Yunani.
Erlang bersama sahabatnya tengah duduk santai di atas bebatuan yang tersusun rapi sembari menikmati alunan musik yang disuguhkan Dj sore hari itu. Namun, penampakan seorang wanita yang melintas di depan Erlang sontak mengalihkan fokusnya.Tak berkedip, mata Erlang mengikuti gerak lambat si wanita yang sedang berjalan gemulai dan berlalu menuju keramaian.Seperti sedang menggoda, wanita bernama lengkap Maya saputri itu berbalik lagi dan tanpa ragu mengedipkan sebelah mata, lantas menyapa Erlang dengan hanya menggerakkan jari telunjuknya."Oh shitt!" Pada pandangan pertama, seketika Erlang tergoda dengan wanita yang menggunakan gaun tipis nan mini itu.Tubuh Erlang terasa terbakar dengan keindahan tubuh wanita di depan sana. Entah pesona apa yang dia lihat pada wanita berkulit samo matang itu, padahal selama ini sudah tidak terhitung wanita yang mencoba mendekatinya, namun tak satu pun yang sanggup mematahkan iman pria beristri dua itu.Erlang menurunkan sedikit kacamata hitam yang bertengger di atas hidungnya tatkala kedua bola mata tajam itu menangkap tingkah berani Maya yang tengah mengangkat gaun dan meloloskannya hingga hanya tersisa sepasang bikini berwarna kuning terang.Desahan kecil pun lolos dari mulut Erlang. Tanpa mengalihkan pandangan, dia pun menyenggol tubuh sahabatnya yang masih sibuk mengayun-ayunkan tangan sambil menikmati lagu indah milik Demi Lovato feat Olly murs itu."Siapa wanita seksi itu?" tanya Erlang dengan penasaran. "It' s so hooooot," desis Erlang, dan sepertinya dia tengah merindukan sosok Arsyila, sang istri pertama yang sangat menantang dalam hal ranjang, namun telah mengalami gangguan kejiwaan.Meski Arsyila bukanlah istri yang dicintai, namun tidak menutup kemungkinan jika Erlang pasti merindukan keindahan tubuh, kehangatan serta perlakuan panas yang kerap diberikan wanita itu selama mereka bersama.Dalam keadaan duduk, Hendra masih sibuk dengan lantunan irama bergenre rock itu, hingga mengabaikan pertanyaan sahabatnya. Kedua tangannya juga sibuk mengayun mengikuti orang-orang yang sedang menari dengan gaya masing-masing.Tak kunjung mendapat jawaban, Erlang dibuat kesal dengan tingkah sahabat sekaligus orang kepercayaannya itu. Dia pun menoleh, menatap Hendra dengan tatapan sinis, lantas menjitak kepala pria yang baru beberapa bulan menjadi seorang ayah itu."Hei, kamu dengar aku tidak? Apa mau aku laporkan pada istrimu kalau kamu sedang kegatalan memandangi para wanita bule?" gertak Erlang dengan suara yang kencang."Apaan sih, siapa juga yang memandangi wanita bule? Jelas-jelas aku sedang menikmati musik, jadi jangan mengada ada kamu," Hendra langsung protes, tidak terima dengan tuduhan Erlang. Dia juga khawatir jika mulut ember Erlang bercerita yang bukan bukan pada Hennah, istri yang sangat dicintainya.Erlang tidak peduli dengan alasan Hendra. Dia segera menangkup kepala sahabatnya, lalu memutarnya secara paksa agar pria itu segera menoleh pada wanita yang sedang menggodanya."Lihat wanita itu, siapa dia? Sepertinya dia sedang berusaha menggodaku," tebak Erlang sambil menunjuk wanita yang berdiri dengan gaya yang menggairahkan.Ya, di depan sana dengan jarak sekitar tujuh meteran Maya juga masih menatap Erlang. Wanita berusia 21 tahun itu berdiri miring, lalu mengangkat kedua tangan di atas kepala dengan kaki kanan maju ke depan seakan hendak melangkah.Hendra mengikuti arah pandang Erlang. Begitu melihat Maya yang berpose seperti model pakaian dalam, dia langsung manggut manggut sambil membulatkan mulut hingga membentuk