"Kau bicara apa, Ken? Tentu aku juga berhak menghukum wanita sialan ini!" sentak Elena.
"Tidak ada di antara kalian yang bisa menghukumku. Kenapa kau selalu menganggapku Chloe? Aku ini Claire!" teriak Claire berani.
Ya, wanita malang itu sejak tadi menyebut nama asli sendiri karena tidak menyangka kalau ternyata Kenneth menyimpan dendam pada Chloe dan saudaranya tidak pernah memberitahu hal itu. Apalagi sekarang belum memiliki alasan kuat untuk bertahan selain keselamatan Jonathan.
Bukannya percaya, Elena dan Keily tertawa keras. Mereka berdua menganggap Claire sedang bersandiwara agar tidak mendapat hukuman padahal dia memiliki banyak kesalahan sebelum pergi dari mansion itu.
Sekalipun sudah tujuh tahun berlalu, tetapi tidak ada yang bisa melupakan bagaimana Chloe bersikap pada mereka. Dari pelayan rendahan sampai kepala pelayan saja ikut berbisik membicarakan wanita itu.
"Diam!" bentak Kenneth.
Lelaki dingin itu menarik lengan Claire menjauh dari sana. Sekalipun Elena adalah ibunya, tetapi dia sama sekali tidak pernah mencintai Kenneth. Apalagi Keily yang hanya seorang menantu, dia betah tinggal di mansion padahal Ethan—suaminya—sudah lama meninggal.
Mereka menaiki anak tangga dengan sedikit berlari. Claire ingin bertanya banyak hal, tetapi tidak ada kesempatan karena Kenneth sedikit lebih cepat darinya. Sampai di depan pintu kamar bernuansa cokelat, langkah kaki Kenneth berhenti.
"Ini kamar Nicholas dan yang kita lewati tadi adalah kamarku. Kau ingat, kan? Tugasmu adalah membersihkannya sampai tidak ada setitik debu pun yang menempel. Sebut saja kau adalah pelayan pribadi kami yang selalu tunduk dan patuh. Ingat, kau tidak ada hak untuk menolak!"
"Kenapa aku harus jadi pelayan Anda, Tuan Kenneth Wilson?" Claire berkacak pinggang.
"Karena aku mau kau hidup menderita melihat putramu yang tidak mengenalimu."
"Putra?" Sejenak Claire terkejut, kemudian lekas meralat, "ah, ya. Aku lupa kalau kau sudah memiliki putra. Namanya Nicholas, kan?"
Kenneth ingin sekali menarik paksa rambut wanita itu lagi kalau saja tidak ada pelayan yang sibuk bekerja di dekat mereka. Namun, perlahan tetapi pasti Kenneth pasti akan membuat hidup wanita itu seperti dalam neraka.
Tidak akan ada kata maaf untuknya. Terutama ketika mengingat semua kesalahan yang dilakukan Chloe. Kenneth meremas celana bahan yang dia kenakan karena amarah seketika memenuhi ruang hatinya.
"Kau memang kejam, Chloe. Bahkan anjing pun sayang pada anaknya dan kau tidak." Kenneth membuang napas. "Satu lagi, kau juga bertugas menjaga taman agar selalu bersih."
"Bagaimana kalau aku tidak mau melakukan perintahmu?" Pertanyaan itu refleks keluar dari mulut Claire dan dia menyesalinya. Wanita itu masih bimbang harus melakukan apa karena berkata jujur pun tidak berhasil membuat Kenneth percaya.
"Hentikan sandiwaramu, Chloe. Semua orang tahu kau adalah wanita licik, maka siapa yang akan percaya dengan elakanmu? Sekarang lakukan tugasmu atau aku akan membunuhmu detik ini juga!"
Kenneth berlalu meninggalkan Claire sendirian karena masih banyak yang harus dia selesaikan, sedangkan wanita itu menuruni anak tangga dengan langkah pelan. Banyak pasang mata yang memandang kepadanya.
Claire berniat untuk memeriksa taman lebih dulu, tetapi dia merasa harus makan untuk memulihkan tenaga. Dengan penuh percaya diri, dia memanggil salah seorang pelayan.
"Kau, siapkan makanan untukku!"
"Baik, Nyonya." Pelayan itu menunduk lantas berlalu menuju dapur.
