"Kau bicara apa, Ken?"
"Apa kau tidak ingat dengan pengkhianatan yang sudah kau lakukan? Kau selingkuh, mencuri bahkan membuat perusahaanku bangkrut. Setelah itu kau pergi dan melupakan itu semua?" Kenneth tersenyum miris.
Sebenarnya dia ingin menghabisi 'Chloe' sekarang, tetapi kemudian berpikir untuk membuatnya merasakan hidup dalam neraka. Terlalu mudah dan cepat kalau wanita itu harus kehilangan nyawa sekarang. Kenneth berpikir ingin menyiksanya seumur hidup sampai luka di hatinya berangsur pulih.
"K-ken, lepaskan aku! Aku tidak bersalah!" pinta wanita itu dengan suara lirih. Kenneth berdecih melihat bibir mantan istrinya yang gemetaran. Chloe pasti benar-benar takut sekarang.
"Melepasmu setelah berhasil kutemukan?" Kenneth mendorongnya kasar. "Apa kau pikir aku bisa kau bodohi lagi, Chloe? Tidak, itu tidak akan pernah terjadi."
Kenneth muak. Dia merasa aneh melihat sikap 'Chloe' yang mulanya bahagia penuh percaya diri, lalu ketakutan. Hal ini membuat Kenneth berpikir bahwa mantan istrinya sedang mencoba menghindar.
"Kenapa kau diam?!" teriak Kenneth membuat wanita itu semakin ketakutan.
'Chloe' melirik ke kanan dan kiri seolah ingin kabur dari sana. Dia memeluk lututnya yang ikut gemetar, hatinya berdenyut perih. Sementara Kenneth menebak kalau Chloe mengira dirinya akan kembali menjadi nyonya seperti dulu.
Setelah menarik napas panjang berulang kali, juga mengumpulkan sisa tenaga, wanita itu kini berdiri tegak. Dia membalas tatapan mata Kenneth yang semakin tajam.
"Baiklah, aku akan memberitahu sesuatu padamu. Jangan menyiksaku lagi karena sebenarnya aku bukan Chloe yang kau cari!"
"Hey, kau bercanda? Lihat wajahmu di cermin. Bahkan anjing pun tahu kau itu Chloe!"
Kenneth kembali menampar wajah wanita yang baru saja mengelak itu. Dia sendiri bisa melihat penampilan mereka jauh berbeda, tetapi Kenneth merasa kalau wanita sialan iyu hanya mencoba mengelabuinya.
"Aku bukan Chloe!" teriak wanita itu lagi.
"Kalau kau bukan Chloe, lalu siapa?" Kenneth tertawa kecil. "Jalang yang selingkuh karena suaminya bangkrut?"
Kenneth menatap 'Chloe' dengan tatapan merendahkan. Dia membuang napas sambil terus menggulung sabuk di tangannya, kemudian mencambuk pinggang wanita yang berhasil membuatnya bimbang itu.
"Jangan merendahkanku seperti itu. Kau tidak boleh menghukum seseorang atas kesalahan yang tidak pernah dia lakukan!" Telunjuk 'Chloe' mengarah tepat di depan wajah Kenneth yang memerah.
Dia semakin aneh padahal mulanya mengaku sedang rindu pada Kenneth, lantas kenapa mengelak kalau dia adalah Chloe? Apakah dia tidak mau hidup dalam neraka?
"Atas kesalahan yang tidak pernah kau lakukan? Sepertinya aku harus membuatmu mengingat kesalahan itu, Chloe!"
Lagi, Kenneth mencambuk wanita itu sampai meraung kesakitan. Kali ini dia tidak boleh lolos dan harus membayar luka Kenneth selama ini.
"Kau sialan, Ken!" teriak wanita gila itu lagi.
Kenneth tersenyum miring. Bahkan dari cara wanita itu memanggil nama Kenneth membuat lelaki itu semakin yakin kalau dia adalah Chloe Dakota. Rupanya dia terlalu bodoh untuk bersandiwara.
"Kau salah orang, namaku Claire!"
Kenneth tertegun. Sabuk di tangannya jatuh ke lantai, sedangkan wanita itu menangis pilu. Dia menjelaskan bahwa dirinya baru pertama kali menginjakkan kaki di Phoenix dan belum pernah menikah.
Lelaki itu terpaku memandang wajah wanita yang mengaku sebagai Claire. Wajahnya dengan mantan istri Kenneth begitu mirip, hanya saja dia sedikit lebih kurus. Perbedaannya juga terlihat dari polesan make up yang sangat natural.
