Beranda / Romansa / Istri Muda Sang Presdir / Bab 189 : Pindah Ke Penthouse

Share

Bab 189 : Pindah Ke Penthouse

Penulis: Adinasya Mahila
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Bagai orang yang tak memiliki dosa, Jiwa pulang ke rumah larut malam. Ia menaiki anak tangga pelan-pelan hingga suara tapak kakinya nyaris tak terdengar. Jiwa terus menunduk seolah memerhatikan langkah. Bibirnya tersenyum masam, kesepian adalah teman setia baginya semenjak Ayuda pergi. Hingga, saat dia baru saja merebahkan tubuh di atas ranjang bekas kamar Ayuda, suara Raga terdengar menggelegar. Adiknya itu ternyata belum tidur dan sengaja menunggunya pulang.

“Jiwa, dasar brengsek. Kenapa kamu tidak datang? Sialan, Sienna marah karena mengira aku yang memesan PSK itu.”

Raga yang sudah mengomel terdiam mendapati Jiwa terlentang dengan sebelah lengan menutup mata. Hatinya seketika merasa iba, perasaan marah yang sudah dia tahan sejak tadi menguap bak buih melihat sang kakak seperti itu.

“Kita bertengkarnya besok saja. Aku lelah,” lirih Jiwa.

Raga membuang napas kasar, sejak kecil dia sama sekali belum pernah melihat Jiwa serapuh ini. Bahkan saat menghadapi masalah, Jiwa tak pernah menu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (20)
goodnovel comment avatar
Ra_eonni
berarti mb Yu sama mas Jiwa masih sah nih yaa
goodnovel comment avatar
Eita Mohamad
Sambung thor
goodnovel comment avatar
Eenok Khus
km GK bisa beli Popo kan ada kakekny yg beliin ......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 190 : Mendatangi Gedung Itu

    Meski benci ke Bowo, tapi hari itu Dira terpaksa menemui pria itu di rumahnya. Dira ingin Bowo membantunya sebagai ayah tiri untuk menerima lamaran dari Aldi.“Kamu, mau nikah sama dia?”Bowo melongo, mukanya jadi bego bahkan Randy sampai harus menyenggol lengan sang papa untuk menyadarkan agar tidak bersikap seperti itu di depan Dira dan Aldi.“Kenapa? aku dan mas Aldi saling cinta, untuk apa pacarana lama-lama,” jawab Dira sedikit ketus, seharusnya dia bersikap manis karena sedang meminta bantuan.Tak terdengar kapan berhubungan dan kini mau lamaran jelas membuat Bowo kebingungan. Dia pandangi Aldi yang hari itu memakai pakaian kasual, karena biasanya pria itu mengenakan setelan jas rapi saat menemuinya.“Kapan kalian pacarannya?”Akhirnya Randy memberanikan diri bertanya, dia memang beberapa kali bertemu dengan Dira. Randy menyadari di mana ada kakaknya pasti ada Aldi.“Tiga bulan yang lalu, kenapa?” Dira menjawab masih dengan nada tak bersahabat. “Aku ingin menikah sama mas Aldi,

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 191 : Aku Akan Datang

    "Dia sangat mirip denganmu," ucap Ramahadi. "Dan juga Jiwa."Semenjak Ayuda bersembunyi, pria itu memang tak pernah menyinggung soal putra sulungnya. Ramahadi berusaha menjaga perasaan Ayuda agar tak terbebani dengan tak membahas Jiwa. Namun, kali ini tentu berbeda. Cucunya sudah lahir dan Jiwa pun sudah berpisah dengan Wangi, Ramahadi ingin berusaha mendekatkan keduanya. "Bik Nini juga mengatakan hal yang sama,"jawab Ayuda, dia pandangi Nala yang masih berada di gendongan sang mertua. Ayuda berpikir, haruskah dia bertemu dengan Jiwa? Pria itu pasti sudah bahagia dengan Wangi. Ia beranggapan keduanya masih bersama. Sementara itu, Ramahadi juga tidak pernah membahas perpisahan Jiwa dan Wangi. Bukannya tak ingin bercerita, tapi dia ingin Ayuda tahu dengan sendirinya. "Minggu depan, apakah aku harus datang ke perusahaan, Pa? Aku sedikit ragu. "Ayuda mulai berbicara hal serius, hingga Ramahadi memanggil nama bik Nini untuk bisa mengambil alih Nala dari gendongannya. Ia meminta wanita

