Share

Seorang Desainer

Author: Anna Sahara
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Erlang terkesiap mendengar sikap berani Maya. Dia terkejut, karena tidak menyangka jika wanita yang tak memiliki rasa canggung itu ternyata berasal dari negara yang sama dengannya.

Namun, yang paling membuat Erlang kaget adalah sikap liar wanita itu dalam hal penampilan yang terlihat menantang dan mudah membaur seperti orang barat pada umumnya.

Pun dengan attitude sang wanita yang secara blak blakan menyatakan keinginannya.

Erlang tak pernah berharap bertemu dan menyukai jenis wanita yang mudah mengobral tubuh pada setiap laki-laki yang baru ditemui.

Dalam pertemuan pertama saja, wanita itu secara gamblang mengajak Erlang ke sebuah ruangan layaknya seorang wanita penghibur. Tentu Erlang merasa risih berkenalan dengan wanita seperti itu, hingga dia berniat mengakhiri tujuannya yang ingin mengenal dekat wanita pemilik tatto kupu kupu di bagian dada itu.

"Apa maksudnya ini?" Erlang mulai ilfeel, dan tanpa memperkenalkan diri dia hendak melepaskan tangan, seterusnya akan meninggalkan wanita itu.

Namun sudah terlambat. Maya telah menggenggam tangan Erlang dengan erat.

Sebuah senyum licik mengembang di bibir indah Maya. Dia tidak akan melewatkan kesempatan ini.

"Erlang Januar, seorang pengusaha muda yang memiliki banyak bisnis, dan usahanya bukan hanya dalam negeri saja, bahkan juga hingga mancanegara, salah satu crazy rich yang berasal dari Indonesia. Aku benar bukan?" Secara gamblang, Maya mengatakan apa yang diketahuinya tentang Erlang, dan dia juga mengetahui kedatangan Erlang ke Yunani untuk menghadiri sebuah acara bergengsi di negara tersebut.

"Dari mana kamu mengetahuinya?" Sebagai asisten, Hendra pasang badan dan lebih dulu bertanya. "Apa kamu sedang memata-matai kami dan ingin merencanakan sesuatu yang buruk?" tuduhnya.

Sebagai atasan yang berwibawa, Erlang menutup mulut dengan rapat dan membiarkan Hendra, sang asisten yang bertanya. Selain itu, dia juga masih menunggu sejauh mana Maya memahami kehidupannya.

"Sepertinya kalian melewatkan sesuatu." Maya menoleh pada Hendra. "Apa kamu tidak melihat daftar peserta yang akan mengikuti acara besok malam?" tanyanya dengan tegas, menyatakan jika dirinya adalah seorang desainer muda yang berhasil mengikuti event bergengsi di negara para dewa tersebut.

"Oh ya?" Erlang merasa tertohok dengan pengakuan Maya. Ada sedikit rasa malu, karena baru menyadari jika wanita itu adalah salah satu perancang busana yang berasal dari negaranya sendiri.

"Ya, namaku Maya Saputri, asal Jakarta," Maya kembali memperjelas. "Aku sudah susah payah agar bisa mengikuti acara bergengsi ini, tapi kalian yang berasal dari negara yang sama denganku ternyata mengabaikan keberadaanku. Aku sangat kecewa," ungkapnya.

"Tunggu sebentar." Erlang tak mudah terperdaya dan bersimpati pada wanita yang baru dikenalnya itu. "Jika benar kamu seorang desainer, lalu kenapa harus merayuku seperti sikap yang kamu tunjukkan tadi?"

"Sikap yang mana? Bukankah kita sedang berada di negara yang bebas, jadi aku rasa masih dalam batas kewajaran tanpa menyangkutpautkannya dengan adat ketimuran," Maya menerangkan sambil mengedarkan pandangan pada sekitarnya. "Lagi pula kita ini sedang berada di pantai, jadi penampilan seperti ini sudah menjadi hal yang lumrah," tambahnya lagi.

