Daffa mengusulkan untuk mengundang keluarga besar Bu Laksmi untuk hadir pada acara makan malam di kediamannya bersama Mega.. Terlebih Bu Laksmi dan keluarga memang belum pernah makan malam di rumah baru Daffa dan Mega. Mega pun sangat menyambut ide dari suaminya. Bidan muda itu dengan senang hati mengabari di grup keluarga jika malam ini Daffa mengundang makan malam bersama. "Makasih ya, Sayang?" Mega berjinjit mencium pipi Daffa karena merasa senang sang suami mengundang keluarganya. Mega senang karena ia bisa pamer lagi pada seluruh anggota keluarganya. Semangatnya semakin berkobar ketika mengingat dirinya bisa pamer di depan Lily yang baru menjadi anggota keluarga Bu Laksmi. "Everything for you!" Daffa balik mencium pipi Mega. Padahal ada niat terselubung dalam undangan acara makan malam ini. Untuk menyambut seluruh keluarganya, Mega memesan banyak makanan kr resto favoritnya. Daffa cukup tercengang dengan tagihan pembelian makanan dan minuman untuk menjamu mertuanya. Akan te
Seminggu setelah pernikahan, Eril dan Lily masih tinggal di rumah Bu Laksmi. Memang sesudah akad, pagi harinya mereka pindah ke rumah Bu Laksmi. Hari ini pun adalah hari terakhir Eril dan Lily cuti. Rencananya Eril akan mencari rumah yang sesuai dompetnya untuk ditinggali bersama Lily. Eril menggeliat pelan, ia mengucek matanya. Yang ia lihat pertama kali adalah Lily yang masih tertidur dengan nyenyak. Hatinya merasa hampa. Seperti ada sesuatu yang hilang karena biasanya tiap Eril membuka mata, dirinya akan melihat Sofia yang sudah terbangun lebih dulu. "Ly, bangun! Ini udah pagi," Eril menggoyang bahu Lily pelan. Namun tidak ada respon dari istri barunya itu. "Ly?" Eril menggoyang bahu Lily sekali lagi. "Hm, aku masih ngantuk," Lily bergumam, ia kemudian menyelimuti tubuhnya hingga leher. Selalu saja seperti ini. Seminggu setelah menjadi istri Eril, Lily selalu saja bangun siang. Wanita itu pun enggan untuk membantu Bu Laksmi yang sibuk di dapur. Ada rasa penasaran dalam sanubar
Reynard baru saja pulang dari rumah sakit. Ia cukup lelah karena hari ini jadwal operasi sangat padat. Belum lagi, Reynard menyempatkan membuka poliklinik untuk memeriksa pasien rawat jalan. Tenaganya seolah terkuras habis. Reynard mengemudikan mobil sport miliknya, hari ini ia akan pulang ke rumah dan langsung beristirahat. Reynard mengemudikan mobilnya dengan pelan karena ia melewati area pasar. Area yang selalu macet dan banyak orang menyebrang. Pria berkulit putih itu memperhatikan orang-orang yang sedang berbelanja di pinggir jalan. Dahinya mengkerut saat melihat Sofia tengah berjalan dengan membawa tentengan yang sangat banyak di tangannya. Tiba-tiba saja Reynard teringat dengan kenangan mereka. Dirinya selalu memaksa menjemput Sofia, sedangkan wanita itu selalu berusaha menolak karena takut merepotkan. Rasa lelah yang tadi Reynard rasa seakan sirna saat melihat wanita yang pernah menjadi bagian hidupnya sedang berjalan seorang diri. Reynard bertekad akan berjuang mendapatkan
Mega hari ini mengikuti reuni SMA bersama teman-temannya di sebuah rumah makan yang ada di pusat kota. Ia menaiki mobil yang dibelikan Eril secara kredit padanya. Daffa tidak bisa mengantar karena pria itu dari pagi buta sudah berangkat lagi untuk bekerja. Mega berjalan dengan pongah ke arah teman-temannya yang sedang duduk di aula rumah makan yang besar. Tak lupa, Mega menenteng tas branded yang Daffa berikan padanya sebagai hantaran saat pernikahan. "Wih Mega udah datang!" Seru seorang teman Mega yang dulu pernah menjadi teman sebangku di SMA nya. Mega tampak tidak menyauti sapaan dari teman yang pernah menjadi sobat karibnya itu. "Bu Bidan Mega datang!" Temannya yang lain menyapa Mega. "Hey, Ta!" Mega tersenyum balik menyapa temannya yang bernama Tita itu. Ia sangat senang seseorang menyebutkan profesinya kini. Mega sangat berbangga hati karena dirinya kini sudah menjadi orang yang sukses. Menjadi bidan yang lulus tes pegawai negeri sipil dan juga menikahi seorang pilot. A
