Toby melihat-lihat barang di dalam toko. Akhirnya, matanya tertuju pada sebuah cincin berlian. Dia spontan berpikir, sepertinya setelah menikah, dia tidak pernah memberi Helena cincin berlian yang layak.Pada saat itu, cincin yang Toby berikan adalah cincin pinjaman. Hanya saja, situasi saat itu memang sangat canggung. Meski sudah lama berlalu, Toby tetap ingin memberi Helena sebuah pernikahan yang sempurna.Toby melihat harga cincin berlian itu, tapi tidak ada angka pastinya. Hanya saja, berlian di cincin itu sebesar telur merpati. Ditambah lagi barang yang dijual toko ini adalah barang asli. Dia yakin memberikan cincin itu kepada Helena juga tidak akan terkesan terlalu murah.“Berapa harga cincin berlian ini?” tanya Toby dengan penasaran.Perempuan yang berdiri di konter seketika mengira dia bisa melakukan transaksi penjualan ketika mendengar Toby bertanya. Namun, begitu dia mendongak dan melihat penampilan Toby, dia serta-merta menunjukkan ekspresi menghina. Dia mengira orang kaya m
Benny merasa sangat puas, inilah yang dia inginkan. Perempuan yang datang bersama Benny langsung pergi memilih. Pada akhirnya, dia memilih seuntai kalung berlian senilai lebih dari 200 juta.Benny sama sekali tidak merasa terbebani. Dia rela menghabiskan ratusan juta untuk mendapatkan perempuan itu. Dia pun mengeluarkan kartu banknya dengan enteng.Setelah karyawan toko dan perempuan dalam pelukan Benny melihat pemandangan tersebut, mereka tidak bisa menyembunyikan rasa kagum di mata mereka. Perempuan dalam pelukan Benny spontan berkata, “Pak Benny, kamu keren banget saat keluarkan kartu tadi.”Toby hanya terdiam ketika dia mendengar kata-kata itu. Hanya saja bulu kuduk di sekujur tubuhnya langsung berdiri. Perempuan itu bahkan mengatakan Benny keren saat mengeluarkan kartunya. Jelas-jelas perempuan itu hanya mengincar uang Benny.Akan tetapi, Toby tidak mengatakan apa-apa. Yang satu demi mendapatkan tubuhnya, dan yang satu lagi demi uang. Transaksi semacam ini sudah sangat umum.Karya
Perempuan yang berada di samping Benny menyadari kalau Benny terus menatap Tella. Dia spontan merasa cemburu. Tidak peduli seberapa kuat dia menggoyang tangan Benny, pria itu tidak menanggapinya sama sekali.Toby mendongak dan menatap karyawan toko, lalu berkata dengan tenang, “Kamu belum jawab pertanyaanku.”“Katakan saja padanya berapa harganya, biar dia menyerah dan pergi dari toko ini,” ujar Benny memanasi si karyawan toko.Karyawan toko sudah kesal menghadapi pertanyaan Toby. Kalau Toby orang kaya, mungkin saja dia mau beritahu harganya. Namun, dilihat dari bagian mana pun, Toby tidak tampak seperti orang kaya. Dari penampilan Toby, pria itu paling-paling hanya bisa mengeluarkan uang puluhan juta.Karyawan toko itu langsung berkata dengan ketus, “Harga cincin berlian ini 199.990.000.000.”Pada saat ini, Benny spontan tersentak. Dia tahu kalau cincin berlian itu adalah barang paling berharga di toko ini. Hanya saja, dia mengira cincin itu bakal seharga puluhan miliar. Dia sama seka
Benny seolah-olah telah melihat Toby mempermalukan dirinya sendiri. Dia spontan merasa senang sampai tidak bisa menahan tawa. Kalau Toby mempermalukan dirinya sendiri, maka Benny memiliki kesempatan untuk mengejeknya.Benny bahkan membayangkan betapa malunya Toby karena ketahuan tidak memiliki uang. Dia yakin kartu bank Toby pasti tidak ada uang sama sekali. Pada saat kebenaran terungkap, dia ingin melihat bagaimana Toby keluar dari situasi ini.Setelah si karyawan toko selesai menggesek kartu, tidak ada yang aneh. Sebaliknya, transaksi berhasil dilakukan. Karyawan toko itu hanya mematung di tempat sambil menatap mesin EDC di depannya. Kalau bukan karena melihat dengan matanya sendiri, dia tidak akan percaya hal ini benar-benar terjadi.Hasil akhir seperti ini benar-benar berbeda dari yang dia bayangkan. Dia nyaris tidak percaya dengan matanya sendiri. Dia sungguh terkejut melihat transaksi kartu Toby berhasil.Karyawan toko itu sama sekali tidak menyangka kartu Toby berhasil hanya den
