Pemikiran Albern terlalu polos sehingga dia tidak merasakan kecurigaan bahwa dirinya tengah dipermainkan. Justru sebaliknya, dia merasa Hendy mendukungnya dengan tulus dan sepenuh hati.“Sebenarnya apa yang kamu alami? Bilang saja sama Kakak, biar Kakak bantu kamu selesaikan,” ujar Albern lagi sambil menatap Hendy. Dia sangat menghargai adiknya ini karena dia mendukung dirinya.Albern juga tahu kalau salah satu hal penting dalam hal ini. Kalau dia membantu Hendy, kemungkinan adiknya akan merasa berterima kasih dengan dirinya dan hal itu membuat Albern merasa antusias.Ketika Hendy mendengarkan kalimat tersebut, rasa bahagia menyerang dirinya dalam hati. Dia tahu lelaki di depannya ini sudah tersentuh. Hendy bersorak dalam hati dengan puas.Hendy mulai melancarkan aksinya dan menceritakan seluruh kejadian yang terjadi. Ekspresi Albern berubah dingin setelah mendengar cerita tersebut. Dia tidak menyangka akan ada kejadian seperti ini. Hal ini membuat emosinya menggelegak hingga ke ubun-u
Weston berkata dengan terkejut, “Pak Toby, apakah Bapak sedang bercanda? Aku justru berharap mereka datang lebih lama lagi.”Toby tidak ada niat untuk berbasa-basi dengan lelaki itu, dengan cepat dia berkata, “Aku tahu apa yang kamu pikirkan. Tetapi untuk saat ini, lebih baik kamu jangan mencoba membohongiku, nggak akan mempan.”Weston mendadak terdiam dan tidak tahu harus berkata apa.“Kak Albern, orang itu lumayan hebat. Bahkan elang milik Kak Adam saja kalah,” ujar Hendy lagi.“Cih! Kamu lagi membandingkan aku dengan orang itu?!” tanya Albern dengan wajah menggelap. Sikap Hendy bukannya sedang memperingatinya, melainkan sedang memancing emosinya.Albern paling tidak suka dengan Adam dan juga Hendy, terutama elang milik Adam. Dia nyaris tidak pernah menganggap peliharaan lelaki itu, Sedangkan sekarang Hendy justru sedang membandingkan dirinya dengan elang itu. Bukankah adiknya ini sedang sengaja melakukannya?!Mendadak Hendy menyadari dirinya baru saja salah berbicara. Dengan cepat d
Kalau terjadi pada orang lain, kemungkinan mereka sudah kabur karena ketakutan. Hendy mengepalkan tangannya dan mengeluarkan suara-suara nyaring. Dia tahu jika tidak memberikan Toby pelajaran, kemungkinan lelaki itu tidak akan tahu diri.Bagi Toby, pukulan Albern yang tidak bisa dihindari oleh semua orang itu justru terlihat sangat lambat di matanya. Saat Albern sadar pukulannya tidak terkena sasaran, ekspresinya terlihat penuh emosi.Dia melayangkan pukulan lagi ke arah Toby karena ingin mendapatkan kembali harga dirinya. Akan tetapi Toby hanya tertawa tanpa berbicara apa pun. Dia hanya menatap Albern seperti orang bodoh yang terlihat konyol.Pukulan-pukulan Albern tidak ada yang tepat dan membuat raut wajah lelaki itu semakin keruh. Dia malu hingga rasanya ingin menyembunyikan diri di dalam perut bumi. Hendy yang melihat kejadian tersebut mendadak diserang perasaan tidak enak. Sepertinya kakaknya ini juga bukan lawan setimpal untuk Toby.Pemikiran yang baru beberapa detik melintas d
Di waktu yang sama, Albern yang telah kalah telak tidak merasa dirinya sakit. Yang dia rasakan saat ini hanya rasa benci pada Toby. Dia ingin sekali melayangkan pukulan ke wajah lelaki itu hingga membuatnya jatuh tersungkur.Akan tetapi dia tidak berani menyerang Toby dan hanya menatap lelaki itu dengan kening berlipat. Melihat sikap Albern membuat dia tahu bahwa lelaki itu sedang takut.Albern berusaha memusatkan konsentrasinya dengan Hendy yang berseru memberikan semangat di sisi yang lain. “Semangat Kak Albern! Aku percaya Kakak pasti bisa mengalahkan dia!”Toby sengaja menunjukkan kelemahan di depan Albern yang mengira kesempatannya sudah datang. Lelaki itu langsung menyerang dan ternyata ketika dia sedang menyerang, Toby secara mendadak melayangkan satu tendangan di tubuh lelaki itu.Jurus tersebut berhasil membuat tubuh Albern terlempar melayang jauh. Lelaki itu terlihat marah besar karena dipermainkan oleh Toby. Dia kehilangan logikanya dan langsung melayangkan serangan secara b
