Suasana yang terasa sangat mencekam, seketika saja membuat Prilly langsung menciut tanpa berani mengucapkan sepatah kata apapun di tengah-tengah amukan dari Sarah kepada Tuan Omar yang telah membawa Prilly ke istana tempat tinggal mereka.
"Sarah, tenangkan dirimu. Akan aku jelaskan semua, tetapi, tidak sekarang dan tidak juga di tempat ini!"Tuan Omar menegaskan kepada Sarah, tetapi, saat itu Sarah sudah benar-benar tidak tahan lagi untuk menunggu sampai waktu yang Tuan Omar tetapkan untuk memberikan penjelasan kepada dirinya.Sarah ingin mendapatkan jawaban dengan segera, dan tentu saja Sarah pun juga menginginkan tindakan yang jelas dari Tuan Omar untuk menentukan tempat yang tepat untuk istri sah pertamanya— yaitu, Sarah, dan istri mudanya, Prilly."Kita akan bicara di ruang kerjaku. Dan, Prilly, kamu pergilah ke kamar dan persiapkan dirimu untuk acara malam ini." Tuan Omar sudah memberikan perintah kepada Prilly, dan selanjutnya, Tuan Omar pun langsung saja menggiring Sarah ke ruang kerjanya untuk memberikan semua penjelasan yang Sarah inginkan.Dan saat itu, Prilly ditinggal sendirian di istana yang besar. Saat itu, Prilly tidak tahu harus pergi ke mana; karena dari sekian banyaknya kamar yang ada di rumah itu, Prilly tidak bisa mengetahui yang manakah kamar yang dimaksud oleh Tuan Omar.Rasa kebingungan melanda Prilly. Sesaat ia merasa gemetar ketakutan ketika berada di rumah yang besar itu— seakan-akan, Prilly bisa saja tersesat di dalam sana. Rumah itu terlalu besar.Di tengah-tengah rasa cemas yang Prilly rasakan, tiba-tiba suara asing datang kepadanya untuk menunjukkan ke mana arah yang benar untuk bisa diambil oleh Prilly.Mengaku jika dirinya adalah pelayan senior di kediaman Tuan Omar— dari cara bicara serta setiap gerakan kecil yang ditunjukkannya, jelas terlihat jika dia adalah seorang pelayan yang terlatih."Selamat datang, Nyonya Prilly. Mari, akan saya tunjukkan di mana kamar Nyonya."Dengan cara bicaranya yang khas, seketika saja hal itu membuat Prilly langsung merasa segan kepadanya. Dan tanpa dipaksa, Prilly pun hanya bisa mengikuti ke mana pelayan senior itu membawa dirinya.Menaiki anak tangga untuk sampai ke lantai dua istana itu— dan kemudian dilanjutkan dengan menyusuri lorong-lorong yang di mana hampir seluruh dindingnya dihiasi dengan lukisan-lukisan dari para seniman ternama.Kelasnya benar-benar jauh berbeda!Sepanjang perjalanan itu, tak bisa Prilly berhenti mengagumi setiap sudut hiasan yang ada di istana itu. Bahkan, saat sampai di kamar yang telah disiapkan untuk dirinya, Prilly pun tidak luput dari rasa kaget."Mulai sekarang, ini adalah kamar pribadi Nyonya. Semua yang ada di sini adalah milik Nyonya pribadi. Jika mungkin ada sesuatu yang kurang, silahkan beritahu kepada saya. Mulai sekarang, saya akan bertugas untuk melayani Nyonya."Pelayan senior itu memperlakukan Prilly dengan sangat hormat.Kehormatan yang selama ini tidak pernah Prilly dapatkan di dunia yang selama ini ia tinggali, tetapi kini, di dunia baru yang ia masuki karena keterpaksaan— di dunia itulah Prilly justru mendapatkan kehormatan yang tak pernah bisa ia dapatkan sebelumnya."Nyonya tidak perlu melakukan hal-hal kecil, seperti membersihkan tempat tidur dan juga ruang pribadi Nyonya, karena semua itu akan dilakukan oleh para pelayan. Jadi, Nyonya tidak perlu repot-repot. Dan jika Nyonya memerlukan sesuatu, jangan ragu untuk memanggil saya— Miss Lim."Miss Lim— dia adalah pelayan senior di keluarga Tuan Omar. Hampir seluruh garis keturunan keluarga Lim, bekerja untuk melayani keluarga Tuan Omar. Dan saat ini, sudah sampai ke garis keturunan ketiga, yaitu, Lim Hana, atau lebih akrab disapa Miss Lim.Prilly benar-benar sangat tidak bisa untuk terbiasa dengan segala hal baru yang ia temui di tempat itu. Ia merasa jika dirinya telah terlempar ke dunia fiksi yang di mana hanya di sanalah ia bisa mendapatkan semua kemegahan itu.Namun, di samping semua kemegahan yang ada, pikiran Prilly masih saja belum bisa lepas dari pemikiran tentang Sarah dan Tuan Omar.'Mungkin saat ini mereka sedang bertengkar ....'Prilly merasakan perasaan bersalah yang mendalam di hatinya. Rasanya benar-benar sangat menyiksa saat ia terus memikirkan tentang Sarah dan Tuan Omar.