"Hmm ... saat terbangun tadi, tiba-tiba aku bisa mengingat beberapa jenis tanaman herbal," jawab Li Mei berbohong.
Ya. Li Mei jelas sedang berbohong. Kakeknya adalah seorang dokter pengobatan tradisional Tiongkok. Jadi, meskipun dia dulu memilih menjadi seorang pengusaha, tapi dia sangat mengerti tentang tanaman herbal karena sudah berkutat dengan berbagai jenis tanaman herbal semenjak dia kecil.Setelah menimbang-nimbang beberapa saat, akhirnya Bai Changyi menyetujui permintaan Li Mei."Bahan apa yang kita punya untuk makan malam?" tanya Li Mei."Ah, itu ...." Bai Changyi terlihat malu ketika mendengar pertanyaan Li Mei. Dia lalu mendesah pelan, "maaf, aku tidak pergi berburu selama beberapa hari, jadi ....""Apakah kita memiliki kebun?" tanya Li Mei."Ya, kita memiliki sepetak kecil kebun di halaman belakang," jawab Bai Changyi."Tapi hanya ada beberapa tanaman kubis dan lobak di sana.""Apa ada sungai di dekat sini?" tanya Li Mei lagi."Ada, tapi cuaca terlalu dingin untuk pergi ke sana," jawab Bai Changyi. "Tidak apa-apa, kita pergi sebentar saja," jawab Li Mei. Dia lalu berpikir sebentar, "bisa tolong bawakan aku kayu yang panjang dan pisau?""Ya, tunggu sebentar." Meskipun bingung dengan apa yang ingin dilakukan istrinya, Bai Changyi tetap menuruti permintaan istrinya dan pergi ke belakang rumah. Tidak lama kemudian, dia sudah kembali dengan kayu yang panjang dan sebilah pisau.Li Mei menerima kayu dan pisau itu. Ia hendak meruncingkan salah satu ujungnya ketika Bai Changyi tiba-tiba menghentikan gerakannya."Biar aku saja," kata Bai Changyi, "hanya meruncingkannya saja bukan?""Ya, terima kasih," jawab Li Mei seraya tersenyum tulus.Melihat senyuman di bibir Li Mei, Bai Changyi langsung bersumpah di dalam hatinya. Dia akan melakukan apa saja demi bisa melihat senyum bahagia Li Mei setiap hari. Beberapa saat kemudian, kayu runcing yang diinginkan Li Mei sudah jadi."Apa kamu hendak menombak ikan dengan ini?" tebak Bai Changyi."Suamiku memang pintar!" puji Li Mei.Wajah Bai Changyi kembali merona ketika mendengar pujian dari Li Mei. Dia sedikit menunduk untuk menghindari tatapan Li Mei."Tunggu sebentar. Aku akan membuat satu lagi untukku," kata Bai Changyi seraya berjalan keluar kamar.Setelah beberapa saat, Bai Changyi kembali masuk dengan dua buah tombak kayu di tangannya."Ayo! Lebih baik kita pergi sekarang. Kalau kita menundanya lagi, aku takut kita akan pulang terlalu malam nanti," kata Bai Changyi.Mereka berdua berjalan menuju belakang rumah. Dengan melalui halaman belakang rumah mereka, mereka dapat menemukan jalan setapak menuju ke gunung dan juga sungai. Jalan ini bukan jalan utama, jadi jarang ada yang melaluinya, orang-orang di desa mereka lebih suka melalui jalan utama yang lebih besar. Meskipun begitu, mereka juga beberapa kali berpapasan dengan beberapa orang yang berasal dari desa mereka.Mereka semua terlihat sangat terkejut ketika melihat sosok Li Mei yang berjalan dan mengobrol ringan dengan Bai Changyi. Sejak kapan mereka berdua jadi begitu mesra? Bagaimanapun, sudah bukan rahasia umum kalau Li Mei sangat membenci