Benar kata Kenneth, semua orang takut pada Chloe. Wanita itu pun duduk dengan anggun di meja makan.
Beberapa pelayan tiba, mereka memberi chimichanga pada Chloe. Wanita itu tidak banyak protes karena chimichanga sudah termasuk makanan kesukaannya mengingat selama ini hidup sederhana.
"Dia bersikap seolah nyonya di rumah ini padahal aku mendengar tuan memintanya jadi pelayan pribadi sekaligus mengurus taman. Apa kau bisa menebak alasan wanita licik itu kembali?" bisik salah seorang pelayan.
"Tentu saja untuk menggoda Tuan Kenneth agar kembali padanya. Wanita itu terlihat sangat menyedihkan, ketika sudah miskin saja baru dia ingat pulang."
"Apa Tuan Muda Nicholas sudah tahu kalau iblis ini ibunya? Ah, aku berharap tidak atau dia akan mengamuk."
"Aku rasa tidak. Tuan Muda Nicholas pasti sangat membenci ibu yang sudah tega meninggalkannya demi lelaki lain.
Claire pura-pura tidak mendengar para pelayan itu, kemudian menyudahi makannya. Dia kembali melangkah anggun menuju taman diantar seorang pelayan. Dia sedikit kikuk, tetapi berusaha menutupinya atau para pelayan rendahan itu akan kembali menggunjing.
"Hai, Nicholas. Apa kau mungkin mengenaliku?" sapa Claire ramah. Dia ingat bahwa sosok yang harus dia dekati lebih dulu adalah anak itu.
"Kau siapa dan kenapa kau berani memanggil namaku?"
Claire tidak peduli, dia meraih tangan anak lelaki yang sangat menggemaskan itu. Siapa sangka, Nicholas menurut saja membuat para pelayan saling melempar pandangan.
Mereka duduk di sebuah kursi panjang di bawah pohon. Claire memegang tangan Nicholas, para pelayan kembali berbisik merendahkan wanita iblis itu.
"Kenapa kau berusaha mendekatiku? Apa kau kekasih ayahku, huh?"
"Nicholas, apa kau tidak bisa menebak sesuatu? Dan ingat, kau tidak boleh bertanya dengan nada ketus seperti itu."
"Aku tidak dekat dengan ayahku, jadi lebih baik kau enyah dari sini! Satu lagi, tidak usah mengaturku, kau tidak punya hak!"
"Hey, kenapa kau sangat marah?"
"Pergi kataku!" Nicholas berdiri.
Lihat, bahkan anak berusia delapan tahun pun sudah pandai membentak. Hal itu membuat Claire semakin berpikir bahwa Nicholas sedang tidak baik-baik saja. Walau harus disiksa karena Kenneth yang menyimpan dendam, dia berencana untuk kembaki melakukan strategi awal.
Para pelayan memberanikan diri untuk mengajak Nicholas pergi dari sana sebelum anak itu kembali mengamuk dan memecahkan barang apa saja yang bisa dia raih.
"Nicholas, kuberitahu padamu, kau tidak boleh membentakku."
"Kenapa aku tidak boleh membentakmu? Apakah sekarang orang asing bisa dengan mudah mengatur pemilik rumah?"
"Karena aku ini–"
"Tuan Muda, bukankah Anda harus belajar sekarang?" Pengasuh Nicholas sengaja memotong pembicaraan mereka berdua karena khawatir terjadi keributan besar.
Dia tidak mau mendapat hukuman dari Kenneth hanya karena Nicholas dekat dengan wanita yang tuannya benci. Dengan penuh rasa takut, dia menuntun Nicholas pergi dari taman.
"Nyonya, Tuan Kenneth memanggil Anda!"
Wanita itu menepuk jidat. Sepertinya dia memang sudah menjadi boneka mainan Kenneth yang bisa dipanggil dan diusir sesuka hati. Dengan kesal dia mengikuti langkah pelayan itu.
Apakah sekarang dia harus mendapat siksaan yang sama dengan sebelumnya atau jauh lebih berat karena berani mendekati Nicholas? Claire berharap dalam hati, ajal menjemputnya segera.
"Wow, siapa ini? Apa kau sungguh Chloe Dakota?" sapa Jennifer begitu melihat Claire.
