"Aku memang ingin membunuhmu sejak lama, Chloe. Tepat ketika kau merintih di bawah tubuh lelaki lain, tetapi sepertinya aku harus membiarkanmu hidup dalam neraka sebelum ajalmu benar-benar tiba."
Kenneth menggemakan tawa dalam kamar mandi bernuansa putih itu. Tangannya benar-benar tidak lelah mendorong kepala itu agar tenggelam semakin dalam. Tiba-tiba salah seorang pelayan masuk ke kamar itu.
"Tuan, apakah sudah waktunya?"
"Ya, bawa segera padaku!" perintah Kenneth menyudahi aktivitasnya.
Detik ini dia membiarkan 'Chloe' mengambil napas. Lihatlah, bahkan wajah wanita itu sudah merah bagai seekor kepiting rebus.
Dua orang pelayan ikut masuk ke kamar mandi itu dan menuangkan bongkahan es yang begitu besar ke dalam bath up. 'Chloe' memekik karena rasa dingin yang semakin menusuk. Bibirnya gemetar, sementara wajah cantiknya berubah pucat.
"Apa yang kau lakukan? Kau sungguh ingin membunuhku?"
"Kukira ingatanmu masih bagus, Chloe. Rupanya kau semakin bodoh setelah pisah dariku!"
"Sudah kukatakan, kau tidak boleh melakukan ini padaku. Jangan menghukum orang lain atas kesalahan yang tidak pernah dia lakukan. Silakan kau temukan Chloe, biarkan aku pergi dari sini!" Baru saja 'Chloe' ingin keluar, tetapi kedua pelayan itu sudah lebih dulu menahannya.
Seperti sebelumnya, kepala 'Chloe' kembali ditenggelamkan ke dalam bath up oleh Kenneth. Dia terkekeh pelan melihat wanita itu meronta di bawah sana.
"Mulai hari ini, kau akan hidup dalam neraka, Chloe!" tegasnya menarik kepala 'Chloe'.
Lelaki itu berjongkok, kemudian menatap mata indah 'Chloe' dari dekat. Bibir wanita itu gemetar membuat Kenneth tersenyum simpul.
"Le-lepaskan aku. Kau salah menangkap orang!" pinta 'Chloe'. Tubuhnya pun semakin menggigil dan lemah sampai pandangannya gelap.
Kenneth kesal karena pertunjukan harus selesai saat ini juga melihat wanita sialan itu malah jatuh pingsan. Namun, dia tidak peduli dan malah meminta dua pelayan tadi mengangkat tubuh 'Chloe' ke tempat tidur.
"Jangan biarkan wanita sialan ini kabur atau aku tidak akan segan-segan membunuh kalian!" Suara Kenneth berhasil membuat dua pelayan itu ketakutan. Mereka mengangguk bersamaan, menjawab tanpa suara.
"Tolong lepaskan aku, biar kuberitahu di mana wanita yang kau cari itu," lirih 'Chloe' masih menutup mata.
Amarah Kenneth kembali terpancing, dia menekan dagu 'Chloe' keras, tetapi wanita itu tetap tanpa perlawanan. "Kau bilang apa tadi? Wanita yang aku cari, kau tahu dia di mana?"
"Ya, aku tahu dia ada di mana."
"Tidak usah mengajakku bercanda, Chloe. Kau tidak selucu itu. Lebih baik kau berhati-hati karena aku akan memberi kejutan yang tidak akan pernah kau lupakan!" Kenneth menarik sudut bibirnya sekilas sebelum akhirnya meninggalkan 'Chloe' seorang diri.
Wanita itu menunduk, dia meraih selimut untuk membalut tubuhnya. Air Conditioner dalam kamar itu disetel ke suhu 16° Celcius sehingga tangannya harus meraba nakas, sementara mata memindai seisi ruangan, tetapi tidak berhasil menemukan remot kontrol.
Dia bertanya-tanya dalam hati, apakah sebentar lagi ajal akan menjemput dalam keadaan menyedihkan seperti itu? Kalau bukan Kenneth, lantas siapa yang bisa menolongnya untuk kabur dari sana?