Chloe tentu saja berbeda karena dia lebih suka memakai lipstick berwarna gelap. Namun, model rambut mereka sama sehingga Kenneth yakin bahwa wanita gila itu hanya sedang mempermainkannya.
Tentu saja 'Chloe' tiba-tiba tidak mengakui dirinya atau terpaksa dibuang ke neraka, begitu pikir Kenneth. Akhirnya, dia mendekat lantas bertanya pelan, tetapi penuh penekanan. "Chloe tidak memiliki saudara, lalu kau siapa dan kenapa begitu mirip dengannya?"
"Sungguh, aku bukan Chloe. Namaku Claire."
"Apa kau pikir bisa menipuku? Berhenti mengatakan kalau kau bukan Chloe!"
"Aku ini Claire!" teriak 'Chloe'.
"Sebut nama itu sekali lagi, kemudian aku akan menambah hukumanmu!" geram Kenneth. Lubang hidungnya sedikit melebar menahan amarah.
"Kukatakan aku adalah Claire!" Rupanya wanita itu tidak takut pada ancaman Kenneth membuatnya harus mendapat sabetan keras di pinggang. "Aku sungguh bukan Chloe yang kau cari, lepaskan aku!" lanjutnya lagi.
Kenneth merasa hampir gila memikirkan apa yang sudah terjadi pada 'Chloe'. Kalau saja dia lupa ingatan, kenapa tadi begitu percaya diri? Tatapan tajam mereka begitu sama, lantas kenapa 'Chloe' berani mengelak?
"Hentikan tipu dayamu, Iblis!"
"Tidak. Aku tidak sedang menipumu, Ken. Aku ini memang Claire dan kau bisa melihat kartu identitasku!"
Kenneth menekan kuat dagu 'Chloe', sorot matanya semakin tajam. "Tunjukkan atau kau aku kirim ke neraka!"
Dengan tangan gemetar, wanita itu mendorong tubuh kekar Kenneth agar menjauh darinya. Dia membuka tas cokelat miliknya, mencari sesuatu di dalam sana.
Kenneth kembali menggeram karena 'Chloe' tidak menunjukkan apa-apa. Amarah sudah semakin memuncak sehingga sekali lagi harus memberinya sabetan di punggung. "Cepat!"
"Tu-tunggu sebentar, aku masih mencarinya."
Namun, sampai dua menit berlalu, wanita itu tidak mengeluarkan apa-apa dari dalam tasnya. Kenneth. Dengan penuh rasa takut, dia balas menatap Kenneth.
"Kenapa, Claire? Kau tidak bisa menunjukkan kartu identitasmu? Tentu saja karena kau adalah Chloe!" Kenneth menarik kasar rambut wanita itu mengililingi kamar yang begitu luas.
Dia tidak peduli dengan tangisan pilu yang menggema. Bahkan Kenneth berpikir ingin mencabut rambut itu sampai habis. Amarahnya terlalu membuncah, dia tidak bisa menahan diri apalagi sampai membiarkan wanita itu hidup tenang.
"Matilah kau, Chloe! Aku sudah lama menyimpan dendam ini dan akhirnya aku menemukanmu! Matilah kau di tanganku, rasakan akibat dari perbuatanmu sendiri!"
Selama ini Kenneth sudah cukup tersiksa. Bertahun-tahun dia menahan luka di hati, apalagi jika Nicholas putra mereka menanyakan keberadaan ibunya. Berulang kali Kenneth harus berbohong agar anak itu melupakan ibunya, tetapi tidak pernah berhasil.
"Aku tidak peduli namamu Chloe atau Claire karena yang pasti aku sangat membenci wajah ini. Wajah yang dulu tertawa mengejek ketika aku memergokimu di hotel. Bahkan aku masih ingat hinaan yang kau ucap dulu, Chloe." Kenneth tersenyum miris sambil membenturkan kepala wanita itu ke lantai.
Untuk ke sekian kalinya, rintihan dari wanita itu kembali membuat Kenneth tersenyum miring. Dia mendekat hendak menendang wajah 'Chloe', tetapi urung begitu wanita itu menatapnya tajam.
"Sekali lagi kukatakan, aku bukan Chloe yang kau cari. Tentang masa lalumu dengan wanita itu, sama sekali bukan urusanku." Dia menakup kedua tangan di depan dada. "Jadi, tolong biarkan aku pergi dari sini, Tuan Kenneth Wilson!"