***Firasat buruk yang Prilly rasakan tidak pernah salah. Semuanya selalu saja benar.Sesuai dengan dugaan Prilly, saat ini di ruang kerja Tuan Omar, terdengar jelas jika Sarah sedang berdebat dengan Tuan Omar atas penolakannya terhadap kehadiran Prilly di rumah mereka."Sudah aku larang, tetapi kamu masih saja keras kepala ingin menjadikan wanita itu sebagai istrimu. Apakah kamu benar-benar sudah tidak peduli lagi dengan perasaanku, Mas?"Kemarahan Sarah memang sangat wajar. Memang bukan hal yang mudah untuk menerima jika suaminya kini harus dibagi dengan wanita lain."Hanya karena aku tidak bisa memberikan kamu anak ... tega kamu menduakan aku? Bukankah sudah dokter jelaskan sebelumnya? Bukannya aku tidak bisa memberikan kamu anak, Mas— hanya saja, saat ini masih belum bisa. Kita harus sabar!""Tapi, sepertinya kamu sangat tidak sabar sampai-sampai kamu membawa wanita asing ke rumah ini. Jadi, berapa banyak uang yang kamu habiskan untuk membeli wanita murahan itu?"Kemarahan sudah menguasai Sarah, dan pada saat itulah, Sarah benar-benar tidak akan bisa mengendalikan dirinya lagi."Tidak terlalu mahal," ungkap Tuan Omar."Dia terdesak karena hutang yang Ibunya miliki. Ibunya bahkan diancam oleh beberapa orang, dan karena hal itulah dia meminta bantuan kepadaku. Aku hanya memberikan sedikit uang untuk membayar nyawa Ibunya."Tuan Omar menjelaskan semua yang terjadi. Tidak ada hal yang ditutupi oleh Tuan Omar. Semua yang Tuan Omar katakan adalah kebenaran yang sesungguhnya terjadi."Hubungan ini tidak akan berlangsung lama. Hanya sampai dia bisa memberikan apa yang aku inginkan. Dan setelah itu, aku akan langsung membuangnya kembali ke tempat di mana dia seharusnya berada," ungkap Tuan Omar lagi."Lalu, bagaimana dengan anaknya?" tanya Sarah.Tuan Omar tersenyum kecil. "Menurutmu apa lagi yang akan ku lakukan dengan anak itu? Membuangnya juga? Kau gila! Tentu saja aku tidak akan melakukan itu.""Dia anakku, jadi dia milikku. Yang aku inginkan hanyalah anak— bukan Ibunya!" tegas Tuan Omar."Kamu yakin tidak akan berubah pikiran? Bagaimana jika wanita itu membuat kamu jadi menginginkan dia juga?" tanya Sarah."Kau gila! Kenapa berpikiran seperti itu? Apakah kau pikir aku akan jatuh pada godaan kecil seperti itu? Tidak akan! Akan ku jamin itu!" tekan Tuan Omar."Pertahananku tidak akan runtuh hanya karena godaan kecil dari wanita kelas bawah!"Sarah terdiam sesaat mendengar apa yang barusan saja Tuan Omar tegaskan. Rasanya sulit untuk mempercayai hal itu, karena Sarah memiliki firasat tidak enak tentang hubungan yang beresiko itu."Akan ku pegang kata-katamu, Mas. Dan ingatlah; jika sampai kamu melanggar apa yang kamu katakan, maka aku akan memberikan pelajaran terburuk kepada wanita itu! Ingat itu!" tekan Sarah.Dengan hati yang berdebar-debar, Sarah melangkah dengan mantap menuju tangga yang membawanya ke lantai dua rumah mereka. Cahaya lembut dari lampu gantung yang menghiasi lorong lantai dua memancar, memberikan atmosfer yang tenang dan misterius. Saat ia mencapai pintu kamar Prilly, ia menggenggam gagang pintu dengan tangan gemetar penuh emosi.Sarah mengetuk pintu dengan kuat, dan setelah beberapa detik, pintu ia buka secara perlahan.Di balik pintu itu, Sarah langsung bisa melihat Prilly— istri muda suaminya, yang tampaknya sedang sibuk dengan sesuatu."Nyonya Sarah ...?" Prilly yang tampak kaget dengan kehadiran Sarah di kamarnya, seketika saja ia langsung melepaskan fokusnya, dan kini berdiri tegap menghadap Sarah. "Ada apa, Nyonya Sarah?"Sarah masuk ke dalam kamar dengan langkah yang tegas, dan bersamaan dengan itu pintu pun tertutup di belakangnya. Dengan suara yang tegas pula ia pun mulai berbicara, "Bukankah kamu merasa jika saat ini ada sesuatu yang harus kita berdua bicarakan?