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 192 : Ms. AA

    Hari itu Ayuda gelisah, dia sudah menggunakan setelan kerja rapi. Bahkan semalam selain menyiapkan bahan presentasi yang akan dia sampaikan saat rapat di RG group, Ayuda juga menyiapkan diri jika sampai berhadap-hadapan langsung dengan Jiwa. Namun, saat dia selesai sarapan dan hendak berangkat, entah kenapa Nala rewel. Putrinya itu terus menangis dan bahkan tidak mau menyusu. “Apa dia tahu aku akan pergi kerja ya, Bi?” Ayuda menimang Nala dan menepuk punggung bayi yang belum genap berumur satu bulan itu. “Atau dia tidak ingin aku bertemu Jiwa.” Bik Nini yang dimintai pendapat jelas menyanggah dua kemungkinan itu. Baru kemarin Ayuda bersemangat untuk menghadapi apa yang akan terjadi hari ini. Ia juga mendapat pesan dari Ramahadi agar membuat Ayuda berani kembali menjalani rutinitas yang sempat dia tinggalkan. Jadi, bik Nini mencoba membantu menenangkan Nala. Ia mengambil alih bayi itu yang lagi-lagi menangis saat berpindah tangan dari sang mama. “Nala sayang, Mommy cuma bentar kok. S

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 193 : Merindukan Wanita Jahat

    Tatapan mata Jiwa tak sedetikpun terlepas dari sosok Ayuda yang masih berdiri di ambang pintu. Wanita yang dengan tega meninggalkannya itu terlihat jelas tak ingin memandang ke arahnya. Ayuda seolah menghindari kontak mata dengan Jiwa, dan bergegas menuju bagian depan ruangan untuk memulai presentasi.Semua orang yang hadir di rapat itu pun menyimak dengan seksama, setiap penjelasan Ayuda yang dirasa sangat cerdas membuat mereka menganggukkan kepala. Ramahadi bahkan tersenyum senang dengan kepercayaan diri sang menantu, begitu juga Raga yang sibuk menyembunyikan tawa bahagianya. Pria itu berpikir selama ini pasti papanya lah yang membantu Ayuda bersembunyi.Raga melirik Jiwa, kakaknya itu terus memandangi Ayuda dengan ekspresi datar. Hingga dengan jelas dia memergoki pandangan dua orang itu bersirobok. Raga tersenyum miring bersamaan dengan Ayuda menutup presentasinya.Wanita itu menunduk mengucapkan terima kasih ke semua orang. Hal yang membuat Jiwa tercengang karena Ayuda sama sekal

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 194 : Selusin Bayi

    Pertemuan antara dua orang yang saling merindu seharusnya penuh romansa. Pelukan, sapaan hangat yang keluar dari lisan, atau sekadar tatapan penuh kasih yang bisa mengungkapkan segala hasrat yang tertahan di dada.Namun, semua itu hanya angan semu yang tidak mungkin bisa Ayuda dapatkan. Jiwa, pria itu malah melempar tatapan dingin penuh kebencian kepadanya.‘Dia memang pantas melakukan itu, dan aku juga pantas mendapatkannya’Ayuda bergelut dengan pikirannya sepanjang perjalanan pulang. Ari yang tahu sesuatu yang kurang mengenakan pasti telah terjadi memilih menutup mulut. Hingga Ayuda tersadar dari lamunan dan mengingat putrinya.“Apa bisa cepat sedikit, aku takut Nala masih saja rewel.”Ayuda panik bahkan menggigit kuku ibu jarinya. Ia juga harus menahan rasa nyeri di bagian payudara karena seharusnya Nala sudah mendapatkan ASI lagi.__Setelah tak bisa mengejar Ayuda, Jiwa memutuskan menuju ruang kerja Ramahadi. Sambil melonggarkan simpul dasi di leher, Jiwa memikirkan pertanyaan

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 195 : Bolehkah Aku Menggendongnya?

