Nic dan memukul lengan sang suami karena membuat Kala terbangun.“Kala bangun gara-gara kamu,” ucap Cloud masih sambil menahan sakit di bagian perut bawah. Dia mengusap pipi agar Kala tak sampai melihatnya menangis. “Mama, apa Mama masih marah?” Cloud menoleh dan buru-buru menghampiri Kala. Dia membelai pipi anak itu dan mencium puncak kepalanya. Cloud menggeleng dan malah meminta maaf karena merasa keterlaluan memarahi Kala tadi. “Kenapa muka Mama begitu?” Kala menyadari ekspresi wajah Cloud yang berbeda.” Apa Mama sakit?” Tanyanya. “Hm… iya, adik sepertinya mau lahir,” jawab Cloud. Namun, bukannya merasa kasihan ke sang mama, Kala malah melompat-lompat kegirangan di atas kasur. Cloud sampai membeku dan saling pandang dengan Nic. Mata Kala yang mengantuk berub
Cloud ternyata hanya berpura-pura, setelah Kala dan dua keponakannya memasang muka bersalah dan ketakutan, Cloud pun berhenti mengaduh kesakitan. Masing-masing dari Cloud dan juga Embun tentu saja sangat ingin marah. Ini jelas bukan hanya sekadar masalah belanja atau uang puluhan juta, tapi seharusnya Olla dan Kala meminta izin lebih dulu kepada orangtua."Kalau izin namanya ga kejutan donk," ucap Olla. Meski awalnya takut, cucu pertama Skala itu akhirnya berani mengeluarkan pendapat karena mendapat pembelaan opanya."Sudahlah, tidak perlu ribut. Nanti papa yang ganti."Mendengar ucapan Skala baik Cloud dan Embun menoleh bersamaan. Skala sendiri tidak merasa takut diplototi anak dan menantunya, dia malah memanggil Olla, Kala juga Omi dan memeluk ke tiganya bergantian menunjukkan kasih sayang."Benar-benar," gerutu Embun sambil membuang muka.Nic sendiri dengan cara berbisik mengatakan pada Rain, kalau dia akan segera mengganti uang yang dipakai Kala berbelanja."Papa tidak bisa membel
Usia kandungan Cloud pun akhirnya sudah memasuki sembilan bulan. Seperti kesepakatan mereka saat kandungan Cloud masih berumur enam bulan, wanita itu bekerja di rumah karena Nic sudah tidak memperbolehkannya bolak-balik ke perusahaan, demi menjaga kondisi tubuh juga calon buah hati mereka. Bahkan mendekati hari perkiraan lahir, kini Nic dan Cloud tinggal di rumah Skala. Hal ini dilakukan semata-mata karena Nic takut Cloud mengalami kontraksi.Sore itu Rain datang ke rumah sang papa bersama Embun juga anak-anaknya untuk makan malam bersama dan menginap di sana. Saat masuk, Rain melihat sang adik yang duduk di sofa ruang keluarga sambil meluruskan kaki bersama Bianca dan Skala.“Bagaimana kabarmu?” tanya Rain yang langsung menghampiri Cloud.“Baik.” Cloud menjawab kemudian mengelus perutnya karena sang bayi baru saja menendang.Rain dan Embun pun ikut duduk, seperti biasa membiarkan Olla dan Omi bermain di belakang, apalagi Kala juga berada di sana. Awalnya Rain membahas tentang harga s