"Dengan tidak memiliki rasa malu mengajak seorang pria yang baru dikenal ke sebuah tempat pribadi, apa menurutmu itu masih termasuk hal yang wajar?" Erlang bertanya lagi.

Maya sontak tergelak mendengar pertanyaan Erlang. Tawanya semakin lebar, mengejek pria yang masih melotot dan mengharapkan penjelasan darinya.

"Hei, wanita aneh, kenapa tertawa seperti orang kesurupan?" Hendra tidak terima sahabatnya diledek oleh wanita asing itu.

Maya segera menghentikan tawanya.

"Sebenarnya apa yang ada dalam pikiran kalian?" bukannya memberikan jawaban, Maya malah balik bertanya.

"Tentu saja kamu ingin menggoda pak Erlang, makanya kamu mengajaknya ke ruangan pribadimu, lalu akan menjebaknya seperti yang ada di drama ikan terbang. Itu yang kamu inginkan bukan?" tuduh Hendra lagi.

Maya tidak langsung menjawab. Dia lebih dulu menatap Erlang dengan ekspresi yang begitu menggoda. "Apa kamu berpikir hal yang sama dengannya?"

"Ya," jawab Erlang dengan singkat dan wajahnya juga masih terlihat datar.

"Sayangnya kalian salah," balas Maya dengan tenang. "Walau pun aku menyukaimu secara keseluruhan, tapi aku tidak pernah berniat demikian. Aku hanya ingin mengundang kalian berdua, karena kita berasal dari negara yang sama, hanya itu, tidak ada niat lain lagi," jelasnya.

***

Acara yang dinanti telah tiba. Sebuah ajang bergengsi yang diadakan tiga tahun sekali itu telah dimulai dengan khidmat.

Sebagai tamu undangan dan juga perusahaan yang ikut memberikan sponsor pada acara tersebut, Erlang duduk di bagian depan, dan di sebelahnya juga turut sang asisten yang selalu setia mendampingi.

"Kamu sudah mencari tahu tentang wanita itu?" Erlang bertanya pada Hendra tentang Maya.

Sungguh, Erlang masih penasaran dengan kemunculan wanita yang nyaris membuatnya kehilangan kendali. Bahkan sejak kejadian di pantai itu, pikiran Erlang sudah tidak karuan.

"Sudah, aku sudah menelusuri kehidupan Maya yang sebenarnya," jawab Hendra dengan santai.

"Bagaimana hasilnya?"

"Maya Saputri memang seorang desainer asal Indonesia, tapi dia belum memiliki nama yang cukup besar. Masih sangat pemula."

"Lalu bagaimana bisa dia lolos mengikuti ajang bergengsi ini?"

"Itu yang sedang aku usahakan untuk mencari tahunya, siapa orang yang berada di belakangnya dan membantunya untuk mengikuti acara ini?" Hendra menjeda ucapannya, karena seorang pria asing menghampiri mereka dan menyapa Erlang serta bertukar cerita untuk beberapa saat.

"Nice to meet you too," ucap Erlang ramah pada rekan sejawatnya setelah percakapan singkat itu berakhir, lantas bertanya kembali pada Hendra setelah kepergian pria bule itu.

"Ada yang lain?"

"Aku mendapatkan berita jika Maya sudah tidak memiliki sanak keluarga lagi. Dia adalah wanita pekerja keras dan sudah menjadi anak yatim piatu sejak usianya masih remaja. Dari kecil, dia juga hanya tinggal bersama dengan kakak laki-lakinya."

"Oh ya?" Muncul sedikit rasa simpati dalam diri Erlang. Ternyata Maya memiliki kehidupan yang sulit pada awalnya, sama seperti hidupnya yang berasal dari keluarga pas pasan.

"Dan yang parahnya lagi, sang kakak yang selalu bersamanya telah pergi meninggalkan Maya saat masih SMA. Bisa dipastikan jika dia tinggal sebatang kara selama ini," jelas Hendra lagi.

