"Untuk apa kalian ke sini? Apa kalian tahu kalau pengemis dilarang masuk ke dalam bank?" tanya seorang penjaga bank dengan sinis ketika melihat Li Mei dan Bai Changyi masuk ke dalam bank.
Bai Changyi menatap penjaga bank itu dengan dingin, membuat penjaga bank tersebut sedikit bergidik karena merasakan hawa dingin yang datang tiba-tiba."Kami ingin menyimpan uang," jawab Li Mei santai. Dia meletakkan dua kantong uang berisi dua ratus tael emas di depan penjaga bank itu.Penjaga Bank menatap kantong uang itu lalu kembali menatap Li Mei dan Bai Changyi dengan tatapan curiga. Penampilan keduanya begitu lusuh, bagaimana mereka bisa mendapatkan uang sebanyak ini?Kecurigaannya semakin menjadi-jadi ketika Li Mei menyerahkan lima puluh tael emas lagi kepadanya."Tolong tukar tael emas ini menjadi tael perak," celetuk Li Mei terlihat acuh tak acuh."Darimana kalian bisa mendapatkan uang sebanyak ini? Apa k"Minggir! Beri jalan!"Setelah ketegangan yang berlangsung selama beberapa saat, Pengawal yang diperintahkan oleh Fu Xingshen kembali dengan seseorang di belakangnya. Su Hanming berjalan masuk dengan tergesa-gesa."Salam hormat kepada Jenderal Besar Fu," Su Hanming segera menangkupkan kedua tangannya kepada Fu Xingshen. "Saya Su Hanming, Penjaga Toko dari Toko Obat Lou."Wajah Liu An semakin memucat ketika melihat sosok Su Hanming yang datang . Dia tahu siapa Su Hanming. Dia adalah orang kepercayaan Lou Jierui, Tabib terbaik di kota Shengcan, bahkan terbaik di Kabupaten Jinxi. Jika Lou Jierui sampai mengirim Su Hanming ke sini, bukankah itu artinya .... "Nyonya Li, Tuan Bai, apakah kalian baik-baik saja?" tanya Su Hanmin cemas."Kami baik-baik saja. Terima kasih karena Penjaga Toko Han sudah berbaik hati untuk datang kemari," jawab Li Mei seraya menangkupkan kedua tangannya kepada Su Hanming, diikuti oleh Bai Changyi."Tidak masalah. Sebenarnya, apa yang sedang terjadi?" tanya Su Hanm
"Dimana rumah kalian?" tanya Fu Xingshen seraya menatap Li Mei dan Bai Changyi."Kami tinggal di Desa Fanrong," jawab Li Mei."Baik, saya akan mengunjungi kalian dalam waktu dekat," kata Fu Xingshen terlihat acuh tak acuh. "Sekarang saya harus pergi untuk melihat perkembangan kasus ini dulu."Keduanya terperangah. Untuk apa seorang legenda sepertinya mendatangi rumah mereka di desa terpencil? Namun mereka berdua tidak berani mengatakan apapun.Dia lalu melirik ke salah seorang petugas bank yang sedari tadi menunduk diam, "kamu! Layani mereka dengan baik."Semua orang membungkuk memberikan hormat saat Fu Xingshen berjalan keluar. Setelah sosoknya tidak terlihat lagi, orang-orang mulai berbisik-bisik untuk membicarakan apa yang baru saja terjadi. Li Mei dan Bai Changyi dilayani oleh petugas bank yang ditunjuk Fu Xingshen dengan sangat baik. Siapa juga yang berani menentang?Manajer mereka pasti akan kalang kabut kalau sampai mengetahui perilaku Liu An saat dia kembali dari Kabupaten J
"Aku lupa, meskipun kita ingin membangun rumah di musim semi mendatang, namun musim dingin masih satu setengah bulan. Bagaimana kalau kita membeli alas tidur yang empuk dan selimut yang hangat dulu?" tanya Li Mei dengan tatapan mata yang berbinar-binar.Bai Changyi tidak bisa tidak setuju.Gerobak sapi memasuki pintu gerbang desa Fanrong. Semua orang berhenti sejenak begitu melihat pemandangan yang menarik perhatian mereka. Li Mei dan Bai Changyi terlihat duduk di atas gerobak sapi yang dipenuhi dengan berbagai macam barang. Sejak kapan keluarga Bai Changyi menjadi begitu kaya?Desas-desus langsung tersebar luas, bahkan sebelum keduanya sampai di depan rumah mereka. Zhao Niu dan Xiao Mimi tanpa sengaja ikut mendengar berita ini."Luar biasa! Bai Changyi bisa membeli begitu banyak barang, sepertinya dia sudah menjadi kaya!" celetuk salah seorang wanita kagum."Satu gerobak penuh! Semua barang milik mereka!"