Claire tidak menanggapi padahal tahu kalau wanita itu adalah Jennifer, adik kandung Kenneth. "Kau sengaja tidak memperdulikanku? Seharusnya kau malu karena sudah mencuri dan selingkuh dari Kenneth. Kenapa kau begitu percaya diri?" lanjutnya.
"Jangan bicara padaku, kau tidak memiliki hak untuk itu!" sentak Claire berhasil membuat Jennifer bungkam.
Claire terus melangkah mengikuti pelayan itu sampai di depan pintu bernuansa cokelat. "Silakan masuk, Nyonya. Aku harus melakukan pekerjaan lain!"Setelah wanita berpakaian pelayan itu pergi, tangan Claire meraih handle pintu dan membukanya lebar. Di sebuah kursi kebanggaan, Kenneth duduk dengan memberi tatapan dingin.Claire langsung masuk dan duduk di kursi depan Kenneth. Mereka beradu pandang dengan pikiran masing-masing. Sungguh, saat ini Claire begitu menyesali dirinya yang sudah sepakat bekerja sama dengan Chloe, padahal sudah sejak dulu wanita itu tahu kalau saudarinya begitu licik.Nasi sudah menjadi bubur. Sekarang jika harus lari pun, Claire tidak akan bisa. Ke mana pun dia pergi, pasti dengan mudah Kenneth temukan. Wanita malang itu jadi bingung bagaimana cara membuat Kenneth jatuh cinta sementara dendam dalam hati lelaki itu masih terus menggelora."Aku ada pertanyaan dan kuminta kau menjawabnya dengan jujur!" Suara Kenneth memecah lamunan Claire."Pertanyaan apa?""Saat p
"Kenapa aku tidak boleh melarangmu?" Kenneth ikut melipat kedua tangan di depan dada lantas mendekati wanita yang masih dia anggap mantan istri. "Apa kau lupa, Chloe? Kau di sini untuk menerima hukuman, bukan sebagai nyonya. Paham?"Raut wajah Claire seketika berubah tegang. Wanita malang itu pastilah lupa alasan Kenneth membawanya ke mansion setelah berhasil ditemukan. Padahal gadis itu berharap kesalahan Chloe tidak lagi membayangi penghuni mansion.Nyatanya dia salah. Jika Kenneth saja masih belum cukup puas untuk menghukum Chloe, maka bagaimana dengan yang lain? Claire memejamkan mata, kini dia benar-benar sudah terjebak. Bahkan kalau saja dia mengelak seribu kali kalau dirinya bukan wanita iblis itu, maka semua orang tetap tidak akan percaya."Baiklah. Sekarang katakan, kenapa kau memanggilku ke sini?""Untuk memberimu tugas.""Bukankah tugasku sudah jelas, merawat Nicholas dan membersihkan kamar kalian serta taman?"Kenneth menggeleng dengan gerakan kaku, kedua matanya terpejam,
"Nicholas!"Sekalipun Claire berteriak, anak lelaki itu tetap tidak mau diam. Dia melempar benda apa saja yang bisa diraih oleh tangannya. Emosinya meluap, dia tidak bisa mengendalikan diri.Namun, bukan Claire namanya jika harus mengalah saat itu juga. Dia melepaskan Nicholas, kemudian berdiri sedikit menjauh. Gadis itu berpikir bagaimana cara mendekati Nicholas."Keluar dari sini!" teriak Nicholas frustrasi."Oh, Tuhan. Kenapa kau membuat Nicholas marah?" Tiba-tiba Elena datang ketika mendengar keributan tersebut.Dia sengaja memanas-manasi Nicholas dengan mengatakan kalau wanita yang berdiri di sampingnya adalah seorang ibu yang kejam di mana dirinya ditinggalkan demi lelaki lain. Anak itu pun menggeram, dia memberi tatapan dingin pada Claire.Sementara itu, Keily mendekati Claire. "Kau tidak akan bisa mengambil hati Nicholas. Ingat itu!""Kenapa aku tidak bisa mengambil hati putraku sendiri?" Claire duduk melengkungkan punggung seelegan mungkin di dekat Nicholas. Dengan dagu sedik
