"Nicholas!"
Sekalipun Claire berteriak, anak lelaki itu tetap tidak mau diam. Dia melempar benda apa saja yang bisa diraih oleh tangannya. Emosinya meluap, dia tidak bisa mengendalikan diri.
Namun, bukan Claire namanya jika harus mengalah saat itu juga. Dia melepaskan Nicholas, kemudian berdiri sedikit menjauh. Gadis itu berpikir bagaimana cara mendekati Nicholas.
"Keluar dari sini!" teriak Nicholas frustrasi.
"Oh, Tuhan. Kenapa kau membuat Nicholas marah?" Tiba-tiba Elena datang ketika mendengar keributan tersebut.
Dia sengaja memanas-manasi Nicholas dengan mengatakan kalau wanita yang berdiri di sampingnya adalah seorang ibu yang kejam di mana dirinya ditinggalkan demi lelaki lain. Anak itu pun menggeram, dia memberi tatapan dingin pada Claire.
Sementara itu, Keily mendekati Claire. "Kau tidak akan bisa mengambil hati Nicholas. Ingat itu!"
"Kenapa aku tidak bisa mengambil hati putraku sendiri?" Claire duduk melengkungkan punggung seelegan mungkin di dekat Nicholas. Dengan dagu sedikit terangkat, dia membalas tatapan Keily.
Claire menyembunyikan kekesalannya pada dua wanita sialan itu karena sudah berani mencampuri urusannya. Dia tahu bahwa Elena pasti sengaja menyusul ke kamar Nicholas agar masalah semakin runyam, maka dari itu dia tidak mau mengalah.
Sekalipun bukan ibu kandungnya, Claire tetap bisa menebak bahwa Nicholas hidup tertekan di mansion. Dia bisa melihat dari sikap anak itu dalam menghadapi masalah. Dia keras kepala seperti Chloe.
"Nicholas Sayang, kau tidak harus berusaha menerima kehadiran wanita itu. Kau boleh melakukan apa saja yang kau sukai dan mengusir siapa saja yang mengusikmu," kata Elena bersikap seperti seorang nenek yang baik hati.
"Benar, kau tidak harus mendengarkan wanita iblis ini, Nicho. Kau selalu ingat, bagaimana dia meninggalkanmu ketika kau masih membutuhkannya, kan?" tambah Keily membuat Claire berdecak.
"Bagaimana bisa kalian menanamkan pikiran buruk pada anak kecil? Seharusnya kalian mendidiknya jika merasa sebagai orang baik. Nicholas pasti tahu, siapa yang benar-benar peduli padanya!" balas Claire meraih kembali anak lelaki yang sudah dia anggap putra sendiri dan membawanya dalam pelukan.
Lihatlah bagaimana Nicholas tenang dalam pelukan wanita itu. Dia bisa merasakan cinta dan kasih sayang yang begitu tulus sekalipun takut jika saja ayahnya melihat mereka. Sejak dulu dia dipaksa berjanji untuk tidak membutuhkan ibu, tetapi nuraninya menginginkan yang lain.
Nicholas memang membenci ibunya karena gara-gara hidup tanpa ibu membuatnya dijauhi oleh teman-teman. Dia bahkan harus hidup tertekan di mansion sendiri. Sekarang dia seperti memiliki pelindung, Nicholas tidak bisa menolak sekarang.
"Nicholas, apa kau mau ayahmu marah?" Keily berusaha menarik tangan anak itu, tetapi kemudian Claire mencegahnya.
"Kau tidak memiliki hak untuk menjauhkanku dari putraku, Kei. Kau hanyalah menantu di sini, sama sepertiku. Bedanya suamiku masih hidup, sementara Ethan sudah meninggal!" Beruntung Chloe sudah memberitahu hal itu sejak awal pada Claire sehingga mudah melawan.
Claire memang tidak tahu semua masalah yang ada di mansion itu, tetapi paling tidak dia paham kalau Keily hanya mengejar harta suaminya. Chloe juga memperingatkan bahwa tidak semua yang tersenyum sungguh seorang teman.
"Lalu apa kau punya hak?" Elena maju selangkah dengan tatapan merendahkan. "Kau sudah selingkuh dari suamimu, meninggalkan Nicholas, lalu kembali seperti ibu dan istri yang baik?"