Seketika itu rasa kagum muncul dalam diri Erlang. Benci dah jijik yang sempat terlintas dalam pikirannya kini berubah menjadi takjub.

Ternyata perjuangan wanita itu tidaklah mulus. Hal itu pun mengingatkannya kembali pada Zoya, istri kedua dan merupakan wanita satu-satunya yang sangat dicintai Erlang.

Selama kurang lebih dua jam lamanya, acara berkelas yang dihadiri beberapa negara itu akhirnya berakhir juga.

Terlihat satu persatu para tamu undangan mulai meninggalkan tempat mewah tersebut. Namun, tidak berlaku untuk Erlang. Tampak pria itu masih menunggu munculnya Maya yang sudah dikirimi pesan singkat terlebih dulu.

"Kamu yakin dengan pilihanmu ini?" Hendra bertanya kembali. Sebagai seorang sahabat dan orang terdekat, dia selalu mendukung keputusan Erlang.

"Sangat yakin," jawab Erlang dengan pasti.

Tak berselang lama, wanita yang ditunggu akhirnya keluar juga. Erlang semakin terpesona melihat penampilan Maya yang kini jauh lebih tertutup dari pertemuan mereka yang pertama.

"Dia sudah datang, jadi sebaiknya aku pergi saja," ucap Hendra, lantas meninggalkan Erlang yang masih terpana pada pesona wanita bergaun hitam tanpa lengan itu.

Seketika Erlang meleleh melihat Maya yang sedang berjalan menghampirinya. Wajah dan senyum manis itu membangkitkan sesuatu yang telah lama mati dalam dirinya.

Related chapters

  • Istri Muda Untuk Erlang   Mabuk Berat

    Jika dibandingkan dengan Zoya dan Arsyila yang cantik memukau, Maya juga memiliki keunikan sendiri. Seksi, elegan, eksotis dan berkelas. Wanita dengan tinggi 175 cm itu tampak mempesona dengan warna kulit sawo matang yang dimilikinya.Dan Erlang baru menyadari akan hal itu, jika cantik tak harus putih seperti kedua istrinya.Kini, Maya telah berdiri di hadapan Erlang, tentu dengan gaya yang sangat menggairahkan, karena niatnya memang untuk menggoda pria tampan berkharisma itu."Malam, Pak Erlang," ucap Maya dengan suara yang penuh damba sambil mengulurkan tangan."Malam, Maya," balas Erlang dengan wajah yang sulit untuk didefinisikan.Tampak sekali jika Erlang takjub dengan penampilan dan persembahan Maya malam itu, namun sebagai pria yang memiliki pesona di atas rata rata, dia tidak ingin menunjukkan rasa kagumnya pada wanita yang baru dikenal.Hanya sebuah senyum tipis yang Erlang persembahkan saat mereka saling berjabat tangan."Selamat ya, Maya, penampilamu sangat memukau malam in

  • Istri Muda Untuk Erlang   Jangan Ikuti Kami

    Erlang terbangun pada pukul 09.00 pagi. Di bawah selimut berwarna coklat itu dia memijit mijit pelipisnya yang masih terasa pusing akibat mengkonsumsi alkohol di malam sebelumnya."Minuman itu benar-benar membuatku tidak waras," sesal Erlang dan detik kemudian dia mengingat tentang wanita yang sedang bersamanya, di mana mereka berdua sempat menghabiskan waktu hingga sepertiga malam. "Maya ...," desisnya."Apa terjadi sesuatu tadi malam?" Erlang segera duduk dan memeriksa seluruh pakaiannya yang ternyata masih lengkap.Erlang lantas mencari keberadaan Maya yang mana dia ingat jika tubuh mereka sempat menyatu di atas ranjang."Tapi ini kan di kamarku," Erlang bergumam lagi dengan wajah kebingungan. Sungguh, dia tidak bisa mengingat seratus persen kejadian yang sebenarnya.Di saat yang bersamaan, Hendra masuk ke dalam ruangan tersebut sembari membawakan makanan dan minuman untuk Erlang."Akhirnya kamu bangun juga," ucap Hendra lega.Erlang menatap Hendra sekilas, lantas berpindah pada bar

