Kalau anak buahnya tidak bisa membunuh Toby, melainkan orang lain yang membunuh lelaki itu, First King juga bisa menggunakan segala macam cara untuk merebut kunci tersebut. Tiba-tiba First King merasa dirinya sangat cerdas karena bisa memikirkan cara seperti ini.Setelah diskusi tersebut selesai, mereka semuanya saling berpamitan. Bisa dibilang juga kalau pertemuan kali ini membuat mereka diam-diam menyusun rencana sendiri di dalam benak mereka.Di waktu yang sama, jasad Seventh King Dragon juga sudah ditemui oleh orang lain. Banyak orang yang cukup terkejut dengan apa yang dialami oleh lelaki itu. Mereka tidak menyangka jasad Seventh King Dragon bisa ada di sana.Toby juga sudah mengetahui hal ini dan ikut merasa ada yang janggal. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa jasad Seventh King Dragon bisa ada di sini?Dia dibuat tidak mengerti dengan apa yang terjadi sekarang. Apakah Seventh King Dragon dibunuh oleh orang lain? Kenapa harus mati di depan rumahnya? Benar-benar aneh sekali.Toby
Tella dan Yeny yang juga melihat pemandangan tersebut merasa hatinya sangat tidak nyaman. Bagaimana mungkin mereka bisa bahagia ketika mereka harus melihat kedua orang itu bermesraan setiap harinya? Saat ini, Tella dan Yeny merasa luar biasa iri.Toby dan Helena melihat ekspresi kedua perempuan itu yang sepertinya sedang cemburu hanya bisa terbahak. Raut wajah mereka berdua tampak sangat konyol dan lucu. Toby melirik ke arah Helena dan berkata dengan jenaka, “Gimana menurut kamu? Semuanya terserah kamu.”Rasa bahagia membuncah di dada Helena. Dia berpikir sesaat kemudian berkata, “Gampang, aku ingin kita ke Wieland bersama. Pergi dengan pesawat saja, kamu yang bayar.”Toby hanya tersenyum masam ketika mendengar kalimat itu, “Kamu itu bos dari Group Center Cloud. Apalagi aku membantumu cukup banyak.”“Sudahlah, karena kamu kelihatan begitu menyedihkan, aku nggak akan mempermasalahkannya. Tapi kamu tenang saja, aku nggak akan terlalu mempersulitmu,” kata Helena yang masih mengira Toby ti
“Iya, kalian ikut pergi saja. Kalau kalian nggak ikut malah lebih membosankan,” lanjut Toby sambil tertawa.Rasa bimbang Tella dan Yeny sebelumnya lenyap ketika mendengar ucapan Toby. Mereka langsung menyetujui tawaran tersebut. Toby memesan empat tiket pesawat dan mereka berangkat menuju Wieland.Tentu saja Toby tahu akan ada orang yang mengikutinya, tetapi dia tidak panik dan tetap tenang. Untuk menghindari adanya bahaya yang datang, dia menghubungi Linto dan meminta lelaki itu untuk menjadi sekuriti di depan vilanya dan memantau semua pergerakan di sekitar sana.Awalnya Linto terlihat sedikit keberatan. Tapi setelah mendengar bayaran sebesar 20 juta, dia langsung melonjak girang. Hanya beberapa hari saja dia bisa mendapatkan bayaran sebesar itu!Linto langsung menyetujui Toby tanpa berpikir panjang lagi.Toby terdiam ketika melihat Helena dan yang lainnya membereskan barang ke dalam tujuh hingga delapan buah koper. Hanya mengunjungi sebuah undangan kerja sama saja apakah butuh bawaa
“Maaf, kenapa aku harus tukaran tempat denganmu? Apalagi istriku ada di sini,” sahut Toby dengan datar.Dia sengaja berkata seperti itu agar pemuda tersebut tahu bahwa Helena adalah istrinya dan akan mundur teratur. Tetapi ternyata pemuda itu bersikap seolah-olah tidak mendengarkan ucapannya tadi dan membalas ucapan Toby sambil tertawa.“Hahaha. Pak, kamu jangan bercanda denganku. Perempuan cantik seperti dia nggak mungkin istrimu.”Kepala langsung Toby terangkat ketika dia mendengar ucapan tersebut.“Jangan sembarangan bicara di sini! Aku nggak akan tukaran tempat duduk!”Kalau orang lain yang berada di posisi Toby saat ini, sudah dipastikan orang tersebut sudah meledak di tempat. Toby merasa emosinya masih cukup stabil dan bisa dia kendalikan. Tetapi ternyata pemuda itu masih tetap keras kepala dan curiga dengan dirinya. Sebaik apa pun emosi Toby, dia pasti tidak bisa menahannya.Helena yang mendengar orang asing tengah memarahi suaminya merasa tidak terima. Keningnya berlipat dalam