Rahman turun dari mobilnya. Sudah lama sekali rasanya dirinya tidak menyetir mobil. Dulu memang saat kuliah, Rahman selalu saja menyetir mobil ke mana pun. Saat itu Rahman tidak terbiasa naik kendaraan roda dua karena takut kepanasan dan takut kehujanan. Tapi saat menikahi Sri, jungkir balik dunia Rahman dimulai. Ia yang terbiasa hidup mewah di sangkar emasnya harus mengalami kesulitan saat tinggal di kosan Sri yang hanya sepetak. Rahman yang terbiasa tidur di kamar ber Ac harus berguling ke sana ke mari selama beberapa jam. Barulah ia bisa tidur.Rahman tersenyum saat mengingat masa lalunya. Cintanya sangat besar pada Sri hingga Rahman akhirnya bisa bertahan hidup dan menjadi tulang punggung untuk Sri dan Sofia. Awalnya memang sangat sulit. Perjalanan hidupnya di penuhi dengan derai air mata. Apalagi saat Sri melahirkan Sofia, keadaan mereka saat itu benar-benar sangat sulit. Rahman kini bersyukur karena ujian cintanya dan Sri akhirnya mendapatkan jua sebuah nilai yang memuaskan, ya
Sofia duduk termenung di pinggir kolam renang, Ia masih tak menyangka hidupnya akan berubah seratus delapan puluh derajat. Kakeknya Hartanto begitu memanjakan Sofia dan Sri dengan fasilitas yang mewah. Namun Sofia belum terbiasa, ia masih mengira ini adalah mimpi. Netra wanita cantik itu menatap langit yang bertaburan bintang berkelap-kelip, ia mengingat perkataan Reynard tadi. Sofia tak menyangka Reynard masih menyimpan perasaan padanya. Haruskah ia percaya? Namun Sofia begitu mengenal mantan kekasihnya itu. Dia tak suka berbohong dan dibohongi. Sofia pun melihat kesungguhan di wajah dokter tampan itu. "Sofia?" Panggil Sri yang membuat Sofia terkejut. Padahal Sri sudah dari tadi duduk di kursi dekat kolam, hanya saja Sofia tak menyadari kedatangan ibunya. "Ibu mengagetkanku!" Sofia memegang dadanya, ia kemudian ikut duduk di kursi yang diduduki oleh Sri. "Ada apa, sayang? Kamu memikirkan apa?" Tanya Sri ingin tahu. Wanita paruh baya itu bertekad akan lebih memperhatikan anak sulu
Eril mendecakan lidahnya ketika ia membuka tudung saji yang ada di atas meja makan. Di dalam tudung saji itu tidak tersedia makanan apapun. Hanya ada segelas air putih saja yang terhidang di atas meja.Eril menghembuskan nafasnya kasar. Sudah satu minggu dirinya dan Lily pindah ke hunian baru mereka. Eril memang membeli sebuah rumah minimalis yang ada di dekat rumah Bu Laksmi. Kebetulan ada tetangga yang pindah dan menjual rumah itu. Walau awalnya Lily menolak karena rumah itu berbeda jauh dengan rumah Mega, tapi akhirnya Lily menyetujui. Eril pun kemudian langsung membelinya karena harganya yang cukup miring."Ly?" Eril berteriak memanggil istri sirinya.Ia kemudian melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar. Eril melihat Lily tengah duduk di depan cermin riasnya sembari mengcurly rambutnya yang lurus."Apa sih, Sayang? Berisik amat!" Tanya Lily tanpa melihat pada suaminya. Matanya sedang asyik menilik cermin agar curly an nya sempurna."Kamu engga masak?" Eril bertanya dengan wajah
Rahman dan Hartanto tiba di hunian baru Sri dan Sofia. Rumah itu adalah rumah yang paling besar dan megah di komplek elit itu. Mata Rahman berkaca-kaca. Akhirnya istri dan putrinya bisa mendapatkan kehidupan yang layak. Apalagi Sofia. Rahman amat bersedih ketika mengingat fakta jika Sofia tidak diberikan nafkah yang layak oleh Eril saat mereka masih bersama. Pantas saja penampilan putrinya selalu saja terlihat menyedihkan."Ayo, Pa kita masuk!" Rahman membukakan pintu mobil untuk Hartanto. Pria yang terlihat masih berkharisma di usianya yang mulai senja itu keluar dengan penampilan yang gagah. Terlihat sekali jika ia adalah seorang pria yang memiliki ketegasan dan karakter yang kuat."Assalamua'laikum!" Seru Rahman dengan raut wajah berbinar. Begitu pun dengan wajah Hartanto. Ia tidak sabar untuk bertemu cucu yang dulu tidak diakui olehnya.Tak lama pintu dibuka oleh Sri. Wajah wanita itu terlihat terkejut melihat ayah mertuanya singgah di kediaman mereka."Papa?" Ucap Sri dengan bers
