Jamal tak bisa menunggu waktu lagi. Desas desus mengenai kabar putrinya yang sering check in dengan Eril ke hotel kini sudah tersebar ke seluruh penjuru desa. Para pegawai desa pun ikut berbincang jika mereka sering melihat Lily keluar masuk hotel bersama seorang pria yang tak lain adalah Eril. Jamal yang mendengar semakin resah. Pria paruh baya itu langsung pulang saat kantor desa sudah tutup. Biasanya kepala desa itu akan minum kopi dan merokok bersama terlebih dahulu bersama para pegawai kantor desa sebelum dirinya pulang. Namun saat ini suasana hatinya sangat buruk. Ia harus segera memastikan kapan pria yang bernama lengkap Chaeril Prayoga itu akan menikahi anaknya. "Tumben jam segini udah pulang, Pak?" Tanya Tika yang melihat suaminya turun dari mobil dengan wajah yang kusut. "Bapak pengen cepet ketemu Lily. Ke mana anak itu, Bu?" Tanya Jamal pada istrinya. Kepalanya celingukan mencari keberadaan putri bungsunya di dalam rumah. "Lily ada di kamarnya, Pak. Hari ini kan dia t
Eril dan keluarga tiba di kediaman Jamal untuk mempersunting Lily. Pernikahan keduanya yang mendadak itu hanya dihadiri oleh keluarga inti saja dan tertutup untuk tetangga. Mereka hanya akan mengundang para tetangga jika sudah dekat dengan hari resepsi. Tentunya resepsi akan dilangsungkan jika Eril sudah selesai menjalani persidangan cerai dengan Sofia. Sedangkan para tetangga sudah mendengar desas desus jika Eril akan menikahi putri kepala desa mereka malam ini. Mayoritas mencibir keduanya karena dianggap sebagai pasangan selingkuh. Tak sedikit yang merutuki kelakuan keduanya dan mengasihi Sofia. Semua anak Bu Laksmi hadir di acara akad nikah yang diadakan di kediaman Jamal. Termasuk Dicky, mau tak mau, suka maupun tidak suka, ia harus hadir karena dirinya diibaratkan sebagai pengganti ayahandanya yang sudah tiada. Walaupun hal ini berbenturan dengan hati nuraninya sendiri, tapi Dicky tidak bisa menghindar. Dicky pun tak ingin hubungan dirinya dengan sang ibu semakin renggang. Seme
Beberapa hari berlalu, Sofia ditemani oleh Sri mendatangi rumah sakit tempat persalinannya kemarin. Ia akan kontrol menemui Dokter Reynard untuk mengecek jahitan di perutnya. Sofia dan Sri duduk di kursi khusus pasien begitu mereka mendapatkan nomor antrian. Sedangkan Rahman sudah berangkat ke ibu kota untuk memulai mengurus bisnis ayahnya. Hartanto pun sudah memberikan rumah, kendaraan, dan tempat usaha untuk Sofia dan Sri kelola selama Rahman pergi ke ibu kota. Akan tetapi, Sri belum memberi tahukan semuanya pada sang putri. Ia berencana akan mengabarkannya malam ini sembari membereskan barang mereka untuk pindah ke sebuah rumah mewah yang ada di perumahan elite. Sesekali Sofia mengotak ngatik ponselnya yang sudah ia diisikan kuota oleh Rahman. Sofia asyik sekali berselancar di dunia maya. Ia membuka Instagram nya yang sudah sangat lama tak ia buka. Disitu ada notifikasi jika Lily Maharani Putri mengikutinya. Sofia cukup kepo dan membuka profil Lily yang tak dikunci itu. Mata Sofi