"Nyonya, Anda harus tidur sekarang karena besok Tuan Kenneth akan menjemput Anda!" kata seorang pelayan wanita yang baru saja membuka pintu.
Menjemput? Apakah Kenneth akan membawa wanita sialan itu ke neraka atau langsung menyembelihnya di tanah lapang? 'Chloe' berharap mati detik ini juga agar tidak lagi melihat wajah Kenneth yang menyeramkan.
"Kenapa aku harus tidur? Bahkan malam saja belum tiba."
"Ini perintah dari Tuan Kenneth, Anda harus mengikutinya kalau masih ingin hidup, Nyonya." Pelayan itu hendak menutup pintu, tetapi kemudian dia melanjutkan, "oh iya, kata Tuan Kenneth, jangan berharap ada makanan malam ini."
Daun pintu dibanting begitu keras sampai 'Chloe' tersentak di tempat. Kepalanya bersandar pada headboard sambil meratapi nasib yang tidak berpihak padanya. Mengingat Kenneth akan menjemput besok menambah ketakutan dalam diri wanita itu.
"Lepaskan aku! Aku bukan Chloe yang kalian cari! Wanita sialan itu bukan aku!" teriak 'Chloe' sambil memukul kepalanya sendiri.
***
Malam berganti siang dan Kenneth masih sibuk berpikir dengan apa yang terjadi pada mantan istrinya. Penampilan mereka memang berbeda, tetapi wajah itu sangat tidak bisa menipu Kenneth. Siapa pun yang melihat 'Chloe' tidak akan percaya kalau dia orang lain.
Dia membuang napas kasar, kemudian mempercepat langkah menuju ruangan di mana 'Chloe' berada. Dia tidak boleh merasa iba oleh rintihan yang keluar dari bibir kecil wanita itu. Penderitaan yang Kenneth rasakan selama bertahun-tahun harus mendapat balasan.
"Makanlah, setelah itu kau harus mandi!" perintah Kenneth begitu sampai. Dia melempar sepiring makanan basi ke dalam kamar itu, kemudian mengukir senyum manis.
"Kau memang kaya, Ken, tetapi aku bukan hewan yang bisa kau rendahkan sesuka hati. Bahkan anjing peliharaan pun mendapat perlakuan baik dari tuannya."
"Itu karena kau lebih hina dari seekor anjing." Kenneth mendekat menarik paksa tubuh 'Chloe' hingga jatuh ke lantai.
Wanita gila itu terlihat ingin menangis, tetapi air matanya telah kering. Dia bahkan tidak bisa melihat sisi baik dari lelaki di hadapannya walau dalam terangnya siang apalagi di gelapnya malam.
Kenneth menatap tajam pada 'Chloe', dia berpikir bagaimana bisa dia jatuh cinta pada wanita sialan itu dulu? Bahkan dia memperkenalkannya sebagai istri di depan semua orang dengan sangat bangga.
"Makanan itu sebenarnya terlalu istimewa untuk seekor hewan sepertimu!" Hinaan yang begitu menusuk hati 'Chloe'.
"Kau bilang aku seekor hewan, lalu kenapa kau menyiksaku? Apa itu membuktikan bahwa kau lebih buruk dari seekor hewan yang tidak bersalah ini?" sindir 'Chloe' tidak tahan lagi.
"Habiskan. Sebelum aku kembali ke sini, kau sudah harus selesai mandi!" Kenneth menjentikkan jarinya, kemudian masuklah seorang pelayan wanita yang membawa pakaian baru.
Lelaki itu melangkah ke luar karena ingin menemui orang kepercayaannya. Dia merasa harus mencari tahu apa saja yang sudah terjadi pada 'Chloe' sejak tujuh tahun yang lalu.
Kenneth bukan orang bodoh dan kali ini tidak akan membiarkan wanita itu kabur lagi. Cinta yang begitu melukai dan sekali lagi Kenneth menyesal pernah memanjakannya. Bayangan tentang perselingkuhan 'Chloe' kembali membuat hatinya remuk.
"Cari tahu tentang Chloe, apa saja yang sudah terjadi padanya beberapa tahun terakhir!" perintah Kenneth pada lelaki yang sedang menunduk itu.