Xiao Mimi tercengang. Dia sangat marah lalu berlari pergi seraya menangis tersedu-sedu, di ikuti Zhao Niu di belakangnya.Li Mei dan Bai Changyi melihat mereka dengan acuh tak acuh sejenak lalu kembali merapikan barang-barang belanjaan mereka hingga hari mulai gelap."Lelah sekali," Li Mei mengangkat kedua tangannya ke atas untuk merenggangkan punggungnya."Apa ada yang ingin kamu makan?" kata Bai Changyi."Apa kamu bisa memasak?" tanya Li Mei."Tentu saja," jawab Bai Changyi."Apa kamu bisa membuat mie?" tanya Li Mei penuh semangat."Baik, akan aku buatkan!" jawab Bai Changyi seraya berlalu menuju dapur.Li Mei duduk dan menunggu Bai Changyi di meja makan. Dia melipat kedua tangannya di atas meja lalu meletakkan kepalanya ke atas tangannya."Istriku," suara Bai Changyi yang lembut terdengar sayup-sayup manggilnya. "Istriku, makanlah dulu sebelum tidur."
"Tapi apa Nek?" tanya Li Mei."Tapi kalian harus berjanji akan sering datang mengunjungiku," celetuk Yu Jie.Li Mei tertawa ketika mendengarnya, "baiklah, baiklah! Tentu saja."Mereka berbincang selama beberapa saat sebelum akhirnya meninggalkan rumah Yu Jie dan berjalan menuju rumah keluarga Bai Chengxi. Sepanjang malam ini, salju turun cukup lebat dan membungkus Bumi dengan selimut putihnya.Li Mei berhenti sejenak dan melayangkan pandangannya. Desa Fanrong berada di kaki gunung, jadi dia bisa puas melihat pemandangan putih di sekitar mereka. Uap terlihat keluar dari mulut mereka setiap mereka bernafas."Apa kamu kedinginan?" tanya Bai Changyi seraya membetulkan jubah bulu yang dipakai Li Mei."Ya, hari ini ternyata cukup dingin," jawab Li Mei sedikit menggigil. Bai Changyi melangkah maju dan menggenggam tangan Li Mei yang ramping dengan tangan besarnya. "Bagaimana? S
Bai Chengxi meletakkan tangannya di atas meja. Li Mei meletakkan jarinya di atas nadi Bai Chengxi lalu terdiam untuk beberapa saat. Ternyata benar dugaannya, Bai Chengxi terkena penyakit bronkitis. Di zaman modern, penyakit ini dapat disembuhkan setelah perawatan selama beberapa waktu. Namun sepertinya di zaman ini, mereka belum memiliki cara untuk menyembuhkannya."Apakah kalian memiliki kertas dan alat tulis?" tanya Li Mei."Sebentar." Xia Jianli segera bergegas membuka laci. Tidak lama kemudian dia sudah menyerahkan selembar kertas dan juga kuas, serta tinta.Li Mei menuliskan resep dengan lihai. Tulisannya terlihat sangat indah sehingga membuat semua orang di dalam ruangan terpana.Bai Changyi menghela nafas berat, ternyata istrinya memiliki banyak kejutan!"Bibi Xia, apakah kamu bisa pergi ke kota untuk membeli obat-obatan yang aku tulis hari ini? Kalau sempat, nanti malam aku akan datang untuk mengajarimu membuatnya," kata Li Mei."Baik," jawab Bibi Xia."Pergilah ke Toko Obat L
Keesokan paginya, setelah selesai memakan sarapan, Bai Changyi dan Li Mei mengunjungi ladang yang baru saja mereka beli. Ladang seluas sepuluh ribu meter persegi itu dipenuhi dengan semak belukar dan pohon-pohon kecil yang gundul di musim dingin.Meski keadaan tanah itu cukup berantakan, tapi Li Mei merasa senang karena berdasarkan perkataan Wu Dashan, tanah di ladang itu terkenal sangat subur."Jadi, apa yang ingin kamu tanam kelak?" tanya Bai Changyi penasaran."Tentu saja sayuran," jawab Li Mei. "Aku juga membeli bibit yang belum ada di sini seperti cabai, dan beberapa jenis bunga. Untuk bunga nanti akan kita tanam di pot dan kita jual ke kota. Para bangsawan pasti menyukai bunga baru dan langka!"Bai Changyi tersenyum lembut ketika melihat semangat istrinya yang berkobar."Tapi …." Li Mei memandang sekelilingnya lalu berkata, "hal yang perlu kita lakukan pertama adalah membersihkan ladang ini. Kita tidak mungkin membersihkannya hanya berdua saja bukan?""Aku akan meminta beberapa
