Share

Bab 20 Sama Saja

Penulis: Dama Mei
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-04 18:00:50

Rasanya Vinko dan Rania saling pandang hingga keduanya sama-sama tidak berkedip. Ucapan Vinko terasa amat meyakinkan, hingga untuk beberapa saat Rania lupa bahwa dia sedang berhadapan dengan mahasiswanya yang notabene lebih muda. Meskipun posisi Rania hanyalah asisten dosen yang dipilih karena kepintarannya, namun status Rania tetaplah seorang pengajar bagi Vinko.

"Sebaiknya kamu memikirkan masa depanmu," tandas Rania, memberi kesimpulan. "Aku yakin, kamu akan lupa tentang ini semua, tentangku, setelah kamu sukses nantinya," Ucapan Rania terdengar seperti seorang kakak yang menasehati adiknya.

Ada setitik raut kecewa di wajah Vinko, namun dia memilih diam dan tak melakukan pembelaan. Dia cukup sadar, posisinya saat ini tidaklah menguntungkan. Hanya seorang mahasiswa, tanpa pekerjaan dan tanpa uang. Jelas saja Rania tidak bisa mempercayai segala ucapannya.

"Boleh aku bertanya lagi?" tanya Vinko–setelah lama diam. "Kenapa selalu ada mobil hitam yang mengikut
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 21 Seperti Manusia

    Karena kondisi sudah mulai tidak kondusif, Rania menyentuh pergelangan tangan Tama untuk diajak pergi dari butik Nita. Namun pria itu tidak peduli. Dia masih berdiri tegap di tempatnya, memandang Nita dengan tatapan menantang. Sementara Nita yang masih syok dengan hujanan perkataan sadis dari Tama, hanya bisa terdiam dengan bola mata bergetar menahan amarah."Mama!" Tiba-tiba suara keras Vinko membuyarkan ketegangan itu.Dia berdiri tepat di tengah pintu butik, dengan mata melotot tak senang saat melihat kehadiran Tama. Kemudian Vinko berjalan sangat cepat, menarik tubuh sang ibu untuk berdiri di belakangnya. "Apa yang kau lakukan disini?" tanya Vinko pada Tama cukup ketus.Tama berlagak tenang. "Aku hanya ingin mengunjungi butik murahan tempat istriku pernah berbelanja,""Sekarang sudah tahu, kan?" sahut Vinko. "Jadi, silahkan pergi dari sini," usirnya tanpa segan."Ayo, Sayang … " bisik Rania, berusaha keras membujuk suaminya

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-04
  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 22 Monster

    Selain melancarkan aksi licik dengan memasang CCTV di kamar mandi tamu, Rania juga menyiapkan makanan dan minuman khusus yang dapat merangsang keinginan untuk ke kamar kecil. Semuanya sudah berjalan dengan sempurna dan sesuai rencananya."Maafkan aku, Rif. Tapi aku harus melakukan ini agar kamu sadar siapa Tama," gumam Rania pada dirinya sendiri, sebelum dia menutup pintu kamar mandi.Rania mematut diri agar bisa bersikap senormal mungkin sembari berjalan penuh percaya diri kembali ke ruang tamu rumah besar itu. Disana dia bisa melihat ketiganya sedang mengobrol, dan ketika dia mengamati Tama lebih dalam, tampak jika pria itu sangat tertarik dengan Lea.Rania tersenyum getir. Dia merasa sebagai orang tak normal, karena bisa bahagia melihat suaminya menunjukkan ketertarikan pada wanita lain. Namun demi bertahan hidup dan demi bisa meloloskan diri dari belenggu Tama, Rania akan melakukan apa saja."Maaf sudah lama menunggu," tukas Rania, tersenyum l

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-05
  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 23 Wanita Murahan

    Rona muka Rania seketika cerah saat mendengar ucapan Arif. Sebentar lagi dia akan punya sekutu yang mau bekerjasama dengannya dalam menghancurkan Tama. Dan Arif adalah satu-satunya calon sekutu paling potensial menurut Rania, karena Arif adalah orang yang paling dekat dengan Tama. Pasti Arif tahu apapun kelemahan dari tuannya itu."Maaf menunggu lama," tukas Lea, buru-buru duduk di samping Arif. Dia melingkarkan tangannya di lengan pria itu. "Lama ya?" tanyanya penuh sesal.Arif hanya mengangkat bahu. "Pulang sekarang, yuk?""Ayo!" Lea bersemangat menyahut. Tersirat sikap gugup seakan sedang menutupi sesuatu. Dan sebagai sesama wanita, Rania bahkan tahu ada sedikit noda lipstik yang tak beraturan di sudut bibir Lea."Kalian mau pergi?" Tama tiba-tiba datang. Kini dia sudah berganti pakaian dengan yang lebih santai."Kamu kemana saja, Sayang?" tanya Rania berpura-pura sedikit kesal. "Kita semua menunggumu,""Aku ada urus