huruf o."Aku rasa kamu sudah menemukan wanita yang tepat, Lang," ucap Hendra dengan senangnya, karena selama tiga tahun terakhir ini dia sudah seringkali berusaha mencarikan wanita baik-baik untuk dijadikan istri siri bagi Erlang. Namun, tidak ada satu pun yang menarik perhatian sang sahabat."Cari tahu siapa dia!" tanpa ragu Erlang memberi perintah."Akan dilaksanakan, Bos." Hendra terdiam sejenak dan masih dengan tatapan takjub pada wanita seksi di depan sana. "Tapi kenapa kamu memilih wanita yang seperti itu?""Maksudmu apa?""Maksudku, kenapa harus wanita yang sifatnya sebelas dua belas dengan Arsyila?" Hendra bingung dengan pilihan Erlang kali ini. "Lagi pula wanita itu tidak sebening Arsyila dan Zoya yang putih mengkilat seperti kapas India.""Itu dia, Dra, sepertinya aku ingin mencoba wanita yang memiliki kulit eksotis." Erlang tak berkedip menatap wanita muda yang juga melihat ke arahnya. "Aku suka warna kulitnya, kayaknya lebih seksi gitu ketika dilihat apalagi diraba dan dirasa," ungkap Erlang dengan kagum."Ya elah, Lang, kenapa nggak ngomong dari dulu? Coba dari awal kamu katakan kalau kamu menyukai wanita seperti itu, pasti di tanah air dengan mudah aku mendapatkannya untukmu, jadi kita tidak perlu bersusah payah mencari wanita ke sini," jelas Hendra dengan kesalnya, yang mana selama ini dia sudah mencari dan menjodoh jodohkan Erlang dengan wanita yang putih mulus seperti kedua istri Erlang sebelumnya.Begitu mendengar pendapat Hendra yang panjang lebar, Erlang sontak mengalihkan pandangannya dari Maya, lantas menatap sahabatnya itu dengan pandangan yang mematikan."Siapa yang bilang kita ke sini untuk mencari perempuan, siapa yang memberimu wewenang untuk berani protes dengan wanita pilihanku?" tukas Erlang dengan geramnya.Hendra langsung memasang wajah cengengesan saat mendapati rupa garang Erlang."A aku yang bilang, Lang, so sorry," ucap Hendra terbata bata. Bisa dipotong bonusnya jika mood sang atasan memburuk.Melihat wajah Hendra yang ketakutan, Erlang pun terkekeh pelan, lalu tanpa ragu mengakui perasaanya."Aku juga baru menyadarinya sekarang, Dra" Erlang berdecak menyayangkan gairahnya yang tiba-tiba terbakar hanya dengan melihat wanita itu, padahal di pantai tersebut terdapat banyak wanita cantik nan seksi."Ya sudah, dekati sekarang juga!" lanjut Hendra, menyuruh dengan entengnya. "Aku yakin dia pasti tidak akan menolakmu.""Cari tahu dulu siapa dia dan apa tujuannya bertindak seperti itu!" Meski menyukai Maya di awal pertemuan, Erlang tetap harus memastikan wanita jenis apa yang akan dijadikan sebagai istri ketiganya."Tapi tidak ada salahnya melakukan pendekatan di awal, Lang," Hendra semakin menjadi mempengaruhi Erlang. "Kasihan dia, sudah berbagai gaya menggoda dilakukan seperti itu, tapi tidak dihargai. Tenang saja, dalam waktu 24 jam, aku pasti akan menemukan identitas pribadinya dan kamu akan mengetahui tentang segala kehidupan wanita itu.""Lalu tugasmu sebagai asisten apa? Kamu ingin aku yang bertanya langsung pada wanita itu?""Ja jadi ... sekarang aku harus menemuinya?" tanya Hendra tergugup."Ya, cari tahu asal negara dan juga pekerjaannya!" titah Erlang dengan tegas."Baiklah," patuh Hendra.Secara bersamaan, kedua pria yang sudah bersahabat sejak lama itu berbalik kembali untuk menatap wanita yang juga merupakan warga negara Indonesia itu.Namun, begitu menoleh pada objek utama mereka, Erlang dan Hendra terkejut dengan kedatangan wanita yang hanya terbalut pakaian dalam itu.Ya, tanpa diminta Maya sudah menghampiri Erlang.Baik Erlang