“Kamu tahu salah? Baguslah kalau tahu salah.” Para preman berbadan besar itu akhirnya mengulurkan tangan.William menggertakkan gigi, akhirnya menyerahkan uang yang diperolehnya dari memungut sampah. Uang kertasnya memang terdiri dari banyak pecahan, tapi kalau totalkan, jumlahnya bisa mencapai 400 ribu.Raut muka para preman itu berubah masam. Mereka berkata dengan dingin, “Apa ini? Uang yang kamu dapatkan dari memungut sampah hari ini cuma segini?”William mengangguk kuat dan berkata, “Iya. Aku juga nggak bisa apa-apa. Aku hanya punya segini.”“Jangan banyak beralasan, deh. Kamu pikir aku nggak tahu apa yang kamu pikirkan? Aku beri tahu, ya. Di mataku, kamu hanyalah sampah.” Salah satu preman berkata dengan senyum menghina, “Biasanya kamu bisa mendapatkan 600 ribu setiap harinya. Jujur, apa kamu diam-diam menyembunyikannya?”Sudut mulut William sedikit berkedut, dan dia menjawab dengan lemah, “Aku benar-benar nggak menyembunyikannya. Ini benar-benar semua pendapatanku hari ini.”Pemi
Mendengar itu, wajah William langsung memerah. Pria ini terlalu menindasnya, jelas sekali sedang mempermalukannya.Dia memandang Toby dengan sangat jengkel, berpikir bahwa pria itu sudah keterlaluan.Namun, dia tiba-tiba berubah pikiran. Setidaknya, Toby bisa menolongnya sekarang. Dia jadi tidak paham dengan situasi ini sekarang. Dia tidak tahu Toby sedang menolongnya atau mencari masalah dengannya.Tidak peduli apa bagaimanapun dia memikirkannya, dia merasa tidak ada yang menguntungkan baginya.Melihat ada orang yang berani melawan mereka, para preman itu tidak bisa menahan amarah mereka. Mereka pikir, otak Toby pasti sedang tidak berfungsi.Mereka tidak tahu dari mana Toby mendapat keberanian untuk maju dan melindungi William. Bukankah ini namanya mencari masalah untuk diri sendiri?Mereka merasa pasti ada yang tidak beres dengan otak Toby.William tidak peduli lagi. Mati di tangan Toby setidaknya jauh lebih baik daripada dipukuli sampai mati. Dia memeluk paha Toby lagi dan berkata,
William tahu betapa kuatnya Toby. Harus diketahui, empat master di Wieland saja bukan lawan Toby. Ditambah lagi, dia pernah membayar banyak juara tinju yang semuanya kalah melawan Toby. Apalagi preman-preman ini? Namun, meskipun dia tahu Toby sangat kuat, dia tetap tercengang melihatnya.Toby telah memberi orang-orang itu satu kesempatan, tetapi mereka tidak menggunakannya dengan baik. Dia juga tidak banyak omong kosong lagi dan langsung menyerang.Setiap pukulannya jauh lebih ganas dari sebelumnya, membuat orang-orang itu tidak berdaya.Dalam beberapa saat, semua preman itu tergeletak di tanah. Mereka berteriak tanpa henti. Mereka tidak lagi bersikap arogan seperti sebelumnya. Mereka sangat menyesal sekarang.Melihat tampang orang-orang itu, Toby juga malas banyak perhitungan dengan mereka. Dia tahu mereka juga cukup hebat, jadi karena itu, dia akan meladeni mereka.Segera setelah itu, para preman itu dipukuli Toby sampai babak belur. Mereka sama sekali bukan lawan Toby.Kepala prema
Preman berbadan besar itu rasanya ingin menangis. Situasi macam apa ini? Logika Toby terlalu aneh. Jadi, pria itu boleh menindas William, tapi dirinya tidak?DIa juga tidak bisa berkata apa-apa, hanya bisa mendengar teguran itu dalam diam.“Pergilah,” ujar Toby datar.Mendengar itu, kepala preman itu bukannya marah, tetapi malah merasa lega. Baginya, dia kalau bisa ingin sekali meninggalkan tempat ini sesegera mungkin.Kalau dia bisa pergi, maka itu sangat bagus. Dia pun mengangguk kuat dan membungkuk pada Toby, lalu cepat-cepat kabur.Toby geleng-geleng kepala melihat kepala preman tu. Dia tidak banyak bicara. Ketika situasinya sudah sampai seperti ini, dia mau lihat preman itu akan menggunakan cara apa lagi untuk melawannya nanti.Namun, dia juga tahu siapa preman itu. Kalau preman itu ingin melawannya, maka bisa dibilang pria itu terlalu naif.Setelah itu, Toby pun menoleh ke arah William. Melihat tatapan Toby, William tanpa sadar langsung terlihat panik. Sebenarnya, dia masih ada t
