"Apa maksudmu?" Arkan berpura-pura tidak mengerti dengan apa yang Cloud ucapkan. Ia bahkan menyusul Cloud masuk ke gedung Niel Fashion setelah wanita itu memasang muka kesal dan membanting pintu mobil saat menutupnya.Cloud merasa dirinya tidak asal tuduh. Ia jelas melihat Arkan memulas senyum seolah sengaja agar wartawan tadi bisa mengambil gambar mereka."Cloud!"Ibunda Kala itu akhirnya berhenti melangkahkan kaki karena panggilan Arkan. Ia memutar tumit dan memandang pria itu dengan malas."Kamu salah paham. Bagaimana mungkin aku sengaja?" Cloud mencoba menahan amarah. Dia memilih mengangguk mengiyakan saja ucapan Arkan yang mengelak prasangkanya. Cloud seketika malas, merasa Arkan benar-benar berubah, tidak seperti pria yang dulu dia kenal mau berteman dengan tulus."Kamu harus bekerja bukan? Aku juga ada banyak hal penting yang harus dikerjakan. Terima kasih untuk kopi dan bantuannya." Cloud bersikap dingin. Dia bahkan pergi meninggalkan Arkan terpaku di lobi.Arkan sendiri mer
Nina sedang duduk santai di apartemennya sambil membalas beberapa pesan yang masuk dari beberapa perusahaan dan rumah produksi â yang ingin bekerja sama dengan Kala.Setelah Cloud meminta bantuannya untuk memantau media. Gadis itu mulai bertanya ke beberapa temannya yang bekerja di stasiun TV, mungkinkah ada gosip tentang Ibunda Kala.Awalnya semua teman Nina menjawab tidak ada, hingga saat dia hendak mandi tiba-tiba ponselnya berkedip. Nina buru-buru mengecek dan panik saat temannya mengirim gambar tangkapan layar salah satu media sosial akun gosip."Benar-benar, admin akun ini memang harus diberi pelajaran," gerutu Nina.Ia yang awalnya hendak mandi pun mengurungkan niat, dengan hanya berbalut handuk Nina duduk di tepi ranjang. Tangannya tampak menuliskan pesan dan mengirimnya ke Cloud.[ Sudahlah, Kak! Tidak perlu terlalu berbaik hati dan tak enakkan pada orang. Laporkan saja akun gosip itu biar tau rasa ]Nina menyertakan juga foto yang dikirimkan temannya. Setelah melihat tanda b
Arkan yang tidak siap sampai jatuh tersungkur terkena pukulan Nic. Semua orang yang ada di sana terang saja kaget. Mereka hanya bisa tercenung, karena tidak tahu kenapa suami direktur mereka tiba-tiba datang dan memukul Arkan seperti ini.Belum juga rasa syok mereka hilang, dari arah luar sudah terdengar suara orang berlari. Tak lama pintu studio itu terbuka lebar. Mereka menoleh hampir bersamaan, melihat sosok Cloud yang masuk dan terlihat panik. Cloud membeku mendapati pemandangan di hadapannya saat ini. Ia tak peduli dengan kru dan staff yang sedang menatap penuh pertanyaan. Cloud buru-buru meninggalkan ruang kerja, setelah dikabari oleh Tasya bahwa Nic datang dan mencari keberadaan Arkan di kantornya."Apa kamu tahu pukulan itu untuk apa? Berhenti mendekati istriku dengan dalih menolongnya," ketus Nic. Arkan terkesiap, dia memegang sudut bibirnya yang terasa perih. Cloud sendiri mendekat dan langsung menahan lengan Nic. Pria itu masih menatap tajam sang sepupu meski tahu dirinya