maupun Hendra kesusahan menegak salivanya. Keindahan tubuh Maya kini sudah terpampang nyata di depan mata.Kini, dengan jelas Erlang melihat setiap lekuk tubuh indah wanita berambut lurus itu. Ternyata jauh lebih indah dan menantang jika dilihat dengan jarak yang begitu dekat, hingga membuat sesuatu mengeras dalam celana pantai yang dikenakan Erlang.Tanpa ada keraguan, Maya yang sudah tertarik dengan Erlang mengulurkan tangan dan pria itu pun langsung berdiri menyambutnya."Maya," ucap wanita itu sambil tersenyum manis. "Room 306, hotel di ujung sana," sebutnya sembari menunjuk sebuah penginapan.Erlang terkesiap mendengar sikap berani Maya. Dia terkejut, karena tidak menyangka jika wanita yang tak memiliki rasa canggung itu ternyata berasal dari negara yang sama dengannya.Namun, yang paling membuat Erlang kaget adalah sikap liar wanita itu dalam hal penampilan yang terlihat menantang dan mudah membaur seperti orang barat pada umumnya.Pun dengan attitude sang wanita yang secara blak blakan menyatakan keinginannya.Erlang tak pernah berharap bertemu dan menyukai jenis wanita yang mudah mengobral tubuh pada setiap laki-laki yang baru ditemui.Dalam pertemuan pertama saja, wanita itu secara gamblang mengajak Erlang ke sebuah ruangan layaknya seorang wanita penghibur. Tentu Erlang merasa risih berkenalan dengan wanita seperti itu, hingga dia berniat mengakhiri tujuannya yang ingin mengenal dekat wanita pemilik tatto kupu kupu di bagian dada itu."Apa maksudnya ini?" Erlang mulai ilfeel, dan tanpa memperkenalkan diri dia hendak melepaskan tangan, seterusnya akan meninggalkan wani
Jika dibandingkan dengan Zoya dan Arsyila yang cantik memukau, Maya juga memiliki keunikan sendiri. Seksi, elegan, eksotis dan berkelas. Wanita dengan tinggi 175 cm itu tampak mempesona dengan warna kulit sawo matang yang dimilikinya.Dan Erlang baru menyadari akan hal itu, jika cantik tak harus putih seperti kedua istrinya.Kini, Maya telah berdiri di hadapan Erlang, tentu dengan gaya yang sangat menggairahkan, karena niatnya memang untuk menggoda pria tampan berkharisma itu."Malam, Pak Erlang," ucap Maya dengan suara yang penuh damba sambil mengulurkan tangan."Malam, Maya," balas Erlang dengan wajah yang sulit untuk didefinisikan.Tampak sekali jika Erlang takjub dengan penampilan dan persembahan Maya malam itu, namun sebagai pria yang memiliki pesona di atas rata rata, dia tidak ingin menunjukkan rasa kagumnya pada wanita yang baru dikenal.Hanya sebuah senyum tipis yang Erlang persembahkan saat mereka saling berjabat tangan."Selamat ya, Maya, penampilamu sangat memukau malam in
Erlang terbangun pada pukul 09.00 pagi. Di bawah selimut berwarna coklat itu dia memijit mijit pelipisnya yang masih terasa pusing akibat mengkonsumsi alkohol di malam sebelumnya."Minuman itu benar-benar membuatku tidak waras," sesal Erlang dan detik kemudian dia mengingat tentang wanita yang sedang bersamanya, di mana mereka berdua sempat menghabiskan waktu hingga sepertiga malam. "Maya ...," desisnya."Apa terjadi sesuatu tadi malam?" Erlang segera duduk dan memeriksa seluruh pakaiannya yang ternyata masih lengkap.Erlang lantas mencari keberadaan Maya yang mana dia ingat jika tubuh mereka sempat menyatu di atas ranjang."Tapi ini kan di kamarku," Erlang bergumam lagi dengan wajah kebingungan. Sungguh, dia tidak bisa mengingat seratus persen kejadian yang sebenarnya.Di saat yang bersamaan, Hendra masuk ke dalam ruangan tersebut sembari membawakan makanan dan minuman untuk Erlang."Akhirnya kamu bangun juga," ucap Hendra lega.Erlang menatap Hendra sekilas, lantas berpindah pada bar