"Ibu, aku meninggalkan putraku bukan karena aku membencinya!" sentak Claire. Dia sekarang mengerti, siapa yang tegas, maka dia yang paling disegani.
Seperti Chloe, dia tidak ingin hidup di ujung telunjuk orang lain. Maka wanita yang semulanya lugu itu bersikeras ingin melawan siapa saja yang hendak merendahkannya. Lagi pula keberadaannya di sana untuk tujuan yang baik yakni menyatukan Chloe dengan suami dan putranya.
Dia teringat pada ancaman Chloe, di mana jika Claire gagal mengambil hati Kenneth, maka nyawa sang ayah benar-benar akan direnggut. Claire memejamkan mata sesaat sambil menggelengkan kepala tidak sanggup membayangkan hal itu terjadi.
Sekalipun Nicholas tenang dalam pelukan Claire, Elena tidak habis pikir. Dia memberi isyarat pada Keily agar dirinya bisa menghasut cucunya lagi. Wanita parasit itu mengangguk, dia menarik paksa tangan Claire menjauh dari kamar Nicholas.
Mereka berdiri di dekat tangga. Keily bertanya dengan nada angkuh, "kenapa kau kembali, Chloe? Apa kau tidak takut ayah mertua akan menghukummu atas kasus kematian Ethan?"
Gadis polos itu membuka mulut sedikit lebar, matanya membola. Dia tidak menyangka kalau kematian Ethan disebabkan oleh saudari kembarnya. Kaki Claire sudah gemetaran di bawah sana, tetapi dia tetap berusaha untuk berdiri tegak atau akan kembali diinjak.
"Jadi kau menuduhku sudah membunuh Ethan?"
"Aku tidak menuduh karena memang kenyataannya, betul?"
Claire ketakutan, wajahnya terlihat pucat dan tegang. Dia tidak tahu harus berbuat apa jika saja benar Chloe telah membunuh saudara iparnya sendiri. Namun, atas dasar apa? Menurut wanita itu, Chloe tidak mungkin melakukan pembunuhan hanya karena uang.
Memang benar kalau Chloe adalah wanita tamak, tetapi dia tidak pernah melakukan hal kotor seperti itu. Claire tidak percaya pada tuduhan Keily, dia yakin saudarinya tidak percaya dan akan menanyakan itu nanti.
"Tidak usah tegang, Chloe. Sebentar lagi riwayatmu pasti akan tamat. Kau salah sudah kembali melangkahkan kaki ke sini!" ledek Keily membuat wanita itu mengepalkan kedua tangan.
"Kau salah, Kei. Aku tidak pernah membunuh Ethan dan lihat saja, aku pasti bisa menunjukkan bukti!"
Bibir Claire yang gemetar berhasil membuat Keily tertawa. Dia tidak menyangka bisa menakuti wanita itu. Namun, bagi Keily, sekarang bukan saat yang tepat. Dia harus membunuh secara perlahan agar luka di hati Chloe tidak pernah pulih.
Dendam yang semakin membuncah menjadikan Keily semakin kesetanan. Dia mengepal kedua tangan sambil melangkah pergi atau akan menghabisi wanita itu. Dia merasa harus segera mengabari Billy, kekasih Jennifer yang juga sangat benci pada Chloe.
"Pergi!" Teriakan Nicholas terdengar nyaring.
Mendengar itu, Claire menggeram. Dia merasa tidak boleh membiarkan parasit mendekati putranya. Dia melangkah cepat menuju kamar itu, tetapi sebelum memasuki ruangan, tangannya sudah ditarik lebih dulu oleh Kenneth.
Tatapan mereka kembali beradu. Kenneth kesal karena jantungnya tiba-tiba berdegup tidak normal bagai pacuan kuda. Dia berusaha menepikan perasaan itu sekalipun sulit. Amarah dan rasa dendam harus dia utamakan saat ini atau wanita di hadapannya akan tertawa mengejek.
"Kau membuat putramu marah? Sebagai pengasuh yang baik, kau seharusnya paham apa yang diinginkan Nicholas. Kau mengasuh putramu, bukan orang lain, kenapa malah menimbulkan masalah?"