“Pak Toby, apa Bapak cuma makan ini?” tanya William bingung.Toby tersenyum dingin dan berkata, “Kenapa? Kamu meremehkanku?”William langsung terdiam di tempat. Dia tidak menyangka Toby akan mengatakan itu tiba-tiba. Dia buru-buru melambaikan tangannya dan berkata, “Pak Toby, jangan ngomong begitu. Aku nggak berani.”“Baguslah kalau kamu nggak berani. Kalau kamu berani meremehkanku, aku akan memberi pelajaran padamu.” Toby mendengus.William menyeka keringat dinginnya dan tidak ingin memikirkannya. Dia juga tahu Toby orangnya seperti apa.Dia sebenarnya sangat tidak mengerti. Toby begitu kaya, tapi mengapa datang ke sini untuk makan BBQ?Setelah semua pesanan dihidangkan, Toby tersenyum dan berkata, “Sudah boleh dimakan. Mau pesan bir, nggak?”“Boleh, boleh.” William juga tidak sungkan-sungkan lagi. Dia sudah berhari-hari tidak makan makanan yang enak. Jadi, ketika melihat BBQ, dia jadi sangat bersemangat.Setelah makan dengan puas, dia menepuk perutnya dan bertanya, “Pak Toby, katakan
“Kamu tanya aku. Aku tanya siapa? Yang penting, kunci Spectra ini ada di tangan siapa sekarang? Kamu harus mencari tahu hal ini untukku. Kalau kamu nggak tahu, aku nggak akan melepaskanmu begitu saja.” Toby melirik William dengan marah.William juga jadi pusing. Dia merasa tidak berdaya. Dia juga ingin membantu Toby, tapi dia benar-benar tidak tahu apa-apa sekarang.William tanpa sadar berkata, “Pak Toby, jangan khawatir. Aku tahu apa yang Bapak pikirkan. Jangan marah.”Toby memberi kesempatan dan waktu pada William untuk berpikir.Akhirnya, William berkata, “Pak Toby, aku tahu. Kunci Spectra ini mungkin masih ada di dalam Spectra. Tapi, aku juga nggak tahu ada dengan siapa.”“Kalau begitu, apa kamu pernah melihat kunci itu?” tanya Toby, tapi begitu pertanyaan itu keluar dari mulutnya, dia langsung tahu bahwa pertanyaan itu sia-sia.Sebelumnya, dia pernah memalsukan kunci Spectra untuk menipu William, dan pria itu tetap mencurinya. Itu artinya William juga belum pernah melihat kunci Sp
“Kalau begitu, ayo pergi ke sana.” Tak peduli benar atau tidak, Toby memutuskan untuk mencobanya. Siapa tahu berhasil.Setelah itu, William memberitahunya rahasia mengenai mengapa kunci Spectra bisa ada di kuil itu. Ternyata, banyak orang yang tidak tahu kunci Spectra seperti apa bentuknya waktu itu. Bertahun-tahun yang lalu, ada orang dalam Spectra yang percaya pada fengsui dan membawa kunci itu ke sana.Namun, siapa yang menyangka bahwa semua ini akan terjadi.Sejujurnya, jika William tahu, dia pasti akan mengambil balik kunci itu. Dia baru sadar sekarang, dan dia sangat menyesalinya. Namun, ini juga bagus. Dia juga senang berada di pihak Toby.“Pak Toby, aku juga pergi denganmu. Tapi, Bapak harus memastikan keselamatanku,” kata William tiba-tiba, berdiri dan menawarkan diri untuk pergi.Sebenarnya, dia tahu bahwa dia sedang diincar oleh Dragon Queen saat ini. Saat ini, satu-satunya hal yang dia khawatirkan adalah Dragon Queen akan datang untuk mempersulitnya. Dia tanpa sadar menatap
Tak disangka, kepala kuil itu terdiam. Namun, pria itu menyunggingkan senyuman meremehkan. Melihat sikap pria itu, Toby kurang lebih sudah mengerti. Dia juga tidak bodoh. Dia bisa melihat kepala kuil itu sedang mencari masalah dengan mereka.Kalau pria itu memang mau begitu, maka dia akan meladeninya. Dia malah mau melihat pria itu mau pakai trik apa.Kepala kuil berkata dengan ekspresi tenang di di wajahnya, “Kalian berdua, aku nggak ingin menyerang kalian. Kalau kalian masih nggak mau pergi, jangan salahkan aku kalau bersikap kasar pada kalian.”Toby tertegun mendengar kata-kata munafik dari pria itu. Orang ini benar-benar munafik. Perkataan dan perbuatannya tidak sama.Toby pasti tidak suka dengan orang seperti ini. Misalnya, orang yang terlihat baik dari luar sebenarnya bukan orang baik. Tentu saja, kepala kuil ini salah satunya.Toby tersenyum dan berkata, “Kalau begitu, kita bertarung saja. Kalau aku menang, kamu harus memberitahuku. Gimana?”Sebenarnya, dia masih bersikap sopan