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-05
  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 24 Rumput Liar

    Tama melompat menjauhi tubuh Rania. Dengan nafas memburu karena dikuasai amarah, Tama menghampiri Arif. Keduanya melempar pandangan pada Rania yang masih duduk di atas ranjang dengan wajah kebingungan."Kemasi semua barangnya," pinta Tama. "Dia akan pergi dari sini mulai malam ini,"Arif sekali lagi menunduk. Kemudian beranjak pergi untuk melaksanakan tugas dari tuannya. Sementara Rania, seketika dia melompat turun dari ranjang sambil berteriak memanggil Arif. Dia ingin menuntut penjelasan, kenapa Arif masih saja berada di sisi Tama setelah segala pengkhianatan itu."Mau kemana?!" seru Tama, menghadang tubuh Rania yang hendak menyusul Arif."Lepaskan aku!" jerit Rania, berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Tama yang kelewat kuat.Tama berdecak geram. Dia lalu memaksa Rania untuk saling berhadapan dengannya. Mata Tama melotot tajam, memberi penegasan pada Rania untuk tenang."Apa yang kamu inginkan dari Arif?" tanya Tama curig

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-06
  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 25 Tujuan Tama

    "Apa Ayah bilang?" sahut Dewi, sangat terkejut dengan pernyataan Tuan Hadi. "Tapi Vinko bukan … ""Semua tergantung pada Tama," potong Tuan Hadi cepat. "Jika dia memang ingin menguasai seluruh bisnisku, maka dia dan Rania harus segera punya anak," Tuan Hadi menatap lurus ke arah Tama dengan tatapan mengintimidasi.Tama tidak tahu harus memberikan respon seperti apa, karena segalanya berjalan dengan sangat cepat. Apalagi kini dia baru saja mengusir istrinya sendiri, Rania, ke tempat yang sangat jauh dari jangkauan keluarga Hadi."Kemana sih, Rania?" tanya Laura tak sabar. "Biar aku masuk ya!""Berhenti disitu, atau kupatahkan kakimu," cetus Tama dengan suara berat yang berhasil membuat bulu kuduk Laura berdiri.Wanita itu perlahan mundur, lebih dekat di samping ibunya. Nyali Laura langsung menciut mendapat ancaman dari Tama. Meski begitu, baik Tuan Hadi maupun Dewi tidak ada yang menimpali dan menganggap ancaman Tama–pada Laura terdengar biasa saja."Ayah dan Ibu tidak peduli pada apap

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-06
  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 26 Punya Anak

    "H-hamil?" Satu kata yang hanya muncul dari bibir Rania, sebelum Tama mulai menjalankan tugasnya sebagai suami yang perkasa.Keduanya pun memutuskan untuk tak lagi saling bicara dan mulai tenggelam dalam kenikmatan. Hingga tanpa sadar matahari makin meninggi dan mereka yang semalaman tidak tidur, seketika terkapar di atas ranjang dengan nafas tersengal."Kenapa tiba-tiba kamu ingin aku hamil?" tanya Rania, sembari berbaring di sebelah Tama."Apakah salah?"Rania menggeleng. "Tapi … itu jelas bukan dirimu. Sejak awal menikah, kamu selalu bilang bahwa tidak ingin memiliki anak,"Tama bergerak mendekati Rania. Dia menumpukan salah satu sikunya demi bisa berhadapan dekat dengan wajah Rania."Turuti saja perkataanku dan jangan membantah," tandas Tama dengan suara berat. "Jangan lagi bertanya soal ini,"Pria itu bangkit dari ranjang, berjalan pelan menuju kamar mandi. Sementara Rania masih berbaring dengan sejuta tanya. Meskip

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-07
  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 27 Hubungi Aku

