Setelah berucap demikian, Kenneth keluar ruangan, sedangkan wanita itu melakukan aktivitas yang sudah seharusnya atau akan disiksa lagi. Dia menitikkan air mata begitu mengingat kejadian sebelum dia menginjakkan kaki di Phoenix.
Saat itu di Michigan, seorang wanita berpenampilan mewah melangkah cepat mendekati rumah kecil di ujung jalan di mana ada sosok wanita lugu di sana. Begitu sampai, dia langsung berteriak, "Claire, kau harus ikut denganku!"
"Chloe?"
Wanita angkuh bernama Chloe adalah saudari kembar Claire Dakota. Mereka sudah lama berpisah karena sifat keras kepala wanita itu. Dia tidak mau hidup sederhana bersama ayahnya yang sudah sakit-sakitan sementara ibunya menikah lagi.
"Kau tidak perlu terkejut, sekarang ikut denganku!" geram Chloe menarik paksa lengan Claire.
Mereka melangkah sedikit menjauh dan berhenti di tempat yang sepi. Wajah keduanya begitu mirip seolah manusia yang berdiri di depan cermin. Hal yang membuat mereka terlihat berbeda hanyalah polesan make up Claire yang natural karena sifatnya yang lugu.
"Kau, lakukan sesuatu untukku!"
"Lakukan apa, Chloe?"
Chloe pun menjelaskan kalau saudari kembarnya harus pergi ke Phoenix untuk menggantikan dirinya sebagai istri Kenneth Wilson dengan tujuan mengambil hati lelaki itu agar memudahkan Chloe merebut Nicholas kembali.
Tentu saja Claire menolak tepat ketika dia melihat foto suami Chloe sekeluarga. Walau belum pernah bertemu, dia tetap bisa merasakan bagaimana kejamnya mereka semua. Namun, wanita licik itu tetap memaksa saudarinya dengan dalih kalau suaminya sekeluarga tidak sekejam itu.
"Kalau mereka mencintaimu, maka lakukan tugasmu sendiri. Kenapa aku harus menurut? Kau tidak tahu aku sedang menjaga ayah yang sakit? Apalagi selama ini kau tidak pernah menjenguk kami!" ketus Claire memalingkan pandangan.
Wanita licik itu tersenyum miring. "Kalau kau tidak pergi ke Phoenix, maka kau harus siap melihat ayah meregang nyawa!"
Claire tersentak. Dia sangat tidak menyangka kalau saudarinya tega melakukan hal itu. Wanita lugu itu yakin kalau ucapan Chloe barusan bukan sekadar ancaman.
"Bagaimana, Claire? Kau akan ke Phoenix dan berpura-pura menjadi aku agar bisa mengambil hati Kenneth dan Nicholas atau tetap di Michigan dan melihat Jonathan meninggal?"
"Jangan memanggil ayah dengan namanya!" sentak Claire. Matanya memerah melihat tingkah Chloe yang kurang ajar.
Sejak kecil, wanita itu sudah sangat licik. Dia bahkan tidak pernah mau menjaga perasaan ayah dan ibunya. Dia benar-benar iblis yang menjelma sebagai manusia dan selama ini Claire merasa hidup tenang dengan kepergiannya.
Sekarang dia kembali dengan ancaman, hal itu membuat Claire tidak bisa berkutik. Dia setuju untuk mengikuti permainan saudari kembarnya. Bagaimana pun juga, nyawa sang ayah jauh lebih berharga.
"Baiklah, hanya merebut hati suamimu, kemudian kita bertukar peran, bukan? Asal kau berjanji bisa menjaga ayah!"
Chloe tersenyum menang, dia mengulurkan tangan yang langsung disambut baik oleh saudarinya. "Deal!"
Sejak saat itu mereka bertukar peran. Claire berangkat ke Phoenix, sementara Chloe tinggal di Michigan bersama orang kepercayaannya untuk merawat Jonathan. Semua berkas telah dia persiapkan jauh sebelum menemukan Claire.
***
"Sekarang kau akan menghukumku seperti apa?" tanya Claire begitu selesai. Kini dia merasa pasrah dan tentu saja ada banyak penyesalan yang menyelimuti hatinya.