Dari raut wajahnya bisa terlihat ekspresi sungkan dan hormat pada lelaki itu. Posisi manajer di bagian bandara merupakan posisi yang sangat tinggi sekali. Tentu saja pramugari tersebut tahu dengan jelas akan hal itu.Dia melihat ke arah Toby dan menatapnya dari ujung kepala hingga ujung kaki dengan tatapan menilai. Saat dia melihat pakaian yang dikenakan oleh Toby, dia langsung menebak bahwa lelaki itu merupakan orang biasa saja.Pemuda tersebut tampak tidak sabar dan berkata, “Cepat usir dia keluar dari sini, tingkat kesabaranku sudah mau habis!”Mendengar ucapan pemuda itu membuat pramugari tadi semakin yakin bahwa yang terjadi sekarang bukan sebuah candaan belaka. Kalau dia berhasil melakukan apa yang pemuda itu inginkan, kemungkinan dia bisa naik jabatan. Tentu saja dia tahu juga risiko yang akan dia terima jika dia membantah.Pramugari tadi berpikir sesaat kemudian dengan cepat dia memutuskan untuk membela pemuda itu.“Baik, akan segera dibereskan,” jawab pramugari sambil mengangg
“Kalau Bapak masih nggak mau turun, maka Bapak akan memperlambat keberangkatan pesawat kita,” ujar pramugari itu lagi.Para penumpang yang mendengar hal itu terlihat mulai tidak tenang. Meski mereka merasa prihatin dengan apa yang terjadi pada Toby, tidak ada satu pun dari mereka yang berani maju membela Toby.Mereka menganggap cepat atau lambat Toby memang akan turun dari pesawat ini. Sedangkan mereka masih ada urusan penting yang harus diselesaikan di kota tujuan, tentu saja hal itu tidak boleh terhambat hanya karena satu orang saja.“Kamu cepat turun dari pesawat, jangan berulah lagi.”“Lagian kamu tetap harus turun dari pesawat.”“Waktu kami sangat berharga! Jangan bertele-tele lagi. Kalau urusan kami terhambat, kamu yang harus tanggung jawab!”Semua penumpang mulai menyudutkan Toby. Mereka semua tahu sosok pemuda itu bukan orang yang bisa mereka usik, oleh karena itu mereka hanya bisa meminta Toby untuk turun sesuai apa yang diminta pemuda itu.Pemuda tadi semakin melonjak girang
Setelah sambungan telepon terputus, dia meminta sekretarisnya untuk menghubungi Gordon. Gordon yang kebetulan sedang bekerja di bandara terkejut ketika mendengar telah terjadi sesuatu pada putranya. Ditambah lagi dengan Kapten Zeldan yang menghubunginya semakin membuat rasa terkejut lelaki itu berkali-kali lipat.“Kapten Zeldan, ada apa Kapten repot-repot menghubungiku? Aku akan mencari waktu untuk mentraktir-““Jangan basa-basi! Traktir apanya?! Kamu nggak pantas! Anakmu mengusik salah satu temanku, sebaiknya kamu bereskan masalah ini! Kalau sampai teman aku dipersulit, kamu akan menerima akibatnya! Aku juga akan menghubungi atasanmu!”Gordon awalnya mencoba mencari obrolan dengan Kapten Zeldan, tetapi ucapan lelaki itu bagaikan petir yang menyambarnya di siang bolong. Dia bisa mendengar nada emosi dari suara Kapten Zeldan.“Halo?”Sambungan telepon terputus sebelum dia sempat membalas ucapan Kapten Zeldan. Gordon terlihat linglung selama beberapa saat kemudian umpatan kasar langsung
Toby hanya mengibaskan tangannya dengan tidak berdaya dan berkata, “Kamu jangan memfitnah orang baik. Apanya yang ulahku? Kamu jangan sembarangan bicara!”Curtis terdiam di tempat ketika mendengar ucapan Toby. Dia tidak menyangka akan menjadi seperti ini. Gordon menjewer telinga anaknya sambil berjalan ke hadapan Toby.“Pa, Papa jangan tarik aku! Sakit sekali” rintih Toby kesakitan. Air matanya nyaris saja mengalir akibat rasa perih di telinganya.Gordon mengabaikan lelaki itu dan bersikap seolah tidak mendengarkannya. Dia meminta maaf pada Toby dengan wajah penuh permohonan sambil berkata, “Maaf, Pak Toby. Anakku nggak dewasa dan kemungkinan sudah menyinggung Bapak. Mohon dimaklumi.”Meski jabatannya sudah tidak bisa dipertahankan lagi, dia tetap tidak ingin Kapten Zeldan mempunyai kesan yang tidak baik pada dirinya. Urusan pekerjaan dia bisa mencarinya lagi walaupun bukan sebagai seorang manajer.Demi masa depannya kelak, Gordon memilih untuk meminta maaf saja pada Toby.“Berhenti, k