"Apa kamu sudah tidak marah?" "Bagaimana aku bisa marah kalau kamu merayu seperti ini." Nic menciumi pundak Cloud. Tatapan mereka bersirobok dari pantulan cermin ruangan itu. Tangan Nic beralih dari pinggang ke bagian atas tubuh Cloud untuk membuka kancing kemeja wanita itu. Meski dia ada di belakang Cloud, tapi dengan mudah jemarinya meloloskan anak kancing dari lubang baju sang istri. Nic menyasar ceruk leher Cloud lagi, menciuminya hingga membuat wanita itu geli. Cloud menggeliat, dia berbalik dan Nic tanpa membuang waktu langsung meraup pipi dan mencium bibirnya. Cloud meloloskan jas yang dikenakan Nic masih dengan bibir saling mencumbu, dia membuka kancing kemeja milik pria itu dengan cara meraba-raba lantas mengusap dada bidang Nic mesra.Beberapa menit kemudian, Nic melepas tautan bibir mereka, meraih pinggang Cloud dan mendudukkannya di atas meja yang biasa dipakai oleh MUA meletakkan make up. Pria itu kembali melumat bibir ranum Cloud sambil melepaskan kemeja, lalu bra b
"Tidak perlu dibuka! Biarkan saja, mereka juga paling pergi sendiri nanti," ucap Cloud dengan nada suara lirih. Ia menempelkan telunjuk ke depan bibir, mendekat ke pintu mencoba mendengarkan percakapan dari dalam.Nic sendiri geli melihat tingkah sang istri. Ia pun menoleh ke kaca untuk memperbaiki penampilan. Rambutnya tampak masih sedikit kusut karena perbuatan Cloud mengacak, meremas dan menjambaknya beberapa saat yang lalu."Apa kita harus panggil OB? Bagaimana kalau ada orang yang bunuh diri di dalam?"Dugaan orang yang berbicara di luar itu membuat Cloud tersentak, begitu juga Nic yang langsung menoleh dan tertawa menyadari istrinya kaget."Kamu yakin tidak mau keluar? Bisa-bisa mereka mendobrak pintu ini." Nic malah tersenyum bahagia melihat istrinya grogi.Cloud gemas, secara impulsif wanita itu mencubit lengan Nic dan membuatnya berteriak mengaduh kesakitan. Cloud semakin panik tak karuan, dia malah menyalahkan Nic yang tiba-tiba saja datang ke kantornya."Ini gara-gara kamu,
"Tentu saja ada, Tuan. Anda bisa memberikan kekasih Anda cincin berlian. Berlian sendiri adalah jenis batuan yang sejak dulu dijadikan simbol kesakralan dan cinta sejati."Pelayan toko itu mempersilahkan Nic menuju etalase lain, tapi sebelum itu Nic lebih dulu menoleh Cloud yang masih sibuk mencarikan perhiasan untuk hadiah staffnya.Nic berdiri memandang deretan cincin berlian yang berkilauan. Ia mengamati satu persatu sampai menemukan satu model cincin yang membuatnya terpaku. Nic menatap cincin itu sambil berpikir. Ia bahkan tidak ingat bagaimana bentuk cincin pernikahannya dan Cloud dulu. Ia tidak pernah memakainya begitu juga dengan sang istri. Nic bahkan lupa di toko mana dia membeli cincin untuk pernikahannya. "Apa aku bisa lihat yang itu?" Nic menunjuk sebuah cincin yang menarik perhatiannya. Cincin itu menurut Nic tmsederhana, tapi elegan. Sangat cocok untuk kepribadian Cloud yang rendah hati dan tak suka menonjolkan diri.Nic menoleh istrinya lagi, dia buru-buru meminta ci
Aditya tentu saja tidak langsung mengakui tuduhan Doni. Dia berpura-pura bodoh meski sadar nyawanya sedang terancam."Saya benar-benar tidak mengerti apa yang Anda bicarakan."Doni tersenyum masam mendengar sangkalan dari Aditya. Dia mendekat ke pria itu dan memberikan tatapan membunuh."Ibumu seharusnya sudah mati jika bukan aku yang memberi uang sampai dia bisa mendapat donor ginjal. Apa sekarang kamu ingin aku membuat ibumu kembali ke keadaannya saat itu?" Doni mengancam Aditya, menyeringai jahat sebelum mencengkeram dagu anak buahnya itu."Sekarang pilih! Ibumu atau keponakan bodohku."Pertanyaan Doni membuat Aditya sedikit gemetar. Ia benar-benar diambang dilema. Bagaimana mungkin dia membiarkan ibunya celaka, tapi apa jadinya jika wanita yang melahirkannya tahu dia berbuat jahat lagi. Padahal dia sudah berjanji untuk memperbaiki kesalahan dan berdiri di jalan yang benar."Kenapa kamu tidak menjawab? Apa kamu menantang? Aditya, meski kamu sudah bertahun-tahun menjadi orangku, tapi
