"Dasar wanita jalang! Jangan mengatakan omong kosong yang bisa menghancurkan reputasi anakku" Zhao Niu mendesis marah ketika mendengar perkataan Li Mei.
"Kalau begitu, ajarilah anakmu bagaimana caranya bersikap dengan baik. Kalau dia terus saja menggoda suami orang, dia akan menghancurkan reputasinya sendiri," kata Li Mei terlihat acuh tak acuh.Bai Changyi masih menatap Li Mei dengan tatapan kosong. Dia masih belum mempercayai apa yang sedang terjadi di depannya saat ini."Suamiku?" panggil Li Mei seraya menggoyangkan lengan Bai Changyi perlahan.Bai Changyi kembali tersadar lalu mengerjap-ngerjapkan matanya, "aーah, ya … kalau begitu mari kita kembali ke kamar. Tubuhmu belum sepenuhnya pulih dan di luar sini sangat dingin. Ayo ...."Bai Changyi segera berdiri lalu membantu Li Mei berdiri dengan lembut. Dia menolehkan wajahnya untuk menatap Zhao Niu dan Xiao Mimi dengan tatapan datar, "Nyonya Zhao, aku pasti akan membayar hutangku, tapi tidak sekarang. Aku akan membayarnya sesuai dengan kesepakatan awal."Bai Changyi terdiam selama beberapa saat sebelum akhirnya kembali melanjutkan ucapannya, "udara di luar sini semakin dingin, dan aku harus membawa Li Mei masuk untuk menghangatkan diri. Kalau kalian tidak ada keperluan lagi, silahkan kalian pulang."Zhao Niu dan Xiao Mimi hanya bisa ternganga melihat sikap keduanya. Setelah beberapa saat, Xiao Mimi akhirnya merasa sudah tidak bisa menahannya lagi. Dia merasa sangat marah dan cemburu. Akhirnya, dia menghentakkan kakinya, lalu berlari keluar dari halaman seraya menangis. Zhao Niu terlihat panik, dia segera melemparkan tatapan tajam kepada Bai Changyi dan Li Mei, lalu menyusul Xiao Mimi pergi.Bai Changyi menggelengkan kepalanya pelan, "ayo, kita masuk sekarang. Udara semakin dingin."Li Mei menatapnya dengan tatapan polos lalu bertanya manja, "apa kamu tidak jadi memapahku?"Bai Changyi merasa tidak terbiasa dengan perubahan sikap Li Mei. Istrinya dulu selalu bersikap kasar dan kata-katanya terdengar tajam. Namun sekarang .…Apakah dia boleh berharap sedikit saja?"Baik. Ayo aku bantu." Gerakan Bai Changyi terlihat kaku. Apalagi ketika dia merasakan kulit halus Li Mei yang menyentuh kulitnya, wajahnya tanpa sadar bersemu merah. Dia sama sekali tidak menyadari sudut bibir Li Mei yang sedikit terangkat.Li Mei duduk di tepi tempat tidur dan menatap wajah Bai Changyi lekat-lekat, membuat Bai Changyi semakin canggung."Suamiku …." panggil Li Mei lembut."Aーah, ya?" jawab Bai Changyi dengan canggung.Bai Changyi sama sekali belum terbiasa dengan panggilan Li Mei. Dulu Li Mei selalu memanggilnya dengan panggilan "Hei!" ataupun hanya "Kamu!", tidak pernah semesra sekarang ini."Soal perceraian ...."Ketika mendengar kata-kata perceraian, suasana hati Bai Changyi kembali muram.Dia segera memotong perkataan Li Mei, "seperti yang aku katakan tadi, berikan aku waktu beberapa hari lagi untuk mengumpulkan uang untukmu. Setelah itu, aku akan meminta Kepala Desa Wu untuk mengurus perceraian kita."Setelah itu, Bai Changyi mengangkat kepalanya dan menatap mata Li Mei dengan mata yang terkulai, "aku ... aku tahu aku bukan suami