"Kau harus melakukan sebuah tugas baru dan kau tidak berhak untuk menolak." Lelaki itu berdiri hendak melangkah pergi, tetapi tangannya sudah dicekal lebih dulu oleh Claire.
Wanita yang tengah memakai pakaian mewah itu bertanya, "beritahu aku, kau akan membawaku ke mana?"
"Tenang saja, Nyonya Chloe, kau tidak usah risau." Kenneth menjeda kalimatnya dengan tawa. "Kau tentu bangga mengenakan pakaian itu bukan? Semua orang akan kembali menunduk hormat jika kau berjalan di dekatku. Bagaimana, kau tertarik untuk kembali ke tempat di mana orang-orang ketakutan melihatmu?"
Claire membuang pandangan begitu mendengar jawaban Kenneth. "Tempat apa? Apa kau akan menjadikanku seorang nyonya?"
Menjadikan Chloe seorang nyonya setelah melakukan banyak kesalahan besar? Omong kosong apa itu. Semut pun akan tertawa jika mendengar lelucon dari Chloe, pikir Kenneth.
Tidak ada jawaban membuat wanita itu terpaksa mengikuti langkah Kenneth karena protes pun tidak akan membuahkan hasil. Dia jadi penasaran dengan tempat yang dimaksud lelaki kejam tadi.
Mobil mewah yang mereka tempati membelah jalan. Kenneth terus memandang Claire yang menatap ke luar jendela seperti tidak merasa nyaman duduk berdua dengan lelaki. Pikiran Kenneth kacau, dia secara tidak sadar mengagumi kecantikan wanita itu.
"Kau begitu profesional, Chloe. Aku bahkan tidak menduga dengan kejutan ini!"
"Apa maksudmu?" tanya Claire tanpa mengalihkan pandangan.
"Tentu saja aku terkejut dengan perubahan namamu yang mendadak. Bahkan kau harus pura-pura kehilangan kartu identitas. Hanya orang bodoh yang percaya bahwa kau bukan Chloe. Wajah dan tinggi badanmu begitu sama seperti dulu."
"Bagaimana jika aku bisa lebih baik dari Chloe yang selalu kau bicarakan?" Kini Claire kembali berani menatap tatapan menusuk dari Kenneth.
Percayalah, saat ini Kenneth ingin meledakkan tawa mendengar Claire ingin terlihat lebih baik. Ternyata sampai sekarang wanita itu tidak mau mengakui dirinya sebagai Chloe Dakota.
Para pelayan saja saling berbisik begitu melihat kedatangan wanita malang itu bahkan ketika Kenneth lewat, dia tidak sengaja mendengar salah seorang dari mereka berkata kalau sebentar lagi mansion akan kembali terasa seperti di neraka.
"Kau mungkin bisa mengubah namamu, tetapi sikapmu tidak. Kalau kau bisa lebih baik dari sebelumnya, maka aku yakin itu hanyalah trik agar kau kembali ke dalam keluarga Wilson, bukan? Kau begitu menyedihkan, Chloe. Apa kekasihmu sudah membuangmu?"
"Hinaan yang kau beri sama sekali tidak melukai hatiku, Ken. Kau sendiri sudah mendengar berulang kali kalau aku ini Claire, tetapi sepertinya kau sangat merindukan Chloe sehingga menganggap aku adalah dirinya." Wanita itu tersenyum licik.
Kenneth ingin marah, tetapi berusaha menyimpannya dalam hati. Sekarang bukan waktunya mengomel pada wanita itu karena sebentar lagi dia juga akan mengemis memohon ampun.
Ketika mereka turun dari mobil, Claire terpukau melihat sebuah bangunan yang sangat megah dan besar. Hatinya mengaku kagum, tetapi berusaha dia tepikan ketika melihat seorang anak kecil sedang menatap mereka tanpa senyum.
"Hai, Nicholas. Apa kau tertarik dengan wanita yang berdiri di sana?" Tunjuk Kenneth pada Claire yang berdiri kikuk.