Aditya merasa beruntung karena Doni tidak melakukan hal di luar nalar kepadanya. Ia mungkin saja bisa kehilangan nyawa di tangan pria itu tadi. Kini Aditya merasa dilema, karena tidak bisa dengan leluasa menghubungi Nic. Dia tahu saat ini dan sampai mendapatkan apa yang diinginkan, Doni pasti akan terus memantau gerak-geriknya.Aditya pun bergegas pergi dari perusahaan Doni. Sepanjang perjalanan dia sadar ada seseorang yang sedang mengikuti di belakang. Untuk saat ini Aditya hanya takut jika Doni melakukan hal yang buruk ke sang Ibunda. Bagaimanapun juga sebagai anak dia tidak ingin sampai wanita yang melahirkannya celaka.Meski tahu sedang berada di bawah pengawasan Doni, tapi Aditya tetap berusaha sekuat tenaga bersikap biasa. Dalam perjalanan pulang, dia memutuskan berbelok ke sebuah supermarket guna berbelanja kebutuhan rumah untuk ibunya. Aditya mencoba tak peduli, walau sesekali masih sambil melirik ke belakang dan waspada. Aditya mengambil keranjang belanja kemudian berjalan l
Satu bulan kemudian Hari itu awan mendung menyelimuti hati Cloud. Sejak Nic berangkat kerja dan Kala sekolah, Cloud terus menangis karena merasa sangat bersalah ke baby Gaza juga Kala. Bukan tanpa alasan Cloud bersikap seperti ini. Beberapa hari ini dia sering merasa mual dan lemas. Bahkan setelah makan banyak dan mengonsumsi vitamin kondisinya juga masih sama. Hingga, Cloud yang memang sejak melahirkan baby Gaza belum mendapat tamu bulanan memilih untuk mencoba melakukan uji kehamilan. Cloud awalnya hanya iseng dan berpikir untuk tidak berpikir yang macam-macam, tapi dia berakhir lemas saat melihat dua garis merah tertera jelas pada alat uji kehamilan yang dia gunakan. Hati Cloud sedih, merasa sangat bersalah pada dua anaknya terutama ke baby Gaza yang baru saja berumur empat bulan. Karena hal itu, Cloud tidak bisa fokus bekerja dengan tenang meskipun masih bekerja dari rumah. Dia juga takut memberitahu Nic dan sekarang hanya Bianca yang menjadi tumpuannya. Setelah mengetahui diri
Cloud meraba dada Nic, mengusap lembut sambil merapatkan tubuhnya dan menciumi punggung pria itu. Cloud tahu Nic mengizinkannya melakukan itu saat tak mendapatkan penolakan sama sekali, bahkan saat dia mulai menempelkan lalu menggesekkan dadanya yang memang lebih padat karena berisi ASI putra kedua mereka. Nic diam-diam tersenyum, menikmati sentuhan Cloud. Tak lama tanpa ragu Nic akhirnya meraih tangan Cloud yang sejak tadi mengusap dada untuk mulai mengusap miliknya yang berada di antara paha.Cloud tersenyum penuh arti, dia mengangkat kepala untuk menjangkau tengkuk Nic dan memberi kecupan di sana, tak puas Cloud menggigit kecil cuping telinga suaminya bahkan menggelitik beberapa detik menggunakan ujung lidah.Nic pun tak sanggup lagi, dia bergerak dan Cloud pun bergeser, secepat kilat Nic mengurung tubuh Cloud, mencekal ke dua tangan istrinya di sisi kepala."Apa kamu tahu hukuman apa yang pantas diberikan ke wanita yang membuat prianya cemburu?" Tanya Nic."Aku tidak tahu, tapi k