Orang-orang itu segera mulai mengepung Toby. Mereka semua menatap Toby dengan tatapan aneh.Setelah Toby memperhatikan ekspresi orang-orang itu, dia sama sekali tidak panik. Sebaliknya, dia bertanya pada mereka dengan acuh tak acuh, “Kalian ada urusan denganku?”Orang-orang itu spontan tertawa terbahak-bahak ketika mendengar kata-kata Toby. Salah satu dari mereka yang memiliki bekas luka di wajahnya berkata, “Bocah, tahu diri sedikit. Serahkan barang di tanganmu, maka kami akan biarkan kamu pergi. Kalau nggak, jangan salahkan kami nggak sungkan-sungkan lagi.”Toby pun tertawa saat mendengar perkataan orang. Itu. Orang-orang itu terlalu naif. Di saat seperti ini, mereka masih ingin melakukan sesuatu padanya. Bukankah mereka hanya cari sakit sendiri?Toby yakin bisa melawan mereka, karena itu dia berkata sambil tersenyum, “Kalau begitu silakan.”Toby juga tahu orang-orang itu datang dengan niat tidak baik. Kalau begitu, dia tidak perlu banyak omong kosong dengan mereka.Ucapan Toby membu
Setelah Louis menyelesaikan semuanya, dia segera mengeluarkan selembar kartu nama dari dalam sakunya. Entah karena gugup atau gembira, tangannya yang memegang kartu nama gemetaran. Dia juga tidak tahu harus berkata apa.“Pak Toby, ini kartu namaku. Kalau Pak Toby ada perlu, silakan hubungi aku kapan saja. Selain itu, aku punya perusahaan keuangan yang bisa mengurus semua urusan keuangan. Kalau pilih orang dari tempatku, aku jamin nggak akan ada yang melakukan hal buruk.” Louis nyaris berkata dalam satu tarikan napas.Hanya satu yang dia takuti, yaitu Toby tidak memiliki kesabaran untuk mendengarkannya dan langsung pergi begitu saja. Kalau hal itu terjadi, maka akan sangat memalukan baginya. Untung saja, Toby tidak langsung pergi. Pria itu bahkan menerima kartu nama yang dia berikan.Sebenarnya Toby tidak ingin mengambil kartu nama Louis. Akan tetapi, kata-kata Louis di akhir telah menarik perhatiannya. Bagian keuangan adalah hal terpenting bagi perusahaan selain pemegang saham dan dire
Pemuda itu tidak termakan omongan Toby. Dia berjalan ke arah Toby dengan perlahan. Begitu dia datang, muncul retakan di tanah.Toby tidak tahu apakah pemuda itu petarung tenaga eksternal atau petarung tenaga internal. Namun, dia menduga pemuda itu mungkin petarung tenaga internal dan eksternal.Matthias spontan melihat ke arah Toby. Dia tahu saat ini hanya Toby yang bisa menyelamatkannya dari masalah ini.Toby tidak menduga Matthias akan menjadi begitu penakut saat ini. Haja saja, dia mengerti apa yang ditakuti Matthias. Oleh karena itu, dia pun tidak mengatakan apa-apa.Agar barang-barang di rumah Matthias tidak rusak, Toby segera keluar untuk menghadapi pemuda itu.Pemuda itu memperhatikan Toby sejenak, lalu berkata dengan acuh tak acuh, “Kamu Toby? Kamu yang sandera pemimpin kami di Jindo?”“Urusan lama itu,” kata Toby sambil tertawa.Pemuda itu tertawa sinis dan berkata, “Aku nggak tahu bagaimana kamu bisa sandera pemimpin kami. Aku lihat kamu sepertinya nggak bisa apa-apa, nggak p
Pemuda itu bicara sambil berjalan perlahan ke arah Toby, “Kamu bukan lawanku. Siapa pun yang lawan aku pasti akan berakhir buruk.”Pemuda sudah menaruh racun di senjata tersembunyi. Dia pun yakin kalau hidup Toby tidak akan lama lagi. Sejauh yang dia tahu, musuh terbesarnya adalah Toby. Selama dia bisa menyingkirkan Toby, sisanya tidak akan jadi masalah.Pemuda itu berjalan mendekat dengan seringai di wajahnya. Kemudian, dia mengeluarkan katana dan bersiap menyerang Toby untuk terakhir kalinya.Tiba-tiba Toby mengambil kesempatan di saat pemuda itu tidak waspada, lalu dia meninju perut pemuda itu.Pemuda itu seketika menjadi panik. Dia yang tadinya merasa senang karena tujuannya hampir tercapai, kini justru tercengang dengan mata terbelalak. Dia bahkan nyaris tidak percaya meski melihat dengan mata kepalanya sendiri. Situasi ini membuatnya sangat bingung. Dia tidak pernah menduga akan terjadi hal seperti ini.Setelah dipukul Toby, pemuda itu spontan mundur beberapa langkah. Pukulan Tob