"Baik, Tuan," jawab lelaki itu sebelum akhirnya pergi dengan beberapa pengawal lainnya.
Setelah terpaku cukup lama, Kenneth bergumam, "tidak, aku harus memberinya hukuman yang lebih berat!"
Dia memutar badan, melangkah cepat ke ruangan 'Chloe' lagi. Pintu sedikit terbuka, dia sengaja mengintip lebih dulu berharap ada jawaban dari pertanyaan yang mengusik pikirannya.
"Nyonya, setelah makan Anda harus segera mandi!" Pelayan itu mengingatkan.
"Tidak perlu mengingatkanku. Untuk apa aku menuruti perintah tuanmu jika dia saja tidak bisa mengerti kalau aku ini bukan istri yang dia cari? Apa tuanmu itu sudah buta?"
"Maaf, Nyonya. Anda harus menuruti perintah dari Tuan Kenneth atau dia akan marah," sahut pelayan itu lagi.
'Chloe' mendengkus kesal. Rupanya pelayan itu sama keras kepalanya dengan Kenneth. Orang-orang seperti mereka memang tidak pantas berada di dekatnya.
"Nyonya, tolong dengarkan perintah Tuan Kenneth!"
"Hey, Jalang. Kenapa kau sangat lambat? Bahkan anjing pun berlari cepat demi sebuah tulang." Hinaan dari Kenneth tidak lagi menusuk hati 'Chloe'.
"Bagaimana bisa kau menyebutku jalang, heh? Kau bahkan tidak punya adab pada orang asing, lantas kau menyebut dirimu lebih mulia dari seekor anjing?"
Amarah Kenneth memuncak, kesabarannya menghilang begitu saja. Dia menyeret paksa 'Chloe' masuk kamar mandi dengan menarik rambutnya, sementara pelayan tadi dia usir keluar kamar.
Kenneth seperti orang kesetanan, dia memaksa 'Chloe' membuka pakaiannya. Wanita itu lantas menolak, tetapi tidak berhasil mencegat Kenneth. Dia terlalu mengulur waktu menuju kematian.
"Kenapa wajahmu merah, Chloe? Apa kau berpikir aku akan melakukan hal mesum denganmu? Bahkan ketika kau berdiri tanpa sehelai benang pun, aku tidak akan pernah menyentuh tubuh kotormu!"
"Hentikan hinaanmu, aku bukan jalang seperti yang kau pikir, Ken. Kau sudah melampaui batas dan aku benci itu!"
Kenneth tertawa, dia bertepuk tangan tiga kali mengangumi keberanian wanita sialan itu. Kenneth tidak habis pikir, kenapa dia begitu berani kembali ke Phoenix? Apakah ada rencana di balik semua ini?
Apapun itu, Kenneth tidak akan pernah membiarkan 'Chloe' melangkah satu senti pun kecuali atas perintahnya. Wanita gila itu harus menderita seumur hidup di tangan Kenneth sendiri.
Hinaan yang dilontarkan 'Chloe' dulu selalu terngiang dalam pikirannya, Kenneth pun bersumpah tidak akan memberi maaf. Tangan kekarnya meraih shower begitu menyadari 'Chloe' hanya terpaku di tempat.
"Apa kau tuli, Chloe? Sejak tadi pelayan memintamu untuk mandi. Aku bahkan dengan senang hati membawamu ke sini dan kau masih belum menurut?" Kenneth tersenyum simpul. "Aku ragu kau masih memiiki otak atau tidak."
'Chloe' membuang napas kasar. "Tuan, tolong jangan berlaku kasar padaku. Aku tahu Anda orang terhormat di Phoenix, maka dari itu bersikaplah yang sopan!"
Kenneth menarik sudut bibirnya sambil menatap tajam pada wanita sialan itu. "Tidak perlu mengubah caramu berbicara, Chloe. Kau tahu? Aku sangat jijik mendengarnya!"
Tangan 'Chloe' terkepal kuat, dia membalas tatapan Kenneth tidak kalah tajam. Wanita itu harus berani melawan meski sebenarnya rasa takut begitu mendominasi. Kalau bukan karena Chloe, maka aku tidak akan sudi ke Phoenix! batin wanita itu.
