Beranda / Romansa / Istri Muda Sang Presdir / Bab 16 : Akad Nikah

Share

Bab 16 : Akad Nikah

Penulis: Adinasya Mahila
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Ayuda menatap kebaya yang akan digunakan untuk akad nikah besok. Sebagai seorang gadis, sejujurnya dia memiliki pernikahan impian. Ayuda ingin menikah tapi sebelumnya harus diawali dengan lamaran manis dari seorang pria yang sangat dicintainya. Ya, bukan seperti ini. Diperkosa dan akhirnya harus menikah dengan pria yang melakukan tindakan bejat itu padanya.

Sama halnya dengan Ayuda, Jiwa juga sedang menatap setelan jas yang sudah disiapkan di walk in closet kamar. Wangi belum juga pulang, padahal dia tengah membutuhkan perhatian sang istri. Besok dirinya akan menikahi seorang wanita asing, dan sebagai suami yang sangat mencintai istrinya, batin jiwa pun memberontak.

“Wangi, kenapa kamu bisa dengan tenang dan masih bekerja selarut ini?” gumam Jiwa.

Jika mengingat betapa terpuruknya dia dulu sebelum Wangi datang, rasa curiga dan kesalnya pun pudar. Jiwa melangkah pelan keluar dari ruangan berisi koleksi baju dan sepatu brandednya dan Wangi. Ia hendak berbaring saat ponselnya yang berada
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (9)
goodnovel comment avatar
ALYATUSANl
Apa wangi selingkuh...
goodnovel comment avatar
komari n.k
ayuda keren .hebat....
goodnovel comment avatar
Lkems Fhitria
ayuda keren banget.........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 17 : Hati-hati!

    Semua orang terkejut dengan apa yang dikatakan Ayuda, terlebih penghulu yang merasa calon mempelai wanitanya sangat galak. Namun, tentu saja mereka sudah memiliki pengalaman. Melihat pernikahan ini hanya disaksikan oleh tak lebih dari lima belas orang, jelas ada satu alasan di baliknya. Mungkin, calon pengantin dipaksa menikah dan tidak saling mencintai, begitu pikir mereka.Jiwa pun duduk tanpa menoleh Ayuda, begitu juga gadis itu yang memilih menatap penghulu di hadapannya. Ia benar-benar pengantin tersantai yang pernah ada. Bahkan Affandi dibuat tak bisa berkata-kata dengan tingkah sang putri kesayangan.Penghulu mulai menyampaikan sepatah dua patah kata. Meski nampak mendengarkan tapi Ayuda tak memasukkannya ke dalam otak, dia membiarkan kalimat nasihat lewat begitu saja dari telinga.Beberapa menit kemudian, Jiwa menjabat tangan penghulu. Meski dia terpaksa menikahi Ayuda tapi pria itu bisa melafalkan kalimat sakral meminang Ayuda dengan sekali tarikan napas. Akhirnya dia resmi m

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 18 : Gaun Tipis

    Raga memilih meninggalkan Ayuda, berurusan dengan gadis itu nyatanya menjengkelkan juga. Ia tidak ingin berseteru. Diam-diam, Raga ingin fokus membantu bisnis Ramahadi. Berusaha untuk melindungi papanya agar Ayuda tidak dengan mudah menjatuhkan.Ayuda tersenyum miring setelah semua orang dari keluarga Jiwa pergi, dia hendak memutar tumit menuju kamarnya saat Aldi sudah berdiri di belakangnya dan membuat gadis itu kaget.“Aldi, bisa tidak kamu itu memberi kode jika ada di dekatku? Berpura-pura batuk atau hembuskan napasmu,” sewot Ayuda. Seperti biasa, Aldi hanya mengucapkan kata maaf lalu menyampaikan maksudnya.“Nona apa malam ini Anda akan langsung pindah ke kediaman Tuan Ramahadi?” tanya Aldi dengan penuh sopan santun.“Jangan panggil dia tuan! aku tidak mau kamu memanggilnya seperti itu, panggil saja dia RH, itu jauh lebih baik,” kata Ayuda. Ia menunggu sang asisten sekaligus pengawalnya itu mengangguk sebelum berucap lagi,” Tentu saja malam ini aku akan datang ke sana, kamu tahu

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 19 : Apa Kamu Bisa?