Para pekerja datang saat matahari baru saja terbit. Upah yang mereka terima jauh lebih banyak daripada bekerja sebagai pekerja kasar di kota. Mereka juga tidak perlu berjalan kaki selama dua jam untuk perjalanan pulang pergi ke kota. Pekerjaan ini sangat membuat hati mereka senang!Li Mei menatap lima belas pria yang bertubuh kekar di hadapannya. Menurut Bai Changyi, mereka adalah orang desa yang tidak mencari nafkah dari berburu. Beberapa merasa trauma karena pernah terluka parah saat berburu, ada juga yang memang terlalu takut untuk pergi berburu. Misalpun mereka pergi berburu, mereka hanya akan berburu kelinci ataupun ayam pengar di kaki gunung hanya agar keluarga mereka bisa sesekali memakan daging.Dia lalu melihat tiga orang wanita di hadapannya, salah satunya adalah Xia Jianli. Wajah dua wanita lainnya terlihat sangat ramah dan itu memberikan Li Mei perasaan nyaman saat bersama mereka.Setelah Li Mei menjelaskan pekerjaan para bibi, dia segera pergi menyusul Bai Changyi."... d
"Apa yang kamu maksud dengan 'ini'?" tanya Fu Lian santai."Lian'er, kamu tahu apa maksudku," jawab Wang Gongfai kesal. "Kabar sebesar ini, bagaimana aku tidak bisa mengetahuinya?"Fu Lian akhirnya berhenti berpura-pura. Dia menatap Wang Gongfai dengan wajah cemberut, "kamu sudah tahu aku menginginkan ini sejak lama, mengapa kamu tidak bisa mendukungku?"Wang Gongfai terpana dengan perkataan Fu Lian. Calon istrinya akan pergi untuk berperang, bagaimana dia akan mendukungnya?"Apa kamu bodoh? Bagaimana aku bisa melepaskanmu untuk pergi berperang?" tanya Wang Gongfai dengan 2 alis terangkat."Apa yang kamu khawatirkan? Semuanya akan baik-baik saja," kata Fu Lian mencoba menenangkannya."Lian'er." Wang Gongfai menarik tangan Fu Lian dan menariknya menjauh. Dia tidak ingin mereka menjadi pusat perhatian para pengawal yang ada di sekitar.Dun Ming berlari mengikuti di belakang mereka. Dia tidak menyangka Wang Gongfai akan berhenti tiba-tiba hingga membuatnya menabraknya."Yang Mulia, maafka
"Apa benar kamu Pangeran Pertama?" tanya Fu Lian ragu."Tentu saja! Untuk apa aku berbohong?" celetuk Wang Gongfai kesal.Fu Lian menatap Wang Gongfai selama beberapa saat lalu menganggukkan kepalanya, "baiklah. Aku akan mengantarmu.""Bagus, bagus," kata Wang Gongfai senang. Dia lalu berjalan di samping Fu Lian dan mengikuti langkahnya. Dia berkali-kali mencuri pandang ke arah Fu Lian."Berhenti menatapku," kata Fu Lian kesal.Wang Gongfai hanya menggaruk pelan kepalanya yang tidak terasa gatal. Dia hanya mengagumi kecantikan Fu Lian, mengapa dia harus merasa terganggu?Sesosok tubuh besar berwarna putih tiba-tiba mendarat di depan keduanya. Senyuman mengembang di wajah Fu Lian sedangkan Wang Gongfai tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya."Xiao Lang!" Fu Lian bergegas menubruk tubuh besar Xiao Lang."Wow! Apakah dia benar-benar Xiao Lang?" Wang Gongfai merasa sangat k