Puas menikmati indahnya pemandangan alam, Erlang membawa Maya ke sebuah tempat makan. Sebagai orang yang lebih paham dengan destinasi wisata di negara tersebut, Erlang mengajak Maya beristirahat sejenak di sebuah kafe mewah yang menyatu langsung dengan alam."Tempat yang sangat indah," Maya memuji ruangan bergaya Yunani kuno itu. Dia mengedarkan pandangannya ke seluruh sisi ruangan yang selama ini belum pernah dikunjungi.Tersenyum hangat menatap ekspresi Maya, Erlang lantas menarik sebuah kursi untuk wanita itu. "Apa kamu sudah pernah ke sini sebelumnya?" tanyanya sekedar basa-basi."Terima kasih," ucap Maya, lantas duduk dengan gayanya yang anggun. Setelah itu, dia pun menjawab pertanyaan Erlang. "Jangankan ke sini, Lang, bermimpi untuk mengunjungi tempat ini pun, aku tidak pernah berani," jelasnya.Erlang melakukan hal yang sama, duduk berhadap-hadapan dengan Maya. "Jangan terlalu merendah, wanita karir sepertimu tidak mungkin tidak pernah mengunjungi tempat seperti ini," tegas Er
"Kita saling menyukai, lalu kenapa kita tidak boleh menjadi sepasang kekasih?" Maya bertanya dengan penuh kebingungan, karena Marco memang tidak membeberkan kehidupan Erlang secara detail. Seperti yang Marco ceritakan, Erlang hanya memiliki seorang kekasih dan bersama dengan wanita itu juga Erlang menghabisi kakak kandung Maya."Aku tidak ingin menjadikanmu sebagai kekasihku," jawab Erlang sembari menatap Maya dengan lekat. Bukan itu tujuan Erlang mendekati Maya. Jelas yang dia inginkan dari Maya hanya untuk menyalurkan kebutuhan biologisnya, bukan untuk berbagi cinta dan perasaan yang didefinisikan sebagai sepasang kekasih."Kenapa? Apa alasannya?" Maya mulai merasa khawatir jika Erlang mungkin saja sudah mengetahui rencana buruknya."Aku tidak butuh kekasih lagi.""Why ...?" Lagi, Maya penasaran alasannya. Sejauh ini, pesona Maya bisa dibilang sempurna dalam menggaet lawan jenis, lalu kenapa pria itu menolaknya? Dan tadi, bukankah Erlang juga menyatakan rasa suka padanya?Erlang t
"Maya sedang menunggumu, Lang," Hendra memberitahu. Erlang yang sedang menyeruput kopi di balkon kamarnya segera menoleh pada sang asisten. "Untuk apa dia menemuiku lagi, apa tidak cukup dia mempermalukanku kemarin? Pakai blokir nomor segala," jelasnya dengan geram, lalu menyeruput kembali kopi hangat yang hanya tersisa setengah."Alaaah, jangan banyak gaya lagi, mumpung dia datang, temui sana!" Hendra malas meladeni atau pun berdebat. Dia paham jika sifat Erlang yang terlihat dingin kali ini hanya karena ego semata akibat merasa sakit hati ditinggalkan Maya secara sepihak.Erlang berdecak kesal. Hati kecilnya turut menyuruh agar segera berdiri dan menemui Maya. Sambil meraih ponselnya yang berada di atas meja bundar tersebut, Erlang berucap pelan, "Kamu memang paling paham dengan keadaanku.""Ha ha ha ha," tawa Hendra menggelegar mengisi ruangan itu ketika melihat Erlang sudah berdiri. "Aku doakan semoga kamu secepatnya bisa buka puasa," ledeknya.Erlang mengabaikan suara sumbang Hen