Setelah berucap demikian, Kenneth keluar ruangan, sedangkan wanita itu melakukan aktivitas yang sudah seharusnya atau akan disiksa lagi. Dia menitikkan air mata begitu mengingat kejadian sebelum dia menginjakkan kaki di Phoenix.Saat itu di Michigan, seorang wanita berpenampilan mewah melangkah cepat mendekati rumah kecil di ujung jalan di mana ada sosok wanita lugu di sana. Begitu sampai, dia langsung berteriak, "Claire, kau harus ikut denganku!""Chloe?"Wanita angkuh bernama Chloe adalah saudari kembar Claire Dakota. Mereka sudah lama berpisah karena sifat keras kepala wanita itu. Dia tidak mau hidup sederhana bersama ayahnya yang sudah sakit-sakitan sementara ibunya menikah lagi."Kau tidak perlu terkejut, sekarang ikut denganku!" geram Chloe menarik paksa lengan Claire.Mereka melangkah sedikit menjauh dan berhenti di tempat yang sepi. Wajah keduanya begitu mirip seolah manusia yang berdiri di depan cermin. Hal yang membuat mereka terlihat berbeda hanyalah polesan make up Claire
"Kau bicara apa, Ken? Tentu aku juga berhak menghukum wanita sialan ini!" sentak Elena."Tidak ada di antara kalian yang bisa menghukumku. Kenapa kau selalu menganggapku Chloe? Aku ini Claire!" teriak Claire berani.Ya, wanita malang itu sejak tadi menyebut nama asli sendiri karena tidak menyangka kalau ternyata Kenneth menyimpan dendam pada Chloe dan saudaranya tidak pernah memberitahu hal itu. Apalagi sekarang belum memiliki alasan kuat untuk bertahan selain keselamatan Jonathan.Bukannya percaya, Elena dan Keily tertawa keras. Mereka berdua menganggap Claire sedang bersandiwara agar tidak mendapat hukuman padahal dia memiliki banyak kesalahan sebelum pergi dari mansion itu.Sekalipun sudah tujuh tahun berlalu, tetapi tidak ada yang bisa melupakan bagaimana Chloe bersikap pada mereka. Dari pelayan rendahan sampai kepala pelayan saja ikut berbisik membicarakan wanita itu."Diam!" bentak Kenneth.Lelaki dingin itu menarik lengan Claire menjauh dari sana. Sekalipun Elena adalah ibunya,
Claire terus melangkah mengikuti pelayan itu sampai di depan pintu bernuansa cokelat. "Silakan masuk, Nyonya. Aku harus melakukan pekerjaan lain!"Setelah wanita berpakaian pelayan itu pergi, tangan Claire meraih handle pintu dan membukanya lebar. Di sebuah kursi kebanggaan, Kenneth duduk dengan memberi tatapan dingin.Claire langsung masuk dan duduk di kursi depan Kenneth. Mereka beradu pandang dengan pikiran masing-masing. Sungguh, saat ini Claire begitu menyesali dirinya yang sudah sepakat bekerja sama dengan Chloe, padahal sudah sejak dulu wanita itu tahu kalau saudarinya begitu licik.Nasi sudah menjadi bubur. Sekarang jika harus lari pun, Claire tidak akan bisa. Ke mana pun dia pergi, pasti dengan mudah Kenneth temukan. Wanita malang itu jadi bingung bagaimana cara membuat Kenneth jatuh cinta sementara dendam dalam hati lelaki itu masih terus menggelora."Aku ada pertanyaan dan kuminta kau menjawabnya dengan jujur!" Suara Kenneth memecah lamunan Claire."Pertanyaan apa?""Saat p