    Ayuda melangkah masuk setelah bisa melewati para penjaga, dia bahkan membuat pembantu terkejut karena penampilannya yang sangat seksi. Pembantu itu bahkan tergagap-gagap mempersilahkannya masuk ke dalam. Ayuda yakin semua orang di istana Ramahadi pasti sudah diberitahu soal dirinya, jadi dia bersikap santai dan tak ambil pusing dengan keterkejutan di wajah mereka. Lagi, Ayuda tersenyum miring saat memasuki ruang makan di rumah sang mertua. Semua orang sedang duduk tenang, tapi tiba-tiba saja dia datang dan membuat mereka terperanga. Raga bahkan sampai tersedak nasi rendang yang baru saja masuk ke dalam mulut, sedangkan Jiwa melotot dan tak sadar melepas sendok dari tangan. “Kamu! kenapa datang ke sini?” hardik Linda, wanita ini nampaknya lupa bahwa Ayuda sudah menjadi menantunya sekarang. “Kenapa? Mama, aku sekarang ‘kan sudah menjadi menantu Mama,” jawab Ayuda dengan santai, dia bahkan menunjuk kursi sambil menoleh pembantu. Si pembantu yang paham dengan permintaan Ayuda pun men

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 20 : Memberi Pelajaran Pembantu

    Ayuda tersenyum miring, tentu saja Jiwa tidak akan mungkin berani melakukannya lagi. Apa yang terjadi kepada mereka dulu hanyalah sebuah kesalahan, bahkan menatap wajahnya saja Jiwa sepertinya tak sudi, apa lagi menyentuh dan melakukan hal yang disebut orang sebagai surga duniawai.“Jangan harap kamu bisa membuatku berpaling dari Wangi! Kamu tak lebih dari boneka pajangan di rumah ini.”Ucapan Jiwa benar-benar ketus, tapi inilah yang diinginkan oleh Ayuda, membuat pria itu semakin benci dan tidak nyaman. Jiwa melangkah pergi, dan Ayuda hanya bisa memandang punggung suaminya itu sampai menghilang dari depan pintu.“Lihat saja siapa yang akan bertekuk lutut nanti,” gumam Ayuda. Ia pun keluar dari kamar tamu itu untuk mencari pembantu rumah, dia ingin meminta bantuan membawa barangnya dan merapikan kamar agar terlihat lebih manusiawi. Dia bukan tamu, dia adalah menantu di rumah Ramahadi.Sepi, sepertinya pembantu sudah sibuk di kamar mereka masing-masing saat Ayuda turun dan menuju bagia

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 21 : Aku Percaya

    “Semalam, apa tidurmu nyeyak? Apa wanita itu mengganggumu?”Wangi baru pulang pukul lima pagi tadi, dia memeluk pinggang Jiwa yang sedang sibuk bersiap berangkat kerja. Pria itu menggeleng, entah kenapa hatinya mulai cemburu dengan pekerjaan sang istri. Dan bukan tanpa alasan wanita itu menggelayutinya manja, Wangi ingin meminta izin untuk pergi shuting ke luar kota.“Sayang, malam ini aku harus berangkat ke Jogja untuk pengambilan gambar sebuah iklan,” ucap Wangi ragu-ragu. Ia menggigit bibir saat mendapati respon Jiwa. Pundak pria itu turun, menunjukkan rasa kecewa.“Wangi, sepertinya kita sudah sama-sama tahu. Raga kembali, dan papa memintanya menjadi direktur di perusahaan. Posisi Raga saat ini sudah sejajar denganku, aku merasa tak lama lagi Papa pasti akan memaksanya untuk menikah, kamu tahu ‘kan apa yang aku takutkan?” tanya Jiwa sedikit menahan gejolak yang merajai hati.Wangi memilih mengalah kali ini, hingga dia menjanjikan sesuatu ke Jiwa. “Tiga bulan lagi ada gelaran award