  • Istri Muda Untuk Erlang   Bab 6

    Puas menikmati indahnya pemandangan alam, Erlang membawa Maya ke sebuah tempat makan. Sebagai orang yang lebih paham dengan destinasi wisata di negara tersebut, Erlang mengajak Maya beristirahat sejenak di sebuah kafe mewah yang menyatu langsung dengan alam."Tempat yang sangat indah," Maya memuji ruangan bergaya Yunani kuno itu. Dia mengedarkan pandangannya ke seluruh sisi ruangan yang selama ini belum pernah dikunjungi.Tersenyum hangat menatap ekspresi Maya, Erlang lantas menarik sebuah kursi untuk wanita itu. "Apa kamu sudah pernah ke sini sebelumnya?" tanyanya sekedar basa-basi."Terima kasih," ucap Maya, lantas duduk dengan gayanya yang anggun. Setelah itu, dia pun menjawab pertanyaan Erlang. "Jangankan ke sini, Lang, bermimpi untuk mengunjungi tempat ini pun, aku tidak pernah berani," jelasnya.Erlang melakukan hal yang sama, duduk berhadap-hadapan dengan Maya. "Jangan terlalu merendah, wanita karir sepertimu tidak mungkin tidak pernah mengunjungi tempat seperti ini," tegas Er

  • Istri Muda Untuk Erlang   Bab 7

    "Kita saling menyukai, lalu kenapa kita tidak boleh menjadi sepasang kekasih?" Maya bertanya dengan penuh kebingungan, karena Marco memang tidak membeberkan kehidupan Erlang secara detail. Seperti yang Marco ceritakan, Erlang hanya memiliki seorang kekasih dan bersama dengan wanita itu juga Erlang menghabisi kakak kandung Maya."Aku tidak ingin menjadikanmu sebagai kekasihku," jawab Erlang sembari menatap Maya dengan lekat. Bukan itu tujuan Erlang mendekati Maya. Jelas yang dia inginkan dari Maya hanya untuk menyalurkan kebutuhan biologisnya, bukan untuk berbagi cinta dan perasaan yang didefinisikan sebagai sepasang kekasih."Kenapa? Apa alasannya?" Maya mulai merasa khawatir jika Erlang mungkin saja sudah mengetahui rencana buruknya."Aku tidak butuh kekasih lagi.""Why ...?" Lagi, Maya penasaran alasannya. Sejauh ini, pesona Maya bisa dibilang sempurna dalam menggaet lawan jenis, lalu kenapa pria itu menolaknya? Dan tadi, bukankah Erlang juga menyatakan rasa suka padanya?Erlang t

  • Istri Muda Untuk Erlang   Bab 8

    "Maya sedang menunggumu, Lang," Hendra memberitahu. Erlang yang sedang menyeruput kopi di balkon kamarnya segera menoleh pada sang asisten. "Untuk apa dia menemuiku lagi, apa tidak cukup dia mempermalukanku kemarin? Pakai blokir nomor segala," jelasnya dengan geram, lalu menyeruput kembali kopi hangat yang hanya tersisa setengah."Alaaah, jangan banyak gaya lagi, mumpung dia datang, temui sana!" Hendra malas meladeni atau pun berdebat. Dia paham jika sifat Erlang yang terlihat dingin kali ini hanya karena ego semata akibat merasa sakit hati ditinggalkan Maya secara sepihak.Erlang berdecak kesal. Hati kecilnya turut menyuruh agar segera berdiri dan menemui Maya. Sambil meraih ponselnya yang berada di atas meja bundar tersebut, Erlang berucap pelan, "Kamu memang paling paham dengan keadaanku.""Ha ha ha ha," tawa Hendra menggelegar mengisi ruangan itu ketika melihat Erlang sudah berdiri. "Aku doakan semoga kamu secepatnya bisa buka puasa," ledeknya.Erlang mengabaikan suara sumbang Hen