Bai Changyi dan ingin bercerai darinya sampai hampir bunuh diri. Jadi pemandangan ini tentu saja membuat mereka hampir tidak mempercayai mata mereka sendiri.Beberapa bahkan berhenti sejenak untuk sekedar berbasa-basi menanyakan kondisi Li Mei. Setelah itu mereka kembali melanjutkan perjalanan mereka. Tidak lama kemudian mereka melihat sesosok wanita tua yang berjalan sendirian menuju ke desa seraya membawa kayu bakar di punggungnya."Itu adalah Nenek Yu," jelas Bai Changyi seraya berbisik. "Dia hidup sebatang kara. Dulu, suaminya meninggal saat berburu. Tiga tahun yang lalu, anak laki-laki satu-satunya juga mengalami nasib yang sama," desah Bai Changyi penuh iba. "Tapi dia merupakan satu-satunya warga desa yang sangat tulus kepada kita, selain keluarga pamanku. Rumahnya tidak jauh dari rumah kita, jadi dia sering datang berkunjung dan memberi telur ayam untuk kita."Bai Changyi menoleh kepada Li Mei dan menatapnya dengan lembut, "dia hanya punya dua ekor ayam, tapi hampir setiap hari memberikan telur ayamnya kepada kita. Dulu kamu selalu ketus dan sering mengusirnya, tapi aku harap sekarang kamu bisa bersikap lebih baik kepadanya. Dia selalu menganggap kita sebagai keluarganya."Li Mei merasa hatinya sangat sakit saat mendengar perkataan Bai Changyi. Li Mei!Dia benar-benar merasa sangat kesal dengan pemilik asli tubuh ini karena hanya selalu mengikuti emosinya sendiri.Yu Jie, wanita tua yang berwajah penuh keriput itu tiba-tiba mempercepat langkahnya dan mendekati mereka ketika melihat keduanya."Li Mei! Li Mei! Kamu sudah sadar?" tanya Yu Jie cemas. Dia melihat Li Mei dari atas hingga ke bawah dengan tatapan khawatir. Li Mei tersenyum ketika melihatnya. Namun Yu Jie sama sekali tidak melihatnya."Aih, kenapa kamu sudah keluar rumah?" tanyanya cemas. Dia lalu menoleh dan menatap Bai Changyi dengan tatapan menyalahkan, "Changyi, kenapa kamu membawa Li Mei keluar? Biarkanlah dia beristirahat lebih banyak.""Nenek Yu, jangan salahkan suamiku. Aku yang memaksanya untuk membawaku ke sungai," jelas Li Mei seraya tersenyum lembut kepada Yu Jie.Yu Jie tertegun saat mendengar Li Mei membela Bai Changyi, dan bahkan saat ini Li Mei sedang tersenyum kepadanya? Apa dia sedang bermimpi?"Nenek Yu, biarkan suamiku membawakan kayu bakarmu kembali ke rumah," kata Li Mei lagi."Ah, tidak, tidak!" Yu Jie menolak seraya mendorong Bai Changyi menjauh. "Aku masih kuat, masih bisa sendiri. Kalian mau ke sungai? Cepatlah pergi. Takutnya keburu gelap.""Ah ... tapi … sungai .…" Yu Jie kembali menatap Bai Changyi dengan ragu."Tenang saja Nek, aku akan membawanya ke daerah yang dangkal," kata Bai Changyi. Dia tahu kekhawatiran apa yang sedang dipikirkan Yu Jie saat ini."Baiklah, baiklah. Kalian memang keras kepala. Berangkatlah sekarang, sebelum hari keburu gelap. Aku akan pulang sekarang," katanya seraya berlalu. Setelah melangkah cukup jauh dia menoleh dan menatap sepasang suami istri yang berjalan semakin menjauh itu. Hatinya dipenuhi dengan perasaan bahagia. Ternyata masih ada hal baik yang terjadi setelah kejadian buruk itu.Dari percakapannya dengan Bai