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 22 : Bertemu Randy

    Dira yang sedang dipikirkan oleh Ayuda nampak sedang menikmati hidup barunya. Gadis itu berdiri di depan kaca dan sibuk memakai kerudung. Ia kini bekerja di bagian keuangan toko batik milik Pak Asman. Bersama beberapa pekerja yang lain, Dira memakai rumah di belakang toko yang memang sengaja dibentuk seperti kos-kosan. Gadis itu merasa hidupnya lebih tenang, meski terkadang masih mencemaskan bagaimana nasib Randy. “Dia pasti baik-baik saja, untuk apa aku memikirkan anak nakal itu,” gumam Dira. Sebagai satu-satunya perempuan di rumah Bowo, dia memang dijadian tumpuan. Baik tenaga maupun isi dompetnya selalu diperas. Bahkan tak jarang Randy meminta sesuatu dengan cara memaksa, akibatnya Dira kadang capek hati meladeni adiknya. “Dira! Sini cepat!” Teriakan Yati - salah satu pekerja Pak Asman membuat Dira buru-buru keluar. Wanita itu terlihat bersama dua pekerja lainnya, mereka memasang muka bingung dan berbicara dengan logat Jawa yang kental. “Ada apa mbak Yati? Kayaknya ada yang pen

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 23 : Mengancam Bowo

    Bowo yang datang setelah putranya berangkat sekolah nampak menatap heran Ayuda. Ia tak percaya bahwa gadis itu adalah Arra, berbeda dengan Randy yang sama sekali tidak curiga, Bowo menatap Ayuda dengan mata menyipit. Saat hendak pergi tadi, Randy berkata bahwa papanya sebentar lagi pasti pulang. Bowo selalu menghabiskan malam di tongkrongan sambil minum dan berjudi. Randy pergi begitu saja tanpa mengunci pintu, pemuda itu menganggap Ayuda adalah Arra hingga tak perlu khawatir. Lagi pula tidak dikunci pun tidak akan ada pencuri yang mau masuk ke rumahnya. Di dalam rumah itu sama sekali tidak ada barang berharga.Bowo masih menatap Ayuda, pria itu berjalan mendekat sehingga Aldi langsung pasang badan. Bodyguard tampan itu maju beberapa langkah untuk membatasi Bowo dan sang nona.Ayuda tersenyum miring, dia membuat nyali Bowo ciut. Pikiran pria itu seketika tertuju pada Jiwa dan Wangi yang mengajaknya bertemu saat Arra melarikan diri. Pria itu masih belum tahu bahwa gadis di depannya ini

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 24 : Mencoba Menyelamatkan Perusahaan

    “Hei … jangan begitu! Aku ‘kan Papamu,” kata Bowo. Ia menelan saliva, dan mulai curiga mungkinkah seseorang akan berubah secepat ini? baginya sang putri tiri sangat berbeda, seperti bukan Arra.“Syukurlah kamu sehat, beberapa saat yang lalu Tuan Jiwa dan istrinya mencarimu. Kenapa kamu harus kabur kalau bisa hidup enak?” Bowo mencoba mengalihkan perbincangan. Matanya terus fokus ke tangan Aldi, takut pria itu mengeluarkan sebuah senjata api.“Berapa uang yang Papa terima?”Ayuda berhasil membuat Aldi kaget, pria itu menundukkan pandangan untuk menatap ekspresi wajah sang nona. Ia tidak salah dengar ‘kan? Ayuda baru saja memanggil Bowo dengan sebutan ‘papa’.“I … tu.” Bowo tak bisa langsung menjawab, uang ratusan juta yang diberikan oleh Jiwa sudah habis dia pakai untuk membayar hutang dan berjudi. “Banyak, bisa buat beli mobil,” jawab pria itu pada akhirnya.Ayuda pun menyeringai, dia mencondongkan badan ke arah Bowo dan bertanya,”Apa Papa mau uang?”“A-apa? uang? Kamu menawariku uang