yang becus hingga membawamu ke kehidupan yang sengsara seperti ini. Tapi … jangan pernah melukai dirimu lagi, apalagi sampai menceburkan diri ke sungai seperti kemarin untuk bunuh diri. Aku tidak sanggup melihatnya, maka … aku akan mengabulkan permintaanmu untuk bercerai."Kata-kata Bai Changyi entah mengapa terasa seperti menyayat-nyayat hati Li Mei. Dia merasa sedih untuk laki-laki ini.Dasar Li Mei sialan! Apa matamu buta? Apa kamu tidak bisa merasakan ketulusan yang diberikan oleh laki-laki ini? Hidupmu sungguh sia-sia!"Aku hanya ingin mengatakan kalau aku tidak mau bercerai," kata Li Mei seraya tersenyum lembut."Aku mengerti. Besok pagi aku akan mengurus surat perce ...."Bai Changyi membeku, dia merasa ada sesuatu yang salah. Dia mendongakkan kepalanya dan menatap Li Mei dengan kening yang berkerut."Kamu bilang apa barusan?""Aku tidak mau bercerai denganmu," jawab Li Mei mantap.Bai Changyi tertegun untuk waktu yang lama. Setelah beberapa saat, dia naik ke atas tempat tidur, berbaring, menyelimuti tubuhnya, lalu memejamkan matanya rapat-rapat.Li Mei tertawa ketika melihat tingkah laku Bai Changyi, "dasar bodoh! Kamu tidak sedang bermimpi!""Benarkah?" tanya Bai Changyi terdengar ragu."Ya," jawab Li Mei."Jadi … kamu … kamu benar-benar tidak akan bercerai denganku?" tanya Bai Changyi ragu."Ha! Ha! Ha! Tentu saja," kata Li Mei seraya tertawa. Suara tawanya terdengar sangat merdu di telinga Bai Changyi. "Meskipun sekarang aku kehilangan ingatanku, aku merasa kalau aku yang dulu pasti sangatlah bodoh karena ingin bercerai denganmu."Ya. Walaupun dia tidak dapat menyalahkan sikap Li Mei sepenuhnya yang tidak mampu menahan kesusahan, tapi dia juga tidak bisa membenarkan perilakunya.Bai Changyi mencubit lengannya sendiri dengan keras hingga kemerahan, "ah! Aku ... ternyata aku benar-benar tidak sedang bermimpi.""Apa yang kamu lakukan? Jangan seperti itu!" Li Mei terkejut dan meraih lengan Bai Changyi dengan cepat. Dia segera membelai dan meniup lembut lengan Bai Changyi yang dicubitnya sendiri tadi.Bai Changyi hanya bisa menatap wajah cantik Li Mei dalam diam. Perhatian dan sikap lembut Li Mei sedari tadi langsung menyembuhkan luka hatinya selama ini dalam sekejap. Dia benar-benar merasa seperti sedang berada di dalam mimpi."Tapi, aku memiliki satu syarat," kata Li Mei pelan."Apa itu? Katakan saja. Selama kamu berjanji tidak akan meninggalkanku, aku akan menyanggupinya," tanya Bai Changyi terlihat bersemangat."Aku tidak suka berbagi suami," kata Li Mei berterus terang. "Kelak, semakmur apapun kehidupan kita, aku tidak mau kalau kamu sampai mengambil selir ataupun gundik."Bai Changyi menatapnya dengan tatapan tidak percaya, "tidak akan pernah! Aku tidak akan pernah jatuh cinta kepada wanita lain. Aku bersumpah dengan nyawaku!""Baiklah, aku percaya kepadamu," jawab Li Mei seraya menatapnya dengan tatapan malu-malu. Setelah beberapa saat, dia kembali menoleh dan menatap suaminya."Suamiku, bolehkah aku bertanya lagi soal kehidupan kita? Kamu tadi bilang kalau kamu seorang pemburu bukan?""Ya," jawab Bai Changyi."Kapan kamu akan pergi berburu ke gunung