"Apa kamu lelah?" tanya Bai Changyi merasa khawatir ketika mendengar nafas istrinya yang semakin terengah-engah.
"Aku baik-baik saja," jawab Li Mei. "Apa tubuhmu benar-benar tidak masalah?" tanya Bai Changyi terlihat meragukan istrinya.Li Mei baru saja sadar dan bangun dari tempat tidurnya kemarin, tubuhnya masih lemah, tapi dia sudah bersikeras ingin pergi ke gunung hari ini. Hal ini tentu saja membuat Bai Changyi merasa khawatir."Tenanglah, kalau hanya segini, aku masih bisa," kata Li Mei. "Nah, aku akan mencoba mencari di sekitar sini, kamu pergilah berburu dulu." "Tapi …." Bai Changyi terlihat ragu, dia tidak ingin pergi meninggalkan Li Mei seorang diri."Kita tidak masuk terlalu dalam ke gunung. Aku pikir, kemungkinan hewan buas datang ke sini sangatlah kecil," kata Li Mei mencoba menenangkan suaminya. "Sudahlah, kamu cepat pergi berburu. Aku tidak ingin berada di sini sampai malam."Setelah beberapa saat berpikir, Bai Changyi akhirnya setuju. "Jangan pergi terlalu jauh. Carilah tanaman obat yang berada di sekitar sini saja. Aku akan kembali secepat yang aku bisa."Li Mei mengangguk dan menatap punggung suaminya yang berjalan semakin menjauh. Setelah itu, barulah dia mulai melayangkan pandangannya ke daerah sekitarnya. Matanya mencari-cari, berusaha menemukan tanaman herbal apapun yang bisa menghasilkan uang. Setelah beberapa jam mencari dan memetik tanaman herbal, Li Mei melirik ke dalam keranjang yang dibawanya dengan sedikit kecewa."Yah ... meskipun tidak banyak, setidaknya aku masih bisa menjual semua ini," desahnya pelan. Ternyata tidak semudah yang dibayangkannya!Tiba-tiba tatapan matanya terjatuh ke sebuah tanaman yang menarik perhatiannya."Jamur Lingzhi Salju?!" seru Li Mei terkejut. Bagus! Akhirnya dia menemukan sesuatu yang berharga! Jamur Lingzhi Salju bahkan jauh lebih berharga dari Jamur Lingzhi biasa.Li Mei mengeluarkan potongan kain dari dalam sakunya. Meskipun kain tersebut terlihat kusam, namun dia sudah mencucinya hingga bersih kemarin. Dengan hati-hati Li Mei membungkus jamur Lingzhi salju itu dan memasukkannya ke dalam keranjang. Ketika menoleh, matanya kembali terpaku ketika melihat sebuah tanaman."Bukankah itu Ginseng?!" serunya lagi. Dia berlari mendekati tanaman Ginseng yang terletak tidak jauh dari lokasinya."Sepertinya umurnya lebih dari seratus tahun!" Li Mei terpana saat melihat Ginseng itu. Tidak lama kemudian, Ginseng itu sudah terbungkus dengan aman juga di dalam keranjangnya."Istriku!"Li Mei menoleh ketika mendengar suara Bai Changyi yang berteriak mencarinya. Dia melambaikan kedua tangannya dengan penuh semangat.Bai Changyi bergegas berlari ke hadapannya dengan tangan yang terlihat penuh. Dia mendapatkan sepuluh ekor kelinci liar dan enam ekor ayam pengar."Wah! Banyak sekali," puji Li Mei."Hanya segini," balas Bai Changyi seraya menatap istrinya dengan lembut. "Aku tidak berani meninggalkanmu terlalu lama."Bai Changyi kemudian melirik ke dalam keranjang Li Mei dengan wajah penasaran, "dapat banyak?""Lumayan," jawab Li Mei. "Apa itu yang dibungkus?" tanya Bai Changyi saat melihat dua bungkusan di dalam keranjang."Jamur Lingzhi Salju dan Ginseng Seratus Tahun!" jawab Li Mei terlihat sangat senang."Sepertinya barang bagus?" Bai Changyi sama sekali tidak mengerti tanaman herbal. Namun saat melihat raut wajah istrinya, dia tahu kalau barang itu memiliki nilai."Kamu akan segera tahu besok!" kata Li Mei terdengar misterius."Baiklah. Aku jadi tidak sabar menunggunya," kata Bai Changyi lembut. "Apa kamu lapar? Sepertinya sudah waktunya makan siang. Bagaimana kalau kita membuat kelinci bakar? Aku hanya memerlukan bulunya untuk di jual. Kita bisa mengkonsumsi dagingnya untuk kita sendiri."Mendengar itu, Li Mei mengangguk. Mulutnya sudah dipenuhi air liur!