"Kenapa aku tidak boleh melarangmu?" Kenneth ikut melipat kedua tangan di depan dada lantas mendekati wanita yang masih dia anggap mantan istri. "Apa kau lupa, Chloe? Kau di sini untuk menerima hukuman, bukan sebagai nyonya. Paham?"Raut wajah Claire seketika berubah tegang. Wanita malang itu pastilah lupa alasan Kenneth membawanya ke mansion setelah berhasil ditemukan. Padahal gadis itu berharap kesalahan Chloe tidak lagi membayangi penghuni mansion.Nyatanya dia salah. Jika Kenneth saja masih belum cukup puas untuk menghukum Chloe, maka bagaimana dengan yang lain? Claire memejamkan mata, kini dia benar-benar sudah terjebak. Bahkan kalau saja dia mengelak seribu kali kalau dirinya bukan wanita iblis itu, maka semua orang tetap tidak akan percaya."Baiklah. Sekarang katakan, kenapa kau memanggilku ke sini?""Untuk memberimu tugas.""Bukankah tugasku sudah jelas, merawat Nicholas dan membersihkan kamar kalian serta taman?"Kenneth menggeleng dengan gerakan kaku, kedua matanya terpejam,
"Nicholas!"Sekalipun Claire berteriak, anak lelaki itu tetap tidak mau diam. Dia melempar benda apa saja yang bisa diraih oleh tangannya. Emosinya meluap, dia tidak bisa mengendalikan diri.Namun, bukan Claire namanya jika harus mengalah saat itu juga. Dia melepaskan Nicholas, kemudian berdiri sedikit menjauh. Gadis itu berpikir bagaimana cara mendekati Nicholas."Keluar dari sini!" teriak Nicholas frustrasi."Oh, Tuhan. Kenapa kau membuat Nicholas marah?" Tiba-tiba Elena datang ketika mendengar keributan tersebut.Dia sengaja memanas-manasi Nicholas dengan mengatakan kalau wanita yang berdiri di sampingnya adalah seorang ibu yang kejam di mana dirinya ditinggalkan demi lelaki lain. Anak itu pun menggeram, dia memberi tatapan dingin pada Claire.Sementara itu, Keily mendekati Claire. "Kau tidak akan bisa mengambil hati Nicholas. Ingat itu!""Kenapa aku tidak bisa mengambil hati putraku sendiri?" Claire duduk melengkungkan punggung seelegan mungkin di dekat Nicholas. Dengan dagu sedik
"Lantas kenapa kalau memang aku mengaku pada Nicholas? Hal itu tidak merugikanmu, bukan?"Rahang Kenneth mengeras mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Claire. Dia marah dan Claire sangat tahu itu karena sejak awal dia memang hanya diminta sebagai pengasuh yang artinya Nicholas tidak boleh tahu kalau wanita itu adalah ibunya."Kau tidak perlu mengaku pada Nicholas, dia tidak butuh ibu sepertimu." Kenneth mendengus marah lantas menarik tangan wanita itu agar menjauh dari kamar di mana Nicholas berada."Benarkah? Tetapi bagaimana ini, Nicholas begitu nyaman dalam pelukanku. Dia tahu aku ini ibunya, ibu yang terpaksa meninggalkannya." Kaki Claire gemetaran di bawah sana, tetapi itu sekarang tidak penting. Dia ingin kebahagiaan Nicholas terwujud. "Apa kau tidak menyadari bagaimana putramu merindukan kasih sayangku? Sadarlah, Ken!""Sebelum memikirkan tentang Nicholas, aku ingin bertanya." Sebelah tangan Kenneth mencengkram dagu milik Claire. Sorot matanya menatap penuh kebencian. "S
Claire kembali ke kamar yang sudah ditunjuk oleh Kenneth. Dia bingung hendak melakukan apa sekarang. Bagi wanita itu, sepakat untuk bekerja sama dengan Chloe adalah kesalahan terbesar yang pernah dia lakukan.Dia terjebak oleh kalimatnya sendiri. Bagaimana mungkin Kenneth bisa percaya kalau dirinya adalah Claire sementara wajah keduanya begitu sama. Ingin tetap menggantikan Chloe pun bukan tantangan yang mudah."Sial!" Claire memukul dinding. Dia berpikir bagaimana caranya bisa mendapatkan hati Kenneth dan Nicholas dalam waktu singkat agar penderitaan itu lekas berakhir.Dia menyesal sudah percaya pada Chloe bahwa tugasnya hanya sebagai istri pengganti sementara saja. Claire tidak diberitahu bahwa Kenneth dan seluruh penghuni mansion itu menyimpan dendam yang begitu membara.Kejam sekali. Chloe membiarkan saudari kembarnya untuk merasakan siksaan itu sementara nanti dirinya hanya akan mendapat cinta. Claire menghela napas panjang, dia juga takut untuk menjelaskan itu pada Kenneth kare
