Pria tadi juga tercengang melihatnya. Dia tidak menyangka Toby begitu kuat. Dia mundur beberapa langkah, panik karena tidak bisa berbuat apa-apa.Dia menggertakkan gigi, buru-buru berbalik badan dan pergi. Bagaimanapun juga, dia sangat malu apabila kalah melawan Toby.Namun ketika dia melangkah mundur, dia menabrak seseorang. Dia sangat marah karena dibuat berlutut oleh Toby tadi. Dia hendak marah, tetapi ketika melihat orang yang datang, dia langsung terdiam.Orang yang datang juga seorang pria yang masih muda, tetapi pria ini bahkan lebih tampan. Pria itu mengenakan setelan jas dengan senyum jahat tersungging di sudut mulutnya. Ada sebuah cincin di jarinya dengan kata 'Levy' terukir di atasnya.“Pak Shawn.” Pria tadi langsung takut dan tidak berani memandang Shawn Levy.Shawn mendengus, “Dasar sampah, kalah dengan sampah yang lain. Nggak aneh lagi.”Pria tadi rasanya ingin meledak mendengar perkataan Shawn, tetapi dia tidak berani membalas. Dia hanya tersenyum canggung dan ingin seka
Yeny tidak tahu harus bereaksi seperti apa melihat Shawn seperti itu. Dia pun segera mengeluarkan penawar racunnya dan memberikannya pada pria itu seraya berkata, “Ini peringatan pertama. Aku harap kamu bisa menjaga sikapmu, kalau nggak, jangan salahkan aku kalau nggak sungkan-sungkan lagi.”Shawn bergidik mendengarnya, buru-buru menyatukan kedua tangannya membentuk satu kepalan, yang artinya dia mengerti. Dia tahu wanita ini hebat, jadi dia tidak berani memprovokasinya lagi.Setelah bisa berbicara kembali, Shawn berkata pada yang lainnya, “Dasar kalian semua nggak berguna.”Anggota keluarga Levy lainnya tidak bisa berkata-kata. Bagaimanapun juga, mereka juga sudah berusaha menolongnya, tapi Shawn malah tidak berterima kasih pada mereka dan memaki mereka. Ini membuat mereka merasa sangat tidak nyaman.Namun, mereka tidak perlu perhitungan pada Shawn saat ini.Shawn tidak berani mencari masalah lagi pada Yeny setelah mengetahui kemampuan wanita itu. Dia merinding dan tidak berani menata
Helena tertegun melihat jam tangan wanita itu, tapi hatinya tidak tergerak untuk memilikinya. Kalau dia menerimanya, pria ini akan punya sesuatu yang bisa mencelakainya di kemudian hari.Dia tahu betapa seriusnya hal ini. Setelah memikirkannya, dia pun menolak, “Maaf, aku paham dengan maksud baik Anda. Tetapi aku nggak bisa menerima hadiah ini.”Pengusaha paruh baya itu sangat malu. Dia terpaksa menyimpan kembali hadiah itu. Lagi pula, dia juga tidak rugi. Dia bisa mengembalikan hadiah itu ke tokonya lagi.Melihat begitu banyak orang mulai memberinya hadiah, Helena akhirnya berkata, “Semuanya, aku hanya datang untuk bekerja sama dengan kalian. Kalian sebenarnya nggak perlu memberiku hadiah.”Orang-orang tertawa, “Bu Helena, kami memberi Ibu hadiah bukan karena kerja sama, tapi karena kami ingin lebih mengenal Bu Helena.”Helena mengusap dahinya. Saling mengenal itu gampang, tapi memberi hadiah seperti ini terlalu berlebihan. Dia jadi tidak tahu harus berbuat apa.“Jangan khawatir, aku
Shawn sudah mempertimbangkan baik-baik. Dia merasa perempuan itu akan terkejut ketika melihat bunga di dalam sana. Dia pun sangat bersemangat saat memikirkan hal itu.Namun, pada detik berikutnya, Shawn tidak bisa setenang itu lagi. Karena Tella hanya melihat sebentar, lalu langsung menarik kembali pandangannya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Shawn seketika terlihat sangat canggung. Bagaimanapun, perempuan itu bisa saja bekerja sama sebentar dengannya. Dia berpikir sejenak, akhirnya dia mengeluarkan cincin berlian dari tumpukan bunga dan berkata, “Gadis cantik, cincin berlian ini telah jadi milikmu.”“Maaf, aku nggak suka,” kata Tella dengan nada datar.Sudut bibir Shawn spontan berkedut. Perempuan sangat tertarik dengan benda-benda yang berkilau. Namun Tella justru mengatakan kalau dia tidak suka. Bagaimana mungkin Shawn tidak menangkap maksud dalam ucapan Tella. Perempuan itu jelas-jelas menggunakan cara ini untuk menolaknya.Shawn mulai merasa kesal. Dia tidak menyangka kalau di
Raut wajah Shawn langsung menjadi muram saat mendengar ucapan Toby. Dia pun menganggap Toby tidak tahu diri, lalu dia berkata, “Kamu punya hak apa untuk berada di sini? Cepat pergi sana. Mana satpam?”Shawn tahu dia tidak bisa melawan Toby, tapi dia punya cara lain untuk mengusir Toby.Segera, beberapa satpam datang dengan berlari. Mereka menatap Shawn dengan hormat, menunggu pria itu berbicara.“Usir orang itu dari sini,” perintah Shawn.Saat ini, para satpam itu baru mengarahkan pandangan mereka ke Toby. Sementara itu, Weston yang melihat semua kejadian dari atas panggung sudah tidak bisa bersikap tenang lagi. Para satpam tersebut adalah orangnya sendiri.Kalau orangnya sendiri yang mengusir Toby dari sini, maka itu akan jadi lelucon besar. Weston gelisah bukan main. Dia tidak boleh membiarkan hal itu terjadi. Dia harus menghentikan mereka.Setelah memikirkan hal ini, Weston berhenti menjadi penonton saja. Dia berdiri dengan tegas, lalu membentak, “Hentikan. Siapa yang suruh kalian?