lagi?" tanya Li Mei. "Kita harus segera mendapatkan uang untuk membayar semua hutang kita kepada Nyonya Zhao. Dengan begitu, kita tidak perlu berurusan lagi dengannya kelak.""Ya, kamu benar," jawab Bai Changyi."Apakah sepuluh tael perak itu banyak?" tanya Li Mei penasaran."Itu … itu cukup banyak," jawab Bai Changyi pelan. Dia menunduk dan merasa tidak berdaya, "kemungkinan aku butuh beberapa kali menjual bulu-bulu hewan itu ke kota sampai bisa melunasi semuanya. Kecuali ....""Kecuali apa?" tanya Li Mei kurang sabar ketika melihat Bai Changyi menghentikan ucapannya."Kecuali aku masuk lebih dalam ke dalam hutan. Mungkin saja aku bisa mendapatkan harimau dan menjual kulitnya. Selama kita mengulitinya dengan baik, itu akan berharga sekitar lima puluh tael perak. Kalau seperti itu, kita bisa memiliki uang lebih untuk membeli pakaian baru untukmu. Serta kasur dan selimut yang lebih empuk dan tebal."Li Mei merasa hatinya bertambah hangat. Bagaimana tidak, semenjak tadi suaminya selalu mengutamakan kebutuhannya."Tapi ... bukankah berbahaya kalau pergi hutan yang lebih dalam? Pasti akan lebih banyak hewan buas di sana," kata Li Mei khawatir."Tapi hanya itulah satu-satunya cara yang kita punya," bujuk Bai Changyi.Li Mei menggeleng, "tidak, aku tidak setuju. Aku khawatir sesuatu yang buruk akan terjadi padamu."Entah kapan terakhir kalinya Bai Changyi merasa hatinya begitu bahagia. Saat ini dia bahkan hampir meneteskan air matanya. Tapi dia harus bisa menahannya, dia tidak mau terlihat lemah di depan istri kecilnya."Begini saja ... bagaimana kalau aku ikut denganmu besok?" tanya Li Mei."Apa?" Bai Changyi merasa sangat terkejut dengan permintaan Li Mei. Dia langsung menolaknya, "tidak, tidak! Itu terlalu berbahaya!""Kita tidak perlu pergi terlalu dalam ke gunung. Kamu bisa berburu beberapa hewan liar, dan aku bisa mencari tanaman obat. Setelah itu, kita berdua bisa menjualnya ke kota bersama."Bai Changyi tertegun. "Kamu … kamu mengetahui soal tanaman obat?""Hmm ... saat terbangun tadi, tiba-tiba aku bisa mengingat beberapa jenis tanaman herbal," jawab Li Mei berbohong. Ya. Li Mei jelas sedang berbohong. Kakeknya adalah seorang dokter pengobatan tradisional Tiongkok. Jadi, meskipun dia dulu memilih menjadi seorang pengusaha, tapi dia sangat mengerti tentang tanaman herbal karena sudah berkutat dengan berbagai jenis tanaman herbal semenjak dia kecil.Setelah menimbang-nimbang beberapa saat, akhirnya Bai Changyi menyetujui permintaan Li Mei."Bahan apa yang kita punya untuk makan malam?" tanya Li Mei."Ah, itu ...." Bai Changyi terlihat malu ketika mendengar pertanyaan Li Mei. Dia lalu mendesah pelan, "maaf, aku tidak pergi berburu selama beberapa hari, jadi ....""Apakah kita memiliki kebun?" tanya Li Mei."Ya, kita memiliki sepetak kecil kebun di halaman belakang," jawab Bai Changyi."Tapi hanya ada beberapa tanaman kubis dan lobak di sana.""Apa ada sungai di dekat sini?" tanya Li Mei lagi."Ada, tapi cuaca terlalu dingin untuk pergi k