Tidak terasa tiga bulan pun berlalu. Siang itu Cloud menitipkan Gaza ke Bianca karena harus menghadiri pesta pernikahan Thea dan Aditya.âMisal nanti Gaza rewel atau kenapa-napa, Mama langsung kabari aku saja,â ucap Cloud saat menitipkan putra ke duanya.âKamu itu kayak baru kali ini nitipin anakmu ke Mama,â ucap Bianca. âKayak masih setengah ga percaya.âCloud pun tersenyum lebar mendengar protes Bianca kemudian membalas, âBukan begitu, Ma. Siapa tahu Mama tidak bisa mengatasi kalau Gaza sedang rewel.ââSudah kamu tenang saja. Nikmati pesta Thea dan jangan mikir yang aneh-aneh. Mama akan menjaga Gaza dengan baik,â ujar Bianca.Cloud pun melebarkan senyum mendengar ucapan Bianca. Dia lantas berpamitan dan pergi bersama Nic juga Kala. Dua orang yang sangat berarti dalam hidupnya itu terlihat mengenakan setelan jas yang sama, Kala bahkan memperlihatkan aura seperti anak bangsawan.âAyo!â Nic mengulurkan tangan ke Cloud agar istrinya itu bisa menuruni anak tangga dengan nyaman. Mereka te
âHai.âArkan masuk menyapa Cloud dan Nic yang ada di kamar. Nic yang awalnya tegang seketika rileks saat menyadari sepupunya datang mengajak Shafira dan memperkenalkan gadis itu sebagai calon istrinya dengan bangga.Nic pun bisa menerima kehadiran Arkan, bahkan bersikap ramah saat menyadari tatapan mata pria itu sudah sangat berbeda ke Cloud.âBagaimana kondisimu dan juga bayimu?â Tanya Arkan. Dia berdiri di dekat ranjang Cloud bersisian dengan sang kekasih.Cloud sendiri tampak begitu kagum melihat bagaimana anggunnya Shafira. Sebagai seorang pengusaha yang bergerak di bidang fashion, Cloud mendapat inspirasi bagaimana kalau perusahaannya mulai mencoba merambah dunia busana yang bisa dikenakan juga oleh para wanita yang mengenakan hijab.âKami sehat, bahkan besok aku sudah diperbolehkan pulang,â jawab Cloud lantas menoleh ke baby box di mana bayinya sedang tidur.Shafira langsung mengalihkan tatapan ke sana, senyum gadis itu merekah bahkan diam-diam menarik bagian kemeja Arkan yang a
Kala masuk dan langsung menuju box bayi di mana sang adik tidur. Dia sangat bersemangat untuk melihat bagaimana wajah sang adik dari pada menyapa Cloud dan Nic lebih dulu. Berbeda dengan Bianca yang datang bersama rombongan putranya dan juga Skala. Wanita itu mendekati Cloud dan memeluk putrinya dengan tangis haru."Selamat ya! Kamu hebat, Cloud. Mama bangga," bisik Bianca. Perlahan dia mengurai pelukan sambil berkata membawakan makanan kesukaan Cloud. Bianca menjauh agar yang lainnya juga bisa mengucapkan selamat ke ibu dua anak itu.Seluruh anggota keluarga sudah melek akan informasi hingga berusaha agar Cloud tidak sampai mengalami Baby Blues Syndrome. Ya, terkadang seorang ibu yang baru saja melahirkan merasa tersisihkan, melihat bagaimana sikap orang sekitar yang lebih memperhatikan bayinya dari pada dia yang berjuang mempertaruhkan nyawa."Aku dan Embun sudah menyiapkan kado untukmu, coba lihat!" Pinta Rain sambil mengulurkan sebuah tas kertas kecil ke Cloud. Setelah sang adik
"Ners, tolong itu suami saya!"Cloud yang sudah ingin mengejan masih bisa memikirkan Nic yang baru saja terkena mental. Seorang perawat pun mencoba mendekat untuk memastikan keadaan Nic. Dia memegang lengan pria itu yang tatapannya terlihat kosong."Anda duduk saja di sini ya, Pak!" Ucap perawat itu sebelum kembali mendekat ke ranjang untuk mendengarkan keputusan dokter."Ibu tahan ya! Kita pindah ke ruang bersalin."Dokter pun memberi kode ke perawat yang berada di dekatnya dan Cloud pun segera dipindahkan. Nic sendiri seolah baru sadar saat ranjang sang istri dibawa keluar. Dia berdiri bergegas mengikuti ke mana Cloud pergi."Pak, Anda hanya boleh masuk kalau yakin kuat melihat apa yang terjadi di dalam, kalau tidak lebih baik Anda menunggu di luar." Dokter menahan Nic di depan pintu. Wajah pucat pria itu semakin membuat Dokter berpikir Nic sama sekali tidak siap menemani persalinan Cloud. Dokter pun hendak masuk tapi Nic menerobos sambil berkata dia kuat dan mampu.Meski wajahnya