  • Istri Muda Untuk Erlang   Bab 9

    Erlang tersenyum miring mendengar pertanyaan Maya. Momen ini yang ditunggu-tunggu. Bukan hanya kesepakatan yang akan menguntungkan Erlang, namun juga berdampak bagus untuk Maya.Sepertinya skandal masa lampau terulang kembali. Kisah kali ini juga nyaris sama dengan pernikahan Erlang dengan Arsyila 6 tahun yang lalu. Saat itu, Syila menginginkan tubuh Erlang sebagai pemuas nafsunya, sedangkan Erlang sendiri sedang berusaha ingin mendekati kekasihnya yang telah menjadi istri dari saudara kembar Arsyila. "500 juta untuk pembayaran di muka," Erlang berkata dengan yakin. "Setiap bulan kamu juga akan mendapatkan uang selama menjadi istriku. Selain itu, kamu juga akan tinggal di sebuah apartemen mewah yang akan disediakan oleh Hendra," sambungnya."Selama menjadi istrimu?" Maya merasa tertohok dengan kalimat itu. Ternyata selain pernikahan di bawah tangan, hubungan ini juga sudah dipastikan tidak akan berjalan untuk seumur hidup. Mungkin hanya menunggu Erlang bosan saja hingga dia akhirnya

  • Istri Muda Untuk Erlang   Bab 10

    Tidak perlu bagi seorang Erlang untuk mengetuk pintu atau membunyikan bel terlebih dulu. Begitu dia tiba di apartment yang ditempati Maya, langkahnya langsung menuju kamar utama.'Lupakan dulu Zoya untuk sementara, lupakan rasa bersalahmu itu!' Erlang berseru dalam hati saat tiba di depan pintu kamar. Mendadak pikirannya kacau balau saat hendak menghadapi malam panjang bersama istri mudanya.Di saat yang bersamaan, pesan Hendra masuk ke dalam ponsel Erlang. Dia membuka sandi, lalu membaca teks dari sang sahabat yang isinya sedang memberikan dukungan.(Selamat berbuka puasa, Bro, nikmati saja! Bukankah kamu sudah keluar uang banyak? Dan ingat, ini semua adalah keinginanmu sendiri dari awal.)Usai membaca pesan dari Hendra, Erlang segera meletakkan ponselnya di atas meja yang berdekatan dengan pintu kamar.'Aku pasti bisa,' suara batin Erlang kembali terdengar.'Huhhh ...!" Erlang membuang napas kasar. Tidak ada yang menyangka jika malam ini pria yang kerap berpenampilan rapi itu sengaj

  • Istri Muda Untuk Erlang   Bab 11

    Langkah Erlang begitu pasti dan perasaannya tentang Zoya segera dibuang jauh-jauh. Toh, wanita itu yang selalu menyiksa batinnya selama ini, dan jika dia jujur, sudah pasti Zoya menolak keinginannya untuk menambah istri. Erlang siap bertempur malam ini. Dia menarik pinggang Maya hingga tubuh mereka menyatu. Namun demikian, Erlang tetap mengajukan pertanyaan sensitif pada Maya sebelum memulai kegiatannya."Bagaimana hasil pemeriksaan kesehatanmu?" Erlang tidak lupa menanyakan apa yang telah di perintahkan di hari sebelumnya. Meski Hendra sudah bercerita dan melihat hasilnya secara langsung, tetep saja pertanyaan itu keluar untuk memastikan lagi. Katakanlah Erlang kejam mencurigai Maya, namun dia tidak peduli dengan hal itu. Mengingat Maya memiliki pergaulan yang bebas, dia tidak ingin kecolongan dengan penyakit berbahaya yang ditularkan dengan cara berhubungan badan. Cukup Zoya yang terinfeksi akibat skandal yang pernah mereka lalui.Tentu ada rasa sakit dalam diri Maya ketika dicuri