***Pagi hari berikutnya, saat matahari bahkan belum terbit sepenuhnya. Li Mei dan Bai Changyi berjalan berdampingan menuju pintu masuk desa. Bai Changyi membawa bulu-bulu kelinci hasil buruannya dan juga lima ekor ayam pengar yang gemuk. Sedangkan Li Mei menggendong keranjang berisi tanaman herbal. Dia sudah memisahkan dan membungkus tanaman-tanaman itu dengan rapi berdasarkan jenisnya agar lebih praktis saat dijual."Apa kita akan jalan kaki sampai ke kota?" tanya Li Mei."Tidak. Itu akan membutuhkan waktu satu jam penuh kalau kita berjalan kaki menuju kota Shengcan," jawab Bai Changyi. "Kita akan menaiki gerobak sapi."Biasanya Bai Changyi selalu berjalan kaki ketika hendak pergi menjual hasil buruannya. Namun hari ini berbeda. Menaiki gerobak sapi memang tidak mengurangi terlalu banyak waktu, tapi tujuan utamanya adalah tidak mau membuat Li Mei kelelahan selama di perjalanan, oleh karena itu dia akan membawa Li Mei menaiki gerobak sapi."Apa kamu masih ada uang?" bisik Li Mei."Aku masih ada sisa satu tael perak. Biaya menaiki gerobak sapi hingga ke kota senilai sepuluh tembaga untuk satu orang, jadi kita masih akan memiliki sisa uang setelahnya," jawab Bai Changyi.Li Mei mengangguk setelah mendengar perkataan Bai Changyi. Sepulang dari kota, mereka akan membawa sejumlah uang, jadi dia tidak merasa khawatir dengan sisa uang yang dibawa Bai Changyi.Saat mereka sampai di pintu Desa Fanrong, terlihat sebuah kereta sapi yang sudah hampir penuh. Suasana di dalam kereta sapi seketika berubah sunyi ketika mereka melihat Li Mei dan Bai Changyi yang berjalan mendekat.Bai Changyi menggenggam tangan Li Mei lalu membantunya menaiki gerobak sapi. Setelah itu, barulah Bai Changyi menyusul naik dan duduk di sebelahnya."Sepertinya kamu sudah terlihat sehat," suara seorang wanita terdengar saat gerobak sapi mulai berjalan.Li Mei menoleh dan menatap seorang wanita yang sedang tersenyum ramah kepadanya. Bai Changyi mendekatkan bibirnya ke telinga Li Mei lalu berbisik pelan, "itu Nyonya Du.""Ah, iya, sudah cukup baik. Terima kasih atas perhatian Nyonya Du," jawab Li Mei."Dan ... hubungan kalian sepertinya sudah membaik? Baguslah, baguslah," suara wanita lain ikut terdengar menimpali pembicaraan mereka."Selama ini aku sudah gegabah," kata Li Mei. Dia lalu menoleh dan menatap Bai Changyi dengan tatapan lembut, "mulai sekarang aku akan menjaga Suamiku dengan baik."Wajah Bai Changyi merona merah saat mendengarnya mengatakan hal semesra itu di depan banyak orang."Ha! Ha! Ha! Baguslah! Baguslah! Memang seperti itu harusnya suami istri bersikap," suara tawa Nyonya Du terdengar nyaring. Semua orang mengangguk-anggukkan kepala mereka tanda setuju."Aih, kalian pasangan muda, selalu membuat wanita-wanita tua ini merasa iri," celetuk wanita lainnya, disertai derai tawa.Mereka mengobrol sepanjang jalan dan baru berhenti ketika gerobak sapi berhenti di depan gerbang kota."Jadi, kemana tujuan pertama kita?" tanya Li Mei."Kita jual hasil buruanku dulu, sehabis itu barulah kita menjual tanaman obatmu," kata Bai Changyi."Baiklah," jawab Li Mei setuju. "Apa kamu tahu dimana