"Aku bahkan tidak peduli jika ada wanita yang datang bersamamu," jawab Nicholas lantas berlalu diikuti seorang pengasuh.
Anak itu sangat cuek dengan siapapun termasuk ayahnya sendiri. Bagaimana tidak, selama ini dia hidup dalam tekanan dari keluarga sendiri. Tidak ada pula yang mau berteman dengannya karena Nicholas terlalu pemarah.
Seperti anak broken home pada umumnya, Nicholas sangat mudah marah sekalipun pada hal kecil. Dengan sifatnya yang dingin itu membuat para pengasuh mengundurkan diri. Namun, bukan itu pekerjaan penting yang dimaksud Kenneth sebelumnya.
"Ikut denganku!" perintah Kenneth pada Claire.
Wanita itu menurut, dia melangkah mengekori Kenneth sampai melewati pintu utama. Para pelayan yang sibuk bekerja melongo bersamaan melihat kehadiran wanita yang mereka anggap adalah Chloe. Bahkan Keily juga Elena yang sedang berbincang di dekat tangga sama terkejutnya.
"Ken, kau sudah gila?" tegur Elena marah. "Kenapa kau membawa Iblis ini kembali, hah?"
"Kau tidak harus membawanya ke sini kalau memang merindukannya, Ken. Aku curiga dirimu sudah di bawah kendalinya!" tambah Keily.
"Diamlah karena ini bukan urusanmu!" sentak Kenneth sambil melangkahkan kakinya menaiki anak tangga. Kembali Claire mengikutinya di belakang.
Beberapa pelayan memutar badan menghindari Claire, mereka begitu takut sehingga tanpa sadar kedua kakinya sudah gemetaran di bawah sana.
"Ken, kenapa kau membawa Chloe kembali? Kau tidak takut ayahmu akan marah?" teriak Elena.
Kenneth menerima telepon, kemudian pergi begitu saja. Claire yang semula berani mendadak gemetaran begitu berhadapan dengan Elena dan Keily. Tatapan kedua wanita di hadapannya sangat tidak bersahabat sehingga tanpa aba-aba, Claire mundur satu langkah.
"Hey, Manusia Iblis. Apa kau tidak malu kembali ke sini setelah melakukan banyak dosa?" tanya Elena.
"Apa kau sudah tuli, Chloe?!" bentak Keily.
Amarah Elena langsung memuncak. Dia kemudian meminta dua pelayan untuk menyeretnya ke sebuah taman di mansion itu. Claire menjerit meminta tolong, tetapi sekali lagi tidak ada yang berani mendekat.
Elena berpikir ini adalah saat yang tepat untuk membalaskan dendam pada Chloe yang selalu menentang dan mematahkan argument-nya di mansion itu. Elena berpikir bahwa Chloe sudah kehilangan sebagian ingatannya sehingga takut melawan.
Claire dilempar ke kursi panjang, kemudian ditampar berulang kali oleh Keily atas perintah Elena. Mereka berdua tertawa keras setelah harus menyimpan dendam selama tujuh tahun.
"Kenapa kau menamparku? Apa kau begitu bodoh sehingga tidak bisa menghormati orang lain?" teriak Claire menahan perih di pipinya.
"Menjijikkan!" umpat Elena, "apa kau tahu cara menghormati orang, Chloe?"
"Siapapun kau, kau tidak punya hak menyentuhku, maka enyahlah dari sini!"
Keily dan Elena kembali tertawa bersama. Mereka berpikir bahwa wanita itu sedang bercanda. Sejak kapan dia memiliki hak untuk membela diri? Selama ini, siapa yang lemah akan selalu berakhir menyedihkan.
"Aku hanya keluar sebentar dan kalian sudah mengambil alih tugasku?" Tiba-tiba Kenneth kembali bagai seorang dewa penolong.