Dalam kamar yang sepi dan dipenuhi dengan aura kesedihan, Prilly duduk sendiri, masih terhanyut dalam perasaan kebingungannya. Ia merasa kesepian dan merindukan kehadiran Ibunya, yang selalu memberikannya dukungan dan kekuatan dalam situasi yang rumit ini.Air mata Prilly masih mengalir, menggambarkan betapa rapuhnya hatinya dalam menghadapi semua tekanan ini.Namun, tiba-tiba, suara pintu yang terbuka memecah keheningan kamar. Prilly memandang ke arah pintu, dan di ambang pintu yang baru saja terbuka, dia melihat Tuan Omar berdiri. Wajahnya yang serius dan misterius menambah ketegangan dalam ruangan tersebut.Prilly menelan ludah, mencoba menyingkirkan air mata dan mengendalikan perasaannya.Prilly merasa getaran ketegangan di dalam dirinya ketika Tuan Omar muncul di ambang pintu kamar. Dalam sekejap, ia menyadari bahwa ini adalah momen yang harus dihadapi dengan ketenangan dan keberanian. Dengan cepat, ia bangkit dari tempat duduknya.Dalam hitungan detik, Prilly memaksakan senyuman
Waktu berlalu begitu cepat, dan tanpa Prilly sadari, malam yang ditunggu-tunggu telah tiba. Cahaya lampu gantung yang hangat menerangi lorong menuju lantai bawah, di mana suasana pesta mulai memanas. Prilly merasa berdebar-debar saat mendengar suara riuh yang berasal dari bawah, yang menandakan bahwa para tamu telah datang.Prilly berdiri di depan cermin di kamarnya, mengatur gaun yang diberikan Tuan Omar. Gaun itu mengalir begitu elegan dan sesuai dengan acara pesta malam ini. Rambutnya diikat dengan rapi, dan makeup-nya sangat halus, menyoroti kecantikan alaminya.Saat Prilly menyelesaikan penampilannya, Miss Lim, pelayan senior di rumah Tuan Omar, datang dengan lembut mengetuk pintu kamarnya. "Nona Prilly, tamu-tamu sudah mulai berkumpul di bawah. Tuan Omar sangat menantikan kedatangan Nona," kata Miss Lim dengan senyum ramah.Prilly mengangguk, meskipun jantungnya berdegup lebih cepat.Prilly mengikuti Miss Lim turun ke lantai bawah, di mana suasana pesta begitu hidup. Tamu-tamu y
Prilly merasa hatinya berdebar-debar saat ia memandangi luar jendela klub malam. Cahaya neon menyilaukan, memancar ke gelapnya malam. Ini adalah malam yang sangat istimewa. Klub malam tempatnya bekerja sedang mempersiapkan kedatangan seorang tamu penting, Tuan Omar Malik. Sebagai salah satu orang terkaya dan terpandang; ketenarannya sudah menjalar ke seluruh penjuru kota.Dengan gaun malam yang elegan, Prilly mengatur rambutnya dengan hati-hati dan mengecek penampilannya sekali lagi. Ia ingin memberikan kesan yang baik pada tamu penting ini. Sebagai seorang pelayan di klub, ia memiliki tanggung jawab untuk memastikan semua berjalan lancar.Tiba-tiba, pintu masuk klub terbuka, dan Tuan Omar Malik masuk dengan langkah elegan. Prilly merasakan tatapan dari semua orang di klub yang tertuju pada Tuan Omar. Dalam sekejap, atmosfir di klub berubah. Prilly merasa tangannya sedikit gemetar ketika ia berjalan menuju meja Tuan Omar untuk mengambil pesanannya."Selamat malam, Tuan Omar. Apakah ad