Latest chapter

  • Istri Muda Untuk Erlang   Ending

    Tanpa menghiraukan alasan dari Zoya, Erlang langsung menyambar istrinya yang kebetulan malam itu hanya menggunakan lingerie. Khawatir mendapat penolakan seperti hari-hari sebelumnya, dia pun menggiring sang istri menuju ranjang. "Jangan terburu-buru seperti ini, Lang!" Zoya mendesah tatkala mulut Erlang menyentuh dadanya. "Apa kamu tidak ingin mendengar sesuatu dariku?" Dia berharap Erlang menanyakan tentang penyakitnya.Namun, Erlang tidak mau tahu lagi tentang semua itu. Mulutnya lebih sibuk menghisap, memilin dan mengemut semua bagian tubuh Zoya.Ketika melihat Zoya masih ingin berbicara, Erlang segera menyambar mulut wanita itu. Dia tidak butuh alasan untuk percintaan malam itu, bahkan dia siap menerima resiko apapun, jika harus tertular penyakit Zoya.Setelah lebih dari tiga tahun berlalu, malam yang sangat panjang telah terulang kembali untuk sepasang suami istri itu. Erlang tidak puas dengan hanya satu ronde, dia melakukan penyatuan itu secara berulang-ulang hingga akhirnya te

  • Istri Muda Untuk Erlang   Bab 68.

    Dua hari berlalu dengan cepat.Erlang masih belum menyadari maksud tujuan Rasputin memanggilnya ke mansion Bagaskara. Terbiasa menghadapi sang ayah mertua karena rengekan Arsyila membuat Erlang merasa enteng dengan permintaan tersebut."Selamat malam, Dad!" Erlang menyapa ayah mertuanya yang sedang duduk santai di ruang keluarga."Selamat malam, Erlang," Rasputin menyambut dengan hangat. "Silakan duduk dulu, tidak usah langsung menemui Arsyila."Erlang duduk tanpa pikiran aneh apa pun.Di sebelah Rasputin, tampak Rafael yang juga sedang asyik bermain gadget. Anak kecil itu tidak terlalu fokus lagi akan kehadiran Erlang, karena di tangannya ada permainan yang lebih seru.Malam itu, Rasputin ingin membicarakan hal penting, jadi dia segera berbisik pada cucunya. "Kakek dan daddymu akan membicarakan hal penting, jadi pergilah bermain di kamarmu!" suruhnya.Masih sibuk dengan mainan barunya, Rafael menurut saja. Dia berjalan sambil bermain ponsel tanpa menghiraukan nasehat dari kakeknya.

  • Istri Muda Untuk Erlang   Bab 67.

    "Zoya mengakui sendiri, kalau dia masih mencintaimu seperti dulu, dan dia ingin kembali ke sisimu selamanya. Maka perjuangkan dia, jangan membuatnya kecewa lagi!" isi pesan yang baru saja dibaca oleh Erlang.Erlang bahkan tidak sabar untuk menemui Zoya kembali. Pesan yang dikirimkan oleh Hendra membuat semangat pria itu membara. Segera setelah itu, Erlang mengirimkan pesan balasan pada sang sahabat.[Tentu saja, Hend. Terima kasih banyak sudah memberitahuku. Terima kasih juga karena selama ini selalu bersama dengan Zoya dan selalu menjaganya dengan baik.] Erlang membalas dengan cepat dan senyum yang berseri seri."Cepatlah berputar waktu!" Erlang berharap seperti pemuda belasan tahun yang baru saja merasakan cinta pertama.Di lain tempat.Zoya baru saja tiba di salah satu kafe miliknya."Bu Zoya, ada wanita yang mengaku sebagai saudara Ibu dan saat ini sedang menunggu di ruang VIP," jelas seorang pelayan ketika Zoya baru saja masuk memasuki kafe."Siapa namanya?" Zoya mengerutkan dahi

  • Istri Muda Untuk Erlang   Bab 66.