Kediaman Adipati Qiang terlihat begitu meriah hari ini. Beberapa tamu undangan berjalan memasuki kediaman Adipati Qiang dengan pakaian terbaiknya.Li Mei terlihat cantik dengan balutan hanfu berwarna biru tua. Tidak jauh darinya, terlihat Fu Changyi yang menggunakan baju dengan warna senada. Fu Xingshen yang berada di sebelah Fu Changyi juga terlihat menggunakan baju berwarna biru gelap. Ketiganya terlihat sibuk menyambut para tamu.Hari ini mereka sedang merayakan hari ulang tahun Fu Lian dan Fu Huanran yang ke-10. Tidak ada seorangpun tamu yang tidak datang. Mereka semua ingin menjalin hubungan yang baik dengan keluarga Adipati Qiang.Tiba-tiba, Li Mei melihat Nuannuan berjalan dengan panik ke arahnya. Dia segera menoleh ke beberapa orang tamu wanita yang sedang mengelilinginya, "Nyonya-nyonya, maafkan aku. Aku harus pergi untuk melihat persiapan Putriku.""Tidak apa-apa, kamu tidak perlu tergesa-gesa," kata Nyonya Lin, istri Perdana Menteri Yan."Kami tahu betapa repotnya mempersia
8 orang preman mengelilingi 3 orang anak kecil. Fu Huanran merasa sangat ketakutan, dia hampir menangis.Fu Lian menggertakkan giginya, "minggir! Apa kalian tidak takut seseorang akan datang dan menghukum kalian?"Kedelapan preman itu saling memandang ketika mendengar perkataan Fu Lian lalu tertawa terbahak-bahak. Setelah beberapa saat, Erzhu berkata pada mereka, "siapa yang akan menemukan kami? Tidak akan ada yang tahu!"Tiba-tiba Fu Lian menerjang ke arah Erzhu. Dia mengangkat kakinya tinggi lalu menendang tepat di titik vital Erzhu.Kedua mata Erzhu membola sempurna saat suara lengkingan terdengar dari mulutnya, "ah!"Ketujuh orang lainnya langsung memegangi alat vital mereka masing-masing dan menatap Erzhu dengan ngeri. Mereka yakin itu pasti sangat menyakitkan. Atau bahkan mungkin, hancur? Baiklah, sepertinya mereka harus membuat acara perpisahan yang layak untuk masa depan Erzhu yang baru saja hilang."Anak kecil brengsek!" Dafu, yang sebelumnya dipanggil dengan sebutan kakak ke
"Aku sudah kenyang!" kata Fu Lian. Dia mendorong mangkuknya yang sudah kosong menjauh."Aku juga sudah selesai," kata Fu Huanran. "Kalau begitu ayo kita pulang."Ketiganya meninggalkan meja dan pergi menghampiri Ming Feng, "Paman Ming, kami sudah selesai." Setelah itu, Fu Lian mengeluarkan. 1 tael perak lalu memberikannya kepada Ming Feng."Sudah selesai? Apa kalian akan langsung pulang?" tanya Ming Feng khawatir. Dia melihat ke arah jalanan tapi tidak bisa menemukan Ming Shao."Ya, Paman. Kamu tidak perlu khawatir," kata Fu Lian seraya tersenyum manis."Tunggu sebentar, biar aku memberimu kembaliannya," kata Ming Feng. Dia berencana mengulur-ngulur waktu hingga seseorang dari kediaman Adipati Qiang datang."Tidak perlu. Paman bisa menyimpannya," kata Fu Lian. Dia segera berbalik lalu menyeret kedua saudaranya pergi."Ah, ah, bagaimana bisa seperti itu?" tanya Ming Feng panik. Dia hendak mengejar ketiga anak itu, namun sayangnya mereka terlalu gesit. "Celaka! Celaka! Mereka tidak perg
"Haohao! Haohao!" Suara bisikan dari balik bebatuan taman mengusik Fu Hao. Anak laki-laki berusia 3 tahun itu menoleh dan melihat kedua kakak kembarnya sedang bersembunyi di antara bebatuan. Setelah beberapa saat, Fu Hao berjalan menghampiri keduanya."Ada apa?" tanya Fu Hao datar.Fu Lian segera menariknya untuk bersembunyi di balik bebatuan. Dia menatap buku-buku yang ada di tangan Fu Hao, "apa yang akan kamu lakukan dengan buku-buku membosankan itu?"Tentu saja pergi belajar. Bukankan Guru Jiang akan segera datang?" tanya Fu Hao tanpa berekpresi.Fu Lian menghela nafas panjang, "untuk apa kita pergi belajar? Aku sangat bosan. Lebih baik kita pergi berjalan-jalan!"Fu Huanran terlihat gelisah ketika mendengar perkataan Fu Lian. Ini bukan pertama kalinya saudara kembarnya mengajaknya untuk bolos belajar. Fu Lian selalu suka menyeret Fu Huanran dan Fu Hao pergi bermain di area perkotaan atau pegunungan untuk mencari buah-buahan liar."Lian'er, kalau Ibu mengetahuinya, dia akan memukul