Changyi, Li Mei dapat menyimpulkan beberapa hal. Pertama, penduduk desa rata-rata mencari nafkah sebagai petani dan juga pemburu. Sangat jarang warga dari desa mereka pergi untuk bekerja ke kota.Kedua, Bai Changyi adalah anak semata wayang kedua orang tuanya. Ibunya meninggal karena sakit saat dia berusia delapan tahun. Sedangkan ayahnya meninggal setelah pergi berburu saat dia berusia sepuluh tahun. Waktu itu ayahnya diserang dua ekor harimau dan terluka saat mempertahankan diri, lukanya sangat parah dan meninggal tidak lama setelah dia dibawa pulang ke rumah oleh para warga desa yang menemukannya. Semenjak itu, Bai Changyi hidup sendirian di dalam rumah reyot itu sampai akhirnya bertemu dengan Li Mei. Saat ini dia sudah berusia sembilan belas tahun."Sayang sekali kita tidak tahu usiamu," desah Bai Changyi."Tujuh belas tahun," jawab Li Mei santai."Bagaimana kamu tahu?" tanya Bai Changyi terkejut."Entahlah, hanya tiba-tiba tahu saja," jawab Li Mei lagi.Ketiga, keluarga Bai Changyi hanya tersisa pamannya yang bernama Bai Chengxi. Dia tidak ikut direkrut kerajaan sebagai prajurit untuk berperang karena tubuhnya yang lemah. Bai Chengxi menikah dengan Xia Jianli dan memiliki dua orang anak laki-laki bernama Bai Mulin yang baru saja berusia dua belas tahun, dan juga Bai Fengan yang baru berusia enam tahun. Paman dan bibinya ikut merawat Bai Changyi semenjak dia kecil. Namun sayang, mereka tidak begitu menyukai Li Mei karena sikapnya yang kasar dan selalu menyakiti Bai Changyi selama ini."Sepertinya aku memiliki hutang maaf kepada banyak orang," desah Li Mei. Dia merasa kesal karena masuk ke dalam tubuh seseorang seangkuh Li Mei."Tenanglah, selama mereka melihatmu dan menyadari bahwa kamu ternyata seorang wanita yang sangat baik, semua akan ikut baik-baik saja seiring berjalannya waktu," kata Bai Changyi mencoba menenangkan istrinya.Li Mei dan Bai Changyi berdiri di tepi sungai. Airnya sangat jernih dan tidak begitu dalam. Selain itu, Li Mei dapat melihat ikan yang gemuk yang sesekali berenang tidak jauh dari lokasi mereka berdiri. Ada banyak batu-batu dengan berbagai ukuran tersebar di sana."Baiklah! Mari kita menangkap ikan!" kata Li Mei seraya menggulung lengan bajunya dan menunjukkan tangannya yang putih mulus. Setelah itu dia mengikat baju bagian luarnya dan menggulung celana bagian dalam hanfunya.Bai Changyi membeku di tempat saat melihat lengan dan betis Li Mei yang mulus. Ada desiran aneh yang tiba-tiba menjalar di seluruh tubuhnya. Meskipun Li Mei sudah setengah tahun menjadi istrinya, namun ini baru kedua kalinya dia melihat kulit mulus istrinya. Dulu dia melihatnya tanpa sengaja, itupun ada bercak-bercak darah yang berasal dari lukanya. Namun sekarang situasinya berbeda. Dengan cepat dia memalingkan wajahnya karena malu.Gerakan Bai Changyi tidak luput dari pandangan Li Mei. Dia melihat ke arah Bai C