    Tidak hanya setuju dengan pengakuan Zoya, Hendra justru terharu mendengar keinginan sahabatnya itu. Senyum ceria seketika terlukis di wajah pria itu. Dia mendukung seratus persen. "Tentu saja kamu tidak salah, Zoya, Erlang itu hanya milikmu seorang. Dulu Syila berusaha merebut Erlang darimu, dan sekarang Maya yang datang. Jika Syila saja bisa kamu taklukkan, kenapa tidak dengan si Maya ingusan itu." Hendra tidak akan pernah bosan mempengaruhi sahabatnya itu, karena menurutnya Zoya lah yang paling pantas menjadi pemenangnya."Kamu bicara apa sih?" Zoya segera berjalan menuju parkiran. Dia masih enggan untuk mengiyakan seluruh perkataan Hendra. Namun dalam hati, dia juga setuju dengan pendapat pria beranak satu itu."Itu kenyataan." Hendra berjalan beriringan dengan Zoya. "Kamu mencintai Erlang, begitu juga Erlang masih sangat mencintaimu. Kalian itu sudah ditakdirkan untuk bersama dan saling memiliki. Selamanya akan seperti itu.""Tapi dia masih suami sahnya Syila, dan sekarang juga

  • Istri Muda Untuk Erlang   Bab 65.

    Maya melotot tajam menyaksikan adegan di depan matanya. Kedua bola mata wanita itu nyaris keluar mengetahui Zoya berada di ruangan yang sama dengan Erlang dan dalam posisi yang sangat intim. Ini pertama kalinya Maya menyaksikan kemesraan sepasang suami istri itu, dan dia iri melihatnya. Tidak.Bukan hanya cemburu, tapi saat ini Maya juga marah besar hingga rasanya ingin melabrak wanita yang merupakan madunya itu."Tidak tahu malu kalian!" Maya memaki, tidak terima karena sebelumnya Erlang telah memintanya untuk segera datang ke hotel tersebut. Namun, apa yang dilihat di depan mata, Zoya yang muncul lebih dulu.Erlang segera meraih taplak meja dan buru buru menutupi menutupi bagian bawah tubuhnya. Meski kedua wanita yang bersama dengannya adalah para istrinya, namun tetap ada rasa malu ketika mereka bertiga berada dalam satu ruangan."Sorry, Sayang," Erlang justru minta maaf pada Zoya, karena membuat wanita itu merasa tidak nyaman. Dia lebih peduli pada istri keduanya itu daripada me

  • Istri Muda Untuk Erlang   Bab 64

    Terkejut dengan keberadaan Maya, sontak saja Erlang menekan tombol merah dalam ponselnya tatkala melihat istri mudanya itu tengah bersama dengan Rasputin."Apa yang dia lakukan di sini?" Erlang berpikir seraya mengamati istrinya yang sedang berbincang bincang asyik dengan sang ayah mertua. Sesekali Maya tampak tertawa ketika mendengar cerita dari Rasputin. Hal itu membuat Erlang penasaran dan memutuskan mendekati keduanya."Erlang ....!" Rasputin menyapa lebih dulu begitu melihat menantunya. "Apa yang kamu lakukan di sana? Kenapa berdiri saja? Apa Syila sudah tidur?" cecarnya."Ya, Syila sudah tidur, Dad, jadi aku berencana untuk keluar malam ini, karena masih banyak urusan yang harus kuselesaikan," Erlang menjawab dengan tenang. Rasputin paham jika Erlang tengah dilanda satu masalah saat ini. Jadi dia membiarkan Erlang pergi malam itu tanpa banyak protes. "Baiklah kalau kamu mau pergi, tapi jika bisa, sebaiknya bawa kembali Zoya dan Angkasa ke rumah ini. Dengan bersama mereka di rum

  • Istri Muda Untuk Erlang   Bab 63.