Erlang tersenyum miring mendengar pertanyaan Maya. Momen ini yang ditunggu-tunggu. Bukan hanya kesepakatan yang akan menguntungkan Erlang, namun juga berdampak bagus untuk Maya.Sepertinya skandal masa lampau terulang kembali. Kisah kali ini juga nyaris sama dengan pernikahan Erlang dengan Arsyila 6 tahun yang lalu. Saat itu, Syila menginginkan tubuh Erlang sebagai pemuas nafsunya, sedangkan Erlang sendiri sedang berusaha ingin mendekati kekasihnya yang telah menjadi istri dari saudara kembar Arsyila. "500 juta untuk pembayaran di muka," Erlang berkata dengan yakin. "Setiap bulan kamu juga akan mendapatkan uang selama menjadi istriku. Selain itu, kamu juga akan tinggal di sebuah apartemen mewah yang akan disediakan oleh Hendra," sambungnya."Selama menjadi istrimu?" Maya merasa tertohok dengan kalimat itu. Ternyata selain pernikahan di bawah tangan, hubungan ini juga sudah dipastikan tidak akan berjalan untuk seumur hidup. Mungkin hanya menunggu Erlang bosan saja hingga dia akhirnya
Tidak perlu bagi seorang Erlang untuk mengetuk pintu atau membunyikan bel terlebih dulu. Begitu dia tiba di apartment yang ditempati Maya, langkahnya langsung menuju kamar utama.'Lupakan dulu Zoya untuk sementara, lupakan rasa bersalahmu itu!' Erlang berseru dalam hati saat tiba di depan pintu kamar. Mendadak pikirannya kacau balau saat hendak menghadapi malam panjang bersama istri mudanya.Di saat yang bersamaan, pesan Hendra masuk ke dalam ponsel Erlang. Dia membuka sandi, lalu membaca teks dari sang sahabat yang isinya sedang memberikan dukungan.(Selamat berbuka puasa, Bro, nikmati saja! Bukankah kamu sudah keluar uang banyak? Dan ingat, ini semua adalah keinginanmu sendiri dari awal.)Usai membaca pesan dari Hendra, Erlang segera meletakkan ponselnya di atas meja yang berdekatan dengan pintu kamar.'Aku pasti bisa,' suara batin Erlang kembali terdengar.'Huhhh ...!" Erlang membuang napas kasar. Tidak ada yang menyangka jika malam ini pria yang kerap berpenampilan rapi itu sengaj
Tanpa menghiraukan alasan dari Zoya, Erlang langsung menyambar istrinya yang kebetulan malam itu hanya menggunakan lingerie. Khawatir mendapat penolakan seperti hari-hari sebelumnya, dia pun menggiring sang istri menuju ranjang. "Jangan terburu-buru seperti ini, Lang!" Zoya mendesah tatkala mulut Erlang menyentuh dadanya. "Apa kamu tidak ingin mendengar sesuatu dariku?" Dia berharap Erlang menanyakan tentang penyakitnya.Namun, Erlang tidak mau tahu lagi tentang semua itu. Mulutnya lebih sibuk menghisap, memilin dan mengemut semua bagian tubuh Zoya.Ketika melihat Zoya masih ingin berbicara, Erlang segera menyambar mulut wanita itu. Dia tidak butuh alasan untuk percintaan malam itu, bahkan dia siap menerima resiko apapun, jika harus tertular penyakit Zoya.Setelah lebih dari tiga tahun berlalu, malam yang sangat panjang telah terulang kembali untuk sepasang suami istri itu. Erlang tidak puas dengan hanya satu ronde, dia melakukan penyatuan itu secara berulang-ulang hingga akhirnya te
Dua hari berlalu dengan cepat.Erlang masih belum menyadari maksud tujuan Rasputin memanggilnya ke mansion Bagaskara. Terbiasa menghadapi sang ayah mertua karena rengekan Arsyila membuat Erlang merasa enteng dengan permintaan tersebut."Selamat malam, Dad!" Erlang menyapa ayah mertuanya yang sedang duduk santai di ruang keluarga."Selamat malam, Erlang," Rasputin menyambut dengan hangat. "Silakan duduk dulu, tidak usah langsung menemui Arsyila."Erlang duduk tanpa pikiran aneh apa pun.Di sebelah Rasputin, tampak Rafael yang juga sedang asyik bermain gadget. Anak kecil itu tidak terlalu fokus lagi akan kehadiran Erlang, karena di tangannya ada permainan yang lebih seru.Malam itu, Rasputin ingin membicarakan hal penting, jadi dia segera berbisik pada cucunya. "Kakek dan daddymu akan membicarakan hal penting, jadi pergilah bermain di kamarmu!" suruhnya.Masih sibuk dengan mainan barunya, Rafael menurut saja. Dia berjalan sambil bermain ponsel tanpa menghiraukan nasehat dari kakeknya.