Sofia merasa heran ketika melihat Sri mengemasi pakaiannya ke dalam dus bekas mie instan. Ada apa dengan ibunya? Mengapa semua pakaiannya di masukan ke dalam dus-dus yang dibeli Sri tadi siang ke warung. Tak hanya pakaiannya, tapi pakaian Rahman pun dimasukan Sri ke dalam dus-dus itu. "Ayo, Nak! Jangan bengong! Kamu bereskan juga pakaianmu! Masukan semua ke dalam dus!" Titah Sri tanpa menatap putrinya. Ia masih sibuk memasukan semua pakaiannya. "Bu, sebenarnya ada apa? Apa kita akan pergi ke ibu kota dan menjenguk kakek? Tapi mengapa pakaiannya harus dibawa semua? Bukankah kita akan pulang kembali?" Sofia berjongkok dan membantu Sri memasukan pakaian yang berserakan ke dalam dus. Rahman memang melarang Sri untuk membawa barang karena di rumah baru nanti mereka sudah disediakan semuanya. "Kita akan pindah rumah malam ini, Nak," timpal Sri sambil menyelotip dus yang sudah penuh. "Hah? Pindah? Pindah ke mana?" Sofia terlihat kebingungan karena dirinya belum tahu apapun. "Ibu? Ibu ti
Dari Chicago, Amerika Serikat. Pesawat yang dikendarai Daffa mendarat di tanah air. Berhubung pesawat lepas landas di kota tempat tinggalnya. Daffa memilih untuk pulang ke rumah Mega. Ia belum memberitahukan Mega mengenai kabar kepulangannya. Entah kenapa ia merasa bosan berkomunikasi dengan istrinya. Baru saja dua bulan pernikahan, namun rasanya perasaannya terasa hambar pada istrinya itu. Daffa memang cepat bosan dengan satu wanita. "Del, ayo kita pulang bersama!" Ajak Daffa pada Delia yang masih mengenakan seragam khas pramugari miliknya. "Hm, apa mereka tidak akan curiga pada hubungan kita?" Delia terlihat ragu, ia pun belum memberitahukan kepulangannya hari ini pada Rizal. Ia ingin memberi kejutan untuk suaminya. "Tidak akan, mereka tidak akan mencurigai kita," sahut Daffa dengan yakin. Delia nampak berpikir, ia tak ingin terlalu gegabah. Ia tak bisa menganggap enteng Bu Laksmi. Mertuanya itu tipe wanita sangat peka, maka Delia harus berhati-hati padanya. Delia melirik arlo
Daffa mengusulkan untuk mengundang keluarga besar Bu Laksmi untuk hadir pada acara makan malam di kediamannya bersama Mega.. Terlebih Bu Laksmi dan keluarga memang belum pernah makan malam di rumah baru Daffa dan Mega. Mega pun sangat menyambut ide dari suaminya. Bidan muda itu dengan senang hati mengabari di grup keluarga jika malam ini Daffa mengundang makan malam bersama. "Makasih ya, Sayang?" Mega berjinjit mencium pipi Daffa karena merasa senang sang suami mengundang keluarganya. Mega senang karena ia bisa pamer lagi pada seluruh anggota keluarganya. Semangatnya semakin berkobar ketika mengingat dirinya bisa pamer di depan Lily yang baru menjadi anggota keluarga Bu Laksmi. "Everything for you!" Daffa balik mencium pipi Mega. Padahal ada niat terselubung dalam undangan acara makan malam ini. Untuk menyambut seluruh keluarganya, Mega memesan banyak makanan kr resto favoritnya. Daffa cukup tercengang dengan tagihan pembelian makanan dan minuman untuk menjamu mertuanya. Akan te
Seminggu setelah pernikahan, Eril dan Lily masih tinggal di rumah Bu Laksmi. Memang sesudah akad, pagi harinya mereka pindah ke rumah Bu Laksmi. Hari ini pun adalah hari terakhir Eril dan Lily cuti. Rencananya Eril akan mencari rumah yang sesuai dompetnya untuk ditinggali bersama Lily. Eril menggeliat pelan, ia mengucek matanya. Yang ia lihat pertama kali adalah Lily yang masih tertidur dengan nyenyak. Hatinya merasa hampa. Seperti ada sesuatu yang hilang karena biasanya tiap Eril membuka mata, dirinya akan melihat Sofia yang sudah terbangun lebih dulu. "Ly, bangun! Ini udah pagi," Eril menggoyang bahu Lily pelan. Namun tidak ada respon dari istri barunya itu. "Ly?" Eril menggoyang bahu Lily sekali lagi. "Hm, aku masih ngantuk," Lily bergumam, ia kemudian menyelimuti tubuhnya hingga leher. Selalu saja seperti ini. Seminggu setelah menjadi istri Eril, Lily selalu saja bangun siang. Wanita itu pun enggan untuk membantu Bu Laksmi yang sibuk di dapur. Ada rasa penasaran dalam sanubar