Li Mei dan Bai Changyi berdiri di tepi sungai. Airnya sangat jernih dan tidak begitu dalam. Selain itu, Li Mei dapat melihat ikan yang gemuk yang sesekali berenang tidak jauh dari lokasi mereka berdiri. Ada banyak batu-batu dengan berbagai ukuran tersebar di sana."Baiklah! Mari kita menangkap ikan!" kata Li Mei seraya menggulung lengan bajunya dan menunjukkan tangannya yang putih mulus. Setelah itu dia mengikat baju bagian luarnya dan menggulung celana bagian dalam hanfunya.Bai Changyi membeku di tempat saat melihat lengan dan betis Li Mei yang mulus. Ada desiran aneh yang tiba-tiba menjalar di seluruh tubuhnya. Meskipun Li Mei sudah setengah tahun menjadi istrinya, namun ini baru kedua kalinya dia melihat kulit mulus istrinya. Dulu dia melihatnya tanpa sengaja, itupun ada bercak-bercak darah yang berasal dari lukanya. Namun sekarang situasinya berbeda. Dengan cepat dia memalingkan wajahnya karena malu.Gerakan Bai Changyi tidak luput dari pandangan Li Mei. Dia melihat ke arah Bai C
"Apa kamu lelah?" tanya Bai Changyi merasa khawatir ketika mendengar nafas istrinya yang semakin terengah-engah."Aku baik-baik saja," jawab Li Mei. "Apa tubuhmu benar-benar tidak masalah?" tanya Bai Changyi terlihat meragukan istrinya.Li Mei baru saja sadar dan bangun dari tempat tidurnya kemarin, tubuhnya masih lemah, tapi dia sudah bersikeras ingin pergi ke gunung hari ini. Hal ini tentu saja membuat Bai Changyi merasa khawatir."Tenanglah, kalau hanya segini, aku masih bisa," kata Li Mei. "Nah, aku akan mencoba mencari di sekitar sini, kamu pergilah berburu dulu." "Tapi …." Bai Changyi terlihat ragu, dia tidak ingin pergi meninggalkan Li Mei seorang diri."Kita tidak masuk terlalu dalam ke gunung. Aku pikir, kemungkinan hewan buas datang ke sini sangatlah kecil," kata Li Mei mencoba menenangkan suaminya. "Sudahlah, kamu cepat pergi berburu. Aku tidak ingin berada di sini sampai malam."Setelah beberapa saat berpikir, Bai Changyi akhirnya setuju. "Jangan pergi terlalu jauh. Car
"Aku akan membawamu ke Toko Obat Lou. Kita akan ke sana setelah menjual hasil buruanku," jawab Bai Changyi. "Nah, sekarang berikan keranjangmu itu."Bai Changyi mengambil dan segera menggendong keranjang yang dibawa oleh Li Mei. Setelah itu, dia kembali menenteng hasil buruan dengan tangannya."Ah! Aku bisa melakukannya sendiri," kata Li Mei terkejut ketika menyadari keranjangnya sudah berpindah tangan."Ini tidak berat sama sekali," kata Bai Changyi. "Lihatlah, tubuhku besar."Li Mei melihat penampilan suaminya. Meskipun pakaiannya kusam, namun aura ketampanannya sama sekali tidak terganggu. Tubuhnya sangat tinggi dan kekar, bahkan tinggi badan Li Mei tidak sampai ke pundaknya. Padahal dirinya termasuk memiliki tinggi rata-rata wanita di zaman itu. Entah mengapa, sosok Bai Changyi membuatnya teringat dengan sosok jenderal gagah yang pernah ditontonnya di drama-drama kolosal.Keduanya berjalan menyusuri Kota Shengcan yang sangat ramai hari itu. Banyak orang yang terlihat berlalu lalan