    Ayuda berbaring dan memandangi Nala sesampainya di rumah. Ia bersyukur karena sang putri bisa tidur meski tadi sempat rewel. Merasa Nala bisa untuk ditinggalkan, Ayuda bergegas mengganti baju, dia mengambil pompa ASI untuk meringankan rasa penuh di payudaranya.Ayuda mencoba menyamankan dirinya dengan duduk di sofa, dia memakai pompa model handsfree sehingga tangannya masih bisa mengerjakan hal yang lain.Ayuda membuka ponsel, ada sebuah berita yang mungkin akan mengejutkan dia di sosial media. Namun, suara lembut bik Nini lebih dulu mengalihkan pandangannya.“Non, Apa Nona mau dibuatin sayur daun katuk lagi?”Ayuda menoleh lantas mengangguk, tentu saja dia tidak akan menolak masakan berbahan daun yang dipercaya memilik khasiat untuk memperbanyak dan memperlancar ASI itu. Ia butuh stok ASIP di freezer, karena dia harus berjaga-jaga. Mungkin saja sebentar lagi harus meninggalkan Nala bekerja.“Apa Nona tadi bertemu dengan Tuan muda Jiwa?” Tanya bik Nini penuh kehati-hatian. Ia tidak in

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 196 : Reaksi Papa Baru

    Ayuda memberikan Nala ke gendongan Jiwa, meski dengan sedikit rasa takut dan tangan gemetar pria itu akhirnya bisa menggendong putri kandungnya. Nala bahkan nampak tenang dan hanya menggeliat kecil. Ayuda sendiri tak kuasa menahan haru, apalagi dia melihat Jiwa meneteskan air mata, pria itu mengangkat sedikit pundak kanannya untuk mengusap air mata itu.“Kamu beri nama siapa dia?”“Surinala Flair Zivanya, panggilannya Nala.”“Nama yang cantik,” puji Jiwa setelahnya menempelkan hidung ke pipi Nala.Ayuda sendiri memilih keluar, dia bingung bagaimana menghadapi situasi yang sedikit canggung ini, dan sekaligus ingin memberikan kesempatan Jiwa untuk bisa berduaan dengan sang putri. Dia memilih menyiapkan makan malam, meskipun sesekali menoleh ke belakang karena terlalu penasaran apa yang Jiwa lakukan di kamar.“Bi, bisa tidak periksa mereka sedang apa di dalam!”Bukannya langsung menuruti perintah sang Nona, bi Nini malah menggoda. Wanita itu meminta Ayuda mengecek sendiri, siapa tahu Jiw

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 197 : Sendiri Menyimpan Rasa

    “Rindu? Tidak!”Ayuda menjawab diikuti gelengan kepala. Ia duduk di kursinya dengan sikap cuek, meski begitu tetap menyodorkan sayur dan lauk ke Jiwa.“Aku tidak memiliki waktu untuk memikirkan hal lain kecuali Nala. Kamu pasti tahu, ada orang yang tidak menginginkan anak itu lahir.” Ayuda berbicara tanpa menatap wajah Jiwa, dia fokus dengan sayur dan lauk di piring dan mulai menyantapnya.“Begitukah? Jadi hanya aku sendiri yang menyimpan perasaan ini.”Jiwa mengangguk sambil melihat ke piring. Hatinya patah mendengar ucapan Ayuda.“Aku pikir kamu benar-benar mencintaiku, tapi ternyata semua itu palsu.”Ayuda diam, dia hanya mengerjab lantas memasukkan nasi ke dalam mulut. Wanita itu tak ingin membahas masalah hati dengan Jiwa, meski sebenarnya dia ingin berteriak kegirangan mendapati kenyataan Jiwa masih menyimpan perasaan untuknya.“Kita belum bercerai Ayuda, aku juga tidak akan menceraikanmu. Aku akan mengurus kartu keluarga kita.” Cara bicara Jiwa terdengar tegas dan diktator. Ia