"Apa kamu lelah?" tanya Bai Changyi merasa khawatir ketika mendengar nafas istrinya yang semakin terengah-engah."Aku baik-baik saja," jawab Li Mei. "Apa tubuhmu benar-benar tidak masalah?" tanya Bai Changyi terlihat meragukan istrinya.Li Mei baru saja sadar dan bangun dari tempat tidurnya kemarin, tubuhnya masih lemah, tapi dia sudah bersikeras ingin pergi ke gunung hari ini. Hal ini tentu saja membuat Bai Changyi merasa khawatir."Tenanglah, kalau hanya segini, aku masih bisa," kata Li Mei. "Nah, aku akan mencoba mencari di sekitar sini, kamu pergilah berburu dulu." "Tapi …." Bai Changyi terlihat ragu, dia tidak ingin pergi meninggalkan Li Mei seorang diri."Kita tidak masuk terlalu dalam ke gunung. Aku pikir, kemungkinan hewan buas datang ke sini sangatlah kecil," kata Li Mei mencoba menenangkan suaminya. "Sudahlah, kamu cepat pergi berburu. Aku tidak ingin berada di sini sampai malam."Setelah beberapa saat berpikir, Bai Changyi akhirnya setuju. "Jangan pergi terlalu jauh. Car
"Aku akan membawamu ke Toko Obat Lou. Kita akan ke sana setelah menjual hasil buruanku," jawab Bai Changyi. "Nah, sekarang berikan keranjangmu itu."Bai Changyi mengambil dan segera menggendong keranjang yang dibawa oleh Li Mei. Setelah itu, dia kembali menenteng hasil buruan dengan tangannya."Ah! Aku bisa melakukannya sendiri," kata Li Mei terkejut ketika menyadari keranjangnya sudah berpindah tangan."Ini tidak berat sama sekali," kata Bai Changyi. "Lihatlah, tubuhku besar."Li Mei melihat penampilan suaminya. Meskipun pakaiannya kusam, namun aura ketampanannya sama sekali tidak terganggu. Tubuhnya sangat tinggi dan kekar, bahkan tinggi badan Li Mei tidak sampai ke pundaknya. Padahal dirinya termasuk memiliki tinggi rata-rata wanita di zaman itu. Entah mengapa, sosok Bai Changyi membuatnya teringat dengan sosok jenderal gagah yang pernah ditontonnya di drama-drama kolosal.Keduanya berjalan menyusuri Kota Shengcan yang sangat ramai hari itu. Banyak orang yang terlihat berlalu lalan
"Ha! Ha! Ha! Aku yakin kamu baru saja memakan madu!" celetuk Bai Changyi seraya tertawa senang.Li Mei tersenyum lebar ketika melihat tawa suaminya. Bai Changyi cenderung bersikap kaku dan pendiam. Dia suka tersenyum kepadanya, tapi selama beberapa hari ini Li Mei belum pernah melihatnya tertawa. Ternyata dia lebih tampan saat tertawa!"Apa tokonya masih jauh?" tanya Li Mei setelah berjalan sekitar sepuluh menit. Saat ini mereka berada di jalan utama Kota Shengcan. Terlihat banyak deretan toko di sisi kanan dan kiri jalan utama. Ada kedai teh, toko pakaian, restoran, dan lain-lain. Melihat sekitarnya, Li Mei berpikir kalau daerah itu pasti adalah wilayah yang sering dikunjungi oleh kaum bangsawan."Tidak," jawab Bai Changyi. "Kita hanya perlu berbelok di belokan kedua di sebelah sana."Li Mei melihat arah yang ditunjuk oleh Bai Changyi dan berpikir itu memang tidak jauh lagi."Apa kamu lelah? Mau beristirahat sebentar di kedai teh?" tanya Bai Changyi."Tidak perlu," jawab Li Mei. Dia