"Kau bicara apa, Ken? Tentu aku juga berhak menghukum wanita sialan ini!" sentak Elena."Tidak ada di antara kalian yang bisa menghukumku. Kenapa kau selalu menganggapku Chloe? Aku ini Claire!" teriak Claire berani.Ya, wanita malang itu sejak tadi menyebut nama asli sendiri karena tidak menyangka kalau ternyata Kenneth menyimpan dendam pada Chloe dan saudaranya tidak pernah memberitahu hal itu. Apalagi sekarang belum memiliki alasan kuat untuk bertahan selain keselamatan Jonathan.Bukannya percaya, Elena dan Keily tertawa keras. Mereka berdua menganggap Claire sedang bersandiwara agar tidak mendapat hukuman padahal dia memiliki banyak kesalahan sebelum pergi dari mansion itu.Sekalipun sudah tujuh tahun berlalu, tetapi tidak ada yang bisa melupakan bagaimana Chloe bersikap pada mereka. Dari pelayan rendahan sampai kepala pelayan saja ikut berbisik membicarakan wanita itu."Diam!" bentak Kenneth.Lelaki dingin itu menarik lengan Claire menjauh dari sana. Sekalipun Elena adalah ibunya,
Claire terus melangkah mengikuti pelayan itu sampai di depan pintu bernuansa cokelat. "Silakan masuk, Nyonya. Aku harus melakukan pekerjaan lain!"Setelah wanita berpakaian pelayan itu pergi, tangan Claire meraih handle pintu dan membukanya lebar. Di sebuah kursi kebanggaan, Kenneth duduk dengan memberi tatapan dingin.Claire langsung masuk dan duduk di kursi depan Kenneth. Mereka beradu pandang dengan pikiran masing-masing. Sungguh, saat ini Claire begitu menyesali dirinya yang sudah sepakat bekerja sama dengan Chloe, padahal sudah sejak dulu wanita itu tahu kalau saudarinya begitu licik.Nasi sudah menjadi bubur. Sekarang jika harus lari pun, Claire tidak akan bisa. Ke mana pun dia pergi, pasti dengan mudah Kenneth temukan. Wanita malang itu jadi bingung bagaimana cara membuat Kenneth jatuh cinta sementara dendam dalam hati lelaki itu masih terus menggelora."Aku ada pertanyaan dan kuminta kau menjawabnya dengan jujur!" Suara Kenneth memecah lamunan Claire."Pertanyaan apa?""Saat p
"Kenapa aku tidak boleh melarangmu?" Kenneth ikut melipat kedua tangan di depan dada lantas mendekati wanita yang masih dia anggap mantan istri. "Apa kau lupa, Chloe? Kau di sini untuk menerima hukuman, bukan sebagai nyonya. Paham?"Raut wajah Claire seketika berubah tegang. Wanita malang itu pastilah lupa alasan Kenneth membawanya ke mansion setelah berhasil ditemukan. Padahal gadis itu berharap kesalahan Chloe tidak lagi membayangi penghuni mansion.Nyatanya dia salah. Jika Kenneth saja masih belum cukup puas untuk menghukum Chloe, maka bagaimana dengan yang lain? Claire memejamkan mata, kini dia benar-benar sudah terjebak. Bahkan kalau saja dia mengelak seribu kali kalau dirinya bukan wanita iblis itu, maka semua orang tetap tidak akan percaya."Baiklah. Sekarang katakan, kenapa kau memanggilku ke sini?""Untuk memberimu tugas.""Bukankah tugasku sudah jelas, merawat Nicholas dan membersihkan kamar kalian serta taman?"Kenneth menggeleng dengan gerakan kaku, kedua matanya terpejam,