toko obat yang terkenal jujur di daerah sini?""Aku akan membawamu ke Toko Obat Lou. Kita akan ke sana setelah menjual hasil buruanku," jawab Bai Changyi. "Nah, sekarang berikan keranjangmu itu."Bai Changyi mengambil dan segera menggendong keranjang yang dibawa oleh Li Mei. Setelah itu, dia kembali menenteng hasil buruan dengan tangannya."Ah! Aku bisa melakukannya sendiri," kata Li Mei terkejut ketika menyadari keranjangnya sudah berpindah tangan."Ini tidak berat sama sekali," kata Bai Changyi. "Lihatlah, tubuhku besar."Li Mei melihat penampilan suaminya. Meskipun pakaiannya kusam, namun aura ketampanannya sama sekali tidak terganggu. Tubuhnya sangat tinggi dan kekar, bahkan tinggi badan Li Mei tidak sampai ke pundaknya. Padahal dirinya termasuk memiliki tinggi rata-rata wanita di zaman itu. Entah mengapa, sosok Bai Changyi membuatnya teringat dengan sosok jenderal gagah yang pernah ditontonnya di drama-drama kolosal.Keduanya berjalan menyusuri Kota Shengcan yang sangat ramai hari itu. Banyak orang yang terlihat berlalu lalan
"Ha! Ha! Ha! Aku yakin kamu baru saja memakan madu!" celetuk Bai Changyi seraya tertawa senang.Li Mei tersenyum lebar ketika melihat tawa suaminya. Bai Changyi cenderung bersikap kaku dan pendiam. Dia suka tersenyum kepadanya, tapi selama beberapa hari ini Li Mei belum pernah melihatnya tertawa. Ternyata dia lebih tampan saat tertawa!"Apa tokonya masih jauh?" tanya Li Mei setelah berjalan sekitar sepuluh menit. Saat ini mereka berada di jalan utama Kota Shengcan. Terlihat banyak deretan toko di sisi kanan dan kiri jalan utama. Ada kedai teh, toko pakaian, restoran, dan lain-lain. Melihat sekitarnya, Li Mei berpikir kalau daerah itu pasti adalah wilayah yang sering dikunjungi oleh kaum bangsawan."Tidak," jawab Bai Changyi. "Kita hanya perlu berbelok di belokan kedua di sebelah sana."Li Mei melihat arah yang ditunjuk oleh Bai Changyi dan berpikir itu memang tidak jauh lagi."Apa kamu lelah? Mau beristirahat sebentar di kedai teh?" tanya Bai Changyi."Tidak perlu," jawab Li Mei. Dia
Tidak menunggu lama, seorang pria tua berambut dan berjenggot panjang putih datang dengan tergesa-gesa ke arah mereka. Pakaiannya terbuat dari bahan yang berkualitas bagus. Melihatnya sekali saja, mereka langsung tahu kalau itu adalah Tabib Lou. Apalagi Su Hanming berjalan mengikuti di belakangnya."Apa kalian yang menjual tanaman obat?" tanya Lou Jierui . Penampilan kedua orang di hadapannya ini memang tampan dan cantik, namun dari pakaiannya, dia dapat menebak kalau mereka berasal dari pedesaan. Bagaimana mereka bisa mengetahui tanaman obat, bahkan tanaman obat langka? Orang biasa tidak akan mengetahui tanaman obat, apalagi obat-obatan yang mereka bawa tadi berkualitas sangat baik. Biasanya mereka hanya membayar dua tael perak untuk jenis obat-obatan yang dibawa kedua orang ini, namun karena kualitasnya bagus, dia membayar tiga tael perak. Sebenarnya, siapa kedua orang ini?"Benar," jawab Li Mei seraya berdiri dan menangkupkan tangannya untuk memberikan hormat. "Perkenalkan, namaku
