Aldi sudah beberapa kali mencoba menghubungi Ayuda via panggilan video, tapi tidak ada jawaban dari sang atasan. Tanpa Aldi tahu, Ayuda meninggalkan ponsel di kamar dan masih sibuk bicara dengan Raga di depan kamar pria itu. "Sepertinya Nona sedang sibuk, bisa tidak berikan nomor kontakmu saja?" pinta Aldi ke Dira. "Bisa tidak berikan kontak dia saja?" Aldi tak lantas menjawab, dia pandangi wajah Dira yang masih masam karena sudah dibuatnya jatuh tadi. "Bagaimana kalau sama-sama memberikan nomor?" tawar Aldi, dia berharap Dira mau melakukannya. Saat gadis itu mengangguk dan merogoh kantung celana, Aldi tersenyum senang bahkan memukul sisi lengan Dira sedikit kencang sampai gadis itu melotot. "Astaga! Pria ini sangat aneh," gumam Dira. _ _ "Jangan kembali ke Aussie! cuma kamu temanku di sini." Ayuda merayu, meski tak ingin membalas perasaan Raga tapi dia juga tidak ingin pria itu sampai meninggalkannya. Egois. Satu kata yang tepat disematkan untuk Ayuda. Namun, jujur dia hany
Hari pergi sebelum Ayuda dan Aldi sampai. Semua keputusan kini berada di tangan dokter Thomas yang sedang dirundung dilema. Sial baginya berurusan dengan orang-orang yang memiliki hubungan rumit itu. Dokter itu gundah, apa yang harus dia lakukan, dirinya bahkan hanya melakukan perintah sesuai dangan nominal uang yang ditawarkan masing-masing orang. Keserakahan membuat dokter Thomas kena batunya. Dia kini duduk termenung di ruang praktik hingga membuat beberapa orang yang hendak melakukan perbuatan keji mengaborsi janin tak berdosa menunggu dengan cemas."Kenapa pria itu meminta aku menggugurkan kandungan Ayuda jika dia benar hamil, ada masalah apa sebenarnya ini?"Dokter Thomas termenung dan terus berpikir, hingga memutuskan satu hal yang tak Hari sangka. __"Apa?"Ayuda dan Aldi tak percaya mendengar cerita dokter Thomas. Ayuda bahkan tak menyangka sang papa akan sejahat itu kepadanya. Meski dia tahu mungkin niat Affandi baik agar dia tak terjerat ke dalam rasa penyesalan di kemud
Ayuda kini hanya perlu menyembunyikan kehamilannya dari semua orang, lantas berpura-pura terkejut dan marah ke Jiwa saat waktunya tiba. Sayang, dia masih tidak tahu Jiwa sudah mengetahui semua rencananya. Jiwa yang tak mendapatkan balasan dokter Thomas merasa cemas dan pergi ke klinik pria itu. Namun, dia tidak menemukan orang yang dicari. Hanya seorang penjaga yang menjawab bahwa hari ini dokter Thomas memilih mengakhiri pekerjaannya lebih cepat. Jiwa merasa aneh, tapi masih tak ingin berpikir yang macam-macam, meski dokter Thomas tak membalas rentetan pesannya. Ia tidak tahu kalau dokter itu sudah bersiap untuk melarikan diri sementara waktu dari negara ini. Alhasil, Jiwa tidak akan tahu apa proses bayi tabung itu berhasil sebelum Ayuda mengungkapnya sendiri. _PYARBunyi gelas yang pecah membuat penghuni rumah yang hendak makan malam kaget. Ayuda bahkan sampai menghentikan langkah dan menoleh. Ia mendapati Susi berdiri dengan gemetar karena baru saja memecahkan jus jambu yang d
Jiwa yang baru saja mengancam Linda meninggalkan wanita itu begitu saja. Linda jelas tak menyangka kalau putranya bisa berkata seperti itu hanya demi membela Ayuda. "Apa yang dilakukan Wangi? Apa dia tidak sadar kalau suaminya mulai menyukai gadis itu?" gerutu Linda. Ia berkacak pinggang sambil membuang muka. Masih tak menyangka jika putra sulungnya mulai membela Ayuda. Di kamarnya, Raga juga merasakan ada yang janggal, tapi belum tahu pasti apa itu. Kecurigaannya mengarah ke Ayuda, tapi Raga memilih menepis perasaan itu. Lagi lupa dia sudah berjanji tidak akan peduli lagi pada wanita yang secara halus menolak cintanya itu. _"Katakan Bik, apa yang kamu tahu?"Ramahadi mengulang pertanyaan karena bik Nini hanya diam tak menjawab. "Tuan, Anda jelas tahu saya bisa bertahan jauh lebih lama menjadi pembantu di rumah ini karena satu hal, sejak dulu saya tidak pernah mencampuri urusan pribadi majikan."Jawaban bik Nini cukup menampar Ramahadi. Meski dikatakan dengan kalimat yang sangat