"Lantas kenapa kalau memang aku mengaku pada Nicholas? Hal itu tidak merugikanmu, bukan?"Rahang Kenneth mengeras mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Claire. Dia marah dan Claire sangat tahu itu karena sejak awal dia memang hanya diminta sebagai pengasuh yang artinya Nicholas tidak boleh tahu kalau wanita itu adalah ibunya."Kau tidak perlu mengaku pada Nicholas, dia tidak butuh ibu sepertimu." Kenneth mendengus marah lantas menarik tangan wanita itu agar menjauh dari kamar di mana Nicholas berada."Benarkah? Tetapi bagaimana ini, Nicholas begitu nyaman dalam pelukanku. Dia tahu aku ini ibunya, ibu yang terpaksa meninggalkannya." Kaki Claire gemetaran di bawah sana, tetapi itu sekarang tidak penting. Dia ingin kebahagiaan Nicholas terwujud. "Apa kau tidak menyadari bagaimana putramu merindukan kasih sayangku? Sadarlah, Ken!""Sebelum memikirkan tentang Nicholas, aku ingin bertanya." Sebelah tangan Kenneth mencengkram dagu milik Claire. Sorot matanya menatap penuh kebencian. "S
Claire kembali ke kamar yang sudah ditunjuk oleh Kenneth. Dia bingung hendak melakukan apa sekarang. Bagi wanita itu, sepakat untuk bekerja sama dengan Chloe adalah kesalahan terbesar yang pernah dia lakukan.Dia terjebak oleh kalimatnya sendiri. Bagaimana mungkin Kenneth bisa percaya kalau dirinya adalah Claire sementara wajah keduanya begitu sama. Ingin tetap menggantikan Chloe pun bukan tantangan yang mudah."Sial!" Claire memukul dinding. Dia berpikir bagaimana caranya bisa mendapatkan hati Kenneth dan Nicholas dalam waktu singkat agar penderitaan itu lekas berakhir.Dia menyesal sudah percaya pada Chloe bahwa tugasnya hanya sebagai istri pengganti sementara saja. Claire tidak diberitahu bahwa Kenneth dan seluruh penghuni mansion itu menyimpan dendam yang begitu membara.Kejam sekali. Chloe membiarkan saudari kembarnya untuk merasakan siksaan itu sementara nanti dirinya hanya akan mendapat cinta. Claire menghela napas panjang, dia juga takut untuk menjelaskan itu pada Kenneth kare
Setelah semalaman Claire berpikir, akhirnya dia memutuskan untuk benar-benar menjadi Chloe. Tidak ada jalan lain yang bisa dia tempuh termasuk kembali ke Michigan tanpa menyelesaikan pekerjaan lebih dulu.Gadis itu mondar-mandir di tempat, dia memikirkan cara terbaik untuk mengambil hati Nicholas. Kemarin dia memang memeluk anak itu, tetapi tidak menutup kemungkinan kesempatannya lenyap karena hasutan dari Elena dan juga Keily.Sebuah keberuntungan karena Jennifer jarang sekali berada di rumah. Claire menarik napas dalam, mengembuskan perlahan agar bisa meminimalisir rasa gugup. Benarkah dia mampu menjadi seorang Chloe yang begitu berani dan gila?Tidak lama setelah Claire mengusap wajah gusar, kini kakinya melangkah cepat menuju kamar Nicholas. Anak itu harus segera bersiap ke sekolah. Claire yakin selama ini dia bersekolah dari rumah seperti orang kaya bandel pada umumnya."Selamat pagi," sapa Claire berusaha seramah mungkin. "Hebat, ternyata kau bisa bangun lebih pagi," lanjutnya m
"Chloe, kau ke sini untuk mengusik Nicholas? Berhentilah menghasutnya, kau bukan ibu yang baik bagi cucuku!" sentak Elena dramatis.Claire mendengus kesal. "Maaf, ini bukan urusanmu. Biarkan aku mengurus putraku sendiri!""Benar kata nenek, kau tidak tahu cara menghormati orang lain. Aku sungguh tidak butuh sosok ibu sepertimu yang senang menelantarkan anak sendiri!" sambung Nicholas membuat Claire terkesiap.Jadi benar, Nicholas menjadi sangat marah karena sudah dihasut Elena. Claire tidak akan membiarkan hal itu terjadi, bagaimanapun dia sudah memutuskan untuk hidup sebagai Chloe maka sudah menjadi kewajibannya untuk mengurus anak lelaki itu.Padahal sebelumnya Nicholas bahagia mengetahui wanita yang datang bersama ayahnya adalah ibu yang selama ini dia rindukan. Kebahagiaan itu terpancar jelas di wajahnya, tetapi kemudian meredup karena terus dihasut dengan mengungkit kesalahan Chloe tujuh tahun silam.Sebelah tangan Nicholas terkepal, dia tidak tahu harus percaya kepada siapa. Per