"Untuk apa kalian ke sini? Apa kalian tahu kalau pengemis dilarang masuk ke dalam bank?" tanya seorang penjaga bank dengan sinis ketika melihat Li Mei dan Bai Changyi masuk ke dalam bank.Bai Changyi menatap penjaga bank itu dengan dingin, membuat penjaga bank tersebut sedikit bergidik karena merasakan hawa dingin yang datang tiba-tiba."Kami ingin menyimpan uang," jawab Li Mei santai. Dia meletakkan dua kantong uang berisi dua ratus tael emas di depan penjaga bank itu. Penjaga Bank menatap kantong uang itu lalu kembali menatap Li Mei dan Bai Changyi dengan tatapan curiga. Penampilan keduanya begitu lusuh, bagaimana mereka bisa mendapatkan uang sebanyak ini? Kecurigaannya semakin menjadi-jadi ketika Li Mei menyerahkan lima puluh tael emas lagi kepadanya."Tolong tukar tael emas ini menjadi tael perak," celetuk Li Mei terlihat acuh tak acuh."Darimana kalian bisa mendapatkan uang sebanyak ini? Apa k
"Minggir! Beri jalan!"Setelah ketegangan yang berlangsung selama beberapa saat, Pengawal yang diperintahkan oleh Fu Xingshen kembali dengan seseorang di belakangnya. Su Hanming berjalan masuk dengan tergesa-gesa."Salam hormat kepada Jenderal Besar Fu," Su Hanming segera menangkupkan kedua tangannya kepada Fu Xingshen. "Saya Su Hanming, Penjaga Toko dari Toko Obat Lou."Wajah Liu An semakin memucat ketika melihat sosok Su Hanming yang datang . Dia tahu siapa Su Hanming. Dia adalah orang kepercayaan Lou Jierui, Tabib terbaik di kota Shengcan, bahkan terbaik di Kabupaten Jinxi. Jika Lou Jierui sampai mengirim Su Hanming ke sini, bukankah itu artinya .... "Nyonya Li, Tuan Bai, apakah kalian baik-baik saja?" tanya Su Hanmin cemas."Kami baik-baik saja. Terima kasih karena Penjaga Toko Han sudah berbaik hati untuk datang kemari," jawab Li Mei seraya menangkupkan kedua tangannya kepada Su Hanming, diikuti oleh Bai Changyi."Tidak masalah. Sebenarnya, apa yang sedang terjadi?" tanya Su Hanm
"Dimana rumah kalian?" tanya Fu Xingshen seraya menatap Li Mei dan Bai Changyi."Kami tinggal di Desa Fanrong," jawab Li Mei."Baik, saya akan mengunjungi kalian dalam waktu dekat," kata Fu Xingshen terlihat acuh tak acuh. "Sekarang saya harus pergi untuk melihat perkembangan kasus ini dulu."Keduanya terperangah. Untuk apa seorang legenda sepertinya mendatangi rumah mereka di desa terpencil? Namun mereka berdua tidak berani mengatakan apapun.Dia lalu melirik ke salah seorang petugas bank yang sedari tadi menunduk diam, "kamu! Layani mereka dengan baik."Semua orang membungkuk memberikan hormat saat Fu Xingshen berjalan keluar. Setelah sosoknya tidak terlihat lagi, orang-orang mulai berbisik-bisik untuk membicarakan apa yang baru saja terjadi. Li Mei dan Bai Changyi dilayani oleh petugas bank yang ditunjuk Fu Xingshen dengan sangat baik. Siapa juga yang berani menentang?Manajer mereka pasti akan kalang kabut kalau sampai mengetahui perilaku Liu An saat dia kembali dari Kabupaten J
"Aku lupa, meskipun kita ingin membangun rumah di musim semi mendatang, namun musim dingin masih satu setengah bulan. Bagaimana kalau kita membeli alas tidur yang empuk dan selimut yang hangat dulu?" tanya Li Mei dengan tatapan mata yang berbinar-binar.Bai Changyi tidak bisa tidak setuju.Gerobak sapi memasuki pintu gerbang desa Fanrong. Semua orang berhenti sejenak begitu melihat pemandangan yang menarik perhatian mereka. Li Mei dan Bai Changyi terlihat duduk di atas gerobak sapi yang dipenuhi dengan berbagai macam barang. Sejak kapan keluarga Bai Changyi menjadi begitu kaya?Desas-desus langsung tersebar luas, bahkan sebelum keduanya sampai di depan rumah mereka. Zhao Niu dan Xiao Mimi tanpa sengaja ikut mendengar berita ini."Luar biasa! Bai Changyi bisa membeli begitu banyak barang, sepertinya dia sudah menjadi kaya!" celetuk salah seorang wanita kagum."Satu gerobak penuh! Semua barang milik mereka!"