"Zoya mengakui sendiri, kalau dia masih mencintaimu seperti dulu, dan dia ingin kembali ke sisimu selamanya. Maka perjuangkan dia, jangan membuatnya kecewa lagi!" isi pesan yang baru saja dibaca oleh Erlang.Erlang bahkan tidak sabar untuk menemui Zoya kembali. Pesan yang dikirimkan oleh Hendra membuat semangat pria itu membara. Segera setelah itu, Erlang mengirimkan pesan balasan pada sang sahabat.[Tentu saja, Hend. Terima kasih banyak sudah memberitahuku. Terima kasih juga karena selama ini selalu bersama dengan Zoya dan selalu menjaganya dengan baik.] Erlang membalas dengan cepat dan senyum yang berseri seri."Cepatlah berputar waktu!" Erlang berharap seperti pemuda belasan tahun yang baru saja merasakan cinta pertama.Di lain tempat.Zoya baru saja tiba di salah satu kafe miliknya."Bu Zoya, ada wanita yang mengaku sebagai saudara Ibu dan saat ini sedang menunggu di ruang VIP," jelas seorang pelayan ketika Zoya baru saja masuk memasuki kafe."Siapa namanya?" Zoya mengerutkan dahi
Tidak hanya setuju dengan pengakuan Zoya, Hendra justru terharu mendengar keinginan sahabatnya itu. Senyum ceria seketika terlukis di wajah pria itu. Dia mendukung seratus persen. "Tentu saja kamu tidak salah, Zoya, Erlang itu hanya milikmu seorang. Dulu Syila berusaha merebut Erlang darimu, dan sekarang Maya yang datang. Jika Syila saja bisa kamu taklukkan, kenapa tidak dengan si Maya ingusan itu." Hendra tidak akan pernah bosan mempengaruhi sahabatnya itu, karena menurutnya Zoya lah yang paling pantas menjadi pemenangnya."Kamu bicara apa sih?" Zoya segera berjalan menuju parkiran. Dia masih enggan untuk mengiyakan seluruh perkataan Hendra. Namun dalam hati, dia juga setuju dengan pendapat pria beranak satu itu."Itu kenyataan." Hendra berjalan beriringan dengan Zoya. "Kamu mencintai Erlang, begitu juga Erlang masih sangat mencintaimu. Kalian itu sudah ditakdirkan untuk bersama dan saling memiliki. Selamanya akan seperti itu.""Tapi dia masih suami sahnya Syila, dan sekarang juga
Maya melotot tajam menyaksikan adegan di depan matanya. Kedua bola mata wanita itu nyaris keluar mengetahui Zoya berada di ruangan yang sama dengan Erlang dan dalam posisi yang sangat intim. Ini pertama kalinya Maya menyaksikan kemesraan sepasang suami istri itu, dan dia iri melihatnya. Tidak.Bukan hanya cemburu, tapi saat ini Maya juga marah besar hingga rasanya ingin melabrak wanita yang merupakan madunya itu."Tidak tahu malu kalian!" Maya memaki, tidak terima karena sebelumnya Erlang telah memintanya untuk segera datang ke hotel tersebut. Namun, apa yang dilihat di depan mata, Zoya yang muncul lebih dulu.Erlang segera meraih taplak meja dan buru buru menutupi menutupi bagian bawah tubuhnya. Meski kedua wanita yang bersama dengannya adalah para istrinya, namun tetap ada rasa malu ketika mereka bertiga berada dalam satu ruangan."Sorry, Sayang," Erlang justru minta maaf pada Zoya, karena membuat wanita itu merasa tidak nyaman. Dia lebih peduli pada istri keduanya itu daripada me
Terkejut dengan keberadaan Maya, sontak saja Erlang menekan tombol merah dalam ponselnya tatkala melihat istri mudanya itu tengah bersama dengan Rasputin."Apa yang dia lakukan di sini?" Erlang berpikir seraya mengamati istrinya yang sedang berbincang bincang asyik dengan sang ayah mertua. Sesekali Maya tampak tertawa ketika mendengar cerita dari Rasputin. Hal itu membuat Erlang penasaran dan memutuskan mendekati keduanya."Erlang ....!" Rasputin menyapa lebih dulu begitu melihat menantunya. "Apa yang kamu lakukan di sana? Kenapa berdiri saja? Apa Syila sudah tidur?" cecarnya."Ya, Syila sudah tidur, Dad, jadi aku berencana untuk keluar malam ini, karena masih banyak urusan yang harus kuselesaikan," Erlang menjawab dengan tenang. Rasputin paham jika Erlang tengah dilanda satu masalah saat ini. Jadi dia membiarkan Erlang pergi malam itu tanpa banyak protes. "Baiklah kalau kamu mau pergi, tapi jika bisa, sebaiknya bawa kembali Zoya dan Angkasa ke rumah ini. Dengan bersama mereka di rum