"Tuan Kenneth Wilson, Anda tidak tahu apa yang terjadi, maka lebih baik Anda diam saja!"
Sungguh, saat ini Kenneth ingin meremas bibir tipis milik Claire. Dia benar-benar kesal diperlakukan seperti itu apalagi mengingat dirinya yang tidak bisa menghukum wanita itu dengan berat sesuai janjinya dulu.
"Masalah apa yang kau ciptakan, Chloe? Jangan-jangan kau mengaku sebagai ibu Nicholas?"
"Lantas kenapa kalau memang aku mengaku pada Nicholas? Hal itu tidak merugikanmu, bukan?"Rahang Kenneth mengeras mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Claire. Dia marah dan Claire sangat tahu itu karena sejak awal dia memang hanya diminta sebagai pengasuh yang artinya Nicholas tidak boleh tahu kalau wanita itu adalah ibunya."Kau tidak perlu mengaku pada Nicholas, dia tidak butuh ibu sepertimu." Kenneth mendengus marah lantas menarik tangan wanita itu agar menjauh dari kamar di mana Nicholas berada."Benarkah? Tetapi bagaimana ini, Nicholas begitu nyaman dalam pelukanku. Dia tahu aku ini ibunya, ibu yang terpaksa meninggalkannya." Kaki Claire gemetaran di bawah sana, tetapi itu sekarang tidak penting. Dia ingin kebahagiaan Nicholas terwujud. "Apa kau tidak menyadari bagaimana putramu merindukan kasih sayangku? Sadarlah, Ken!""Sebelum memikirkan tentang Nicholas, aku ingin bertanya." Sebelah tangan Kenneth mencengkram dagu milik Claire. Sorot matanya menatap penuh kebencian. "S
Claire kembali ke kamar yang sudah ditunjuk oleh Kenneth. Dia bingung hendak melakukan apa sekarang. Bagi wanita itu, sepakat untuk bekerja sama dengan Chloe adalah kesalahan terbesar yang pernah dia lakukan.Dia terjebak oleh kalimatnya sendiri. Bagaimana mungkin Kenneth bisa percaya kalau dirinya adalah Claire sementara wajah keduanya begitu sama. Ingin tetap menggantikan Chloe pun bukan tantangan yang mudah."Sial!" Claire memukul dinding. Dia berpikir bagaimana caranya bisa mendapatkan hati Kenneth dan Nicholas dalam waktu singkat agar penderitaan itu lekas berakhir.Dia menyesal sudah percaya pada Chloe bahwa tugasnya hanya sebagai istri pengganti sementara saja. Claire tidak diberitahu bahwa Kenneth dan seluruh penghuni mansion itu menyimpan dendam yang begitu membara.Kejam sekali. Chloe membiarkan saudari kembarnya untuk merasakan siksaan itu sementara nanti dirinya hanya akan mendapat cinta. Claire menghela napas panjang, dia juga takut untuk menjelaskan itu pada Kenneth kare
Setelah semalaman Claire berpikir, akhirnya dia memutuskan untuk benar-benar menjadi Chloe. Tidak ada jalan lain yang bisa dia tempuh termasuk kembali ke Michigan tanpa menyelesaikan pekerjaan lebih dulu.Gadis itu mondar-mandir di tempat, dia memikirkan cara terbaik untuk mengambil hati Nicholas. Kemarin dia memang memeluk anak itu, tetapi tidak menutup kemungkinan kesempatannya lenyap karena hasutan dari Elena dan juga Keily.Sebuah keberuntungan karena Jennifer jarang sekali berada di rumah. Claire menarik napas dalam, mengembuskan perlahan agar bisa meminimalisir rasa gugup. Benarkah dia mampu menjadi seorang Chloe yang begitu berani dan gila?Tidak lama setelah Claire mengusap wajah gusar, kini kakinya melangkah cepat menuju kamar Nicholas. Anak itu harus segera bersiap ke sekolah. Claire yakin selama ini dia bersekolah dari rumah seperti orang kaya bandel pada umumnya."Selamat pagi," sapa Claire berusaha seramah mungkin. "Hebat, ternyata kau bisa bangun lebih pagi," lanjutnya m