"Nicholas!"Sekalipun Claire berteriak, anak lelaki itu tetap tidak mau diam. Dia melempar benda apa saja yang bisa diraih oleh tangannya. Emosinya meluap, dia tidak bisa mengendalikan diri.Namun, bukan Claire namanya jika harus mengalah saat itu juga. Dia melepaskan Nicholas, kemudian berdiri sedikit menjauh. Gadis itu berpikir bagaimana cara mendekati Nicholas."Keluar dari sini!" teriak Nicholas frustrasi."Oh, Tuhan. Kenapa kau membuat Nicholas marah?" Tiba-tiba Elena datang ketika mendengar keributan tersebut.Dia sengaja memanas-manasi Nicholas dengan mengatakan kalau wanita yang berdiri di sampingnya adalah seorang ibu yang kejam di mana dirinya ditinggalkan demi lelaki lain. Anak itu pun menggeram, dia memberi tatapan dingin pada Claire.Sementara itu, Keily mendekati Claire. "Kau tidak akan bisa mengambil hati Nicholas. Ingat itu!""Kenapa aku tidak bisa mengambil hati putraku sendiri?" Claire duduk melengkungkan punggung seelegan mungkin di dekat Nicholas. Dengan dagu sedik
"Lantas kenapa kalau memang aku mengaku pada Nicholas? Hal itu tidak merugikanmu, bukan?"Rahang Kenneth mengeras mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Claire. Dia marah dan Claire sangat tahu itu karena sejak awal dia memang hanya diminta sebagai pengasuh yang artinya Nicholas tidak boleh tahu kalau wanita itu adalah ibunya."Kau tidak perlu mengaku pada Nicholas, dia tidak butuh ibu sepertimu." Kenneth mendengus marah lantas menarik tangan wanita itu agar menjauh dari kamar di mana Nicholas berada."Benarkah? Tetapi bagaimana ini, Nicholas begitu nyaman dalam pelukanku. Dia tahu aku ini ibunya, ibu yang terpaksa meninggalkannya." Kaki Claire gemetaran di bawah sana, tetapi itu sekarang tidak penting. Dia ingin kebahagiaan Nicholas terwujud. "Apa kau tidak menyadari bagaimana putramu merindukan kasih sayangku? Sadarlah, Ken!""Sebelum memikirkan tentang Nicholas, aku ingin bertanya." Sebelah tangan Kenneth mencengkram dagu milik Claire. Sorot matanya menatap penuh kebencian. "S
Claire kembali ke kamar yang sudah ditunjuk oleh Kenneth. Dia bingung hendak melakukan apa sekarang. Bagi wanita itu, sepakat untuk bekerja sama dengan Chloe adalah kesalahan terbesar yang pernah dia lakukan.Dia terjebak oleh kalimatnya sendiri. Bagaimana mungkin Kenneth bisa percaya kalau dirinya adalah Claire sementara wajah keduanya begitu sama. Ingin tetap menggantikan Chloe pun bukan tantangan yang mudah."Sial!" Claire memukul dinding. Dia berpikir bagaimana caranya bisa mendapatkan hati Kenneth dan Nicholas dalam waktu singkat agar penderitaan itu lekas berakhir.Dia menyesal sudah percaya pada Chloe bahwa tugasnya hanya sebagai istri pengganti sementara saja. Claire tidak diberitahu bahwa Kenneth dan seluruh penghuni mansion itu menyimpan dendam yang begitu membara.Kejam sekali. Chloe membiarkan saudari kembarnya untuk merasakan siksaan itu sementara nanti dirinya hanya akan mendapat cinta. Claire menghela napas panjang, dia juga takut untuk menjelaskan itu pada Kenneth kare
Setelah semalaman Claire berpikir, akhirnya dia memutuskan untuk benar-benar menjadi Chloe. Tidak ada jalan lain yang bisa dia tempuh termasuk kembali ke Michigan tanpa menyelesaikan pekerjaan lebih dulu.Gadis itu mondar-mandir di tempat, dia memikirkan cara terbaik untuk mengambil hati Nicholas. Kemarin dia memang memeluk anak itu, tetapi tidak menutup kemungkinan kesempatannya lenyap karena hasutan dari Elena dan juga Keily.Sebuah keberuntungan karena Jennifer jarang sekali berada di rumah. Claire menarik napas dalam, mengembuskan perlahan agar bisa meminimalisir rasa gugup. Benarkah dia mampu menjadi seorang Chloe yang begitu berani dan gila?Tidak lama setelah Claire mengusap wajah gusar, kini kakinya melangkah cepat menuju kamar Nicholas. Anak itu harus segera bersiap ke sekolah. Claire yakin selama ini dia bersekolah dari rumah seperti orang kaya bandel pada umumnya."Selamat pagi," sapa Claire berusaha seramah mungkin. "Hebat, ternyata kau bisa bangun lebih pagi," lanjutnya m