Setelah semalaman Claire berpikir, akhirnya dia memutuskan untuk benar-benar menjadi Chloe. Tidak ada jalan lain yang bisa dia tempuh termasuk kembali ke Michigan tanpa menyelesaikan pekerjaan lebih dulu.Gadis itu mondar-mandir di tempat, dia memikirkan cara terbaik untuk mengambil hati Nicholas. Kemarin dia memang memeluk anak itu, tetapi tidak menutup kemungkinan kesempatannya lenyap karena hasutan dari Elena dan juga Keily.Sebuah keberuntungan karena Jennifer jarang sekali berada di rumah. Claire menarik napas dalam, mengembuskan perlahan agar bisa meminimalisir rasa gugup. Benarkah dia mampu menjadi seorang Chloe yang begitu berani dan gila?Tidak lama setelah Claire mengusap wajah gusar, kini kakinya melangkah cepat menuju kamar Nicholas. Anak itu harus segera bersiap ke sekolah. Claire yakin selama ini dia bersekolah dari rumah seperti orang kaya bandel pada umumnya."Selamat pagi," sapa Claire berusaha seramah mungkin. "Hebat, ternyata kau bisa bangun lebih pagi," lanjutnya m
Kenneth menyusul istrinya di taman yang selalu indah itu. Sebuah tempat di mana Claire pernah dihukum oleh Elena dan Keily dengan mengerumuninya dengan semut. Akan tetapi, semua kini berbeda karena dia tengah berbincang hangat dengan Nicholas.Apa yang mereka bicarakan? Kenneth terlalu penasaran, dia pun mendekat dengan langkah yang sangat pelan agar tidak ketahuan. Dia berhenti, berdiri di balik pohon kecil."Aku tahu, Ibu. Pertama melihatmu, aku berusaha untuk membenci karena ayah menyuruhku, tetapi aku tidak bisa. Setiap hari aku marah karena sulit untuk benci padamu. Apalagi kau sangat lembut dan penyayang dan itu meluluhkan hatiku. Kurasa, ayah pun memiliki perasaan yang sama sehingga tidak langsung menghukummu?""Benarkah?"Nicholas mengangguk. "Kau tahu, ayah selalu marah pada siapa saja yang mencoba untuk mengenalkannya dengan wanita lain. Ketika mereka menyebut nama Chloe, aku pasti bersembunyi dalam kamar untuk menghindari amukannya. Ayah adalah orang yang paling membenci ib
"Kau bukan tidak percaya, tetapi tidak menduga, Ken." Elena tersenyum tipis pada putranya. "Tentu saja, karena dia ada dalam hatimu. Kau memberikan cinta yang tulus, tetapi kemudian berkhianat. Sebenarnya, aku memang pernah memergoki mereka sedang bercumbu dalam kamar kosong, tetapi hanya diam karena tidak ingin mendapat masalah. Aku tahu, mengusik Claire akan membuatmu marah. Akan tetapi, ketika masalah ini sudah kita bahas, mustahil untuk tetap diam, bukan?"Dada Claire naik turun, dia sedang tersulut emosi dan mencoba menebak dalang dari masalah itu. Dia mengamati tingkah semua orang yang berdiri di sana dan mendapati si pelayan gemuk selalu mencuri pandang pada Elena.Dugaan yang bagus. Claire tahu kalau mereka berdua bersekutu untuk melawannya. Baiklah, jika itu yang Elena inginkan, maka Claire pasti memberi bukti kalau dia memang pantas untuk tetap hidup sebagai menantu keluarga Wilson.Apa yang harus dia takutkan? Kenneth percaya padanya dan Elena adalah orang yang sangat dia b