"Ha! Ha! Ha! Aku yakin kamu baru saja memakan madu!" celetuk Bai Changyi seraya tertawa senang.Li Mei tersenyum lebar ketika melihat tawa suaminya. Bai Changyi cenderung bersikap kaku dan pendiam. Dia suka tersenyum kepadanya, tapi selama beberapa hari ini Li Mei belum pernah melihatnya tertawa. Ternyata dia lebih tampan saat tertawa!"Apa tokonya masih jauh?" tanya Li Mei setelah berjalan sekitar sepuluh menit. Saat ini mereka berada di jalan utama Kota Shengcan. Terlihat banyak deretan toko di sisi kanan dan kiri jalan utama. Ada kedai teh, toko pakaian, restoran, dan lain-lain. Melihat sekitarnya, Li Mei berpikir kalau daerah itu pasti adalah wilayah yang sering dikunjungi oleh kaum bangsawan."Tidak," jawab Bai Changyi. "Kita hanya perlu berbelok di belokan kedua di sebelah sana."Li Mei melihat arah yang ditunjuk oleh Bai Changyi dan berpikir itu memang tidak jauh lagi."Apa kamu lelah? Mau beristirahat sebentar di kedai teh?" tanya Bai Changyi."Tidak perlu," jawab Li Mei. Dia
Tidak menunggu lama, seorang pria tua berambut dan berjenggot panjang putih datang dengan tergesa-gesa ke arah mereka. Pakaiannya terbuat dari bahan yang berkualitas bagus. Melihatnya sekali saja, mereka langsung tahu kalau itu adalah Tabib Lou. Apalagi Su Hanming berjalan mengikuti di belakangnya."Apa kalian yang menjual tanaman obat?" tanya Lou Jierui . Penampilan kedua orang di hadapannya ini memang tampan dan cantik, namun dari pakaiannya, dia dapat menebak kalau mereka berasal dari pedesaan. Bagaimana mereka bisa mengetahui tanaman obat, bahkan tanaman obat langka? Orang biasa tidak akan mengetahui tanaman obat, apalagi obat-obatan yang mereka bawa tadi berkualitas sangat baik. Biasanya mereka hanya membayar dua tael perak untuk jenis obat-obatan yang dibawa kedua orang ini, namun karena kualitasnya bagus, dia membayar tiga tael perak. Sebenarnya, siapa kedua orang ini?"Benar," jawab Li Mei seraya berdiri dan menangkupkan tangannya untuk memberikan hormat. "Perkenalkan, namaku
"Untuk apa kalian ke sini? Apa kalian tahu kalau pengemis dilarang masuk ke dalam bank?" tanya seorang penjaga bank dengan sinis ketika melihat Li Mei dan Bai Changyi masuk ke dalam bank.Bai Changyi menatap penjaga bank itu dengan dingin, membuat penjaga bank tersebut sedikit bergidik karena merasakan hawa dingin yang datang tiba-tiba."Kami ingin menyimpan uang," jawab Li Mei santai. Dia meletakkan dua kantong uang berisi dua ratus tael emas di depan penjaga bank itu. Penjaga Bank menatap kantong uang itu lalu kembali menatap Li Mei dan Bai Changyi dengan tatapan curiga. Penampilan keduanya begitu lusuh, bagaimana mereka bisa mendapatkan uang sebanyak ini? Kecurigaannya semakin menjadi-jadi ketika Li Mei menyerahkan lima puluh tael emas lagi kepadanya."Tolong tukar tael emas ini menjadi tael perak," celetuk Li Mei terlihat acuh tak acuh."Darimana kalian bisa mendapatkan uang sebanyak ini? Apa k