"Chloe, kau ke sini untuk mengusik Nicholas? Berhentilah menghasutnya, kau bukan ibu yang baik bagi cucuku!" sentak Elena dramatis.Claire mendengus kesal. "Maaf, ini bukan urusanmu. Biarkan aku mengurus putraku sendiri!""Benar kata nenek, kau tidak tahu cara menghormati orang lain. Aku sungguh tidak butuh sosok ibu sepertimu yang senang menelantarkan anak sendiri!" sambung Nicholas membuat Claire terkesiap.Jadi benar, Nicholas menjadi sangat marah karena sudah dihasut Elena. Claire tidak akan membiarkan hal itu terjadi, bagaimanapun dia sudah memutuskan untuk hidup sebagai Chloe maka sudah menjadi kewajibannya untuk mengurus anak lelaki itu.Padahal sebelumnya Nicholas bahagia mengetahui wanita yang datang bersama ayahnya adalah ibu yang selama ini dia rindukan. Kebahagiaan itu terpancar jelas di wajahnya, tetapi kemudian meredup karena terus dihasut dengan mengungkit kesalahan Chloe tujuh tahun silam.Sebelah tangan Nicholas terkepal, dia tidak tahu harus percaya kepada siapa. Per
Ketika keluar dari kamar, senyum jahat di bibir Kenneth langsung menyambutnya. Dia sengaja berdiri di luar kamar mendengarkan keributan yang baru saja terjadi. Nampaknya wanita itu memang kesulitan merebut hati Nicholas.Claire membalas tatapan Kenneth setajam mungkin agar dia tidak ketahuan kalau hatinya sedang rapuh. Ya, sejak tadi gadis itu menahan air matanya di depan semua orang, tapi berusaha terlihat teguh agar tidak mendapat olokan."Bagaimana aku percaya kau bisa mengasuh Nicholas dengan baik jika pekerjaan becus saja tidak bisa kau lakukan." Kenneth mendengus, "iblis sepertimu memang tidak pantas disebut ibu."Claire tahu Kenneth sengaja menambah luka di hatinya, maka dari itu dia berusaha untuk tidak tersinggung dan membalas hinaan tersebut dengan kalimat yang lebih menyakitkan. "Aku tahu kau selalu menganggapku iblis, tapi putramu justru melihatku seperti malaikat–""Malaikat?" Kenneth menggemakan tawa, dia menganggap wanita di depannya sedang bercanda."Maka kukatakan pad
Semut merah itu seperti diperintah, semuanya menggigit Claire sehingga wanita itu meraung kesakitan menghentak-hentakkan kaki. Betisnya sudah merah karena gigitan serangga itu.Sementara Elena dan Keily, mereka terus tertawa sambil menyumpahi Claire agar mati detik ini juga. Sungguh, kedua wanita itu tidak punya hati. Mereka senang melihat Claire tersiksa menahan sakit."Tolong jauhkan semut-semut ini!" teriak Claire lagi. Dia menangis ketika serangga itu sudah mencapai wajahnya.Bukan tentang kecantikan yang Claire pikir, tetapi dia takut kalau saja serangga kecil itu masuk ke lubang hidung atau telinganya. Sekali lagi dia berontak dengan teriakan yang sangat menggema."Tidak ada yang bisa menolongmu, Chloe. Seharusnya kamu sadar sejak awal kalau dirimu bukan nyonya lagi di sini. Kau meninggalkan Kenneth dan juga Nicholas, lalu kembali tanpa merasa bersalah. Apa memang serendah itu dirimu?" Keily begitu puas menyaksikan pemandangan itu.Sejak kehadiran Chloe di mansion dulu, dia tida
Claire memijit kening begitu Kenneth sudah menghilang dari pandangannya. Tadi lelaki itu bilang kalau Claire tidak sabar menunggunya pulang? Huh, lelucon apa itu.Dia pasti sudah gila kalau jatuh cinta atau bahkan menunggu Kenneth pulang. Kalau saja bukan resiko yang besar, Claire pasti sudah membunuh Kenneth. Bertahan hidup di mansion bukanlah sesuatu yang mudah dan untuk kembali ke Michigan tanpa membawa hasil juga bukan sebuah pilihan.Gadis itu mendesah pelan, dia kembali teringat pada Jonathan. Claire berharap dia bisa pulang dan memeluk ayahnya sebelum meninggal. Pikiran buruk berusaha dia tepis mengingat dirinya sangat sulit menghubungi Chloe. Apa yang saudarinya lakukan di sana, apakah mungkin menelantarkan sang ayah?"Selamat datang kembali, Chloe. Aku senang kau ada di sini, itu artinya kita bisa bermain lagi."Claire menoleh dan mendapati seorang lelaki bertubuh tinggi berdiri di sana dengan senyum semringah. Dia berusaha menebak siapa lelaki itu apalagi sejak berada di Pho