"Hentikan omong kosongmu, Chloe. Bahkan iblis pun tahu kau sedang berbohong." Rahang Kenneth mengeras, kedua tangannya terkepal kuat.
Kesabaran lelaki itu hampir saja habis. Dia mengangkat tubuh wanita itu, membawanya ke kamar mandi dan melemparnya ke dalam bath up yang penuh dengan air dingin sekalipun cinta dalam hatinya berusaha mencegah.
Kenneth menggemakan tawa ketika melihat wanita yang sangat dia benci menggigil di bawah guyuran air. 'Chloe' memeluk tubuhnya sendiri, tetapi tangan kiri Kenneth menenggelamkannya beberapa detik sampai wanita itu kesulitan mengambil napas.
Kenneth tersenyum puas. Dia begitu bahagia melihat penderitaan 'Chloe'. Setelah ini harus ada siksaan yang lebih membekas lagi agar wanita itu mengakui bahwa dia lah Chloe Dakota, wanita iblis yang selingkuh ketika suaminya sedang terpuruk.
"Hentikan! Kau bisa membunuhku!" teriak 'Chloe' yang suaranya ikut tenggelam ke dalam air.
"Aku memang ingin membunuhmu sejak lama, Chloe. Tepat ketika kau merintih di bawah tubuh lelaki lain, tetapi sepertinya aku harus membiarkanmu hidup dalam neraka sebelum ajalmu benar-benar tiba." Kenneth menggemakan tawa dalam kamar mandi bernuansa putih itu. Tangannya benar-benar tidak lelah mendorong kepala itu agar tenggelam semakin dalam. Tiba-tiba salah seorang pelayan masuk ke kamar itu. "Tuan, apakah sudah waktunya?" "Ya, bawa segera padaku!" perintah Kenneth menyudahi aktivitasnya. Detik ini dia membiarkan 'Chloe' mengambil napas. Lihatlah, bahkan wajah wanita itu sudah merah bagai seekor kepiting rebus. Dua orang pelayan ikut masuk ke kamar mandi itu dan menuangkan bongkahan es yang begitu besar ke dalam bath up. 'Chloe' memekik karena rasa dingin yang semakin menusuk. Bibirnya gemetar, sementara wajah cantiknya berubah pucat. "Apa yang kau lakukan? Kau sungguh ingin membunuhku?" "Kukira ingatanmu masih bagus, Chloe. Rupanya kau semakin bodoh setelah pisah dariku!" "Su
Setelah berucap demikian, Kenneth keluar ruangan, sedangkan wanita itu melakukan aktivitas yang sudah seharusnya atau akan disiksa lagi. Dia menitikkan air mata begitu mengingat kejadian sebelum dia menginjakkan kaki di Phoenix.Saat itu di Michigan, seorang wanita berpenampilan mewah melangkah cepat mendekati rumah kecil di ujung jalan di mana ada sosok wanita lugu di sana. Begitu sampai, dia langsung berteriak, "Claire, kau harus ikut denganku!""Chloe?"Wanita angkuh bernama Chloe adalah saudari kembar Claire Dakota. Mereka sudah lama berpisah karena sifat keras kepala wanita itu. Dia tidak mau hidup sederhana bersama ayahnya yang sudah sakit-sakitan sementara ibunya menikah lagi."Kau tidak perlu terkejut, sekarang ikut denganku!" geram Chloe menarik paksa lengan Claire.Mereka melangkah sedikit menjauh dan berhenti di tempat yang sepi. Wajah keduanya begitu mirip seolah manusia yang berdiri di depan cermin. Hal yang membuat mereka terlihat berbeda hanyalah polesan make up Claire
"Kau bicara apa, Ken? Tentu aku juga berhak menghukum wanita sialan ini!" sentak Elena."Tidak ada di antara kalian yang bisa menghukumku. Kenapa kau selalu menganggapku Chloe? Aku ini Claire!" teriak Claire berani.Ya, wanita malang itu sejak tadi menyebut nama asli sendiri karena tidak menyangka kalau ternyata Kenneth menyimpan dendam pada Chloe dan saudaranya tidak pernah memberitahu hal itu. Apalagi sekarang belum memiliki alasan kuat untuk bertahan selain keselamatan Jonathan.Bukannya percaya, Elena dan Keily tertawa keras. Mereka berdua menganggap Claire sedang bersandiwara agar tidak mendapat hukuman padahal dia memiliki banyak kesalahan sebelum pergi dari mansion itu.Sekalipun sudah tujuh tahun berlalu, tetapi tidak ada yang bisa melupakan bagaimana Chloe bersikap pada mereka. Dari pelayan rendahan sampai kepala pelayan saja ikut berbisik membicarakan wanita itu."Diam!" bentak Kenneth.Lelaki dingin itu menarik lengan Claire menjauh dari sana. Sekalipun Elena adalah ibunya,