"Minggir! Beri jalan!"Setelah ketegangan yang berlangsung selama beberapa saat, Pengawal yang diperintahkan oleh Fu Xingshen kembali dengan seseorang di belakangnya. Su Hanming berjalan masuk dengan tergesa-gesa."Salam hormat kepada Jenderal Besar Fu," Su Hanming segera menangkupkan kedua tangannya kepada Fu Xingshen. "Saya Su Hanming, Penjaga Toko dari Toko Obat Lou."Wajah Liu An semakin memucat ketika melihat sosok Su Hanming yang datang . Dia tahu siapa Su Hanming. Dia adalah orang kepercayaan Lou Jierui, Tabib terbaik di kota Shengcan, bahkan terbaik di Kabupaten Jinxi. Jika Lou Jierui sampai mengirim Su Hanming ke sini, bukankah itu artinya .... "Nyonya Li, Tuan Bai, apakah kalian baik-baik saja?" tanya Su Hanmin cemas."Kami baik-baik saja. Terima kasih karena Penjaga Toko Han sudah berbaik hati untuk datang kemari," jawab Li Mei seraya menangkupkan kedua tangannya kepada Su Hanming, diikuti oleh Bai Changyi."Tidak masalah. Sebenarnya, apa yang sedang terjadi?" tanya Su Hanm
"Apa yang kamu maksud dengan 'ini'?" tanya Fu Lian santai."Lian'er, kamu tahu apa maksudku," jawab Wang Gongfai kesal. "Kabar sebesar ini, bagaimana aku tidak bisa mengetahuinya?"Fu Lian akhirnya berhenti berpura-pura. Dia menatap Wang Gongfai dengan wajah cemberut, "kamu sudah tahu aku menginginkan ini sejak lama, mengapa kamu tidak bisa mendukungku?"Wang Gongfai terpana dengan perkataan Fu Lian. Calon istrinya akan pergi untuk berperang, bagaimana dia akan mendukungnya?"Apa kamu bodoh? Bagaimana aku bisa melepaskanmu untuk pergi berperang?" tanya Wang Gongfai dengan 2 alis terangkat."Apa yang kamu khawatirkan? Semuanya akan baik-baik saja," kata Fu Lian mencoba menenangkannya."Lian'er." Wang Gongfai menarik tangan Fu Lian dan menariknya menjauh. Dia tidak ingin mereka menjadi pusat perhatian para pengawal yang ada di sekitar.Dun Ming berlari mengikuti di belakang mereka. Dia tidak menyangka Wang Gongfai akan berhenti tiba-tiba hingga membuatnya menabraknya."Yang Mulia, maafka
"Apa benar kamu Pangeran Pertama?" tanya Fu Lian ragu."Tentu saja! Untuk apa aku berbohong?" celetuk Wang Gongfai kesal.Fu Lian menatap Wang Gongfai selama beberapa saat lalu menganggukkan kepalanya, "baiklah. Aku akan mengantarmu.""Bagus, bagus," kata Wang Gongfai senang. Dia lalu berjalan di samping Fu Lian dan mengikuti langkahnya. Dia berkali-kali mencuri pandang ke arah Fu Lian."Berhenti menatapku," kata Fu Lian kesal.Wang Gongfai hanya menggaruk pelan kepalanya yang tidak terasa gatal. Dia hanya mengagumi kecantikan Fu Lian, mengapa dia harus merasa terganggu?Sesosok tubuh besar berwarna putih tiba-tiba mendarat di depan keduanya. Senyuman mengembang di wajah Fu Lian sedangkan Wang Gongfai tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya."Xiao Lang!" Fu Lian bergegas menubruk tubuh besar Xiao Lang."Wow! Apakah dia benar-benar Xiao Lang?" Wang Gongfai merasa sangat k
Kediaman Adipati Qiang terlihat begitu meriah hari ini. Beberapa tamu undangan berjalan memasuki kediaman Adipati Qiang dengan pakaian terbaiknya.Li Mei terlihat cantik dengan balutan hanfu berwarna biru tua. Tidak jauh darinya, terlihat Fu Changyi yang menggunakan baju dengan warna senada. Fu Xingshen yang berada di sebelah Fu Changyi juga terlihat menggunakan baju berwarna biru gelap. Ketiganya terlihat sibuk menyambut para tamu.Hari ini mereka sedang merayakan hari ulang tahun Fu Lian dan Fu Huanran yang ke-10. Tidak ada seorangpun tamu yang tidak datang. Mereka semua ingin menjalin hubungan yang baik dengan keluarga Adipati Qiang.Tiba-tiba, Li Mei melihat Nuannuan berjalan dengan panik ke arahnya. Dia segera menoleh ke beberapa orang tamu wanita yang sedang mengelilinginya, "Nyonya-nyonya, maafkan aku. Aku harus pergi untuk melihat persiapan Putriku.""Tidak apa-apa, kamu tidak perlu tergesa-gesa," kata Nyonya Lin, istri Perdana Menteri Yan."Kami tahu betapa repotnya mempersia