    Permintaan dan tindakan Syila sontak mengingatkan Erlang pada kejadian beberapa tahun yang lalu. Kelakuan Syila sama persis seperti yang dilakukannya saat menjebak Erlang di awal perkenalan mereka.Kala itu, Syila memanfaatkan kepolosan dan ketidakmampuan Erlang yang belum memiliki pengaruh apa pun di dunia bisnis. Namun, siapa sangka dalam waktu singkat, Erlang telah menjelma menjadi pria sukses dan disegani banyak kalangan. Hanya butuh waktu kurang lebih dua tahun, Erlang sudah mampu mengembangkan usahanya di berbagai bidang. Bahkan lebih dari setengah saham yang dimiliki Rasputin Bagaskara telah berpindah tangan atas nama Zoya Maharani sebagai satu satunya wanita yang dicintai Erlang.Kini, kata kata Arsyila tidak berguna lagi untuk Erlang. Sekali pun wanita itu mengemis cintanya, Erlang tidak akan menurut. Dia tidak akan mudah ditundukkan hanya dengan bujuk rayu.Dengan kasar, Erlang melepas kedua tangan Syila. Dia menghempaskannya, lalu tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Erlang

  • Istri Muda Untuk Erlang   Bab 62.

    Zoya berdiri untuk menyambut Maya. Sikap sopannya masih terjaga walau sebenarnya dalam hati ingin mencekik wanita yang menggunakan dress kuning terang itu."Selamat sore, Maya!" sapa Zoya dengan sopan. "Terima kasih sudah mau datang menemuiku.""Tidak ada alasan untuk menolakmu bukan?" Maya tersenyum tipis. "Sebelumnya kita sudah pernah bertemu dan semua terlihat baik baik saja, jadi aku tidak mungkin menolak permintaanmu ini seandainya kamu mengundangku secara langsung," sindir Maya karena Zoya telah menggunakan Hendra hanya untuk meminta pertemuan itu."Apa itu perlu dibahas?" Zoya segera duduk. ",Kurasa tidak penting sama sekali." Kesabarannya diuji sekali lagi. Maya benar benar selalu percaya diri dalam setiap hal, dan tidak peduli dengan perasaan orang lain.Maya juga mendaratkan bokongnya dia atas kursi, lalu bersikap seakan dia adalah orang yang sangat penting pada pertemuan itu. "Kamu yang mengundang aku ke sini, aku harap kamu lah yang memberi penjelasan dan juga tujuan kamu

  • Istri Muda Untuk Erlang   Bab 61.

    Erlang mengernyitkan dahinya ketika menyaksikan seringai di wajah Maya. Sudah berulang kali dia melihat ekspresi itu. Jika ditanya, Maya akan memberi alasan yang sama. "Apa yang ingin dia bahas kali ini?" pikir Maya setelah membaca pesan dari Hendra dengan isi ajakan untuk bertemu dengan Zoya secara pribadi."Apa tentang kafenya?" Maya menduga duga dan belum menyadari jika Erlang tengah memperhatikannya.Semakin penasaran, Erlang mendekati istrinya yang masih duduk selonjoran di atas ranjang itu."Apa yang kamu pikirkan, Maya?" Erlang mengagetkan istrinya. "Dengan siapa kamu chatingan? Sibuk banget," sindir Erlang.Dengan sikap santainya, Maya menoleh. Dia tidak terkejut karena sudah terbiasa dengan pertanyaan itu. Dan seperti biasa, Maya pun menjawab dengan alasan yang sama."Hanya klien baru," Maya berkata santai. "Ada tawaran produk baru, tapi aku tidak terlalu menyukai konsepnya.""Klien lagi?" ulang Erlang. "Apa kamu sedang banyak penawaran kerja sama saat ini? Kenapa kamu selal

DMCA.com Protection Status