Bab terbaru

  • Istri Muda Sang Presdir   Bonchap : Ayuda Jiwa

    Pelukan, kasih sayang dan senyuman tulus kini bisa Jiwa rasakan setiap hari. Hidupnya sudah lengkap dengan kehadiran istri yang sangat dia cintai, juga putri cantik yang semakin hari semakin pintar. Jiwa berdiri sambil memegang cangkir kopi di tangan, dia memandang ke arah Nala yang sudah mulai belajar berjalan bersama bik Nini. Sementara itu, Ayuda bertelanjang kaki menemani dengan perut yang nampak membuncit. Nala, dia pasti terlihat seperti saudara kembar dengan adiknya nanti. “Nala pintarnya!” puji Ayuda, putrinya itu tertawa dan memeluk kakinya. Dia sedikit kesusahan untuk mengusap punggung sang putri karena terganjal perutnya yang sudah besar. Dengan bantuan bik Nini, Ayuda akhirnya bisa menggendong Nala. Namun, tak diduga Jiwa langsung berlari dan meminta Ayuda untuk tidak melakukan itu. “Sayang, kasihan adik Nala nanti,”ucap Jiwa. Bik Nini yang melihat tuannya sangat posesif pun tersenyum. Ia bahkan dibuat malu sendiri dengan tingkah Jiwa yang over protective. “Dari pada

  • Istri Muda Sang Presdir   Bonchap : Aldi Dira

    Aura pengantin baru terpancar jelas dari wajah Dira. Kembaran Ayuda itu nampak sedang duduk bersama mertua dan saudara-saudara Aldi di teras sambil bercanda. Ibunda Aldi menceritakan bagaimana masa kecil pria itu, sampai aibnya yang masih suka minum susu menggunakan dot meski sudah kelas 5 SD.“Besok kalau kamu hamil banyak-banyak sugesti calon bayimu, jangan sampai kayak bapaknya.”Dira tertawa, dia tak sadar Aldi sedang memandanginya. Pria yang sudah resmi mempersuntingnya itu sibuk membantu merapikan kursi yang dipinjam dari RT untuk acara pengajian.“Lha … gimana nggak kayak bapaknya, Bu? Kalau aku hamil ‘kan memang anak mas Aldi, kalau nggak mirip nanti bisa-bisa malah menimbulkan fitnah,”kata Dira.“Maksudnya sifatnya yang jelek-jelek itu lho, Ra!”“Mas Aldi nggak punya sifat jelek, Bu. Mas Aldi itu sempurna buatku.”Aldi yang mendengar pujian sang istri seketika malu. Pipinya bahkan merona merah sedangkan Dira terlihat sangat santai meski orang-orang bersorak menggoda.“Ya begi

  • Istri Muda Sang Presdir   Bonchap : Raga Sienna

    Pernikahan adalah impian setiap wanita, apalagi menikah dengan pria yang sangat dicintai. Begitu juga dengan Sienna, dia tidak pernah menyangka hatinya akan tertambat pada pria casanova seperti Raga. Meski tahu bagaimana sepak terjang pria itu, tapi Sienna yakin, suaminya itu kini sudah berubah. Ibarat panci bertemu tutupnya, mereka saling melengkapi. Membangun pernikahan yang sebenarnya mereka sendiri masih belum begitu yakin.Namun, Raga dan Sienna yakin mimpi-mimpi dan rencana akan mereka temukan seiring berjalannya waktu. Seperti saat ini. Mereka harus menunda bulan madu karena Sienna harus menghadapi ujian semester."Boleh aku bicara serius?" tanya Raga saat mereka berada di dalam salah satu kamar villa milik Ramahadi.Raga teringat akan Ayuda yang mual-mual tadi, setelah ditanya kakak iparnya itu menjawab dia memang belum datang bulan sejak melahirkan Nala. Kata Linda, kemungkinan besar Ayuda pasti hamil lagi."Bicara serius? Apa?"Sienna yang memakai paha Raga sebagai bantalan