    Bola mata Vinko melebar sempurna setelah mendengar pertanyaan mengejutkan itu dari Rania. Dia tidak pernah membayangkan pertanyaan itu akan muncul saat ini. Setidaknya meski dia berharap Rania membalas perasaannya, Vinko tidak pernah ingin secepat ini."Aku hanya bercanda!" celetuk Rania tiba-tiba. Wanita itu tertawa keras, menertawai wajah Vinko yang terlanjur tegang.Vinko masih terbujur kaku dan tak mau ikut tertawa. Dia sudah terlanjur menganggap semuanya serius hingga rela memutar otak demi merencanakan langkah selanjutnya. Tapi diluar dugaan Rania justru sampai hati menertawainya.Vinko menelan ludah demi menahan emosinya. "Bu Rania menertawaiku?" tanyanya dengan suara parau.Rania masih tertawa. Namun saat melihat wajah Vinko yang berubah lebih serius dengan rahang mengeras, mau tak mau Rania harus menghentikan tawanya."Aku tidak mungkin menyuruhmu melakukannya," jawab Rania. "Masa depanmu masih jauh,""Aku tahu Ibu hanya

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-08
  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 28 Buah Hati

    Dokter Ilham diam sejenak. Yang dia lakukan hanyalah terus memandangi Rania dengan sejuta tanya. Dokter Ilham sudah bekerja sejak 20 tahun lalu, bahkan sebelum Rania masuk ke dalam keluarga Hadi. Meskipun tidak terlalu sering menangani anggota keluarga Hadi, namun Dokter Ilham adalah dokter yang menangani kelahiran Vinko. Menjadi salah satu saksi saat Nita berjuang sendirian melahirkan anaknya tanpa didampingi Tuan Hadi."Saya belum siap memiliki anak dengannya," ungkap Rania, karena sadar Dokter Ilham mulai curiga. "Dokter tentu tahu seperti apa Tama,"Dokter Ilham tanpa sadar mengangguk. "Sebenarnya saat Tuan Tama meminta saya memasang alat itu pada anda, saya sedikit menyayangkan. Usia anda masih sangat muda,""Saya masih ingin mempertahankan alat ini, Dok," Rania mengelus perutnya bagian bawah.Setelah cukup lama berpikir, Dokter Ilham menghela nafas. "Baiklah, jika itu keputusan Nyonya. Kalau begitu, mari kita periksa dulu posisinya,"

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-08

Bab terbaru

  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 132 Terlahir Kembali

    Mendengar teriakan minta tolong dari Rania, Tama merasa adrenalinnya langsung melonjak. Tanpa ragu-ragu, dia segera menghubungi para anak buahnya yang masih tersisa dan memberi tahu mereka tentang keadaan darurat yang sedang dihadapi oleh Rania. Tama memberikan semua informasi yang dia miliki, termasuk nomor ponsel Rania agar bisa dilacak. Tama mencoba untuk tetap tenang dan fokus, meskipun kecemasannya yang tak terhindarkan. Dia bersumpah untuk melindungi Rania dan membawanya pulang dengan selamat, tidak peduli apapun resikonya.Arif tiba di kantor Tama dengan langkah cepat dan wajah yang tegang setelah mendapatkan informasi tentang kondisi Rania. Dia telah mengutus anak buahnya untuk segera melacak keberadaan taksi yang diduga menculik Rania.Ketika Arif memasuki kantor, dia melihat Tama yang sibuk berbicara dengan petugas polisi dan segera mendekatinya dengan langkah tergesa-gesa.“Tuan, bagaimana kondisi Rania?” tanya Arif cemas.“Apa kamu sudah menghubungi anak buahmu?”Arif meng

  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 131 Tolong Aku!

    Dewi berlari kecil berusaha mencari keberadaan Rania pagi ini di dalam rumah besarnya. Kabar tentang Rania yang akan kembali bersama Tama, sudah tentu terdengar sampai telinganya. Arif sendirilah yang memberitahu Dewi, karena sejak semalam pria itu sibuk mengemasi barang Rania dan Athar–dengan bantuan Laura.“Rania!” Akhirnya Dewi menemukan Rania sedang memasak di dapur.Rania memutar badan, dan tersenyum begitu cerah. Dia mengisyaratkan pelayan rumah untuk pergi memberi ruang bagi Dewi dan Rania. Setelah mereka tinggal berdua, Dewi berjalan mendekat. Dia memang ingin mendengar langsung dari mulut Rania tentang rencana itu.“Apa benar kamu akan kembali ke rumah Tama?” tanya Dewi cemas.Rania hanya mengulaskan senyum. “Semoga ini keputusan tepat untuk saya dan Athar,” timpalnya.Wajah Dewi masih menyiratkan kekhawatiran. Perlahan dia menggenggam tangan Rania. “Jika boleh jujur, aku tentu senang mendengarnya. Tapi … kebahagiaanmu yang terpenting,” tegas Dewi. “Aku sangat senang menerima