Xiao Mimi tercengang. Dia sangat marah lalu berlari pergi seraya menangis tersedu-sedu, di ikuti Zhao Niu di belakangnya.Li Mei dan Bai Changyi melihat mereka dengan acuh tak acuh sejenak lalu kembali merapikan barang-barang belanjaan mereka hingga hari mulai gelap."Lelah sekali," Li Mei mengangkat kedua tangannya ke atas untuk merenggangkan punggungnya."Apa ada yang ingin kamu makan?" kata Bai Changyi."Apa kamu bisa memasak?" tanya Li Mei."Tentu saja," jawab Bai Changyi."Apa kamu bisa membuat mie?" tanya Li Mei penuh semangat."Baik, akan aku buatkan!" jawab Bai Changyi seraya berlalu menuju dapur.Li Mei duduk dan menunggu Bai Changyi di meja makan. Dia melipat kedua tangannya di atas meja lalu meletakkan kepalanya ke atas tangannya."Istriku," suara Bai Changyi yang lembut terdengar sayup-sayup manggilnya. "Istriku, makanlah dulu sebelum tidur."
"Apa yang kamu maksud dengan 'ini'?" tanya Fu Lian santai."Lian'er, kamu tahu apa maksudku," jawab Wang Gongfai kesal. "Kabar sebesar ini, bagaimana aku tidak bisa mengetahuinya?"Fu Lian akhirnya berhenti berpura-pura. Dia menatap Wang Gongfai dengan wajah cemberut, "kamu sudah tahu aku menginginkan ini sejak lama, mengapa kamu tidak bisa mendukungku?"Wang Gongfai terpana dengan perkataan Fu Lian. Calon istrinya akan pergi untuk berperang, bagaimana dia akan mendukungnya?"Apa kamu bodoh? Bagaimana aku bisa melepaskanmu untuk pergi berperang?" tanya Wang Gongfai dengan 2 alis terangkat."Apa yang kamu khawatirkan? Semuanya akan baik-baik saja," kata Fu Lian mencoba menenangkannya."Lian'er." Wang Gongfai menarik tangan Fu Lian dan menariknya menjauh. Dia tidak ingin mereka menjadi pusat perhatian para pengawal yang ada di sekitar.Dun Ming berlari mengikuti di belakang mereka. Dia tidak menyangka Wang Gongfai akan berhenti tiba-tiba hingga membuatnya menabraknya."Yang Mulia, maafka
"Apa benar kamu Pangeran Pertama?" tanya Fu Lian ragu."Tentu saja! Untuk apa aku berbohong?" celetuk Wang Gongfai kesal.Fu Lian menatap Wang Gongfai selama beberapa saat lalu menganggukkan kepalanya, "baiklah. Aku akan mengantarmu.""Bagus, bagus," kata Wang Gongfai senang. Dia lalu berjalan di samping Fu Lian dan mengikuti langkahnya. Dia berkali-kali mencuri pandang ke arah Fu Lian."Berhenti menatapku," kata Fu Lian kesal.Wang Gongfai hanya menggaruk pelan kepalanya yang tidak terasa gatal. Dia hanya mengagumi kecantikan Fu Lian, mengapa dia harus merasa terganggu?Sesosok tubuh besar berwarna putih tiba-tiba mendarat di depan keduanya. Senyuman mengembang di wajah Fu Lian sedangkan Wang Gongfai tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya."Xiao Lang!" Fu Lian bergegas menubruk tubuh besar Xiao Lang."Wow! Apakah dia benar-benar Xiao Lang?" Wang Gongfai merasa sangat k