Claire terus melangkah mengikuti pelayan itu sampai di depan pintu bernuansa cokelat. "Silakan masuk, Nyonya. Aku harus melakukan pekerjaan lain!"Setelah wanita berpakaian pelayan itu pergi, tangan Claire meraih handle pintu dan membukanya lebar. Di sebuah kursi kebanggaan, Kenneth duduk dengan memberi tatapan dingin.Claire langsung masuk dan duduk di kursi depan Kenneth. Mereka beradu pandang dengan pikiran masing-masing. Sungguh, saat ini Claire begitu menyesali dirinya yang sudah sepakat bekerja sama dengan Chloe, padahal sudah sejak dulu wanita itu tahu kalau saudarinya begitu licik.Nasi sudah menjadi bubur. Sekarang jika harus lari pun, Claire tidak akan bisa. Ke mana pun dia pergi, pasti dengan mudah Kenneth temukan. Wanita malang itu jadi bingung bagaimana cara membuat Kenneth jatuh cinta sementara dendam dalam hati lelaki itu masih terus menggelora."Aku ada pertanyaan dan kuminta kau menjawabnya dengan jujur!" Suara Kenneth memecah lamunan Claire."Pertanyaan apa?""Saat p
"Kenapa aku tidak boleh melarangmu?" Kenneth ikut melipat kedua tangan di depan dada lantas mendekati wanita yang masih dia anggap mantan istri. "Apa kau lupa, Chloe? Kau di sini untuk menerima hukuman, bukan sebagai nyonya. Paham?"Raut wajah Claire seketika berubah tegang. Wanita malang itu pastilah lupa alasan Kenneth membawanya ke mansion setelah berhasil ditemukan. Padahal gadis itu berharap kesalahan Chloe tidak lagi membayangi penghuni mansion.Nyatanya dia salah. Jika Kenneth saja masih belum cukup puas untuk menghukum Chloe, maka bagaimana dengan yang lain? Claire memejamkan mata, kini dia benar-benar sudah terjebak. Bahkan kalau saja dia mengelak seribu kali kalau dirinya bukan wanita iblis itu, maka semua orang tetap tidak akan percaya."Baiklah. Sekarang katakan, kenapa kau memanggilku ke sini?""Untuk memberimu tugas.""Bukankah tugasku sudah jelas, merawat Nicholas dan membersihkan kamar kalian serta taman?"Kenneth menggeleng dengan gerakan kaku, kedua matanya terpejam,
"Nicholas!"Sekalipun Claire berteriak, anak lelaki itu tetap tidak mau diam. Dia melempar benda apa saja yang bisa diraih oleh tangannya. Emosinya meluap, dia tidak bisa mengendalikan diri.Namun, bukan Claire namanya jika harus mengalah saat itu juga. Dia melepaskan Nicholas, kemudian berdiri sedikit menjauh. Gadis itu berpikir bagaimana cara mendekati Nicholas."Keluar dari sini!" teriak Nicholas frustrasi."Oh, Tuhan. Kenapa kau membuat Nicholas marah?" Tiba-tiba Elena datang ketika mendengar keributan tersebut.Dia sengaja memanas-manasi Nicholas dengan mengatakan kalau wanita yang berdiri di sampingnya adalah seorang ibu yang kejam di mana dirinya ditinggalkan demi lelaki lain. Anak itu pun menggeram, dia memberi tatapan dingin pada Claire.Sementara itu, Keily mendekati Claire. "Kau tidak akan bisa mengambil hati Nicholas. Ingat itu!""Kenapa aku tidak bisa mengambil hati putraku sendiri?" Claire duduk melengkungkan punggung seelegan mungkin di dekat Nicholas. Dengan dagu sedik