Seharian ini Claire begitu kesal, dia tidak berhenti memberontak di dalam kamar. Gadis itu sengaja mengurung diri karena mengingat Billy masih ada di sana. Dia sangat kurang ajar sudah berani mencuri cium pipi Claire.Lelaki parasit, itu yang saat ini ada di pikiran Claire. Selama Billy ada di mansion, dia semakin kesulitan untuk bergerak. Lelaki gila dan sialan itu selalu mengikutinya di saat Jennifer tidak ada."Kau di dalam?" Sebuah ketukan di pintu kamar membuat Claire menoleh gugup."Chloe, keluarlah. Kenapa sekarang kau menjadi penakut?" Suara itu kembali terdengar. Claire mengumpulkan kekuatan untuk membuka pintu karena jika terus bersembunyi, mereka bisa saja curiga kalau dia memang bukan Chloe yang asli."Kenapa kau mencariku?"Tatapan Billy membuat Claire takut, dia tidak mau kejadian yang sama terulang lagi seperti tadi. Akhirnya, Claire menghindar dan melangkah cepat menuruni anak tangga menuju keramaian di mana Elena berada.Sial. Dia menjauh dari Billy, malah mendatangi
Kenneth menyusul istrinya di taman yang selalu indah itu. Sebuah tempat di mana Claire pernah dihukum oleh Elena dan Keily dengan mengerumuninya dengan semut. Akan tetapi, semua kini berbeda karena dia tengah berbincang hangat dengan Nicholas.Apa yang mereka bicarakan? Kenneth terlalu penasaran, dia pun mendekat dengan langkah yang sangat pelan agar tidak ketahuan. Dia berhenti, berdiri di balik pohon kecil."Aku tahu, Ibu. Pertama melihatmu, aku berusaha untuk membenci karena ayah menyuruhku, tetapi aku tidak bisa. Setiap hari aku marah karena sulit untuk benci padamu. Apalagi kau sangat lembut dan penyayang dan itu meluluhkan hatiku. Kurasa, ayah pun memiliki perasaan yang sama sehingga tidak langsung menghukummu?""Benarkah?"Nicholas mengangguk. "Kau tahu, ayah selalu marah pada siapa saja yang mencoba untuk mengenalkannya dengan wanita lain. Ketika mereka menyebut nama Chloe, aku pasti bersembunyi dalam kamar untuk menghindari amukannya. Ayah adalah orang yang paling membenci ib
"Kau bukan tidak percaya, tetapi tidak menduga, Ken." Elena tersenyum tipis pada putranya. "Tentu saja, karena dia ada dalam hatimu. Kau memberikan cinta yang tulus, tetapi kemudian berkhianat. Sebenarnya, aku memang pernah memergoki mereka sedang bercumbu dalam kamar kosong, tetapi hanya diam karena tidak ingin mendapat masalah. Aku tahu, mengusik Claire akan membuatmu marah. Akan tetapi, ketika masalah ini sudah kita bahas, mustahil untuk tetap diam, bukan?"Dada Claire naik turun, dia sedang tersulut emosi dan mencoba menebak dalang dari masalah itu. Dia mengamati tingkah semua orang yang berdiri di sana dan mendapati si pelayan gemuk selalu mencuri pandang pada Elena.Dugaan yang bagus. Claire tahu kalau mereka berdua bersekutu untuk melawannya. Baiklah, jika itu yang Elena inginkan, maka Claire pasti memberi bukti kalau dia memang pantas untuk tetap hidup sebagai menantu keluarga Wilson.Apa yang harus dia takutkan? Kenneth percaya padanya dan Elena adalah orang yang sangat dia b