Bab terbaru

  • Istri Muda Sang Presdir   Bonchap : Ayuda Jiwa

    Pelukan, kasih sayang dan senyuman tulus kini bisa Jiwa rasakan setiap hari. Hidupnya sudah lengkap dengan kehadiran istri yang sangat dia cintai, juga putri cantik yang semakin hari semakin pintar. Jiwa berdiri sambil memegang cangkir kopi di tangan, dia memandang ke arah Nala yang sudah mulai belajar berjalan bersama bik Nini. Sementara itu, Ayuda bertelanjang kaki menemani dengan perut yang nampak membuncit. Nala, dia pasti terlihat seperti saudara kembar dengan adiknya nanti. “Nala pintarnya!” puji Ayuda, putrinya itu tertawa dan memeluk kakinya. Dia sedikit kesusahan untuk mengusap punggung sang putri karena terganjal perutnya yang sudah besar. Dengan bantuan bik Nini, Ayuda akhirnya bisa menggendong Nala. Namun, tak diduga Jiwa langsung berlari dan meminta Ayuda untuk tidak melakukan itu. “Sayang, kasihan adik Nala nanti,”ucap Jiwa. Bik Nini yang melihat tuannya sangat posesif pun tersenyum. Ia bahkan dibuat malu sendiri dengan tingkah Jiwa yang over protective. “Dari pada

  • Istri Muda Sang Presdir   Bonchap : Aldi Dira

    Aura pengantin baru terpancar jelas dari wajah Dira. Kembaran Ayuda itu nampak sedang duduk bersama mertua dan saudara-saudara Aldi di teras sambil bercanda. Ibunda Aldi menceritakan bagaimana masa kecil pria itu, sampai aibnya yang masih suka minum susu menggunakan dot meski sudah kelas 5 SD.“Besok kalau kamu hamil banyak-banyak sugesti calon bayimu, jangan sampai kayak bapaknya.”Dira tertawa, dia tak sadar Aldi sedang memandanginya. Pria yang sudah resmi mempersuntingnya itu sibuk membantu merapikan kursi yang dipinjam dari RT untuk acara pengajian.“Lha … gimana nggak kayak bapaknya, Bu? Kalau aku hamil ‘kan memang anak mas Aldi, kalau nggak mirip nanti bisa-bisa malah menimbulkan fitnah,”kata Dira.“Maksudnya sifatnya yang jelek-jelek itu lho, Ra!”“Mas Aldi nggak punya sifat jelek, Bu. Mas Aldi itu sempurna buatku.”Aldi yang mendengar pujian sang istri seketika malu. Pipinya bahkan merona merah sedangkan Dira terlihat sangat santai meski orang-orang bersorak menggoda.“Ya begi

  • Istri Muda Sang Presdir   Bonchap : Raga Sienna

    Pernikahan adalah impian setiap wanita, apalagi menikah dengan pria yang sangat dicintai. Begitu juga dengan Sienna, dia tidak pernah menyangka hatinya akan tertambat pada pria casanova seperti Raga. Meski tahu bagaimana sepak terjang pria itu, tapi Sienna yakin, suaminya itu kini sudah berubah. Ibarat panci bertemu tutupnya, mereka saling melengkapi. Membangun pernikahan yang sebenarnya mereka sendiri masih belum begitu yakin.Namun, Raga dan Sienna yakin mimpi-mimpi dan rencana akan mereka temukan seiring berjalannya waktu. Seperti saat ini. Mereka harus menunda bulan madu karena Sienna harus menghadapi ujian semester."Boleh aku bicara serius?" tanya Raga saat mereka berada di dalam salah satu kamar villa milik Ramahadi.Raga teringat akan Ayuda yang mual-mual tadi, setelah ditanya kakak iparnya itu menjawab dia memang belum datang bulan sejak melahirkan Nala. Kata Linda, kemungkinan besar Ayuda pasti hamil lagi."Bicara serius? Apa?"Sienna yang memakai paha Raga sebagai bantalan