Toby sengaja tidak melihat ke arah Weston, dia tidak ingin Weston merasa malu karena dia sendiri yang telah mencari buah simalakama ini. Sebaliknya, Toby melihat ke arah Albern dengan dingin, lalu berkata, “Kamu menyuruhku untuk melepaskanmu? Sepertinya kamu sedang bermimpi di siang bolong! Mana mungkin aku akan melepaskanmu!”Albern mulai merasa cemas, ketika matanya bertemu dengan mata Toby, bulu kuduk di lehernya langsung berdiri semua. “Aku harus bagaimana, agar kamu mau melepaskanku? Kalau kamu melepaskan aku sekarang, aku janji, ke depannya aku nggak akan pernah mencari masalah lagi denganmu,” ucapnya.“Nggak perlu, kalau kamu mau aku melepaskanmu, sebenarnya sangat mudah. Cukup potong kedua tanganmu itu,” ujar Toby dengan dingin.Albern membeku mendengar ucapan Toby ini, sekujur tubuhnya terasa dingin, air mata hampir jatuh mengalir dari kedua ujung matanya. Pria itu menggelengkan kepalanya sekuat tenaga, sambil berkata, “Pak Toby, aku mohon untuk lepaskan aku. Kalau aku kehilan
Albern menyalahkan Handy atas semua hal yang telah terjadi pada dirinya. Kalau bukan karena Handy, dirinya tidak akan mungkin diperlakukan seperti itu oleh Toby.Pria itu melemparkan kepalan tinjunya sambil berkata dengan dingin, “Kamu sengaja mencari masalah denganku, yah? Kalau begitu, rasakan ini!”Handy terkesiap, dirinya tidak menyangka bahwa Albern akan secepat itu untuk mencarinya balas dendam.“Hentikan! Kamu akan menyesal, kalau kamu memukulku!” ujar Handy tepat sebelum tinju Albern yang lemah mengenai wajahnya.Albern langsung memandang Handy dengan dingin, sambil berkata, “Apa maksudmu dengan aku akan menyesal?”“Benar! Asal kamu tahu, aku telah menyimpan beberapa suara untukmu dalam pemilihan itu.” Handy mengira, dengan mengatakan hal ini, amarah Albern akan mereda dan menjadi lebih lunak kepadanya.Albern yang pada awalnya memang sudah marah dengan Handy karena kedua lengannya yang sudah patah, menjadi semakin marah mendengar ucapannya. Seluruh badan Albern bergetar karena
Begitu mendapat kabar bahwa kakak keduanya saat ini sedang berada di dalam bar, Hendy pun langsung menyusul kakak keduanya.Sesampainya di bar, Hendy langsung mendengar lantunan suara piano yang indah.Begitu mendengar lantunan irama piano tersebut, Hendy langsung dapat mengenali bahwa itu adalah suara musik dari piano yang dimainkan oleh kakak keduanya, Darwin.Dirinya sama sekali tidak menyangka, bahwa kakak keduanya akan datang ke tempat seperti ini. Kalau bukan karena Hendy yang langsung melihat dengan mata kepalanya sendiri, dia tidak akan pernah memercayai hal ini.Hendy membeku di tempat, tanpa sadar dirinya melemparkan tatapan tidak percaya kepada kakaknya.Darwin yang sedang memainkan piano, tidak merasa senang sedikit pun melihat kedatangan adik kelimanya ini. Bisa dibilang, hatinya menolak mentah-mentah dengan kedatangan adiknya ke tempat ini.Pasti tidak ada hal yang baik ketika adiknya ini datang.Darwin melemparkan pandangan dingin kepada adik kelimanya, lalu berkata, “Un
Darwin juga merasa bahwa hal ini sedikit aneh. Berdasarkan sifat adik kelimanya ini, seharusnya dia meminta pertolongan kepada kakak ketiga dan juga kakak keempat. Hendy tertawa dengan canggung, “Kak, mereka juga nggak bisa membantuku. Mengenai kekuatan, tetap kemampuan Kakak yang paling hebat dan nggak tertandingi. Asalkan ada Kakak, aku yakin semuanya bukanlah masalah.”Darwin langsung memutar kedua bola matanya begitu mendengar hal ini. Bisa-bisanya dia mengatakan ucapan begitu menjijikkan seperti ini, Darwin pun langsung merasa mual.Walaupun merasa demikian, sedikit banyak Darwin tetap merasa tersanjung mendengar ucapan adiknya ini.Hendy yang melihat sikap kakaknya yang mulai melunak, buru-buru menambahkan bumbunya kembali, “Kak, tolonglah bantu aku. Kalau Kakak bersedia membantuku, maka Kakak akan menjadi kakak yang paling baik di seluruh dunia.”Darwin berpikir dengan seksama selama beberapa saat, lalu berkata, “Aku bisa saja membantumu, tapi apa untungnya untukku?”Hendy lang