Reynard baru saja pulang dari rumah sakit. Ia cukup lelah karena hari ini jadwal operasi sangat padat. Belum lagi, Reynard menyempatkan membuka poliklinik untuk memeriksa pasien rawat jalan. Tenaganya seolah terkuras habis. Reynard mengemudikan mobil sport miliknya, hari ini ia akan pulang ke rumah dan langsung beristirahat. Reynard mengemudikan mobilnya dengan pelan karena ia melewati area pasar. Area yang selalu macet dan banyak orang menyebrang. Pria berkulit putih itu memperhatikan orang-orang yang sedang berbelanja di pinggir jalan. Dahinya mengkerut saat melihat Sofia tengah berjalan dengan membawa tentengan yang sangat banyak di tangannya. Tiba-tiba saja Reynard teringat dengan kenangan mereka. Dirinya selalu memaksa menjemput Sofia, sedangkan wanita itu selalu berusaha menolak karena takut merepotkan. Rasa lelah yang tadi Reynard rasa seakan sirna saat melihat wanita yang pernah menjadi bagian hidupnya sedang berjalan seorang diri. Reynard bertekad akan berjuang mendapatkan
Mega menatap jendela di ruang tamu, hatinya begitu gelisah saat sang suami belum juga pulang. Malam telah larut, namun tak menyurutkan Mega untuk menunggu kepulangan Daffa. Mega tersenyum getir saat melihat foto pernikahannya terpajang di tembok ruang tamu. Nyatanya kehidupan rumah tangganya sangat berbeda dengan pose dirinya dan Daffa yang begitu mesra saat di foto itu. Kehidupan Mega seakan tak menemui titik terang, semakin hari ia semakin jauh dari Daffa. Apalagi kini Daffa memilih untuk resign dari maskapai yang telah memperkerjakannya selama lima tahun. Mega melarang keras Daffa untuk resign dari sana. Namun, Daffa tak mendengarkan saran dan penolakan dari istrinya. Pria itu mantap untuk resign dan memasukan lamaran ke maskapai yang lebih terkenal dan menjanjikan. Setelah resign Daffa sering menghabiskan waktunya di luar. Tak ada waktu untuk Mega kini. Pria yang sebentar lagi akan menjadi ayah itu seakan sibuk dengan dunia barunya. Tanpa Mega ketahui, Daffa kini sedang dimabuk
Eril mengacak rambutnya frustasi. Semenjak kepulangannya dari klinik bidan, Lily tak kunjung mau menyusui anak mereka yang diberi nama Renata Annida itu."ini bayi kamu lapar!!" Sentak Eril sekali lagi."Aku engga bisa nyusuin bayi itu, Er. Setiap kali aku netein dia, aku kaya mau ngelempar dia!!" Ucap Lily dengan wajahnya yang tanpa dosa."Gila ya kamu, Ly! Anak kamu kelaparan ini!! Kalau kamu engga mau ngurus dia, mending kamu pergi dari sini!! Dasar wanita engga guna!" Eril mengusir Lily.Eril sendiri kini sedang berusaha menenangkan bayinya yang sedang menangis kejer itu. Lily memang tidak mau menyusui bayinya dengan alasan dia terkena baby blues. "Cup cup, Nak!!" Eril memberikan susu di dalam dot yang sudah ia seduh tadi. Pria itu menyusui sang putri dengan cekatan. Eril juga sudah menghabiskan masa cutinya untuk mengurus bayinya itu. Padahal Lily hanya berkilah. Ia tidak mengalami baby blues sama sekali. Lily hanya tidak ingin p*yudaranya kendor karena menyusui Renata. Tujuan