Ini kali pertama Claire memasuki kamar Jennifer. Dia sengaja memboyong gadis itu karena penasaran dengan sesuatu. Ternyata jawabannya sudah ada, Jennifer memang sangat mencintai Billy. Kamar mereka penuh dengan foto lelaki sialan itu.Apakah romantis? Tidak, Claire tidak melihat cinta di raut wajah Billy. Dia terlihat seperti menganggap Jennifer adik sendiri. Kenapa gadis itu tidak bisa melihatnya? Mungkinkah dia baru belajar mengenal cinta?Dalam foto itu, Jennifer lah yang selalu tertawa lepas, memeluk bahkan bersandar di bahu Billy. Sementara Billy tersenyum samar, bahkan tidak menyentuh pundak kekasihnya sama sekali seakan foto itu tidak pernah dia inginkan."Menyedihkan!" umpat Claire tidak sengaja.Elena menoleh. Jennifer memang bukan anak kandungnya, tetapi apakah pantas dia mendengar umpatan tadi? Gadis itu terlalu lugu, Elena sangat tahu. Antara mereka berdua, Elena lebih memilih Jennifer."Apa maksudmu? Kau mengatakan Jennifer menyedihkan karena dia hamil sementara Billy tel
Kenneth dan Claire sudah tiba di depan rumah. Sepanjang jalan tadi, wanita itu memikirkan nasib saudaranya. Meskipun dia terkenal licik dan kejam, tetap saja tidak dapat menutup kemungkinan kalau mereka lahir di rahim yang sama.Ketika rindu itu tiba, haruskah Claire mematung di depan cermin? Kenapa Chloe bisa sejahat itu padahal ayahnya kerapkali mengingatkan untuk baik kepada siapapun? Pada tahun itu, Claire terlalu banyak merasakan kesedihan.Berawal dari dirinya yang dipaksa pergi ke Phoenix, mendapat hukuman berat, menyusul kematian ayah dan saudaranya. Claire tidak menduga kalau kejadian itu akan terjadi di tahun yang sama bahkan hanya dalam beberapa bulan terakhir. Bagaimana jika ternyata Kenneth marah begitu melihat Claire yang memiliki wajah mirip dengan saudaranya? Apakah itu akan membangkitkan dendamnya?"Ada apa denganmu, Claire? Kau terlihat memikirkan sesuatu." Kenneth menegur karena sejak tadi wanita itu hanya diam tanpa berani melangkahkan kakinya.Di mansion itu dia m
"Chloe telah mati."Claire tersentak. Otot di wajahnya menegang mendengar kalimat Kenneth. Mereka baru saja bertemu, Claire masih bisa melihat bagaimana saudaranya begitu tangguh bahkan ketika mendapat siksaan. Benarkah dia telah mati? Apakah berendam di air es memang sangat bahaya?Dia tidak berkutik, air mata pun enggan menjadi bukti kesedihannya. Hati Claire seperti mati dan hal yang paling diingat sekarang adalah dia benar-benar hidup sebatang kara. Mungkinkah seandainya dia juga berkhianat, maka berakhir seperti Chloe?"Tidak, itu tidak mungkin.""Kau menyesal?""Maksudku ...." Claire tidak tahu mencari alasan padahal yang dia maksud adalah mustahil untuk mendua. "Em, mereka bagaimana?" tanya Claire kemudian menatap Keily dan Billy yang babak belur.Mereka kurus seperti mayat hidup, bawah mata hitam dan banyak luka di wajahnya. Tidak ada lagi aura kecantikan yang selalu Claire lihat ketika berhadapan dengan Keily. Dia sudah berubah menjadi wanita super jelek. Apalagi Billy, wanit
"Lalu bagaimana denganku?" Oscar kembali mengajukan pertanyaan begitu melihat Nicholas memasuki kamarnya. Dia tahu mereka menjaga rahasia dari anak lelaki itu. Ah, entahlah, Oscar tidak peduli pada siapapun saat ini."Lebih baik kau bergegas kembali ke Michigan sebelum aku berubah pikiran!""Pulanglah, jangan memikirkan apa pun lagi," tambah Claire lembut.Oscar tidak bisa tersenyum, Claire menduga lelaki itu memang sulit berpisah dengannya. Wanita itu bingung harus sedih atau tidak karena takut ekspresinya terbaca oleh Kenneth. Sepasang kekasih itu saling menatap tanpa ada ruang untuk menetap.Mereka seperti berbicara dari hati, menyampaikan segala rindu yang semakin mustahil berujung temu. Pada akhirnya, cinta tidak selalu berbuah manis sekalipun berjuang sepanjang siang dan malam untuk bersama. Oscar mengepalkan kedua tangan, lalu melangkah pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Lelaki yang malang, dia bertekad untuk melupakan Claire dengan caranya sendiri. Kembali ke Michigan h