Fu Xingshen menghentikan langkahnya ketika dia sudah berada di dekat Wang Minghao. Saat ini, para pejabat menutup mulut mereka. Tidak ada seorangpun yang berani berbicara. Siapa yang berani mengatakan sesuatu ketika lawan mereka sudah dipastikan unggul?Wang Minghao terjatuh duduk di singgasananya. Tubuhnya bergetar hebat karena kemarahan dan juga ketakutan.Wan Rong menoleh dan menatap Wang Shimin dengan penuh kebencian, "Shimin, kenapa kamu melakukan hal ini?""Ha! Ha! Ha! Permaisuri Wan, apakah kamu bertanya karena tidak tahu, atau kamu berpura-pura tidak tahu?" tanya Wang Shimin dingin. Dia berjalan pelan ke arah Wang Minghao dan bertanya dengan wajah datar, "Ayah, apakah kamu juga tidak mengetahuinya?"Wang Minghao tidak menjawab, dia hanya menyipitkannya matanya saat menatap Wang Shimin."Baiklah, baiklah. Aku tidak akan bermain tebak-tebakan lagi. Aku akan menjelaskan semuanya," kata Wang Shimin. Dia lalu menambahkan, "setidaknya kalian bisa mengetahui alasan kalian mati."Wajah
Fu Xingshen melihat kembang api yang meledak di udara. Tangannya tanpa sadar menggenggam erat pedang yang ada di pinggangnya. Setelah itu Fu Xingshen dan Fu Yi menaiki kuda mereka masing-masing. Melihat pemimpin mereka sudah bersiap, para tentara memegang senjata mereka, bersiap untuk menyerbu masuk ke dalam Ibukota Kekaisaran."Maju!" perintah Fu Xingshen dingin.Fu Yi mengangkat sebuah kembang api dan menembakkannya ke udara. Fu Xingshen membagi tentara menjadi 4 kelompok. Masing-masing kelompok menunggu di kegelapan hutan di 4 penjuru mata angin. Begitu melihat sinyal kedua ditembakkan, para tentara merangsek masuk ke dalam Ibukota Kekaisaran. Suasana Ibukota tiba-tiba menjadi gempar. Melihat banyaknya tentara yang membawa senjata masuk ke dalam kota, para penduduk berhamburan masuk ke dalam rumah mereka dengan panik. Mereka semua ketakutan dan mengunci rumah mereka dari dalam. Beberapa bahkan bersembunyi di kolong-kolong tempat tidur, berharap nyawa mereka akan selamat.Tidak ber
"Benar-benar tidak bisa dimaafkan!" Suara marah Wang Minghao menggelegar di dalam aula.Aula seketika dipenuhi dengan suara orang-orang yang berlutut beserta teriakan. "Yang Mulia, tolong jaga kesehatan Anda!"Wang Minghao tidak marah karena seseorang ingin mencelakai Li Mei, dia marah karena orang-orang itu telah merusak rencananya. Setelah beberapa saat, dia akhirnya berhasil mengendalikan emosinya."Kembali duduk."Setelah semua orang kembali duduk, Wang Minghao menoleh kepada Li Xue dan berkata, "Tabib Li, ada sesuatu yang ingin aku katakan kepadamu malam ini." "Yang Mulia, Hamba siap mendengarkan, " jawab Li Xue."Aku telah menurunkan Dekrit Pernikahan sebelumnya untuk Li Mei dan Putra Mahkota. Namun hal itu gagal karena Nona Li menghilang. Oleh karena itu posisi Putri Mahkota aku serahkan kepada Xiang Qian," kata Wang Minghao.Wajah Xiang Qian berubah suram. Perkataan Kaisar Xing