Sofia berjalan menuruni tangga, ia melihat semua keluarga Reynard sedang duduk memutari meja makan yang berbentuk bulat. Ya, sudah dua hari ini Sofia menginap di rumah Dokter Ali. Ia ikut berpartisipasi merayakan pernikahan Rangga dan Paula. Setelah pernikahannya di sebuah hotel mewah, Rangga dan Paula diharuskan menginap di rumah Dokter Ali sebelum mereka pindah. Dokter Bagus dan Dokter Ali memberikan dana kepada pasangan suami istri itu untuk membeli rumah di sebuah perumahan elite sebagai hadiah pernikahan mereka. Tentunya Rangga dan Paula menerimanya dengan senang hati, mereka merasa bebas jika hidup berdua saja. Tak akan ada orang yang curiga jika mereka tidak saling mencintai satu sama lain. Paula dan Rangga baru saja keluar dari dalam kamar mereka. Rambut mereka terlihat basah, membuat Ghina dan Dokter Ali melontarkan godaan kepada pasangan suami istri itu. Paula dan Rangga segera duduk di kursi makan untuk memulai sarapan mereka. "Sayang, kamu cantik sekali!" Puji Reynard s
Sebelum berbulan madu, Sofia menyematkan diri untuk datang ke kediaman Dicky dan Intan. Ia memang belum menjenguk Arsya dan Arsyi karena kesibukannya selama ini. Sofia berangkat sendiri karena sang suami harus bekerja sebelum mereka pergi berbulan madu. Sofia membawa buah tangan yang tak sedikit. Wanita itu masih mengingat apa saja yang menjadi kesukaan kedua keponakannya. Sofia kemudian memarkirkan mobil mewahnya di kediaman Intan dan Dicky. Kedatangannya sudah disambut oleh Intan dan Dicky. Mereka memang mendengar ada deru mobil yang masuk ke pekarangan rumah. Akan tetapi, mereka begitu terkejut jika yang datang adalah Sofia. "Kak?" Sofia turun dari mobilnya dengan tersenyum. Intan dan Dicky menatap mantan adik iparnya itu dengan tak terbaca. Dalam hati, Intan sangat takjub karena kini Sofia amatlah cantik dan amat berbeda dengan Sofia dulu. Dahulu Sofia hanya bisa memakai pakaian lusuh dan tanpa make up. Sekarang penampilan cucu konglomerat itu begitu membuat siapa pun pangling.
Bidan menyerahkan bayi berjenis perempuan itu pada Lily. Mata Lily berkaca-kaca. Ia menatap putrinya dengan sedih. Sedih karena ia akan meninggalkan bayi malang itu bersama Eril saja. Lily akan pergi sejauh mungkin karena ia tak sanggup lagi hidup bersama sang suami. Lily akan menjemput kebahagiaannya sendiri.Lily mengusap air matanya yang jatuh. Impiannya bukan melahirkan seperti ini. Impiannya dulu adalah melahirkan di rumah sakit dengan kelas VIP dan ditemani Eril dengan penuh cinta. Eril hanya memandang Lily dengan dingin seolah tak ada rasa khawatir dengan keadaan Lily. Ia hanya memperhatikan putrinya. Bidan pun mengambil kembali sang bayi agar Eril bisa mengazaninya. Eril mengazaninya dengan takzim. Hatinya begitu tersayat kala mengingat anak pertamanya dengan Sofia yang tiada. Andai saja anak itu masih ada pasti sekarang Eril sedang berbahagia dengan Sofia. Andai saja.Selesai mengazani, bayi yang belum diberi nama itu dibedong oleh bidan dan di simpan di box bayi. Eril pun b
Eril yang baru pulang dari kantor merasa aneh melihat plastik buah yang berserakan di atas kasur. Gegas ia melihat bungkus buah itu. Matanya terbelalak karena melihat harga-harga yang menempel di plastik buah dengan harga yang fantastis. Rahangnya menegang karena menyangka Lily membelanjakan uang makan mereka hanya demi membeli buah-buahan yang menurut Eril tak terlalu penting. "Ly! Lily!" Panggil Eril, ia celingukan mencari keberadaan sang istri. Dilihatnya Lily tang tengah duduk di kursi makan usang. Ia memegang ponselnya seraya tersenyum sendiri. Eril menatap tajam sang istri yang tengah asyik dengan ponselnya, ingin rasanya ia melempar ponsel milik Lily. Bagaimana tidak emosi, pulang bekerja bukannya disambut, tapi Lily asyik dengan dunianya. Eril jadi merasa tak dianggap. Apalagi kemarahannya menjadi berlipat ketika Eril mengingat plastik buah yang tercecer dan nominal yang sangat besar di plastik itu. "Bagus ya, suami pulang kerja bukannya disambut. Malah HP terusss!!" Ceroco