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 223 : Adik Nala (TAMAT)

    Tiga bulan kemudianHari yang membahagiakan untuk semua orang akhirnya tiba. Ramahadi mengajak seluruh keluarganya pergi ke villanya yang dulu digunakan Ayuda untuk bersembunyi.Raga baru seminggu menikah dengan Sienna. Bulan madu mereka pun tertunda karena Sienna harus menghadapi ujian semester minggu ini. Raga tidak mau kalau sampai kuliah istrinya itu terganggu hanya karena bulan madu - yang sejatinya sudah sering mereka lakukan sebelum menikah.Affandi juga hadir, dia menerima undangan dari Ramahadi dengan penuh suka cita. Awalnya Affandi ingin mengajak Dira ke sana, tapi putrinya itu lebih dulu menerima ajakan dari sang mertua untuk berkumpul di rumah keluarga besar Aldi.Ayuda nampak memangku Nala, dia menyusui putrinya sambil menatap keluar jendela di mana papanya tengah sibuk mengobrol dengan sang mertua. Ayuda menepuk pantat Nala lembut, dia menoleh kaget kala Jiwa keluar dengan membawa buku - yang dulu selalu menjadi teman saat dirinya merasa kesepian tinggal sendiri di sana

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 222 : Sayang!

    Di saat putra putri mereka sedang berdua dan kembali meleburkan asa, Affandi dan Ramahadi duduk bersama. Ramahadi tak menyangka pria yang seumur hidup terus menganggapnya musuh kini mengajaknya bicara. Affandi bahkan mengeluarkan satu kata yang dia rasa mustahil untuk didengar. “Maaf!” Ramahadi tentu tak bisa percaya begitu saja, setelah hampir berpuluh-puluh tahun menganggapnya musuh, kini Affandi mengucap kata maaf dan terdengar begitu sangat tulus. “Aku tahu perbuatanku salah, dan selama ini aku terlalu malu untuk mengakuinya. Mungkin, pertemuan Ayuda dan Jiwa adalah takdir yang memang sudah ditetapkan, hingga akhirnya aku bisa sadar,”ungkap Affandi panjang lebar. Hening, Ramahadi tak langsung membalas permintaan maaf Affandi. Ia mencoba mencerna dulu, menimbang apakah pria itu tulus atau hanya sekadar meminta maaf agar dirinya tak lagi menaruh prasangka. “Aku sudah lelah bekerja, aku ingin menyerahkan perusahaan ke anak-anakku, dan aku ingin hidup tenang bermain bersama cucu,”

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 221 : Penuh Kasih

    Terkesan nakal, tapi begitulah naluri manusia dewasa. Mereka memiliki birahi yang butuh disalurkan. Ayuda tahu perbuatannya membuat Jiwa semakin ingin menerkamnya. Namun, bukankah itu yang mereka inginkan? Ayuda memindai manik mata Jiwa, di sana terlihat penuh cinta, berbeda dengan tatapan mata pria itu saat pertama kali menyentuhnya. Tak ada perasaan hangat seperti ini, Jiwa bahkan mencekoki dirinya obat perangsang agar nafsunya tersalurkan tanpa perlu ikatan seperti saat ini. Jiwa membelai pipi Ayuda, mencium setiap bagian wajahnya seolah setiap incinya tak ingin terlewatkan untuk dia cicipi. Pria itu menghentikan sapuan bibir di hidung bangir sang istri, sorot matanya seolah meminta izin. “Bisakah aku bisa melakukannya jauh lebih dari ini.” Ayuda tersenyum tipis, tangannya menarik tengkuk Jiwa hingga bibir mereka kembali bertaut. Mereka sama-sama memejamkan mata, menyelami setiap perasaan cinta yang membara. Perlahan tangan Ayuda melonggar dan beralih membuka kancing kemeja Jiw