  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 130 Kembali Pulang

    Rania memimpin langkah Athar melewati pintu gerbang kantor yang kini telah berubah wajah menjadi sebuah restoran keluarga yang luas dan ramai. Cahaya lampu yang lembut memperlihatkan suasana hangat di dalamnya, di mana aroma makanan yang menggugah selera menguar di udara. Dalam cahaya lembut yang memancar dari lampu-lampu gantung di restoran keluarga itu, Rania memasuki ruangan dengan perasaan antara terkejut dan haru. Di sana, di tempat yang dahulu menjadi kantor Tama sebagai seorang peminjaman ilegal dengan banyak preman berwajah bengis, kini telah berubah menjadi sebuah tempat yang hangat dan penuh cinta, mengundang keluarga untuk berkumpul.“Ayah!” seru Athar, menunjuk ke arah Tama.Rania melihat Tama sibuk di dekat meja kasir, dengan senyuman hangat yang menyapanya begitu dia memasuki restoran. Mata Rania tidak bisa menyembunyikan kekagumannya terhadap perubahan besar yang dilakukan Tama setelah melalui masa lalu yang gelap. Dalam hati, ia merasa tersentuh oleh usaha keras Tama

  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 129 Dianggap Lemah

    Dona duduk menyandarkan punggung, dengan kedua tangan dilipat. Tatapannya tajam ke arah Mada yang terus menyeringai seakan tengah menggoda Dona, mengingat kehidupannya di penjara yang membosankan. Mada tiba-tiba maju, mencondongkan tubuhnya hingga membuat Dona jengah dan spontan mundur.“Ayolah, Don. Kita bisa melakukannya di sini, secepat mungkin. Ada ruangan khusus agar kamu merasa nyaman,” goda Mada, berusaha menggapai Dona.Dona menepis tangan Mada yang hampir mengenai tubuhnya. “Menjauh dariku, biadab!” umpatnya kasar.Mada masih menyeringai. Namun dia memilih mundur. “Lalu apa maumu datang ke sini?” tanyanya.“Aku ingin membatalkan kerjasama kita!” sentak Dona. “Jangan pernah lagi mengganggu atau menghubungiku!”“Batal?” ulang Mada. Dia sejenak diam untuk mencerna ucapan Dona. Kemudian menyeringai seperti yang sudah-sudah. “Siapa bilang kamu bisa membatalkannya?”Dona mendengus kesal. Dia merasa bodoh karena hampir saja tertipu oleh tipu daya si gila Mada. Dengan satu kaki dihen

  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 128 Menolak Kerjasama

    Dona melepas kacamata hitamnya, kemudian pandangannya melihat sekeliling bangunan restoran itu. Senyumnya terus terulas, namun bagi Arif tidak ada aura cerah di wajah Dona. Yang ada justru maksud licik tersembunyi yang bisa saja merugikan restoran dan Tama. Arif masih teringat akan peringatan Vinko mengenak rencana Mada, yang bisa saja kali ini menggunakan Dona sebagai alat.“Apa maumu?” ulang Arif, karena Dona tidak menjawab.“Restoran ini sudah buka, kan? Tentu saja aku datang sebagai pelanggan,” jawab Dona angkuh. Lantas berjalan dengan tubuhnya yang semampai, memasuki pelataran restoran itu.Arif tidak bisa berkutik karena restoran itu memang terbuka untuk umum, dan jika Dona datang sebagai pelanggan itu artinya Arif tidak bisa menolak. Namun bukan berarti Arif bisa mengendorkan kewaspadaannya, karena dari balik dapur restoran, matanya terus awas ke arah Dona.“Bos, kenapa dia ada di sini?” tanya salah seorang karyawan yang matanya mengikuti arah tatapan Arif. Dia tentu saja menge