"Ya, aku tahu segalanya. Oscar berkata jujur tentangmu yang selalu mengingatku dan Nicholas. Kau menghabiskan waktu sepanjang siang dan malam menungguku menemukanmu. Betul?""I-iya, ta-tapi kenapa kau tidak datang dan membiarkanku tinggal di sana?""Chloe harus melakukan tugasnya di sini. Aku tidak boleh menghukum seseorang tanpa alasan, maka kubiarkan dia melakukan banyak kesalahan. Sementara itu, aku juga menguji kesetiaan dan ketulusanmu, apakah bertahan untuk tetap bersamaku meskipun berada di bawah tekanan mantan kekasihmu. Aku tahu jawabannya meski kau berusaha untuk mengelak.""Apa jawabannya?" kejar Claire semakin penasaran."Selama ini aku berpura-pura bodoh bahkan ketika sendirian agar rencana ini berhasil sepenuhnya. Betul bahwa kau tidak meminta Chloe untuk mengganti posisimu dan dia memang patut disalahkan. Semua yang dikatakan Oscar itu jujur termasuk semua hal yang terjadi di Michigan. Kalian sendiri tahu aku adalah CEO dengan pengaruh paling besar di sini juga memiliki
"Kau memang pantas untuk dihukum. Setelah membawa kabur kekasihmu, kalian datang dan menyebar fitnah padaku. Ya, aku akui sudah salah karena menuruti keinginan Claire, itu semua agar Kenneth bisa mendapatkan kebahagiaan meskipun hanya sandiwara. Aku yang bodoh sudah terjebak dalam permainan kalian!""Chloe!" bentak Wilson tidak tahan melihat raut wajah wanita itu. "Semua penghuni mansion, dari pelayan rendahan sampai kepala pelayan, seluruh bodyguard bahkan aku sendiri tahu kalau kau tidak semudah itu untuk ikut dalam permainan seseorang terutama jika kau membencinya. Claire yang lemah itu sukses menjebakmu? Mustahil dan jangan katakan itu lagi.""Ayah, dulu aku memang selicik itu, tetapi tidak pada adik sendiri.""Ya, karena kau tidak licik pada adik sendiri sehingga mengirimnya ke sini untuk menyamar menjadi dirimu." Tanpa mengalihkan pandangan, Wilson melanjutkan, "urus mantan istrimu ini, Ken. Aku harus ke luar bersama ibumu. Di sini terlalu banyak masalah dan itu akan menambah pe
Dengan berat hati Oscar membawa Claire kembali pulang ke mansion. Sepanjang perjalanan tadi, mereka hanya tenggelam dalam pikiran masing-masing. Satu yang lelaki itu patut syukuri yakni kekasihnya mau memberi kenangan dengan berfoto bersama.Kini, mereka sudah tiba. Beberapa pelayan hanya melirik sebentar, tetapi kemudian melanjutkan pekerjaannya karena tidak mengenali Claire yang sengaja memakai kacamata dan masker dengan penampilan seperti biasa saat masih tinggal di Michigan."Kau sudah siap?" tanya Oscar, padahal sia sendiri tidak tahu kenapa menanyakan hal itu.Jika ditanya tentang perpisahan, maka dia lah yang paling menolak untuk berpisah. Akan tetapi, siap atau tidak, Claire telah menentukan pilihannya. Mereka memang belum berjodoh."Ayo!" ajak Oscar berani.Lelaki itu sudah tahu konsekuensi menculik Claire dan hukuman apa saja yang mungkin dia terima nanti. Hari ini, pekerja kantoran libur, tentu saja Kenneth dan Wilson ada di sana.Mereka melangkah beriringan melewati pintu