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 223 : Adik Nala (TAMAT)

    Tiga bulan kemudianHari yang membahagiakan untuk semua orang akhirnya tiba. Ramahadi mengajak seluruh keluarganya pergi ke villanya yang dulu digunakan Ayuda untuk bersembunyi.Raga baru seminggu menikah dengan Sienna. Bulan madu mereka pun tertunda karena Sienna harus menghadapi ujian semester minggu ini. Raga tidak mau kalau sampai kuliah istrinya itu terganggu hanya karena bulan madu - yang sejatinya sudah sering mereka lakukan sebelum menikah.Affandi juga hadir, dia menerima undangan dari Ramahadi dengan penuh suka cita. Awalnya Affandi ingin mengajak Dira ke sana, tapi putrinya itu lebih dulu menerima ajakan dari sang mertua untuk berkumpul di rumah keluarga besar Aldi.Ayuda nampak memangku Nala, dia menyusui putrinya sambil menatap keluar jendela di mana papanya tengah sibuk mengobrol dengan sang mertua. Ayuda menepuk pantat Nala lembut, dia menoleh kaget kala Jiwa keluar dengan membawa buku - yang dulu selalu menjadi teman saat dirinya merasa kesepian tinggal sendiri di sana

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 222 : Sayang!

    Di saat putra putri mereka sedang berdua dan kembali meleburkan asa, Affandi dan Ramahadi duduk bersama. Ramahadi tak menyangka pria yang seumur hidup terus menganggapnya musuh kini mengajaknya bicara. Affandi bahkan mengeluarkan satu kata yang dia rasa mustahil untuk didengar. “Maaf!” Ramahadi tentu tak bisa percaya begitu saja, setelah hampir berpuluh-puluh tahun menganggapnya musuh, kini Affandi mengucap kata maaf dan terdengar begitu sangat tulus. “Aku tahu perbuatanku salah, dan selama ini aku terlalu malu untuk mengakuinya. Mungkin, pertemuan Ayuda dan Jiwa adalah takdir yang memang sudah ditetapkan, hingga akhirnya aku bisa sadar,”ungkap Affandi panjang lebar. Hening, Ramahadi tak langsung membalas permintaan maaf Affandi. Ia mencoba mencerna dulu, menimbang apakah pria itu tulus atau hanya sekadar meminta maaf agar dirinya tak lagi menaruh prasangka. “Aku sudah lelah bekerja, aku ingin menyerahkan perusahaan ke anak-anakku, dan aku ingin hidup tenang bermain bersama cucu,”

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 221 : Penuh Kasih

    Terkesan nakal, tapi begitulah naluri manusia dewasa. Mereka memiliki birahi yang butuh disalurkan. Ayuda tahu perbuatannya membuat Jiwa semakin ingin menerkamnya. Namun, bukankah itu yang mereka inginkan? Ayuda memindai manik mata Jiwa, di sana terlihat penuh cinta, berbeda dengan tatapan mata pria itu saat pertama kali menyentuhnya. Tak ada perasaan hangat seperti ini, Jiwa bahkan mencekoki dirinya obat perangsang agar nafsunya tersalurkan tanpa perlu ikatan seperti saat ini. Jiwa membelai pipi Ayuda, mencium setiap bagian wajahnya seolah setiap incinya tak ingin terlewatkan untuk dia cicipi. Pria itu menghentikan sapuan bibir di hidung bangir sang istri, sorot matanya seolah meminta izin. “Bisakah aku bisa melakukannya jauh lebih dari ini.” Ayuda tersenyum tipis, tangannya menarik tengkuk Jiwa hingga bibir mereka kembali bertaut. Mereka sama-sama memejamkan mata, menyelami setiap perasaan cinta yang membara. Perlahan tangan Ayuda melonggar dan beralih membuka kancing kemeja Jiw