Tidak menunggu lama, seorang pria tua berambut dan berjenggot panjang putih datang dengan tergesa-gesa ke arah mereka. Pakaiannya terbuat dari bahan yang berkualitas bagus. Melihatnya sekali saja, mereka langsung tahu kalau itu adalah Tabib Lou. Apalagi Su Hanming berjalan mengikuti di belakangnya."Apa kalian yang menjual tanaman obat?" tanya Lou Jierui . Penampilan kedua orang di hadapannya ini memang tampan dan cantik, namun dari pakaiannya, dia dapat menebak kalau mereka berasal dari pedesaan. Bagaimana mereka bisa mengetahui tanaman obat, bahkan tanaman obat langka? Orang biasa tidak akan mengetahui tanaman obat, apalagi obat-obatan yang mereka bawa tadi berkualitas sangat baik. Biasanya mereka hanya membayar dua tael perak untuk jenis obat-obatan yang dibawa kedua orang ini, namun karena kualitasnya bagus, dia membayar tiga tael perak. Sebenarnya, siapa kedua orang ini?"Benar," jawab Li Mei seraya berdiri dan menangkupkan tangannya untuk memberikan hormat. "Perkenalkan, namaku
"Untuk apa kalian ke sini? Apa kalian tahu kalau pengemis dilarang masuk ke dalam bank?" tanya seorang penjaga bank dengan sinis ketika melihat Li Mei dan Bai Changyi masuk ke dalam bank.Bai Changyi menatap penjaga bank itu dengan dingin, membuat penjaga bank tersebut sedikit bergidik karena merasakan hawa dingin yang datang tiba-tiba."Kami ingin menyimpan uang," jawab Li Mei santai. Dia meletakkan dua kantong uang berisi dua ratus tael emas di depan penjaga bank itu. Penjaga Bank menatap kantong uang itu lalu kembali menatap Li Mei dan Bai Changyi dengan tatapan curiga. Penampilan keduanya begitu lusuh, bagaimana mereka bisa mendapatkan uang sebanyak ini? Kecurigaannya semakin menjadi-jadi ketika Li Mei menyerahkan lima puluh tael emas lagi kepadanya."Tolong tukar tael emas ini menjadi tael perak," celetuk Li Mei terlihat acuh tak acuh."Darimana kalian bisa mendapatkan uang sebanyak ini? Apa k
"Minggir! Beri jalan!"Setelah ketegangan yang berlangsung selama beberapa saat, Pengawal yang diperintahkan oleh Fu Xingshen kembali dengan seseorang di belakangnya. Su Hanming berjalan masuk dengan tergesa-gesa."Salam hormat kepada Jenderal Besar Fu," Su Hanming segera menangkupkan kedua tangannya kepada Fu Xingshen. "Saya Su Hanming, Penjaga Toko dari Toko Obat Lou."Wajah Liu An semakin memucat ketika melihat sosok Su Hanming yang datang . Dia tahu siapa Su Hanming. Dia adalah orang kepercayaan Lou Jierui, Tabib terbaik di kota Shengcan, bahkan terbaik di Kabupaten Jinxi. Jika Lou Jierui sampai mengirim Su Hanming ke sini, bukankah itu artinya .... "Nyonya Li, Tuan Bai, apakah kalian baik-baik saja?" tanya Su Hanmin cemas."Kami baik-baik saja. Terima kasih karena Penjaga Toko Han sudah berbaik hati untuk datang kemari," jawab Li Mei seraya menangkupkan kedua tangannya kepada Su Hanming, diikuti oleh Bai Changyi."Tidak masalah. Sebenarnya, apa yang sedang terjadi?" tanya Su Hanm
"Dimana rumah kalian?" tanya Fu Xingshen seraya menatap Li Mei dan Bai Changyi."Kami tinggal di Desa Fanrong," jawab Li Mei."Baik, saya akan mengunjungi kalian dalam waktu dekat," kata Fu Xingshen terlihat acuh tak acuh. "Sekarang saya harus pergi untuk melihat perkembangan kasus ini dulu."Keduanya terperangah. Untuk apa seorang legenda sepertinya mendatangi rumah mereka di desa terpencil? Namun mereka berdua tidak berani mengatakan apapun.Dia lalu melirik ke salah seorang petugas bank yang sedari