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 220 : You Are Mine

    Dira masih berada di pelukan Ayuda, meski tak mau membalas pelukan saudaranya, tapi Dira menyandarkan kepala ke pundak ibunda Nala itu. Ia masih tergugu, tak menyangka satu orang datang lagi ke rumahnya dan masuk dengan wajah kebingungan. Aldi menjadi pusat perhatian semua orang, sampai Ayuda melonggarkan pelukan dan Dira memanggil dengan manja nama pria itu.“Mas Al!”“Ra, kenapa kamu menangis?” tanya Aldi bingung, dia hanya diberitahu Affandi akan datang, tapi jika tahu akan membuat calon istrinya menangis, tentu saja Aldi akan melarang. Alih-alih berada di sana tepat waktu, Aldi terjebak lampu merah beberapa kali.“Pak, ini bukan seperti yang Anda janjikan, bukankah ….”Aldi menjeda kata, Dira yang masih sesenggukan mendekat dan memberitahu Aldi kalau Affandi baru saja berkata akan menikahkannya.“Benarkah?” Aldi nampak bahagia. Ia raih tangan Affandi dan menggoyang-goyangkannya beberapa kali.Meski awalnya kesal, tapi Dira tertawa melihat kelakuan Aldi. Ayuda lega karena yakin Dir

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 219 : Kejutan Untuk Dira

    Setelah Jiwa berangkat ke kantor, Ayuda tak langsung pergi ke rumah Dira. Ia malah berdiri di depan lemari baju, bingung memilih pakaian mana yang cocok dia kenakan untuk malam spesial yang Jiwa katakan tadi. Ayuda menekuk bibir ke dalam lalu memajukannya lagi, bunyi decapan lidahnya membuat bik Nini yang baru saja masuk untuk menata baju Nala keheranan.“Non, cari apa?”Ayuda menggeleng, wanita itu sedang berpikir mana mungkin memakai gaun yang sama di depan Jiwa. Apalagi dia sama sekali tidak memiliki satu pun baju tempur selain piyama satin yang sering dia pakai karena praktis saat menyusui Nala.“Seharusnya aku pergi shopping kemarin,”ucap Ayuda.Bik Nini tentu saja semakin heran, dia sejajari Nonanya itu dan kembali bertanya,”Non cari apa?”“Linger … “ Ayuda keceplosan, matanya melotot menoleh bik Nini dan melempar senyuman canggung.Pembantunya itu pun menarik sudut bibir, tersenyum aneh sambil menaikturunkan alis mata. Bik Nini berhasil membuat Ayuda merasa malu, dia pasti tahu

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 218 : Apa Sudah?

    Sejak pagi, Jiwa terus saja menampakkan wajah riang. Ia memandangi sang istri yang sibuk melakukan tugas merawat putrinya seperti biasa. Jiwa membuat Ayuda salah tingkah setelah semalam wanita itu menjawab pertanyaannya dengan kata ‘ya’.“Apa sudah?”“Berhenti bertanya apa sudah – apa sudah,”amuk Ayuda. Pipinya merona merah karena Jiwa bersikap sangat agresif. “Aku mau bertemu papa dan Dira dulu, kamu cepat bersiap sana untuk pergi bekerja!”Jiwa tak menggubris ucapan Ayuda, dia malah melingkarkan tangan di pinggang wanita itu yang sedang menggendong putrinya.“Jiwa!” bentak Ayuda.“Malam ini aku akan memberi bonus ke Bik Nini untuk menjaga Nala, kita bisa pakai apartemenku untuk melakukan itu.”“Melakukan apa?” Ayuda dengan sengaja menggoyangkan pinggang untuk membuat Jiwa melepaskan tangan. Namun, pria itu terlalu kuat dan membuatnya berakhir pasrah karena Nala ada di pelukannya.“Jangan berpura-pura! aku tahu kamu tidak sepolos itu, bahkan saat tidur kamu sesekali nakal dengan meng

DMCA.com Protection Status