Seorang pemuda yang ingin ditemuinya muncul dari balik pintu. Setelah mengetuk sebanyak tiga kali.
“Assalamualaikum,” sapa Hamka.
“Wa’alaikumsalam,” jawab Burhan merasa disindir tidak mengucapkan salam terlebih dahulu.
“Ada angin apa yang membawa Om datang kesini,” tanya Hamka berbasa-basi.
Dia tahu maksud pria yang berstatus suaminya Bella ini ingin menemuinya.
“Langsung saja, apa kamu melihat atau mengetahui keberadaan ISTRI saya,” ujar Burhan penuh penekanan.
Hamka menempelkan bokongnya di bale bambu yang ada disalah satu sisi teras.
“Mari duduk, tidak sopan menyambut
Benih Burhan berhasil tumbuh di rahimnya. Sebentar lagi dia akan mewujudkan mimpi besar Nana.Selama ini dia memang tidak pernah datang bulan lagi. Terakhir datang bulan sebulan sebelum dia diusir. Pikiran yang sedang kalut membuatnya kepikiran tentang hal ini.Mereka dipersilahkan pulang usai mengurus administrasi. Kondisi Bella tidak mengharuskan dia dirawat.Hamka langsung mengantar Bella ke kediamannya.Siang ini juga dia harus menemui wanita itu.“Permisi Pak, saya Hamka. Apa nyonya rumah ini ada ditempat,” tanya Hamka santun pada satpam yang menjaga rumah mewah bak istana itu.“Anda telah buat janji.”&ldq
Dia begitu bahagia hingga lupa akan keberadaan Bi Siti. Dua insan itu menari bersama, merayakan kebahagiaan mereka.Bi Siti tersenyum bahagia tangannya terus mengolah bahan-bahan supaya menjadi makanan yang lezat.Tugas baru menantinya, justru itu yang dia impikan. Menjadi seorang nenek, nenek untuk calon raja dan ratu istana ini.“Sudah Bang, pusing.” Nana turun dari gendongan Burhan.“Abang senang akhirnya Bella kembali.” Burhan menuangkan air kedalam gelas. Banyak bergerak membuat tenggorokannya kering.“Aku apalagi, sangat bahagia.” Nana duduk disebelah kursi Burhan.“Oh ya, jadi itu yang membuat kamu menyiksa Bi Siti memasak ini semua
“Astaga, jangan berpikir begitu. Tapi jika itu terjadi Aku akan ikut bersamamu. Aku tidak bisa hidup tanpamu.”Mereka saling memel*k lalu tertawa bersama. Pikiran konyol barusan lebih mirip lelucon.Yang menghibur mirip tayangan warkop yang dari masa kemasa tidak kehilangan penggemarnya. Meski dua dari anggotanya telah wafat.Bella masih terbaring, cuma bangun untuk sholat. Stok makanan hanya cukup untuk makan malam ini.Sedang tubuhnya sangat lemas untuk digerakkan. Dia tidak mungkin minta bantuan Hamka lagi.Sementara dia libur kerja hingga kondisinya membaik. Tapi, bagaimana cara dia memberi tahu bosnya.Dia tidak memiliki gawai sedang Hamka, hingga menjelang malam
Burhan mengajak Nana dan Amel mencari udara segar. Membiarkan dia wanita dalam sana saling membiasakan diri.“Maafkan Mama, sayang,” ujar Marwa.“Aku telah memaafkan Mama, jauh sebelum Mama memintanya. Terima kasih bersedia menerima kehadiranku.” Bella menjulurkan jarinya menghapus bulir bening yang membasahi pipi tua mertuanya.“Mama jangan menangis, Aku akan merasa sangat bersalah.”“Kamu gadis baik, wajar Nana sangat menyukaimu. Bahkan dia rela membagi suaminya bersamamu. Kar-karena ... Haah, karena dia yakin kamu tidak akan menyakiti dan merebut Burhan darinya.” Marwa semakin terisak. Lahar dalam dadanya meledak tak terelakkan.Marwa merebahkan tubuh lemah Bella kembali. Tan
Teriakan Nana membatalkan niat Burhan memberi hadiah istimewa untuk Hamka. Kepalan tangannya melayang begitu saja.“Abang sekarang lebih mirip berandalan. Abang lupa dengan ucapanku. Maafkan dia dan lupakan. Tidak ada gunanya main kekerasan. Toh, jika tidak ada dia, mungkin tidak ada yang menjaga Bella. Seharusnya kita berterima kasih padanya. Dipikir-pikir tidak ada untungnya dia melakukan semua ini, justru Bella telah banyak merepotkan dia. Dan Abang masih ingin menghajar dia. Tanyakan perasaan Abang itu masih waras atau tidak,” cerocos Nana menarik Burhan membuat jarak dengan Hamka.Ck, Burhan berdecak dia belum puas jika niat tidak terlaksana.“Jika Abang menyakiti pemuda ini, sama artinya Abang menyakiti Aku,” ancam Nana yang tau persis isi kepala suaminya saat ini.
Ada rasa tidak terima dalam diri Bella memacu untuk berkata jangan pergi. Tapi cepat ditepis, dia tidak berhak untuk itu.Kebersamaan mereka dua bulan belakangan telah menyuburkan kembali. Rasa yang hampir layu karena sengaja dibunuh paksa.“Saya akan melanjutkan mengurus pondok. Kondisi kesehatan Abah belakang sering menurun,” terang Hamka. “Saya minta maaf jika selama ini ada kata dan sikap saya menyinggung kamu, Ibuk, dan adik Amel. Saya yang tidak pernah luput salah dan khilaf ini.”“Sama, Aku juga minta maaf. Semoga Ustadz selalu bahagia,” jawab Bella.“Sama-sama Tadz.” angguk Marwa.“Yah, udah mau pergi aja. Semoga kita bisa berjumpa lagi mas.” Amel menge
“Akbar juga, Mi. Kita jalan-jalan yuk.” Rengek Akbar.“Iya, ya. Tapi tidak sekarang. Sekarang kenalin dulu sama Bunda Bella. Sana Salim dulu,” pinta Nana menyuruh kedua keponakannya mendekati Bella.Mereka memang belum pernah bertemu Bella secara langsung. Bella pun tahu tentang mereka dari cerita Nana. Ini adalah pertemuan mereka untuk pertama kalinya.“Hay, Bunda Bella. Aku hawa kesayangannya Mami Nana dan Papi Burhan. Jadi Bunda juga harus menjadikan Aku kesayangan Bunda juga,” cerocos Hawa polos.“Hu, cari perhatikan. Mami sama Papi dan Bunda sayang sama Aku,” protes Akbar menoyor jidat Hawa.Lalu, ruangan itu berubah menjadi arena bermain. Hawa terus mengejar Abangnya
“Aku hanya ingin sendiri, badan ini sedikit kurang sehat.” Nana membuang muka.“Berhenti membuat lelucon, Dik.”“Aku jujur, Abang. Aku harus bagaimana agar Abang percaya.”“Baiklah artinya kamu tidak mencintainya suami gantengmu ini lagi.”Nana memel*k Burhan dari belakang. Ketika Burhan hendak meninggalkannya. Bukan keluar kamar tapi dia hanya ingin merebah diri diatas ranjang.Tubuh dan pikirannya sangat lelah. Masalah hidup membuatnya kurang istirahat dan kurang dimanja Nana belakangan ini.“Jangan bergerak biarkan Aku menikmatinya,” bisik Nana.Helaan nafas Burhan terdenga