"Chloe, kau ke sini untuk mengusik Nicholas? Berhentilah menghasutnya, kau bukan ibu yang baik bagi cucuku!" sentak Elena dramatis.Claire mendengus kesal. "Maaf, ini bukan urusanmu. Biarkan aku mengurus putraku sendiri!""Benar kata nenek, kau tidak tahu cara menghormati orang lain. Aku sungguh tidak butuh sosok ibu sepertimu yang senang menelantarkan anak sendiri!" sambung Nicholas membuat Claire terkesiap.Jadi benar, Nicholas menjadi sangat marah karena sudah dihasut Elena. Claire tidak akan membiarkan hal itu terjadi, bagaimanapun dia sudah memutuskan untuk hidup sebagai Chloe maka sudah menjadi kewajibannya untuk mengurus anak lelaki itu.Padahal sebelumnya Nicholas bahagia mengetahui wanita yang datang bersama ayahnya adalah ibu yang selama ini dia rindukan. Kebahagiaan itu terpancar jelas di wajahnya, tetapi kemudian meredup karena terus dihasut dengan mengungkit kesalahan Chloe tujuh tahun silam.Sebelah tangan Nicholas terkepal, dia tidak tahu harus percaya kepada siapa. Per
Kenneth menyusul istrinya di taman yang selalu indah itu. Sebuah tempat di mana Claire pernah dihukum oleh Elena dan Keily dengan mengerumuninya dengan semut. Akan tetapi, semua kini berbeda karena dia tengah berbincang hangat dengan Nicholas.Apa yang mereka bicarakan? Kenneth terlalu penasaran, dia pun mendekat dengan langkah yang sangat pelan agar tidak ketahuan. Dia berhenti, berdiri di balik pohon kecil."Aku tahu, Ibu. Pertama melihatmu, aku berusaha untuk membenci karena ayah menyuruhku, tetapi aku tidak bisa. Setiap hari aku marah karena sulit untuk benci padamu. Apalagi kau sangat lembut dan penyayang dan itu meluluhkan hatiku. Kurasa, ayah pun memiliki perasaan yang sama sehingga tidak langsung menghukummu?""Benarkah?"Nicholas mengangguk. "Kau tahu, ayah selalu marah pada siapa saja yang mencoba untuk mengenalkannya dengan wanita lain. Ketika mereka menyebut nama Chloe, aku pasti bersembunyi dalam kamar untuk menghindari amukannya. Ayah adalah orang yang paling membenci ib
"Kau bukan tidak percaya, tetapi tidak menduga, Ken." Elena tersenyum tipis pada putranya. "Tentu saja, karena dia ada dalam hatimu. Kau memberikan cinta yang tulus, tetapi kemudian berkhianat. Sebenarnya, aku memang pernah memergoki mereka sedang bercumbu dalam kamar kosong, tetapi hanya diam karena tidak ingin mendapat masalah. Aku tahu, mengusik Claire akan membuatmu marah. Akan tetapi, ketika masalah ini sudah kita bahas, mustahil untuk tetap diam, bukan?"Dada Claire naik turun, dia sedang tersulut emosi dan mencoba menebak dalang dari masalah itu. Dia mengamati tingkah semua orang yang berdiri di sana dan mendapati si pelayan gemuk selalu mencuri pandang pada Elena.Dugaan yang bagus. Claire tahu kalau mereka berdua bersekutu untuk melawannya. Baiklah, jika itu yang Elena inginkan, maka Claire pasti memberi bukti kalau dia memang pantas untuk tetap hidup sebagai menantu keluarga Wilson.Apa yang harus dia takutkan? Kenneth percaya padanya dan Elena adalah orang yang sangat dia b