tadi menunduk diam, "kamu! Layani mereka dengan baik."Semua orang membungkuk memberikan hormat saat Fu Xingshen berjalan keluar. Setelah sosoknya tidak terlihat lagi, orang-orang mulai berbisik-bisik untuk membicarakan apa yang baru saja terjadi. Li Mei dan Bai Changyi dilayani oleh petugas bank yang ditunjuk Fu Xingshen dengan sangat baik. Siapa juga yang berani menentang?Manajer mereka pasti akan kalang kabut kalau sampai mengetahui perilaku Liu An saat dia kembali dari Kabupaten J
"Apa yang kamu maksud dengan 'ini'?" tanya Fu Lian santai."Lian'er, kamu tahu apa maksudku," jawab Wang Gongfai kesal. "Kabar sebesar ini, bagaimana aku tidak bisa mengetahuinya?"Fu Lian akhirnya berhenti berpura-pura. Dia menatap Wang Gongfai dengan wajah cemberut, "kamu sudah tahu aku menginginkan ini sejak lama, mengapa kamu tidak bisa mendukungku?"Wang Gongfai terpana dengan perkataan Fu Lian. Calon istrinya akan pergi untuk berperang, bagaimana dia akan mendukungnya?"Apa kamu bodoh? Bagaimana aku bisa melepaskanmu untuk pergi berperang?" tanya Wang Gongfai dengan 2 alis terangkat."Apa yang kamu khawatirkan? Semuanya akan baik-baik saja," kata Fu Lian mencoba menenangkannya."Lian'er." Wang Gongfai menarik tangan Fu Lian dan menariknya menjauh. Dia tidak ingin mereka menjadi pusat perhatian para pengawal yang ada di sekitar.Dun Ming berlari mengikuti di belakang mereka. Dia tidak menyangka Wang Gongfai akan berhenti tiba-tiba hingga membuatnya menabraknya."Yang Mulia, maafka
"Apa benar kamu Pangeran Pertama?" tanya Fu Lian ragu."Tentu saja! Untuk apa aku berbohong?" celetuk Wang Gongfai kesal.Fu Lian menatap Wang Gongfai selama beberapa saat lalu menganggukkan kepalanya, "baiklah. Aku akan mengantarmu.""Bagus, bagus," kata Wang Gongfai senang. Dia lalu berjalan di samping Fu Lian dan mengikuti langkahnya. Dia berkali-kali mencuri pandang ke arah Fu Lian."Berhenti menatapku," kata Fu Lian kesal.Wang Gongfai hanya menggaruk pelan kepalanya yang tidak terasa gatal. Dia hanya mengagumi kecantikan Fu Lian, mengapa dia harus merasa terganggu?Sesosok tubuh besar berwarna putih tiba-tiba mendarat di depan keduanya. Senyuman mengembang di wajah Fu Lian sedangkan Wang Gongfai tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya."Xiao Lang!" Fu Lian bergegas menubruk tubuh besar Xiao Lang."Wow! Apakah dia benar-benar Xiao Lang?" Wang Gongfai merasa sangat k
Kediaman Adipati Qiang terlihat begitu meriah hari ini. Beberapa tamu undangan berjalan memasuki kediaman Adipati Qiang dengan pakaian terbaiknya.Li Mei terlihat cantik dengan balutan hanfu berwarna biru tua. Tidak jauh darinya, terlihat Fu Changyi yang menggunakan baju dengan warna senada. Fu Xingshen yang berada di sebelah Fu Changyi juga terlihat menggunakan baju berwarna biru gelap. Ketiganya terlihat sibuk menyambut para tamu.Hari ini mereka sedang merayakan hari ulang tahun Fu Lian dan Fu Huanran yang ke-10. Tidak ada seorangpun tamu yang tidak datang. Mereka semua ingin menjalin hubungan yang baik dengan keluarga Adipati Qiang.Tiba-tiba, Li Mei melihat Nuannuan berjalan dengan panik ke arahnya. Dia segera menoleh ke beberapa orang tamu wanita yang sedang mengelilinginya, "Nyonya-nyonya, maafkan aku. Aku harus pergi untuk melihat persiapan Putriku.""Tidak apa-apa, kamu tidak perlu tergesa-gesa," kata Nyonya Lin, istri Perdana Menteri Yan."Kami tahu betapa repotnya mempersia