  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 127 Tidak Diundang

    Tuan Hadi sempat membeku setelah mendengar ucapan Vinko. Jika bisa, dia pasti mencegah Vinko untuk sekali lagi membuat kegaduhan, namun Tuan Hadi bukanlah tipe orang yang bisa berterus-terang dengan perasaannya. Dia memilih diam dan canggung, tidak menimpali ucapan Vinko. Namun Vinko tetaplah pria pintar, salah satu anak kandung Tuan Hadi yang berharga. Dia sadar jika sang ayah tidak menyukai tema pembicaraan mereka.“Ayah tahu kenapa aku dan Regina bercerai?” ujar Vinko, mengganti topik.Tuan Hadi menyesap rokoknya dalam-dalam. “Yang kutahu, Regina bukanlah wanita bodoh,”“Benar. Benar sekali,” Tatapan Vinko lurus memperhatikan Athar yang fokus bermain. “Dia sangatlah pintar. Satu-satunya wanita terpintar yang pernah kukenal,” Dia lalu menoleh ke arah Tuan Hadi. “Kenapa ini semua harus terjadi?” Dia justru bertanya.“Kuharap dugaanku salah, Vin,” timpal Tuan Hadi singkat.“Dia yang menggugat cerai pertama kali,” lanjut Vinko. Dia sempat tersendat saat bicara, tampak sangat menahan ra

  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 126 Senyum Penuh Maksud

    Rania semakin bahagia saat dia terbangun di pagi yang terik, Tama masih tertidur di sebelahnya. Pria itu memejamkan mata, namun bibirnya tersenyum tipis seakan tengah mengalami mimpi indah. Tanpa sadar Rania juga ikut tersenyum. Dia pandangi Tama dengan jemarinya yang memainkan anak rambut Tama. Kemudian Rania mengecup kening Tama tipis, berusaha agar Tama tidak terbangun.Sambil mengendap-endap Rania keluar dari kamar, mulai menuruni tangga menuju dapur besar yang ada di lantai bawah. Di sana Rania sudah disambut oleh salah satu pelayannya yang tampak bahagia karena akhirnya Rania kembali. Keduanya melepas rindu, lantas Rania mengajak pelayannya itu untuk membantunya menyiapkan sarapan untuk Tama.“Kamu sedang apa?” tegur Tama, dengan wajah bangun tidur menghampiri Rania yang sibuk menata meja makan.“Aku menyiapkan sarapan kesukaanmu. Nasi goreng,” jawabnya.Tama mengulaskan senyum tipis. Kemudian dia menarik kursi dan duduk sembari menunggu Rania selesai menyiapkan hidangan.“Aku b

  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 125 Menikmati Sentuhan

    Tama mendorong kepala Rania untuk bersandar di atas lengannya, sambil pria itu mengelus lembut kepala Rania demi menenangkan tangisan istrinya itu. Sesekali Tama mengecup kening Rania yang masih terus menangis. Udara yang semua terasa begitu dingin, perlahan sedikit hangat bersamaan dengan dua tubuh mereka yang perlahan mulai menyatu.“Malam ini kamu tinggal di sini bersamaku,” tandas Tama. “Biar Arif yang menjaga Athar,”Mata Rania yang sembab sempat berkedip dua kali untuk berpikir. Namun Tama buru-buru membungkam bibir Rania dengan telunjuknya, seakan mengerti bahwa wanita itu sebentar lagi akan mengelak.“Turuti aku untuk kali ini,” pinta Tama lembut.Tama mulai bangkit berdiri untuk mengambil ponsel. Namun gerakannya harus berhenti ketika Rania menarik ujung kemejanya.“Apakah aku bisa mempercayaimu lagi?” tanya Rania bimbang.Tama berkedip pelan satu kali. “Aku tidak memintamu mempercayaiku. Hukumlah aku, Ran,” jawab Tama.“Bukankah empat tahun berpisah itu sudah cukup menghukum

  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 124 Hukum Aku

    Tama terus mendorong dan mengulum bibir Rania seakan tidak memberi kesempatan wanita itu untuk sedikit mengambil nafas. Seperti sebuah hasrat yang telah dipendam bertahun-tahun, dan kini Tama bisa mengeluarkannya dengan begitu dahsyat hingga sulit dibendung. Rania hampir saja kewalahan dan tidak menyadari tangannya mendorong kencang sebuah vas yang tergeletak di sisi ruangan. Suara vas yang pecah berkeping-keping membuyarkan suasana diantara keduanya, membuat Tama menjauh dari tubuh Rania untuk mengecek keadaan. Nafas keduanya tersengal, gugup luar biasa hingga wajah mereka memerah. Sesekali Tama melirik ke arah Rania yang juga begitu gugup dan mencoba untuk menguasai diri.“Bukankah ini vas langka favoritmu?” Rania mencoba membersihkan sisa vas yang ada. Dia membungkuk, mengambil pecahan yang paling besar. “Argh!” Tanpa sadar tangan Rania tergores ujung runcing pecahan vas itu.Tama seketika melonjak dan menarik tangan Rania yang terluka. Dia kecup tangan itu, dengan niat ingin meng

DMCA.com Protection Status