Ini kali pertama Claire memasuki kamar Jennifer. Dia sengaja memboyong gadis itu karena penasaran dengan sesuatu. Ternyata jawabannya sudah ada, Jennifer memang sangat mencintai Billy. Kamar mereka penuh dengan foto lelaki sialan itu.Apakah romantis? Tidak, Claire tidak melihat cinta di raut wajah Billy. Dia terlihat seperti menganggap Jennifer adik sendiri. Kenapa gadis itu tidak bisa melihatnya? Mungkinkah dia baru belajar mengenal cinta?Dalam foto itu, Jennifer lah yang selalu tertawa lepas, memeluk bahkan bersandar di bahu Billy. Sementara Billy tersenyum samar, bahkan tidak menyentuh pundak kekasihnya sama sekali seakan foto itu tidak pernah dia inginkan."Menyedihkan!" umpat Claire tidak sengaja.Elena menoleh. Jennifer memang bukan anak kandungnya, tetapi apakah pantas dia mendengar umpatan tadi? Gadis itu terlalu lugu, Elena sangat tahu. Antara mereka berdua, Elena lebih memilih Jennifer."Apa maksudmu? Kau mengatakan Jennifer menyedihkan karena dia hamil sementara Billy tel
Kenneth dan Claire sudah tiba di depan rumah. Sepanjang jalan tadi, wanita itu memikirkan nasib saudaranya. Meskipun dia terkenal licik dan kejam, tetap saja tidak dapat menutup kemungkinan kalau mereka lahir di rahim yang sama.Ketika rindu itu tiba, haruskah Claire mematung di depan cermin? Kenapa Chloe bisa sejahat itu padahal ayahnya kerapkali mengingatkan untuk baik kepada siapapun? Pada tahun itu, Claire terlalu banyak merasakan kesedihan.Berawal dari dirinya yang dipaksa pergi ke Phoenix, mendapat hukuman berat, menyusul kematian ayah dan saudaranya. Claire tidak menduga kalau kejadian itu akan terjadi di tahun yang sama bahkan hanya dalam beberapa bulan terakhir. Bagaimana jika ternyata Kenneth marah begitu melihat Claire yang memiliki wajah mirip dengan saudaranya? Apakah itu akan membangkitkan dendamnya?"Ada apa denganmu, Claire? Kau terlihat memikirkan sesuatu." Kenneth menegur karena sejak tadi wanita itu hanya diam tanpa berani melangkahkan kakinya.Di mansion itu dia m
"Chloe telah mati."Claire tersentak. Otot di wajahnya menegang mendengar kalimat Kenneth. Mereka baru saja bertemu, Claire masih bisa melihat bagaimana saudaranya begitu tangguh bahkan ketika mendapat siksaan. Benarkah dia telah mati? Apakah berendam di air es memang sangat bahaya?Dia tidak berkutik, air mata pun enggan menjadi bukti kesedihannya. Hati Claire seperti mati dan hal yang paling diingat sekarang adalah dia benar-benar hidup sebatang kara. Mungkinkah seandainya dia juga berkhianat, maka berakhir seperti Chloe?"Tidak, itu tidak mungkin.""Kau menyesal?""Maksudku ...." Claire tidak tahu mencari alasan padahal yang dia maksud adalah mustahil untuk mendua. "Em, mereka bagaimana?" tanya Claire kemudian menatap Keily dan Billy yang babak belur.Mereka kurus seperti mayat hidup, bawah mata hitam dan banyak luka di wajahnya. Tidak ada lagi aura kecantikan yang selalu Claire lihat ketika berhadapan dengan Keily. Dia sudah berubah menjadi wanita super jelek. Apalagi Billy, wanit
"Lalu bagaimana denganku?" Oscar kembali mengajukan pertanyaan begitu melihat Nicholas memasuki kamarnya. Dia tahu mereka menjaga rahasia dari anak lelaki itu. Ah, entahlah, Oscar tidak peduli pada siapapun saat ini."Lebih baik kau bergegas kembali ke Michigan sebelum aku berubah pikiran!""Pulanglah, jangan memikirkan apa pun lagi," tambah Claire lembut.Oscar tidak bisa tersenyum, Claire menduga lelaki itu memang sulit berpisah dengannya. Wanita itu bingung harus sedih atau tidak karena takut ekspresinya terbaca oleh Kenneth. Sepasang kekasih itu saling menatap tanpa ada ruang untuk menetap.Mereka seperti berbicara dari hati, menyampaikan segala rindu yang semakin mustahil berujung temu. Pada akhirnya, cinta tidak selalu berbuah manis sekalipun berjuang sepanjang siang dan malam untuk bersama. Oscar mengepalkan kedua tangan, lalu melangkah pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Lelaki yang malang, dia bertekad untuk melupakan Claire dengan caranya sendiri. Kembali ke Michigan h