Ini kali pertama Claire memasuki kamar Jennifer. Dia sengaja memboyong gadis itu karena penasaran dengan sesuatu. Ternyata jawabannya sudah ada, Jennifer memang sangat mencintai Billy. Kamar mereka penuh dengan foto lelaki sialan itu.Apakah romantis? Tidak, Claire tidak melihat cinta di raut wajah Billy. Dia terlihat seperti menganggap Jennifer adik sendiri. Kenapa gadis itu tidak bisa melihatnya? Mungkinkah dia baru belajar mengenal cinta?Dalam foto itu, Jennifer lah yang selalu tertawa lepas, memeluk bahkan bersandar di bahu Billy. Sementara Billy tersenyum samar, bahkan tidak menyentuh pundak kekasihnya sama sekali seakan foto itu tidak pernah dia inginkan."Menyedihkan!" umpat Claire tidak sengaja.Elena menoleh. Jennifer memang bukan anak kandungnya, tetapi apakah pantas dia mendengar umpatan tadi? Gadis itu terlalu lugu, Elena sangat tahu. Antara mereka berdua, Elena lebih memilih Jennifer."Apa maksudmu? Kau mengatakan Jennifer menyedihkan karena dia hamil sementara Billy tel
Kenneth dan Claire sudah tiba di depan rumah. Sepanjang jalan tadi, wanita itu memikirkan nasib saudaranya. Meskipun dia terkenal licik dan kejam, tetap saja tidak dapat menutup kemungkinan kalau mereka lahir di rahim yang sama.Ketika rindu itu tiba, haruskah Claire mematung di depan cermin? Kenapa Chloe bisa sejahat itu padahal ayahnya kerapkali mengingatkan untuk baik kepada siapapun? Pada tahun itu, Claire terlalu banyak merasakan kesedihan.Berawal dari dirinya yang dipaksa pergi ke Phoenix, mendapat hukuman berat, menyusul kematian ayah dan saudaranya. Claire tidak menduga kalau kejadian itu akan terjadi di tahun yang sama bahkan hanya dalam beberapa bulan terakhir. Bagaimana jika ternyata Kenneth marah begitu melihat Claire yang memiliki wajah mirip dengan saudaranya? Apakah itu akan membangkitkan dendamnya?"Ada apa denganmu, Claire? Kau terlihat memikirkan sesuatu." Kenneth menegur karena sejak tadi wanita itu hanya diam tanpa berani melangkahkan kakinya.Di mansion itu dia m
"Chloe telah mati."Claire tersentak. Otot di wajahnya menegang mendengar kalimat Kenneth. Mereka baru saja bertemu, Claire masih bisa melihat bagaimana saudaranya begitu tangguh bahkan ketika mendapat siksaan. Benarkah dia telah mati? Apakah berendam di air es memang sangat bahaya?Dia tidak berkutik, air mata pun enggan menjadi bukti kesedihannya. Hati Claire seperti mati dan hal yang paling diingat sekarang adalah dia benar-benar hidup sebatang kara. Mungkinkah seandainya dia juga berkhianat, maka berakhir seperti Chloe?"Tidak, itu tidak mungkin.""Kau menyesal?""Maksudku ...." Claire tidak tahu mencari alasan padahal yang dia maksud adalah mustahil untuk mendua. "Em, mereka bagaimana?" tanya Claire kemudian menatap Keily dan Billy yang babak belur.Mereka kurus seperti mayat hidup, bawah mata hitam dan banyak luka di wajahnya. Tidak ada lagi aura kecantikan yang selalu Claire lihat ketika berhadapan dengan Keily. Dia sudah berubah menjadi wanita super jelek. Apalagi Billy, wanit
"Lalu bagaimana denganku?" Oscar kembali mengajukan pertanyaan begitu melihat Nicholas memasuki kamarnya. Dia tahu mereka menjaga rahasia dari anak lelaki itu. Ah, entahlah, Oscar tidak peduli pada siapapun saat ini."Lebih baik kau bergegas kembali ke Michigan sebelum aku berubah pikiran!""Pulanglah, jangan memikirkan apa pun lagi," tambah Claire lembut.Oscar tidak bisa tersenyum, Claire menduga lelaki itu memang sulit berpisah dengannya. Wanita itu bingung harus sedih atau tidak karena takut ekspresinya terbaca oleh Kenneth. Sepasang kekasih itu saling menatap tanpa ada ruang untuk menetap.Mereka seperti berbicara dari hati, menyampaikan segala rindu yang semakin mustahil berujung temu. Pada akhirnya, cinta tidak selalu berbuah manis sekalipun berjuang sepanjang siang dan malam untuk bersama. Oscar mengepalkan kedua tangan, lalu melangkah pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Lelaki yang malang, dia bertekad untuk melupakan Claire dengan caranya sendiri. Kembali ke Michigan h