8 orang preman mengelilingi 3 orang anak kecil. Fu Huanran merasa sangat ketakutan, dia hampir menangis.Fu Lian menggertakkan giginya, "minggir! Apa kalian tidak takut seseorang akan datang dan menghukum kalian?"Kedelapan preman itu saling memandang ketika mendengar perkataan Fu Lian lalu tertawa terbahak-bahak. Setelah beberapa saat, Erzhu berkata pada mereka, "siapa yang akan menemukan kami? Tidak akan ada yang tahu!"Tiba-tiba Fu Lian menerjang ke arah Erzhu. Dia mengangkat kakinya tinggi lalu menendang tepat di titik vital Erzhu.Kedua mata Erzhu membola sempurna saat suara lengkingan terdengar dari mulutnya, "ah!"Ketujuh orang lainnya langsung memegangi alat vital mereka masing-masing dan menatap Erzhu dengan ngeri. Mereka yakin itu pasti sangat menyakitkan. Atau bahkan mungkin, hancur? Baiklah, sepertinya mereka harus membuat acara perpisahan yang layak untuk masa depan Erzhu yang baru saja hilang."Anak kecil brengsek!" Dafu, yang sebelumnya dipanggil dengan sebutan kakak ke
"Aku sudah kenyang!" kata Fu Lian. Dia mendorong mangkuknya yang sudah kosong menjauh."Aku juga sudah selesai," kata Fu Huanran. "Kalau begitu ayo kita pulang."Ketiganya meninggalkan meja dan pergi menghampiri Ming Feng, "Paman Ming, kami sudah selesai." Setelah itu, Fu Lian mengeluarkan. 1 tael perak lalu memberikannya kepada Ming Feng."Sudah selesai? Apa kalian akan langsung pulang?" tanya Ming Feng khawatir. Dia melihat ke arah jalanan tapi tidak bisa menemukan Ming Shao."Ya, Paman. Kamu tidak perlu khawatir," kata Fu Lian seraya tersenyum manis."Tunggu sebentar, biar aku memberimu kembaliannya," kata Ming Feng. Dia berencana mengulur-ngulur waktu hingga seseorang dari kediaman Adipati Qiang datang."Tidak perlu. Paman bisa menyimpannya," kata Fu Lian. Dia segera berbalik lalu menyeret kedua saudaranya pergi."Ah, ah, bagaimana bisa seperti itu?" tanya Ming Feng panik. Dia hendak mengejar ketiga anak itu, namun sayangnya mereka terlalu gesit. "Celaka! Celaka! Mereka tidak perg
"Haohao! Haohao!" Suara bisikan dari balik bebatuan taman mengusik Fu Hao. Anak laki-laki berusia 3 tahun itu menoleh dan melihat kedua kakak kembarnya sedang bersembunyi di antara bebatuan. Setelah beberapa saat, Fu Hao berjalan menghampiri keduanya."Ada apa?" tanya Fu Hao datar.Fu Lian segera menariknya untuk bersembunyi di balik bebatuan. Dia menatap buku-buku yang ada di tangan Fu Hao, "apa yang akan kamu lakukan dengan buku-buku membosankan itu?"Tentu saja pergi belajar. Bukankan Guru Jiang akan segera datang?" tanya Fu Hao tanpa berekpresi.Fu Lian menghela nafas panjang, "untuk apa kita pergi belajar? Aku sangat bosan. Lebih baik kita pergi berjalan-jalan!"Fu Huanran terlihat gelisah ketika mendengar perkataan Fu Lian. Ini bukan pertama kalinya saudara kembarnya mengajaknya untuk bolos belajar. Fu Lian selalu suka menyeret Fu Huanran dan Fu Hao pergi bermain di area perkotaan atau pegunungan untuk mencari buah-buahan liar."Lian'er, kalau Ibu mengetahuinya, dia akan memukul