"Lantas kenapa kalau memang aku mengaku pada Nicholas? Hal itu tidak merugikanmu, bukan?"Rahang Kenneth mengeras mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Claire. Dia marah dan Claire sangat tahu itu karena sejak awal dia memang hanya diminta sebagai pengasuh yang artinya Nicholas tidak boleh tahu kalau wanita itu adalah ibunya."Kau tidak perlu mengaku pada Nicholas, dia tidak butuh ibu sepertimu." Kenneth mendengus marah lantas menarik tangan wanita itu agar menjauh dari kamar di mana Nicholas berada."Benarkah? Tetapi bagaimana ini, Nicholas begitu nyaman dalam pelukanku. Dia tahu aku ini ibunya, ibu yang terpaksa meninggalkannya." Kaki Claire gemetaran di bawah sana, tetapi itu sekarang tidak penting. Dia ingin kebahagiaan Nicholas terwujud. "Apa kau tidak menyadari bagaimana putramu merindukan kasih sayangku? Sadarlah, Ken!""Sebelum memikirkan tentang Nicholas, aku ingin bertanya." Sebelah tangan Kenneth mencengkram dagu milik Claire. Sorot matanya menatap penuh kebencian. "S
Claire kembali ke kamar yang sudah ditunjuk oleh Kenneth. Dia bingung hendak melakukan apa sekarang. Bagi wanita itu, sepakat untuk bekerja sama dengan Chloe adalah kesalahan terbesar yang pernah dia lakukan.Dia terjebak oleh kalimatnya sendiri. Bagaimana mungkin Kenneth bisa percaya kalau dirinya adalah Claire sementara wajah keduanya begitu sama. Ingin tetap menggantikan Chloe pun bukan tantangan yang mudah."Sial!" Claire memukul dinding. Dia berpikir bagaimana caranya bisa mendapatkan hati Kenneth dan Nicholas dalam waktu singkat agar penderitaan itu lekas berakhir.Dia menyesal sudah percaya pada Chloe bahwa tugasnya hanya sebagai istri pengganti sementara saja. Claire tidak diberitahu bahwa Kenneth dan seluruh penghuni mansion itu menyimpan dendam yang begitu membara.Kejam sekali. Chloe membiarkan saudari kembarnya untuk merasakan siksaan itu sementara nanti dirinya hanya akan mendapat cinta. Claire menghela napas panjang, dia juga takut untuk menjelaskan itu pada Kenneth kare
Kenneth menyusul istrinya di taman yang selalu indah itu. Sebuah tempat di mana Claire pernah dihukum oleh Elena dan Keily dengan mengerumuninya dengan semut. Akan tetapi, semua kini berbeda karena dia tengah berbincang hangat dengan Nicholas.Apa yang mereka bicarakan? Kenneth terlalu penasaran, dia pun mendekat dengan langkah yang sangat pelan agar tidak ketahuan. Dia berhenti, berdiri di balik pohon kecil."Aku tahu, Ibu. Pertama melihatmu, aku berusaha untuk membenci karena ayah menyuruhku, tetapi aku tidak bisa. Setiap hari aku marah karena sulit untuk benci padamu. Apalagi kau sangat lembut dan penyayang dan itu meluluhkan hatiku. Kurasa, ayah pun memiliki perasaan yang sama sehingga tidak langsung menghukummu?""Benarkah?"Nicholas mengangguk. "Kau tahu, ayah selalu marah pada siapa saja yang mencoba untuk mengenalkannya dengan wanita lain. Ketika mereka menyebut nama Chloe, aku pasti bersembunyi dalam kamar untuk menghindari amukannya. Ayah adalah orang yang paling membenci ib
"Kau bukan tidak percaya, tetapi tidak menduga, Ken." Elena tersenyum tipis pada putranya. "Tentu saja, karena dia ada dalam hatimu. Kau memberikan cinta yang tulus, tetapi kemudian berkhianat. Sebenarnya, aku memang pernah memergoki mereka sedang bercumbu dalam kamar kosong, tetapi hanya diam karena tidak ingin mendapat masalah. Aku tahu, mengusik Claire akan membuatmu marah. Akan tetapi, ketika masalah ini sudah kita bahas, mustahil untuk tetap diam, bukan?"Dada Claire naik turun, dia sedang tersulut emosi dan mencoba menebak dalang dari masalah itu. Dia mengamati tingkah semua orang yang berdiri di sana dan mendapati si pelayan gemuk selalu mencuri pandang pada Elena.Dugaan yang bagus. Claire tahu kalau mereka berdua bersekutu untuk melawannya. Baiklah, jika itu yang Elena inginkan, maka Claire pasti memberi bukti kalau dia memang pantas untuk tetap hidup sebagai menantu keluarga Wilson.Apa yang harus dia takutkan? Kenneth percaya padanya dan Elena adalah orang yang sangat dia b