Ketika keluar dari kamar, senyum jahat di bibir Kenneth langsung menyambutnya. Dia sengaja berdiri di luar kamar mendengarkan keributan yang baru saja terjadi. Nampaknya wanita itu memang kesulitan merebut hati Nicholas.Claire membalas tatapan Kenneth setajam mungkin agar dia tidak ketahuan kalau hatinya sedang rapuh. Ya, sejak tadi gadis itu menahan air matanya di depan semua orang, tapi berusaha terlihat teguh agar tidak mendapat olokan."Bagaimana aku percaya kau bisa mengasuh Nicholas dengan baik jika pekerjaan becus saja tidak bisa kau lakukan." Kenneth mendengus, "iblis sepertimu memang tidak pantas disebut ibu."Claire tahu Kenneth sengaja menambah luka di hatinya, maka dari itu dia berusaha untuk tidak tersinggung dan membalas hinaan tersebut dengan kalimat yang lebih menyakitkan. "Aku tahu kau selalu menganggapku iblis, tapi putramu justru melihatku seperti malaikat–""Malaikat?" Kenneth menggemakan tawa, dia menganggap wanita di depannya sedang bercanda."Maka kukatakan pad
Kenneth menyusul istrinya di taman yang selalu indah itu. Sebuah tempat di mana Claire pernah dihukum oleh Elena dan Keily dengan mengerumuninya dengan semut. Akan tetapi, semua kini berbeda karena dia tengah berbincang hangat dengan Nicholas.Apa yang mereka bicarakan? Kenneth terlalu penasaran, dia pun mendekat dengan langkah yang sangat pelan agar tidak ketahuan. Dia berhenti, berdiri di balik pohon kecil."Aku tahu, Ibu. Pertama melihatmu, aku berusaha untuk membenci karena ayah menyuruhku, tetapi aku tidak bisa. Setiap hari aku marah karena sulit untuk benci padamu. Apalagi kau sangat lembut dan penyayang dan itu meluluhkan hatiku. Kurasa, ayah pun memiliki perasaan yang sama sehingga tidak langsung menghukummu?""Benarkah?"Nicholas mengangguk. "Kau tahu, ayah selalu marah pada siapa saja yang mencoba untuk mengenalkannya dengan wanita lain. Ketika mereka menyebut nama Chloe, aku pasti bersembunyi dalam kamar untuk menghindari amukannya. Ayah adalah orang yang paling membenci ib
"Kau bukan tidak percaya, tetapi tidak menduga, Ken." Elena tersenyum tipis pada putranya. "Tentu saja, karena dia ada dalam hatimu. Kau memberikan cinta yang tulus, tetapi kemudian berkhianat. Sebenarnya, aku memang pernah memergoki mereka sedang bercumbu dalam kamar kosong, tetapi hanya diam karena tidak ingin mendapat masalah. Aku tahu, mengusik Claire akan membuatmu marah. Akan tetapi, ketika masalah ini sudah kita bahas, mustahil untuk tetap diam, bukan?"Dada Claire naik turun, dia sedang tersulut emosi dan mencoba menebak dalang dari masalah itu. Dia mengamati tingkah semua orang yang berdiri di sana dan mendapati si pelayan gemuk selalu mencuri pandang pada Elena.Dugaan yang bagus. Claire tahu kalau mereka berdua bersekutu untuk melawannya. Baiklah, jika itu yang Elena inginkan, maka Claire pasti memberi bukti kalau dia memang pantas untuk tetap hidup sebagai menantu keluarga Wilson.Apa yang harus dia takutkan? Kenneth percaya padanya dan Elena adalah orang yang sangat dia b