Dalam kecemasan yang merayap, Prilly merasa terjepit oleh situasi yang tak bisa ia kendalikan. Ia merasa sangat khawatir dengan apa yang menimpa ibunya, namun kenyataannya, Prilly merasa tak berdaya untuk memberikan banyak bantuan.Tidak hanya masalah keuangan yang membuat Prilly merasa terbatas, tapi juga waktu yang makin menyusut. Padatnya jadwal pekerjaannya tak memberinya ruang untuk merespons dengan cepat. Kewajiban pekerjaannya merenggut waktu berharga yang mungkin bisa digunakan untuk mencari solusi bagi ibunya.Saat Prilly berusaha mencari jawaban di tengah kekacauan ini, teman seperjuangannya datang, menghadirkan beban baru."Hey!? Apa yang kamu lakukan di sini, Prilly?! Apa kamu sedang bermalas-malasan?!"Tidak ada istirahat bagi Prilly, bahkan ketika ia membutuhkan waktu untuk merenung dan merencanakan langkahnya."Maaf. Tadi aku hanya menjawab telpon dari Ibuku. Maafkan aku. Aku tidak bermaksud untuk bermalas-malasan," jelas Prilly yang tak ingin membuat teman seperjuangan
Tuan Omar terkejut, matanya melebar, ketika Prilly mengajukan penawaran yang tak terduga.Saat Prilly mengutarakan rencana yang tak lazim itu, suasana berubah menjadi seakan waktu berhenti sejenak.Meskipun terkesan sebagai langkah yang nekat, gairah untuk memahami lebih dalam terus menggelora di dalam diri Tuan Omar. Dengan tegas, dia menginstruksikan semua orang untuk meninggalkan ruangan, menciptakan kedamaian dan kesendirian di antara warna-warni lampu yang memenuhi klub tersebut."Tuan Omar, saya tahu ini terdengar gila, tapi saya tidak punya pilihan lain. Ibuku berada dalam bahaya besar, dan satu-satunya cara untuk menyelamatkannya adalah dengan memiliki uang yang sangat besar."Prilly berusaha tetap tegar menjelaskan kepada Tuan Omar. Dan pada saat itu, Tuan Omar tentu merasa bingung walaupun sudah dijelaskan mengenai alasan dibalik tercetusnya ide gila itu."Tapi Prilly, mengapa harus seperti ini? Mengapa Anda mengajukan tawaran yang begitu ekstrim? Dan apakah kamu sudah memp
Setelah Prilly merayu dengan penuh harap dan bahkan bersujud di depan Tuan Omar, akhirnya sang tuan memberikan respon yang dinantikan.Dengan suara tegas, Tuan Omar mengungkapkan kesediaannya untuk membantu Prilly. Namun, tawaran ini tidak datang tanpa syarat. Dengan tenang, Tuan Omar menjelaskan bahwa dia adalah seorang pengusaha cerdas yang selalu mencari keuntungan dalam setiap situasi. Karena itu, dia tidak akan memberikan bantuan begitu saja, terutama karena jumlah uang yang diminta oleh Prilly tidak sedikit."Dalam dunia bisnis, tidak ada yang diberikan secara cuma-cuma," ujar Tuan Omar dengan pandangan tajam."Sebagai pengusaha yang berpengalaman, saya telah belajar bahwa setiap tindakan harus menghasilkan keuntungan. Jadi, sebelum saya membantu ibumu, kita perlu meluruskan perjanjian yang menguntungkan bagi kita berdua."Tatapan Prilly memperlihatkan kebingungan dan ketidakpastian.Tuan Omar melanjutkan, "Saya ingin kamu memahami bahwa ini adalah bisnis. Sebelum saya menyelama
Takdir telah memainkan perannya dengan begitu kuat sehingga segala sesuatu yang pernah ia harapkan dan impikan tampaknya telah berubah tak terelakkan.Meski hatinya meronta dan perasaannya berkecamuk, Prilly terpaksa menghadapi kenyataan bahwa ia harus mematuhi janji yang telah ia buat kepada Tuan Omar.***Kabar tentang pernikahan Tuan Omar dan Prilly meluas dengan cepat seperti api yang menjalar di seluruh penjuru kota.Seperti isu yang sulit ditahan, cerita ini menjadi perbincangan hangat di setiap sudut, mengundang perhatian dan kontroversi sekaligus. Tidak dapat dihindari, berbagai sudut pandang muncul di tengah masyarakat yang mendengar kabar tersebut.Semua orang memiliki pendapat masing-masing tentang pernikahan ini. Ada beberapa pihak yang mengucapkan selamat dengan tulus untuk pernikahan itu. Namun, di sisi lain, ada juga yang merasa skeptis dan mencurigai motif di balik pernikahan itu.Beberapa pihak, termasuk pihak asing yang tidak terkait langsung, memandang Prilly dengan