"Ya, aku tahu segalanya. Oscar berkata jujur tentangmu yang selalu mengingatku dan Nicholas. Kau menghabiskan waktu sepanjang siang dan malam menungguku menemukanmu. Betul?""I-iya, ta-tapi kenapa kau tidak datang dan membiarkanku tinggal di sana?""Chloe harus melakukan tugasnya di sini. Aku tidak boleh menghukum seseorang tanpa alasan, maka kubiarkan dia melakukan banyak kesalahan. Sementara itu, aku juga menguji kesetiaan dan ketulusanmu, apakah bertahan untuk tetap bersamaku meskipun berada di bawah tekanan mantan kekasihmu. Aku tahu jawabannya meski kau berusaha untuk mengelak.""Apa jawabannya?" kejar Claire semakin penasaran."Selama ini aku berpura-pura bodoh bahkan ketika sendirian agar rencana ini berhasil sepenuhnya. Betul bahwa kau tidak meminta Chloe untuk mengganti posisimu dan dia memang patut disalahkan. Semua yang dikatakan Oscar itu jujur termasuk semua hal yang terjadi di Michigan. Kalian sendiri tahu aku adalah CEO dengan pengaruh paling besar di sini juga memiliki
"Kau memang pantas untuk dihukum. Setelah membawa kabur kekasihmu, kalian datang dan menyebar fitnah padaku. Ya, aku akui sudah salah karena menuruti keinginan Claire, itu semua agar Kenneth bisa mendapatkan kebahagiaan meskipun hanya sandiwara. Aku yang bodoh sudah terjebak dalam permainan kalian!""Chloe!" bentak Wilson tidak tahan melihat raut wajah wanita itu. "Semua penghuni mansion, dari pelayan rendahan sampai kepala pelayan, seluruh bodyguard bahkan aku sendiri tahu kalau kau tidak semudah itu untuk ikut dalam permainan seseorang terutama jika kau membencinya. Claire yang lemah itu sukses menjebakmu? Mustahil dan jangan katakan itu lagi.""Ayah, dulu aku memang selicik itu, tetapi tidak pada adik sendiri.""Ya, karena kau tidak licik pada adik sendiri sehingga mengirimnya ke sini untuk menyamar menjadi dirimu." Tanpa mengalihkan pandangan, Wilson melanjutkan, "urus mantan istrimu ini, Ken. Aku harus ke luar bersama ibumu. Di sini terlalu banyak masalah dan itu akan menambah pe
Dengan berat hati Oscar membawa Claire kembali pulang ke mansion. Sepanjang perjalanan tadi, mereka hanya tenggelam dalam pikiran masing-masing. Satu yang lelaki itu patut syukuri yakni kekasihnya mau memberi kenangan dengan berfoto bersama.Kini, mereka sudah tiba. Beberapa pelayan hanya melirik sebentar, tetapi kemudian melanjutkan pekerjaannya karena tidak mengenali Claire yang sengaja memakai kacamata dan masker dengan penampilan seperti biasa saat masih tinggal di Michigan."Kau sudah siap?" tanya Oscar, padahal sia sendiri tidak tahu kenapa menanyakan hal itu.Jika ditanya tentang perpisahan, maka dia lah yang paling menolak untuk berpisah. Akan tetapi, siap atau tidak, Claire telah menentukan pilihannya. Mereka memang belum berjodoh."Ayo!" ajak Oscar berani.Lelaki itu sudah tahu konsekuensi menculik Claire dan hukuman apa saja yang mungkin dia terima nanti. Hari ini, pekerja kantoran libur, tentu saja Kenneth dan Wilson ada di sana.Mereka melangkah beriringan melewati pintu