Ini kali pertama Claire memasuki kamar Jennifer. Dia sengaja memboyong gadis itu karena penasaran dengan sesuatu. Ternyata jawabannya sudah ada, Jennifer memang sangat mencintai Billy. Kamar mereka penuh dengan foto lelaki sialan itu.Apakah romantis? Tidak, Claire tidak melihat cinta di raut wajah Billy. Dia terlihat seperti menganggap Jennifer adik sendiri. Kenapa gadis itu tidak bisa melihatnya? Mungkinkah dia baru belajar mengenal cinta?Dalam foto itu, Jennifer lah yang selalu tertawa lepas, memeluk bahkan bersandar di bahu Billy. Sementara Billy tersenyum samar, bahkan tidak menyentuh pundak kekasihnya sama sekali seakan foto itu tidak pernah dia inginkan."Menyedihkan!" umpat Claire tidak sengaja.Elena menoleh. Jennifer memang bukan anak kandungnya, tetapi apakah pantas dia mendengar umpatan tadi? Gadis itu terlalu lugu, Elena sangat tahu. Antara mereka berdua, Elena lebih memilih Jennifer."Apa maksudmu? Kau mengatakan Jennifer menyedihkan karena dia hamil sementara Billy tel
Kenneth dan Claire sudah tiba di depan rumah. Sepanjang jalan tadi, wanita itu memikirkan nasib saudaranya. Meskipun dia terkenal licik dan kejam, tetap saja tidak dapat menutup kemungkinan kalau mereka lahir di rahim yang sama.Ketika rindu itu tiba, haruskah Claire mematung di depan cermin? Kenapa Chloe bisa sejahat itu padahal ayahnya kerapkali mengingatkan untuk baik kepada siapapun? Pada tahun itu, Claire terlalu banyak merasakan kesedihan.Berawal dari dirinya yang dipaksa pergi ke Phoenix, mendapat hukuman berat, menyusul kematian ayah dan saudaranya. Claire tidak menduga kalau kejadian itu akan terjadi di tahun yang sama bahkan hanya dalam beberapa bulan terakhir. Bagaimana jika ternyata Kenneth marah begitu melihat Claire yang memiliki wajah mirip dengan saudaranya? Apakah itu akan membangkitkan dendamnya?"Ada apa denganmu, Claire? Kau terlihat memikirkan sesuatu." Kenneth menegur karena sejak tadi wanita itu hanya diam tanpa berani melangkahkan kakinya.Di mansion itu dia m
"Chloe telah mati."Claire tersentak. Otot di wajahnya menegang mendengar kalimat Kenneth. Mereka baru saja bertemu, Claire masih bisa melihat bagaimana saudaranya begitu tangguh bahkan ketika mendapat siksaan. Benarkah dia telah mati? Apakah berendam di air es memang sangat bahaya?Dia tidak berkutik, air mata pun enggan menjadi bukti kesedihannya. Hati Claire seperti mati dan hal yang paling diingat sekarang adalah dia benar-benar hidup sebatang kara. Mungkinkah seandainya dia juga berkhianat, maka berakhir seperti Chloe?"Tidak, itu tidak mungkin.""Kau menyesal?""Maksudku ...." Claire tidak tahu mencari alasan padahal yang dia maksud adalah mustahil untuk mendua. "Em, mereka bagaimana?" tanya Claire kemudian menatap Keily dan Billy yang babak belur.Mereka kurus seperti mayat hidup, bawah mata hitam dan banyak luka di wajahnya. Tidak ada lagi aura kecantikan yang selalu Claire lihat ketika berhadapan dengan Keily. Dia sudah berubah menjadi wanita super jelek. Apalagi Billy, wanit