Kediaman Adipati Qiang terlihat begitu meriah hari ini. Beberapa tamu undangan berjalan memasuki kediaman Adipati Qiang dengan pakaian terbaiknya.Li Mei terlihat cantik dengan balutan hanfu berwarna biru tua. Tidak jauh darinya, terlihat Fu Changyi yang menggunakan baju dengan warna senada. Fu Xingshen yang berada di sebelah Fu Changyi juga terlihat menggunakan baju berwarna biru gelap. Ketiganya terlihat sibuk menyambut para tamu.Hari ini mereka sedang merayakan hari ulang tahun Fu Lian dan Fu Huanran yang ke-10. Tidak ada seorangpun tamu yang tidak datang. Mereka semua ingin menjalin hubungan yang baik dengan keluarga Adipati Qiang.Tiba-tiba, Li Mei melihat Nuannuan berjalan dengan panik ke arahnya. Dia segera menoleh ke beberapa orang tamu wanita yang sedang mengelilinginya, "Nyonya-nyonya, maafkan aku. Aku harus pergi untuk melihat persiapan Putriku.""Tidak apa-apa, kamu tidak perlu tergesa-gesa," kata Nyonya Lin, istri Perdana Menteri Yan."Kami tahu betapa repotnya mempersia
8 orang preman mengelilingi 3 orang anak kecil. Fu Huanran merasa sangat ketakutan, dia hampir menangis.Fu Lian menggertakkan giginya, "minggir! Apa kalian tidak takut seseorang akan datang dan menghukum kalian?"Kedelapan preman itu saling memandang ketika mendengar perkataan Fu Lian lalu tertawa terbahak-bahak. Setelah beberapa saat, Erzhu berkata pada mereka, "siapa yang akan menemukan kami? Tidak akan ada yang tahu!"Tiba-tiba Fu Lian menerjang ke arah Erzhu. Dia mengangkat kakinya tinggi lalu menendang tepat di titik vital Erzhu.Kedua mata Erzhu membola sempurna saat suara lengkingan terdengar dari mulutnya, "ah!"Ketujuh orang lainnya langsung memegangi alat vital mereka masing-masing dan menatap Erzhu dengan ngeri. Mereka yakin itu pasti sangat menyakitkan. Atau bahkan mungkin, hancur? Baiklah, sepertinya mereka harus membuat acara perpisahan yang layak untuk masa depan Erzhu yang baru saja hilang."Anak kecil brengsek!" Dafu, yang sebelumnya dipanggil dengan sebutan kakak ke
"Aku sudah kenyang!" kata Fu Lian. Dia mendorong mangkuknya yang sudah kosong menjauh."Aku juga sudah selesai," kata Fu Huanran. "Kalau begitu ayo kita pulang."Ketiganya meninggalkan meja dan pergi menghampiri Ming Feng, "Paman Ming, kami sudah selesai." Setelah itu, Fu Lian mengeluarkan. 1 tael perak lalu memberikannya kepada Ming Feng."Sudah selesai? Apa kalian akan langsung pulang?" tanya Ming Feng khawatir. Dia melihat ke arah jalanan tapi tidak bisa menemukan Ming Shao."Ya, Paman. Kamu tidak perlu khawatir," kata Fu Lian seraya tersenyum manis."Tunggu sebentar, biar aku memberimu kembaliannya," kata Ming Feng. Dia berencana mengulur-ngulur waktu hingga seseorang dari kediaman Adipati Qiang datang."Tidak perlu. Paman bisa menyimpannya," kata Fu Lian. Dia segera berbalik lalu menyeret kedua saudaranya pergi."Ah, ah, bagaimana bisa seperti itu?" tanya Ming Feng panik. Dia hendak mengejar ketiga anak itu, namun sayangnya mereka terlalu gesit. "Celaka! Celaka! Mereka tidak perg
"Haohao! Haohao!" Suara bisikan dari balik bebatuan taman mengusik Fu Hao. Anak laki-laki berusia 3 tahun itu menoleh dan melihat kedua kakak kembarnya sedang bersembunyi di antara bebatuan. Setelah beberapa saat, Fu Hao berjalan menghampiri keduanya."Ada apa?" tanya Fu Hao datar.Fu Lian segera menariknya untuk bersembunyi di balik bebatuan. Dia menatap buku-buku yang ada di tangan Fu Hao, "apa yang akan kamu lakukan dengan buku-buku membosankan itu?"Tentu saja pergi belajar. Bukankan Guru Jiang akan segera datang?" tanya Fu Hao tanpa berekpresi.Fu Lian menghela nafas panjang, "untuk apa kita pergi belajar? Aku sangat bosan. Lebih baik kita pergi berjalan-jalan!"Fu Huanran terlihat gelisah ketika mendengar perkataan Fu Lian. Ini bukan pertama kalinya saudara kembarnya mengajaknya untuk bolos belajar. Fu Lian selalu suka menyeret Fu Huanran dan Fu Hao pergi bermain di area perkotaan atau pegunungan untuk mencari buah-buahan liar."Lian'er, kalau Ibu mengetahuinya, dia akan memukul