8 orang preman mengelilingi 3 orang anak kecil. Fu Huanran merasa sangat ketakutan, dia hampir menangis.Fu Lian menggertakkan giginya, "minggir! Apa kalian tidak takut seseorang akan datang dan menghukum kalian?"Kedelapan preman itu saling memandang ketika mendengar perkataan Fu Lian lalu tertawa terbahak-bahak. Setelah beberapa saat, Erzhu berkata pada mereka, "siapa yang akan menemukan kami? Tidak akan ada yang tahu!"Tiba-tiba Fu Lian menerjang ke arah Erzhu. Dia mengangkat kakinya tinggi lalu menendang tepat di titik vital Erzhu.Kedua mata Erzhu membola sempurna saat suara lengkingan terdengar dari mulutnya, "ah!"Ketujuh orang lainnya langsung memegangi alat vital mereka masing-masing dan menatap Erzhu dengan ngeri. Mereka yakin itu pasti sangat menyakitkan. Atau bahkan mungkin, hancur? Baiklah, sepertinya mereka harus membuat acara perpisahan yang layak untuk masa depan Erzhu yang baru saja hilang."Anak kecil brengsek!" Dafu, yang sebelumnya dipanggil dengan sebutan kakak ke
"Aku sudah kenyang!" kata Fu Lian. Dia mendorong mangkuknya yang sudah kosong menjauh."Aku juga sudah selesai," kata Fu Huanran. "Kalau begitu ayo kita pulang."Ketiganya meninggalkan meja dan pergi menghampiri Ming Feng, "Paman Ming, kami sudah selesai." Setelah itu, Fu Lian mengeluarkan. 1 tael perak lalu memberikannya kepada Ming Feng."Sudah selesai? Apa kalian akan langsung pulang?" tanya Ming Feng khawatir. Dia melihat ke arah jalanan tapi tidak bisa menemukan Ming Shao."Ya, Paman. Kamu tidak perlu khawatir," kata Fu Lian seraya tersenyum manis."Tunggu sebentar, biar aku memberimu kembaliannya," kata Ming Feng. Dia berencana mengulur-ngulur waktu hingga seseorang dari kediaman Adipati Qiang datang."Tidak perlu. Paman bisa menyimpannya," kata Fu Lian. Dia segera berbalik lalu menyeret kedua saudaranya pergi."Ah, ah, bagaimana bisa seperti itu?" tanya Ming Feng panik. Dia hendak mengejar ketiga anak itu, namun sayangnya mereka terlalu gesit. "Celaka! Celaka! Mereka tidak perg
"Haohao! Haohao!" Suara bisikan dari balik bebatuan taman mengusik Fu Hao. Anak laki-laki berusia 3 tahun itu menoleh dan melihat kedua kakak kembarnya sedang bersembunyi di antara bebatuan. Setelah beberapa saat, Fu Hao berjalan menghampiri keduanya."Ada apa?" tanya Fu Hao datar.Fu Lian segera menariknya untuk bersembunyi di balik bebatuan. Dia menatap buku-buku yang ada di tangan Fu Hao, "apa yang akan kamu lakukan dengan buku-buku membosankan itu?"Tentu saja pergi belajar. Bukankan Guru Jiang akan segera datang?" tanya Fu Hao tanpa berekpresi.Fu Lian menghela nafas panjang, "untuk apa kita pergi belajar? Aku sangat bosan. Lebih baik kita pergi berjalan-jalan!"Fu Huanran terlihat gelisah ketika mendengar perkataan Fu Lian. Ini bukan pertama kalinya saudara kembarnya mengajaknya untuk bolos belajar. Fu Lian selalu suka menyeret Fu Huanran dan Fu Hao pergi bermain di area perkotaan atau pegunungan untuk mencari buah-buahan liar."Lian'er, kalau Ibu mengetahuinya, dia akan memukul