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 220 : You Are Mine

    Dira masih berada di pelukan Ayuda, meski tak mau membalas pelukan saudaranya, tapi Dira menyandarkan kepala ke pundak ibunda Nala itu. Ia masih tergugu, tak menyangka satu orang datang lagi ke rumahnya dan masuk dengan wajah kebingungan. Aldi menjadi pusat perhatian semua orang, sampai Ayuda melonggarkan pelukan dan Dira memanggil dengan manja nama pria itu.“Mas Al!”“Ra, kenapa kamu menangis?” tanya Aldi bingung, dia hanya diberitahu Affandi akan datang, tapi jika tahu akan membuat calon istrinya menangis, tentu saja Aldi akan melarang. Alih-alih berada di sana tepat waktu, Aldi terjebak lampu merah beberapa kali.“Pak, ini bukan seperti yang Anda janjikan, bukankah ….”Aldi menjeda kata, Dira yang masih sesenggukan mendekat dan memberitahu Aldi kalau Affandi baru saja berkata akan menikahkannya.“Benarkah?” Aldi nampak bahagia. Ia raih tangan Affandi dan menggoyang-goyangkannya beberapa kali.Meski awalnya kesal, tapi Dira tertawa melihat kelakuan Aldi. Ayuda lega karena yakin Dir

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 219 : Kejutan Untuk Dira

    Setelah Jiwa berangkat ke kantor, Ayuda tak langsung pergi ke rumah Dira. Ia malah berdiri di depan lemari baju, bingung memilih pakaian mana yang cocok dia kenakan untuk malam spesial yang Jiwa katakan tadi. Ayuda menekuk bibir ke dalam lalu memajukannya lagi, bunyi decapan lidahnya membuat bik Nini yang baru saja masuk untuk menata baju Nala keheranan.“Non, cari apa?”Ayuda menggeleng, wanita itu sedang berpikir mana mungkin memakai gaun yang sama di depan Jiwa. Apalagi dia sama sekali tidak memiliki satu pun baju tempur selain piyama satin yang sering dia pakai karena praktis saat menyusui Nala.“Seharusnya aku pergi shopping kemarin,”ucap Ayuda.Bik Nini tentu saja semakin heran, dia sejajari Nonanya itu dan kembali bertanya,”Non cari apa?”“Linger … “ Ayuda keceplosan, matanya melotot menoleh bik Nini dan melempar senyuman canggung.Pembantunya itu pun menarik sudut bibir, tersenyum aneh sambil menaikturunkan alis mata. Bik Nini berhasil membuat Ayuda merasa malu, dia pasti tahu

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 218 : Apa Sudah?

    Sejak pagi, Jiwa terus saja menampakkan wajah riang. Ia memandangi sang istri yang sibuk melakukan tugas merawat putrinya seperti biasa. Jiwa membuat Ayuda salah tingkah setelah semalam wanita itu menjawab pertanyaannya dengan kata ‘ya’.“Apa sudah?”“Berhenti bertanya apa sudah – apa sudah,”amuk Ayuda. Pipinya merona merah karena Jiwa bersikap sangat agresif. “Aku mau bertemu papa dan Dira dulu, kamu cepat bersiap sana untuk pergi bekerja!”Jiwa tak menggubris ucapan Ayuda, dia malah melingkarkan tangan di pinggang wanita itu yang sedang menggendong putrinya.“Jiwa!” bentak Ayuda.“Malam ini aku akan memberi bonus ke Bik Nini untuk menjaga Nala, kita bisa pakai apartemenku untuk melakukan itu.”“Melakukan apa?” Ayuda dengan sengaja menggoyangkan pinggang untuk membuat Jiwa melepaskan tangan. Namun, pria itu terlalu kuat dan membuatnya berakhir pasrah karena Nala ada di pelukannya.“Jangan berpura-pura! aku tahu kamu tidak sepolos itu, bahkan saat tidur kamu sesekali nakal dengan meng

DMCA.com Protection Status