Fu Xingshen menghentikan langkahnya ketika dia sudah berada di dekat Wang Minghao. Saat ini, para pejabat menutup mulut mereka. Tidak ada seorangpun yang berani berbicara. Siapa yang berani mengatakan sesuatu ketika lawan mereka sudah dipastikan unggul?Wang Minghao terjatuh duduk di singgasananya. Tubuhnya bergetar hebat karena kemarahan dan juga ketakutan.Wan Rong menoleh dan menatap Wang Shimin dengan penuh kebencian, "Shimin, kenapa kamu melakukan hal ini?""Ha! Ha! Ha! Permaisuri Wan, apakah kamu bertanya karena tidak tahu, atau kamu berpura-pura tidak tahu?" tanya Wang Shimin dingin. Dia berjalan pelan ke arah Wang Minghao dan bertanya dengan wajah datar, "Ayah, apakah kamu juga tidak mengetahuinya?"Wang Minghao tidak menjawab, dia hanya menyipitkannya matanya saat menatap Wang Shimin."Baiklah, baiklah. Aku tidak akan bermain tebak-tebakan lagi. Aku akan menjelaskan semuanya," kata Wang Shimin. Dia lalu menambahkan, "setidaknya kalian bisa mengetahui alasan kalian mati."Wajah
Fu Xingshen melihat kembang api yang meledak di udara. Tangannya tanpa sadar menggenggam erat pedang yang ada di pinggangnya. Setelah itu Fu Xingshen dan Fu Yi menaiki kuda mereka masing-masing. Melihat pemimpin mereka sudah bersiap, para tentara memegang senjata mereka, bersiap untuk menyerbu masuk ke dalam Ibukota Kekaisaran."Maju!" perintah Fu Xingshen dingin.Fu Yi mengangkat sebuah kembang api dan menembakkannya ke udara. Fu Xingshen membagi tentara menjadi 4 kelompok. Masing-masing kelompok menunggu di kegelapan hutan di 4 penjuru mata angin. Begitu melihat sinyal kedua ditembakkan, para tentara merangsek masuk ke dalam Ibukota Kekaisaran. Suasana Ibukota tiba-tiba menjadi gempar. Melihat banyaknya tentara yang membawa senjata masuk ke dalam kota, para penduduk berhamburan masuk ke dalam rumah mereka dengan panik. Mereka semua ketakutan dan mengunci rumah mereka dari dalam. Beberapa bahkan bersembunyi di kolong-kolong tempat tidur, berharap nyawa mereka akan selamat.Tidak ber
"Benar-benar tidak bisa dimaafkan!" Suara marah Wang Minghao menggelegar di dalam aula.Aula seketika dipenuhi dengan suara orang-orang yang berlutut beserta teriakan. "Yang Mulia, tolong jaga kesehatan Anda!"Wang Minghao tidak marah karena seseorang ingin mencelakai Li Mei, dia marah karena orang-orang itu telah merusak rencananya. Setelah beberapa saat, dia akhirnya berhasil mengendalikan emosinya."Kembali duduk."Setelah semua orang kembali duduk, Wang Minghao menoleh kepada Li Xue dan berkata, "Tabib Li, ada sesuatu yang ingin aku katakan kepadamu malam ini." "Yang Mulia, Hamba siap mendengarkan, " jawab Li Xue."Aku telah menurunkan Dekrit Pernikahan sebelumnya untuk Li Mei dan Putra Mahkota. Namun hal itu gagal karena Nona Li menghilang. Oleh karena itu posisi Putri Mahkota aku serahkan kepada Xiang Qian," kata Wang Minghao.Wajah Xiang Qian berubah suram. Perkataan Kaisar Xing