Benar apa yang dicemaskan oleh Jiwa, baru saja bik Nini berlalu dari pandangannya, sang istri sudah berdiri tak jauh dan memandang curiga kepadanya. Ayuda perlahan mendekat, dia mencoba membaca ekspresi wajah Jiwa yang dia yakini belum tahu tentang keberhasilan proses bayi tabung yang dilakukan, karena Dokter Thomas lebih dulu kabur sebelum mengatakan apa yang terjadi. "Belum tidur?"Jiwa menunjukkan perhatian, tapi bukan hal ini yang Ayuda harapkan, wanita itu memalingkan wajah melihat punggung bik Nini menjauh sebelum kembali memandang Jiwa. "Apa yang kalian bicarakan?" tanya Ayuda tanpa berniat menjawab pertanyaan Jiwa sebelumnya."Apa soal gelas jus pesananku yang jatuh dan pecah di tangan Susi? Kamu pasti tahu apa yang aku pikirkan sekarang," selidik Ayuda. Ia bertekad tidak akan membiarkan Jiwa pergi sebelum menjawab pertanyaannya. "Terkadang menjadi tak tahu akan jauh lebih baik."Ayuda merasa Jiwa sedang menyindir sekaligus menasihati. Namun, ini malah semakin menguatkan du
Seolah sengaja mempersiapkan diri untuk menghabisi Linda. Pagi itu Ayuda menggunakan setelan berwarna merah. Ia tiba terakhir di ruang makan lalu duduk tanpa menyapa Raga seperti biasa. Ayuda bersikap masa bodoh, dia berpikir bahwa waktunya terlalu berarti hanya untuk memikirkan Raga yang merajuk seperti anak kecil. Meskipun sebenarnya ada alasan lain, dia memang tidak bisa memberikan hatinya ke Raga. Ayuda harus fokus ke tujuannya untuk segera membuat keluarga Ramahadi berantakan. Karena memikirkan proses bayi tabung, dia sampai mengesampingkan Linda yang berniat membuatnya celaka. "Aku ingin bicara ke Mama," kata Ayuda tanpa memberi kalimat pengantar atau sekadar basa-basi. Linda yang tak menyangka Ayuda akan buka suara terlihat kaget, dia mengambil air minum dulu setelah itu membalas ucapan sang menantu. "Apa yang mau dibicarakan? kamu bisa bicara nanti, haruskah merusak suasana sarapan keluarga?" "Aku tidak berniat merusak sarapan kalian pagi ini, tapi aku butuh saksi, karen
"Haruskah aku melaporkan ini ke polisi?"Ayuda menyeringai, dia puas membuat Linda mati kutu di depan anak dan suaminya.Ramahadi yang sudah kehilangan selera makan memilih untuk meninggalkan meja, dia bahkan berucap ke Ayuda untuk melakukan apapun yang dia inginkan. "Kalau kamu memang ingin melaporkan dia ke polisi, laporkan saja!""Papa!" Linda kalang kabut, dia menyusul suaminya ke luar untuk meminta maaf. Ayuda yang merasa belum puas dengan pembalasannya ke Linda, tak lama juga pergi dari ruang makan. Ia berjalan disusul Aldi yang selalu menjadi orang pertama yang bisa diandalkan. Ayuda kembali menarik sudut bibir melihat Linda sampai harus mengejar mobil Ramahadi yang hampir melewati gerbang. Linda terlihat sangat kacau, wanita itu berjalan cepat seolah ingin menerkam Ayuda, tapi Aldi dengan sigap meminta sang nona masuk ke dalam mobil. Linda semakin kesal, dia bahkan memukul bagian depan mobil yang dikendarai Aldi sambil memaki. "Awas kamu! Dasar Wanita jalang!"Bersamaan
Malam itu, suara kendaraan roda empat yang dinaiki Raga menggema memenuhi jalanan sepi di sekitar kawasan kota. Sudah hampir jam sebelas malam membuat jalanan itu hanya dilalui beberapa kendaraan yang melintas. Raga ingin mabuk malam itu, dia ingin melupakan rasa sakit yang disebabkan oleh Ayuda. Setibanya di kelap, seperti biasa, Raga menunjukkan kartu identitas diri agar bisa memasuki kawasan yang sangat terlarang untuk anak-anak dibawah umur itu. Setelah masuk, Raga mencari tempat duduk strategis yang berada di sudut ruangan yang bisa melihat sekitar dengan leluasa. Selangkah demi selangkah kakinya menuju ke sudut ruangan, beberapa wanita sudah siap untuk menggodanya, dengan santai tangan kanan Raga memegang pantat ataupun wajah wanita yang menggodanya dengan senyuman manis yang ditampakkan. Sambil mengatakan jika dia ingin sendirian dulu. Raga menenggak minuman dari gelasnya beberapa kali, Selang beberapa menit dia memanggil dua wanita yang biasa disewa untuk duduk menemani d