Pernikahan Paula dan Rangga digelar di Ballroom hotel berbintang lima. Semua kerabat Paula dari dalam negeri maupun di luar negeri turut menghadiri undangan, begitu pun dengan Dokter Ali. Semua kenalannya di undang demi memeriahkan pesta sang anak kedua agar tak kalah meriah dari resepsi Reynard dan Sofia. Sofia turut hadir bersama sang suami. Ia pun memboyong kedua orang tuanya dan kakeknya Hartanto. Mereka dijamu dengan begitu mewah dan hangat. Bahkan Dokter Ali memberikan meja VIP untuk keluarga Sofia, karena Dokter Ali ingin sekali menjamu keluarga besannya dengan sangat baik. Pernikahan Paula dan Rangga mengusung tema modern. Berbeda sekali dengan Sofia dan Reynard yang mengusung adat Sunda yang sangat kental. Paula memang bersekolah dan tumbuh di luar negeri. Maka tak heran, konsep pernikahannya pun mengusung modern ala-ala western, tapi masih dengan kostum yang sopan namun elegan. Paula memakai dress yang memperlihatkan lekukan tubuhnya, namun tidak terlalu ketat. ia tak su
Sofia baru saja selesai berdandan. Hari ini ia akan menemui Reynard, suaminya. Sofia akan membawakan bekal makan siang yang sudah ia masak dengan menu spesial. Wanita cantik itu telah cantik dengan dress dan polesan make-up yang natural. Selesai berdandan, Sofia segera berjalan menuju carport dan melajukan mobilnya menuju rumah sakit swasta terbesar di kota itu. Sofia mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang. Sesekali wanita cantik itu bernyanyi mengikuti alunan lagu yang berdendang di tape mobilnya. Hidup Sofia kini jauh lebih bahagia, ia pun selalu mensyukuri apa yang ia punya sekarang. Keluarga dan Reynard lah yang membuat hidupnya terasa lengkap. Rahman, Sri, dan Hartanto selalu memanjakannya. Meskipun mereka sudah berbeda rumah, namun setiap satu bulan satu kali mereka akan menyempatkan diri menghabiskan waktu bersama Sofia. Begitu pun dengan sang suami, di tengah kesibukannya sebagai dokter dan calon pemimpin rumah sakit, Reynard selalu memperhatikan dan memanjakan Sofia.
Rizal memulai pekerjaannya sebagai dokter gigi di puskesmas yang ada di Kabupaten Sumbawa , Nusa Tenggara Barat. Pria itu tersenyum menatap suasana kerjanya yang baru. Pikirannya kini terasa damai. Rizal memang bertekad akan memulai hidup baru yang lebih baik tanpa bayang-bayang masa lalunya yang amat pahit. Matanya sedikit mengembun kala mengingat sang ibu. Sebenarnya berat hati meninggalkan Bu Laksmi yang kini hidup sendirian dan dijauhi semua anaknya. Akan tetapi, hatinya yang lain masih merasakan kecewa yang amat dalam saat sang ibu terang-terangan lebih memilih Mega dan Daffa dari pada dirinya. Luka di hati Rizal itu belum juga mengering. Entah kapan akan sembuh secara sempurna, yang pasti Rizal ingin menyembuhkan luka itu sepenuhnya dengan hidup di tempat yang baru. Untaian doa selalu ia curahkan untuk sang ibu. Rizal memulai hari pertamanya bekerja dengan antusias. Ia menyambut ramah pasien pertamanya yang ingin menambal giginya yang berlubang. Rizal melayani dengan sepenuh ha