Ini kali pertama Claire memasuki kamar Jennifer. Dia sengaja memboyong gadis itu karena penasaran dengan sesuatu. Ternyata jawabannya sudah ada, Jennifer memang sangat mencintai Billy. Kamar mereka penuh dengan foto lelaki sialan itu.Apakah romantis? Tidak, Claire tidak melihat cinta di raut wajah Billy. Dia terlihat seperti menganggap Jennifer adik sendiri. Kenapa gadis itu tidak bisa melihatnya? Mungkinkah dia baru belajar mengenal cinta?Dalam foto itu, Jennifer lah yang selalu tertawa lepas, memeluk bahkan bersandar di bahu Billy. Sementara Billy tersenyum samar, bahkan tidak menyentuh pundak kekasihnya sama sekali seakan foto itu tidak pernah dia inginkan."Menyedihkan!" umpat Claire tidak sengaja.Elena menoleh. Jennifer memang bukan anak kandungnya, tetapi apakah pantas dia mendengar umpatan tadi? Gadis itu terlalu lugu, Elena sangat tahu. Antara mereka berdua, Elena lebih memilih Jennifer."Apa maksudmu? Kau mengatakan Jennifer menyedihkan karena dia hamil sementara Billy tel
Kenneth dan Claire sudah tiba di depan rumah. Sepanjang jalan tadi, wanita itu memikirkan nasib saudaranya. Meskipun dia terkenal licik dan kejam, tetap saja tidak dapat menutup kemungkinan kalau mereka lahir di rahim yang sama.Ketika rindu itu tiba, haruskah Claire mematung di depan cermin? Kenapa Chloe bisa sejahat itu padahal ayahnya kerapkali mengingatkan untuk baik kepada siapapun? Pada tahun itu, Claire terlalu banyak merasakan kesedihan.Berawal dari dirinya yang dipaksa pergi ke Phoenix, mendapat hukuman berat, menyusul kematian ayah dan saudaranya. Claire tidak menduga kalau kejadian itu akan terjadi di tahun yang sama bahkan hanya dalam beberapa bulan terakhir. Bagaimana jika ternyata Kenneth marah begitu melihat Claire yang memiliki wajah mirip dengan saudaranya? Apakah itu akan membangkitkan dendamnya?"Ada apa denganmu, Claire? Kau terlihat memikirkan sesuatu." Kenneth menegur karena sejak tadi wanita itu hanya diam tanpa berani melangkahkan kakinya.Di mansion itu dia m
"Chloe telah mati."Claire tersentak. Otot di wajahnya menegang mendengar kalimat Kenneth. Mereka baru saja bertemu, Claire masih bisa melihat bagaimana saudaranya begitu tangguh bahkan ketika mendapat siksaan. Benarkah dia telah mati? Apakah berendam di air es memang sangat bahaya?Dia tidak berkutik, air mata pun enggan menjadi bukti kesedihannya. Hati Claire seperti mati dan hal yang paling diingat sekarang adalah dia benar-benar hidup sebatang kara. Mungkinkah seandainya dia juga berkhianat, maka berakhir seperti Chloe?"Tidak, itu tidak mungkin.""Kau menyesal?""Maksudku ...." Claire tidak tahu mencari alasan padahal yang dia maksud adalah mustahil untuk mendua. "Em, mereka bagaimana?" tanya Claire kemudian menatap Keily dan Billy yang babak belur.Mereka kurus seperti mayat hidup, bawah mata hitam dan banyak luka di wajahnya. Tidak ada lagi aura kecantikan yang selalu Claire lihat ketika berhadapan dengan Keily. Dia sudah berubah menjadi wanita super jelek. Apalagi Billy, wanit
"Lalu bagaimana denganku?" Oscar kembali mengajukan pertanyaan begitu melihat Nicholas memasuki kamarnya. Dia tahu mereka menjaga rahasia dari anak lelaki itu. Ah, entahlah, Oscar tidak peduli pada siapapun saat ini."Lebih baik kau bergegas kembali ke Michigan sebelum aku berubah pikiran!""Pulanglah, jangan memikirkan apa pun lagi," tambah Claire lembut.Oscar tidak bisa tersenyum, Claire menduga lelaki itu memang sulit berpisah dengannya. Wanita itu bingung harus sedih atau tidak karena takut ekspresinya terbaca oleh Kenneth. Sepasang kekasih itu saling menatap tanpa ada ruang untuk menetap.Mereka seperti berbicara dari hati, menyampaikan segala rindu yang semakin mustahil berujung temu. Pada akhirnya, cinta tidak selalu berbuah manis sekalipun berjuang sepanjang siang dan malam untuk bersama. Oscar mengepalkan kedua tangan, lalu melangkah pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Lelaki yang malang, dia bertekad untuk melupakan Claire dengan caranya sendiri. Kembali ke Michigan h