"Lalu bagaimana denganku?" Oscar kembali mengajukan pertanyaan begitu melihat Nicholas memasuki kamarnya. Dia tahu mereka menjaga rahasia dari anak lelaki itu. Ah, entahlah, Oscar tidak peduli pada siapapun saat ini."Lebih baik kau bergegas kembali ke Michigan sebelum aku berubah pikiran!""Pulanglah, jangan memikirkan apa pun lagi," tambah Claire lembut.Oscar tidak bisa tersenyum, Claire menduga lelaki itu memang sulit berpisah dengannya. Wanita itu bingung harus sedih atau tidak karena takut ekspresinya terbaca oleh Kenneth. Sepasang kekasih itu saling menatap tanpa ada ruang untuk menetap.Mereka seperti berbicara dari hati, menyampaikan segala rindu yang semakin mustahil berujung temu. Pada akhirnya, cinta tidak selalu berbuah manis sekalipun berjuang sepanjang siang dan malam untuk bersama. Oscar mengepalkan kedua tangan, lalu melangkah pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Lelaki yang malang, dia bertekad untuk melupakan Claire dengan caranya sendiri. Kembali ke Michigan h
"Ya, aku tahu segalanya. Oscar berkata jujur tentangmu yang selalu mengingatku dan Nicholas. Kau menghabiskan waktu sepanjang siang dan malam menungguku menemukanmu. Betul?""I-iya, ta-tapi kenapa kau tidak datang dan membiarkanku tinggal di sana?""Chloe harus melakukan tugasnya di sini. Aku tidak boleh menghukum seseorang tanpa alasan, maka kubiarkan dia melakukan banyak kesalahan. Sementara itu, aku juga menguji kesetiaan dan ketulusanmu, apakah bertahan untuk tetap bersamaku meskipun berada di bawah tekanan mantan kekasihmu. Aku tahu jawabannya meski kau berusaha untuk mengelak.""Apa jawabannya?" kejar Claire semakin penasaran."Selama ini aku berpura-pura bodoh bahkan ketika sendirian agar rencana ini berhasil sepenuhnya. Betul bahwa kau tidak meminta Chloe untuk mengganti posisimu dan dia memang patut disalahkan. Semua yang dikatakan Oscar itu jujur termasuk semua hal yang terjadi di Michigan. Kalian sendiri tahu aku adalah CEO dengan pengaruh paling besar di sini juga memiliki
"Kau memang pantas untuk dihukum. Setelah membawa kabur kekasihmu, kalian datang dan menyebar fitnah padaku. Ya, aku akui sudah salah karena menuruti keinginan Claire, itu semua agar Kenneth bisa mendapatkan kebahagiaan meskipun hanya sandiwara. Aku yang bodoh sudah terjebak dalam permainan kalian!""Chloe!" bentak Wilson tidak tahan melihat raut wajah wanita itu. "Semua penghuni mansion, dari pelayan rendahan sampai kepala pelayan, seluruh bodyguard bahkan aku sendiri tahu kalau kau tidak semudah itu untuk ikut dalam permainan seseorang terutama jika kau membencinya. Claire yang lemah itu sukses menjebakmu? Mustahil dan jangan katakan itu lagi.""Ayah, dulu aku memang selicik itu, tetapi tidak pada adik sendiri.""Ya, karena kau tidak licik pada adik sendiri sehingga mengirimnya ke sini untuk menyamar menjadi dirimu." Tanpa mengalihkan pandangan, Wilson melanjutkan, "urus mantan istrimu ini, Ken. Aku harus ke luar bersama ibumu. Di sini terlalu banyak masalah dan itu akan menambah pe
Dengan berat hati Oscar membawa Claire kembali pulang ke mansion. Sepanjang perjalanan tadi, mereka hanya tenggelam dalam pikiran masing-masing. Satu yang lelaki itu patut syukuri yakni kekasihnya mau memberi kenangan dengan berfoto bersama.Kini, mereka sudah tiba. Beberapa pelayan hanya melirik sebentar, tetapi kemudian melanjutkan pekerjaannya karena tidak mengenali Claire yang sengaja memakai kacamata dan masker dengan penampilan seperti biasa saat masih tinggal di Michigan."Kau sudah siap?" tanya Oscar, padahal sia sendiri tidak tahu kenapa menanyakan hal itu.Jika ditanya tentang perpisahan, maka dia lah yang paling menolak untuk berpisah. Akan tetapi, siap atau tidak, Claire telah menentukan pilihannya. Mereka memang belum berjodoh."Ayo!" ajak Oscar berani.Lelaki itu sudah tahu konsekuensi menculik Claire dan hukuman apa saja yang mungkin dia terima nanti. Hari ini, pekerja kantoran libur, tentu saja Kenneth dan Wilson ada di sana.Mereka melangkah beriringan melewati pintu