"Ya, aku tahu segalanya. Oscar berkata jujur tentangmu yang selalu mengingatku dan Nicholas. Kau menghabiskan waktu sepanjang siang dan malam menungguku menemukanmu. Betul?""I-iya, ta-tapi kenapa kau tidak datang dan membiarkanku tinggal di sana?""Chloe harus melakukan tugasnya di sini. Aku tidak boleh menghukum seseorang tanpa alasan, maka kubiarkan dia melakukan banyak kesalahan. Sementara itu, aku juga menguji kesetiaan dan ketulusanmu, apakah bertahan untuk tetap bersamaku meskipun berada di bawah tekanan mantan kekasihmu. Aku tahu jawabannya meski kau berusaha untuk mengelak.""Apa jawabannya?" kejar Claire semakin penasaran."Selama ini aku berpura-pura bodoh bahkan ketika sendirian agar rencana ini berhasil sepenuhnya. Betul bahwa kau tidak meminta Chloe untuk mengganti posisimu dan dia memang patut disalahkan. Semua yang dikatakan Oscar itu jujur termasuk semua hal yang terjadi di Michigan. Kalian sendiri tahu aku adalah CEO dengan pengaruh paling besar di sini juga memiliki
"Kau memang pantas untuk dihukum. Setelah membawa kabur kekasihmu, kalian datang dan menyebar fitnah padaku. Ya, aku akui sudah salah karena menuruti keinginan Claire, itu semua agar Kenneth bisa mendapatkan kebahagiaan meskipun hanya sandiwara. Aku yang bodoh sudah terjebak dalam permainan kalian!""Chloe!" bentak Wilson tidak tahan melihat raut wajah wanita itu. "Semua penghuni mansion, dari pelayan rendahan sampai kepala pelayan, seluruh bodyguard bahkan aku sendiri tahu kalau kau tidak semudah itu untuk ikut dalam permainan seseorang terutama jika kau membencinya. Claire yang lemah itu sukses menjebakmu? Mustahil dan jangan katakan itu lagi.""Ayah, dulu aku memang selicik itu, tetapi tidak pada adik sendiri.""Ya, karena kau tidak licik pada adik sendiri sehingga mengirimnya ke sini untuk menyamar menjadi dirimu." Tanpa mengalihkan pandangan, Wilson melanjutkan, "urus mantan istrimu ini, Ken. Aku harus ke luar bersama ibumu. Di sini terlalu banyak masalah dan itu akan menambah pe
Dengan berat hati Oscar membawa Claire kembali pulang ke mansion. Sepanjang perjalanan tadi, mereka hanya tenggelam dalam pikiran masing-masing. Satu yang lelaki itu patut syukuri yakni kekasihnya mau memberi kenangan dengan berfoto bersama.Kini, mereka sudah tiba. Beberapa pelayan hanya melirik sebentar, tetapi kemudian melanjutkan pekerjaannya karena tidak mengenali Claire yang sengaja memakai kacamata dan masker dengan penampilan seperti biasa saat masih tinggal di Michigan."Kau sudah siap?" tanya Oscar, padahal sia sendiri tidak tahu kenapa menanyakan hal itu.Jika ditanya tentang perpisahan, maka dia lah yang paling menolak untuk berpisah. Akan tetapi, siap atau tidak, Claire telah menentukan pilihannya. Mereka memang belum berjodoh."Ayo!" ajak Oscar berani.Lelaki itu sudah tahu konsekuensi menculik Claire dan hukuman apa saja yang mungkin dia terima nanti. Hari ini, pekerja kantoran libur, tentu saja Kenneth dan Wilson ada di sana.Mereka melangkah beriringan melewati pintu