Permintaan dan tindakan Syila sontak mengingatkan Erlang pada kejadian beberapa tahun yang lalu. Kelakuan Syila sama persis seperti yang dilakukannya saat menjebak Erlang di awal perkenalan mereka.Kala itu, Syila memanfaatkan kepolosan dan ketidakmampuan Erlang yang belum memiliki pengaruh apa pun di dunia bisnis. Namun, siapa sangka dalam waktu singkat, Erlang telah menjelma menjadi pria sukses dan disegani banyak kalangan. Hanya butuh waktu kurang lebih dua tahun, Erlang sudah mampu mengembangkan usahanya di berbagai bidang. Bahkan lebih dari setengah saham yang dimiliki Rasputin Bagaskara telah berpindah tangan atas nama Zoya Maharani sebagai satu satunya wanita yang dicintai Erlang.Kini, kata kata Arsyila tidak berguna lagi untuk Erlang. Sekali pun wanita itu mengemis cintanya, Erlang tidak akan menurut. Dia tidak akan mudah ditundukkan hanya dengan bujuk rayu.Dengan kasar, Erlang melepas kedua tangan Syila. Dia menghempaskannya, lalu tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Erlang
Zoya berdiri untuk menyambut Maya. Sikap sopannya masih terjaga walau sebenarnya dalam hati ingin mencekik wanita yang menggunakan dress kuning terang itu."Selamat sore, Maya!" sapa Zoya dengan sopan. "Terima kasih sudah mau datang menemuiku.""Tidak ada alasan untuk menolakmu bukan?" Maya tersenyum tipis. "Sebelumnya kita sudah pernah bertemu dan semua terlihat baik baik saja, jadi aku tidak mungkin menolak permintaanmu ini seandainya kamu mengundangku secara langsung," sindir Maya karena Zoya telah menggunakan Hendra hanya untuk meminta pertemuan itu."Apa itu perlu dibahas?" Zoya segera duduk. ",Kurasa tidak penting sama sekali." Kesabarannya diuji sekali lagi. Maya benar benar selalu percaya diri dalam setiap hal, dan tidak peduli dengan perasaan orang lain.Maya juga mendaratkan bokongnya dia atas kursi, lalu bersikap seakan dia adalah orang yang sangat penting pada pertemuan itu. "Kamu yang mengundang aku ke sini, aku harap kamu lah yang memberi penjelasan dan juga tujuan kamu
Erlang mengernyitkan dahinya ketika menyaksikan seringai di wajah Maya. Sudah berulang kali dia melihat ekspresi itu. Jika ditanya, Maya akan memberi alasan yang sama. "Apa yang ingin dia bahas kali ini?" pikir Maya setelah membaca pesan dari Hendra dengan isi ajakan untuk bertemu dengan Zoya secara pribadi."Apa tentang kafenya?" Maya menduga duga dan belum menyadari jika Erlang tengah memperhatikannya.Semakin penasaran, Erlang mendekati istrinya yang masih duduk selonjoran di atas ranjang itu."Apa yang kamu pikirkan, Maya?" Erlang mengagetkan istrinya. "Dengan siapa kamu chatingan? Sibuk banget," sindir Erlang.Dengan sikap santainya, Maya menoleh. Dia tidak terkejut karena sudah terbiasa dengan pertanyaan itu. Dan seperti biasa, Maya pun menjawab dengan alasan yang sama."Hanya klien baru," Maya berkata santai. "Ada tawaran produk baru, tapi aku tidak terlalu menyukai konsepnya.""Klien lagi?" ulang Erlang. "Apa kamu sedang banyak penawaran kerja sama saat ini? Kenapa kamu selal