Fu Xingshen menghentikan langkahnya ketika dia sudah berada di dekat Wang Minghao. Saat ini, para pejabat menutup mulut mereka. Tidak ada seorangpun yang berani berbicara. Siapa yang berani mengatakan sesuatu ketika lawan mereka sudah dipastikan unggul?Wang Minghao terjatuh duduk di singgasananya. Tubuhnya bergetar hebat karena kemarahan dan juga ketakutan.Wan Rong menoleh dan menatap Wang Shimin dengan penuh kebencian, "Shimin, kenapa kamu melakukan hal ini?""Ha! Ha! Ha! Permaisuri Wan, apakah kamu bertanya karena tidak tahu, atau kamu berpura-pura tidak tahu?" tanya Wang Shimin dingin. Dia berjalan pelan ke arah Wang Minghao dan bertanya dengan wajah datar, "Ayah, apakah kamu juga tidak mengetahuinya?"Wang Minghao tidak menjawab, dia hanya menyipitkannya matanya saat menatap Wang Shimin."Baiklah, baiklah. Aku tidak akan bermain tebak-tebakan lagi. Aku akan menjelaskan semuanya," kata Wang Shimin. Dia lalu menambahkan, "setidaknya kalian bisa mengetahui alasan kalian mati."Wajah
Fu Xingshen melihat kembang api yang meledak di udara. Tangannya tanpa sadar menggenggam erat pedang yang ada di pinggangnya. Setelah itu Fu Xingshen dan Fu Yi menaiki kuda mereka masing-masing. Melihat pemimpin mereka sudah bersiap, para tentara memegang senjata mereka, bersiap untuk menyerbu masuk ke dalam Ibukota Kekaisaran."Maju!" perintah Fu Xingshen dingin.Fu Yi mengangkat sebuah kembang api dan menembakkannya ke udara. Fu Xingshen membagi tentara menjadi 4 kelompok. Masing-masing kelompok menunggu di kegelapan hutan di 4 penjuru mata angin. Begitu melihat sinyal kedua ditembakkan, para tentara merangsek masuk ke dalam Ibukota Kekaisaran. Suasana Ibukota tiba-tiba menjadi gempar. Melihat banyaknya tentara yang membawa senjata masuk ke dalam kota, para penduduk berhamburan masuk ke dalam rumah mereka dengan panik. Mereka semua ketakutan dan mengunci rumah mereka dari dalam. Beberapa bahkan bersembunyi di kolong-kolong tempat tidur, berharap nyawa mereka akan selamat.Tidak ber
"Benar-benar tidak bisa dimaafkan!" Suara marah Wang Minghao menggelegar di dalam aula.Aula seketika dipenuhi dengan suara orang-orang yang berlutut beserta teriakan. "Yang Mulia, tolong jaga kesehatan Anda!"Wang Minghao tidak marah karena seseorang ingin mencelakai Li Mei, dia marah karena orang-orang itu telah merusak rencananya. Setelah beberapa saat, dia akhirnya berhasil mengendalikan emosinya."Kembali duduk."Setelah semua orang kembali duduk, Wang Minghao menoleh kepada Li Xue dan berkata, "Tabib Li, ada sesuatu yang ingin aku katakan kepadamu malam ini." "Yang Mulia, Hamba siap mendengarkan, " jawab Li Xue."Aku telah menurunkan Dekrit Pernikahan sebelumnya untuk Li Mei dan Putra Mahkota. Namun hal itu gagal karena Nona Li menghilang. Oleh karena itu posisi Putri Mahkota aku serahkan kepada Xiang Qian," kata Wang Minghao.Wajah Xiang Qian berubah suram. Perkataan Kaisar Xing