Semua orang tersentak saat melihat tindakan Weston menjadikan Shawn sebagai contoh akibat tidak mematuhi aturannya. Mereka pun tidak berani banyak bicara.Semua orang yang ada di sana ketakutan. Mereka takut akan diusir juga karena membuat onar.Pada saat ini, Weston menerima sebuah hadiah. Akan tetapi, raut wajahnya tiba-tiba berubah ketika melihat nama orang yang memberinya hadiah itu. Seolah-olah dia telah melihat monster.Tentu saja, perubahan ekspresi wajah Weston tidak luput dari perhatian Toby. Hal yang bisa membuat Weston begitu terkejut, kalau bukan karena hadiahnya terlalu mengejutkan, berarti orang yang memberinya hadiah memiliki status yang sangat tinggi.Orang yang memberikan hadiah tersebut hanya meninggalkan dua kata, yaitu keluarga Kingdom.Toby tidak tahu apa itu keluarga Kingdom, mengapa nama keluarga itu bisa membuat Weston begitu terkejut.Sesaat kemudian, Weston baru mulai membuka hadiah. Hadiah tersebut berisi sebuah jam tangan bermerek. Namun, di bawahnya ada sel
Weston mulai menyuruh orang ahli untuk mengidentifikasi jam tangan itu. Dalam sekejap ada beberapa orang yang datang. Mereka berlari terbirit-birit begitu mendengar Weston memanggil mereka.“Ada perintah apa untuk kami, Pak Weston?” Orang-orang itu bertanya dengan penasaran.Weston langsung menyerahkan jam tangan bermerek itu kepada mereka dan berkata, “Kalian periksa jam tangan ini asli atau palsu.”Setelah para penilai itu saling memandang satu sama lain, mereka baru mengambil jam tangan itu. Sekitar lima menit kemudian, mereka akhirnya berkata, “Jam tangan ini palsu, Pak Weston.”Ekspresi Weston seketika menjadi muram ketika dia mendengar jawaban tersebut. Sudah mengirimkan surat ancaman, mengancamnya dengan barang palsu pula. Benar-benar keterlaluan.Weston merasa masalah ini tidak sesederhana itu. Dia melirik Toby dengan rasa terima kasih dan berkata, “Mata Pak Toby sungguh jeli, bisa tahu kalau jam tangan ini palsu dengan sekali lihat. Kalau nggak, bakal repot nantinya.”Toby men
Toby merayap ke bawah mobil dan mulai memeriksa. Sedangkan sopirnya kebingungan, sama sekali tidak mengerti apa maksud Toby melakukan hal tersebut.Di bawah pencarian Toby, pria itu benar-benar menemukan sebuah alat. Wajahnya langsung muram saat dia melihat alat itu. Dia sama sekali tidak menyangka masih ada orang yang melakukan hal sekeji itu.Kejadian ini membuat Toby sangat marah. Dia tidak boleh membiarkan hal ini terjadi padanya. Dia segera kehilangan ketenangannya. Kemudian, dia berkata pada si sopir, “Sebenarnya ada apa ini?”Sopir itu juga tercengang. Dia tidak bodoh. Dia tahu kalau itu adalah alat pelacak yang digunakan untuk melacak seseorang. Dia segera mengibaskan tangannya dan berkata, “Pak Toby, aku tidak akan pernah punya nyali untuk main trik seperti itu denganmu.”“Aku tahu kalian nggak akan melakukan hal ini padaku. Tapi kalian harus selidiki sampai jelas masalah ini,” ujar Toby dengan kesal. Belum lama dia datang ke Wieland. Sekalipun dia menyinggung seseorang, keban