Kelakuan Nic membuat Kala sampai terbangun, anak itu menggosok mata melihat Cloud berdiri menyanggah pinggang sedangkan Nic sibuk berganti baju. âMama,â panggil Kala. Cloud yang mendengarnya menoleh, dia pun mendekat ke Nic dan memukul lengan sang suami karena membuat Kala terbangun.âKala bangun gara-gara kamu,â ucap Cloud masih sambil menahan sakit di bagian perut bawah. Dia mengusap pipi agar Kala tak sampai melihatnya menangis. âMama, apa Mama masih marah?â Cloud menoleh dan buru-buru menghampiri Kala. Dia membelai pipi anak itu dan mencium puncak kepalanya. Cloud menggeleng dan malah meminta maaf karena merasa keterlaluan memarahi Kala tadi. âKenapa muka Mama begitu?â Kala menyadari ekspresi wajah Cloud yang berbeda.â Apa Mama sakit?â Tanyanya. âHm⌠iya, adik sepertinya mau lahir,â jawab Cloud. Namun, bukannya merasa kasihan ke sang mama, Kala malah melompat-lompat kegirangan di atas kasur. Cloud sampai membeku dan saling pandang dengan Nic. Mata Kala yang mengantuk berub
Cloud ternyata hanya berpura-pura, setelah Kala dan dua keponakannya memasang muka bersalah dan ketakutan, Cloud pun berhenti mengaduh kesakitan. Masing-masing dari Cloud dan juga Embun tentu saja sangat ingin marah. Ini jelas bukan hanya sekadar masalah belanja atau uang puluhan juta, tapi seharusnya Olla dan Kala meminta izin lebih dulu kepada orangtua."Kalau izin namanya ga kejutan donk," ucap Olla. Meski awalnya takut, cucu pertama Skala itu akhirnya berani mengeluarkan pendapat karena mendapat pembelaan opanya."Sudahlah, tidak perlu ribut. Nanti papa yang ganti."Mendengar ucapan Skala baik Cloud dan Embun menoleh bersamaan. Skala sendiri tidak merasa takut diplototi anak dan menantunya, dia malah memanggil Olla, Kala juga Omi dan memeluk ke tiganya bergantian menunjukkan kasih sayang."Benar-benar," gerutu Embun sambil membuang muka.Nic sendiri dengan cara berbisik mengatakan pada Rain, kalau dia akan segera mengganti uang yang dipakai Kala berbelanja."Papa tidak bisa membel
Usia kandungan Cloud pun akhirnya sudah memasuki sembilan bulan. Seperti kesepakatan mereka saat kandungan Cloud masih berumur enam bulan, wanita itu bekerja di rumah karena Nic sudah tidak memperbolehkannya bolak-balik ke perusahaan, demi menjaga kondisi tubuh juga calon buah hati mereka. Bahkan mendekati hari perkiraan lahir, kini Nic dan Cloud tinggal di rumah Skala. Hal ini dilakukan semata-mata karena Nic takut Cloud mengalami kontraksi.Sore itu Rain datang ke rumah sang papa bersama Embun juga anak-anaknya untuk makan malam bersama dan menginap di sana. Saat masuk, Rain melihat sang adik yang duduk di sofa ruang keluarga sambil meluruskan kaki bersama Bianca dan Skala.âBagaimana kabarmu?â tanya Rain yang langsung menghampiri Cloud.âBaik.â Cloud menjawab kemudian mengelus perutnya karena sang bayi baru saja menendang.Rain dan Embun pun ikut duduk, seperti biasa membiarkan Olla dan Omi bermain di belakang, apalagi Kala juga berada di sana. Awalnya Rain membahas tentang harga s