Fu Xingshen menghentikan langkahnya ketika dia sudah berada di dekat Wang Minghao. Saat ini, para pejabat menutup mulut mereka. Tidak ada seorangpun yang berani berbicara. Siapa yang berani mengatakan sesuatu ketika lawan mereka sudah dipastikan unggul?Wang Minghao terjatuh duduk di singgasananya. Tubuhnya bergetar hebat karena kemarahan dan juga ketakutan.Wan Rong menoleh dan menatap Wang Shimin dengan penuh kebencian, "Shimin, kenapa kamu melakukan hal ini?""Ha! Ha! Ha! Permaisuri Wan, apakah kamu bertanya karena tidak tahu, atau kamu berpura-pura tidak tahu?" tanya Wang Shimin dingin. Dia berjalan pelan ke arah Wang Minghao dan bertanya dengan wajah datar, "Ayah, apakah kamu juga tidak mengetahuinya?"Wang Minghao tidak menjawab, dia hanya menyipitkannya matanya saat menatap Wang Shimin."Baiklah, baiklah. Aku tidak akan bermain tebak-tebakan lagi. Aku akan menjelaskan semuanya," kata Wang Shimin. Dia lalu menambahkan, "setidaknya kalian bisa mengetahui alasan kalian mati."Wajah
Fu Xingshen melihat kembang api yang meledak di udara. Tangannya tanpa sadar menggenggam erat pedang yang ada di pinggangnya. Setelah itu Fu Xingshen dan Fu Yi menaiki kuda mereka masing-masing. Melihat pemimpin mereka sudah bersiap, para tentara memegang senjata mereka, bersiap untuk menyerbu masuk ke dalam Ibukota Kekaisaran."Maju!" perintah Fu Xingshen dingin.Fu Yi mengangkat sebuah kembang api dan menembakkannya ke udara. Fu Xingshen membagi tentara menjadi 4 kelompok. Masing-masing kelompok menunggu di kegelapan hutan di 4 penjuru mata angin. Begitu melihat sinyal kedua ditembakkan, para tentara merangsek masuk ke dalam Ibukota Kekaisaran. Suasana Ibukota tiba-tiba menjadi gempar. Melihat banyaknya tentara yang membawa senjata masuk ke dalam kota, para penduduk berhamburan masuk ke dalam rumah mereka dengan panik. Mereka semua ketakutan dan mengunci rumah mereka dari dalam. Beberapa bahkan bersembunyi di kolong-kolong tempat tidur, berharap nyawa mereka akan selamat.Tidak ber
"Benar-benar tidak bisa dimaafkan!" Suara marah Wang Minghao menggelegar di dalam aula.Aula seketika dipenuhi dengan suara orang-orang yang berlutut beserta teriakan. "Yang Mulia, tolong jaga kesehatan Anda!"Wang Minghao tidak marah karena seseorang ingin mencelakai Li Mei, dia marah karena orang-orang itu telah merusak rencananya. Setelah beberapa saat, dia akhirnya berhasil mengendalikan emosinya."Kembali duduk."Setelah semua orang kembali duduk, Wang Minghao menoleh kepada Li Xue dan berkata, "Tabib Li, ada sesuatu yang ingin aku katakan kepadamu malam ini." "Yang Mulia, Hamba siap mendengarkan, " jawab Li Xue."Aku telah menurunkan Dekrit Pernikahan sebelumnya untuk Li Mei dan Putra Mahkota. Namun hal itu gagal karena Nona Li menghilang. Oleh karena itu posisi Putri Mahkota aku serahkan kepada Xiang Qian," kata Wang Minghao.Wajah Xiang Qian berubah suram. Perkataan Kaisar Xing