"Ya, aku tahu segalanya. Oscar berkata jujur tentangmu yang selalu mengingatku dan Nicholas. Kau menghabiskan waktu sepanjang siang dan malam menungguku menemukanmu. Betul?""I-iya, ta-tapi kenapa kau tidak datang dan membiarkanku tinggal di sana?""Chloe harus melakukan tugasnya di sini. Aku tidak boleh menghukum seseorang tanpa alasan, maka kubiarkan dia melakukan banyak kesalahan. Sementara itu, aku juga menguji kesetiaan dan ketulusanmu, apakah bertahan untuk tetap bersamaku meskipun berada di bawah tekanan mantan kekasihmu. Aku tahu jawabannya meski kau berusaha untuk mengelak.""Apa jawabannya?" kejar Claire semakin penasaran."Selama ini aku berpura-pura bodoh bahkan ketika sendirian agar rencana ini berhasil sepenuhnya. Betul bahwa kau tidak meminta Chloe untuk mengganti posisimu dan dia memang patut disalahkan. Semua yang dikatakan Oscar itu jujur termasuk semua hal yang terjadi di Michigan. Kalian sendiri tahu aku adalah CEO dengan pengaruh paling besar di sini juga memiliki
"Kau memang pantas untuk dihukum. Setelah membawa kabur kekasihmu, kalian datang dan menyebar fitnah padaku. Ya, aku akui sudah salah karena menuruti keinginan Claire, itu semua agar Kenneth bisa mendapatkan kebahagiaan meskipun hanya sandiwara. Aku yang bodoh sudah terjebak dalam permainan kalian!""Chloe!" bentak Wilson tidak tahan melihat raut wajah wanita itu. "Semua penghuni mansion, dari pelayan rendahan sampai kepala pelayan, seluruh bodyguard bahkan aku sendiri tahu kalau kau tidak semudah itu untuk ikut dalam permainan seseorang terutama jika kau membencinya. Claire yang lemah itu sukses menjebakmu? Mustahil dan jangan katakan itu lagi.""Ayah, dulu aku memang selicik itu, tetapi tidak pada adik sendiri.""Ya, karena kau tidak licik pada adik sendiri sehingga mengirimnya ke sini untuk menyamar menjadi dirimu." Tanpa mengalihkan pandangan, Wilson melanjutkan, "urus mantan istrimu ini, Ken. Aku harus ke luar bersama ibumu. Di sini terlalu banyak masalah dan itu akan menambah pe
Dengan berat hati Oscar membawa Claire kembali pulang ke mansion. Sepanjang perjalanan tadi, mereka hanya tenggelam dalam pikiran masing-masing. Satu yang lelaki itu patut syukuri yakni kekasihnya mau memberi kenangan dengan berfoto bersama.Kini, mereka sudah tiba. Beberapa pelayan hanya melirik sebentar, tetapi kemudian melanjutkan pekerjaannya karena tidak mengenali Claire yang sengaja memakai kacamata dan masker dengan penampilan seperti biasa saat masih tinggal di Michigan."Kau sudah siap?" tanya Oscar, padahal sia sendiri tidak tahu kenapa menanyakan hal itu.Jika ditanya tentang perpisahan, maka dia lah yang paling menolak untuk berpisah. Akan tetapi, siap atau tidak, Claire telah menentukan pilihannya. Mereka memang belum berjodoh."Ayo!" ajak Oscar berani.Lelaki itu sudah tahu konsekuensi menculik Claire dan hukuman apa saja yang mungkin dia terima nanti. Hari ini, pekerja kantoran libur, tentu saja Kenneth dan Wilson ada di sana.Mereka melangkah beriringan melewati pintu