Mega menatap jendela di ruang tamu, hatinya begitu gelisah saat sang suami belum juga pulang. Malam telah larut, namun tak menyurutkan Mega untuk menunggu kepulangan Daffa. Mega tersenyum getir saat melihat foto pernikahannya terpajang di tembok ruang tamu. Nyatanya kehidupan rumah tangganya sangat berbeda dengan pose dirinya dan Daffa yang begitu mesra saat di foto itu. Kehidupan Mega seakan tak menemui titik terang, semakin hari ia semakin jauh dari Daffa. Apalagi kini Daffa memilih untuk resign dari maskapai yang telah memperkerjakannya selama lima tahun. Mega melarang keras Daffa untuk resign dari sana. Namun, Daffa tak mendengarkan saran dan penolakan dari istrinya. Pria itu mantap untuk resign dan memasukan lamaran ke maskapai yang lebih terkenal dan menjanjikan. Setelah resign Daffa sering menghabiskan waktunya di luar. Tak ada waktu untuk Mega kini. Pria yang sebentar lagi akan menjadi ayah itu seakan sibuk dengan dunia barunya. Tanpa Mega ketahui, Daffa kini sedang dimabuk
Eril mengacak rambutnya frustasi. Semenjak kepulangannya dari klinik bidan, Lily tak kunjung mau menyusui anak mereka yang diberi nama Renata Annida itu."ini bayi kamu lapar!!" Sentak Eril sekali lagi."Aku engga bisa nyusuin bayi itu, Er. Setiap kali aku netein dia, aku kaya mau ngelempar dia!!" Ucap Lily dengan wajahnya yang tanpa dosa."Gila ya kamu, Ly! Anak kamu kelaparan ini!! Kalau kamu engga mau ngurus dia, mending kamu pergi dari sini!! Dasar wanita engga guna!" Eril mengusir Lily.Eril sendiri kini sedang berusaha menenangkan bayinya yang sedang menangis kejer itu. Lily memang tidak mau menyusui bayinya dengan alasan dia terkena baby blues. "Cup cup, Nak!!" Eril memberikan susu di dalam dot yang sudah ia seduh tadi. Pria itu menyusui sang putri dengan cekatan. Eril juga sudah menghabiskan masa cutinya untuk mengurus bayinya itu. Padahal Lily hanya berkilah. Ia tidak mengalami baby blues sama sekali. Lily hanya tidak ingin p*yudaranya kendor karena menyusui Renata. Tujuan
Sofia berjalan menuruni tangga, ia melihat semua keluarga Reynard sedang duduk memutari meja makan yang berbentuk bulat. Ya, sudah dua hari ini Sofia menginap di rumah Dokter Ali. Ia ikut berpartisipasi merayakan pernikahan Rangga dan Paula. Setelah pernikahannya di sebuah hotel mewah, Rangga dan Paula diharuskan menginap di rumah Dokter Ali sebelum mereka pindah. Dokter Bagus dan Dokter Ali memberikan dana kepada pasangan suami istri itu untuk membeli rumah di sebuah perumahan elite sebagai hadiah pernikahan mereka. Tentunya Rangga dan Paula menerimanya dengan senang hati, mereka merasa bebas jika hidup berdua saja. Tak akan ada orang yang curiga jika mereka tidak saling mencintai satu sama lain. Paula dan Rangga baru saja keluar dari dalam kamar mereka. Rambut mereka terlihat basah, membuat Ghina dan Dokter Ali melontarkan godaan kepada pasangan suami istri itu. Paula dan Rangga segera duduk di kursi makan untuk memulai sarapan mereka. "Sayang, kamu cantik sekali!" Puji Reynard s
Sebelum berbulan madu, Sofia menyematkan diri untuk datang ke kediaman Dicky dan Intan. Ia memang belum menjenguk Arsya dan Arsyi karena kesibukannya selama ini. Sofia berangkat sendiri karena sang suami harus bekerja sebelum mereka pergi berbulan madu. Sofia membawa buah tangan yang tak sedikit. Wanita itu masih mengingat apa saja yang menjadi kesukaan kedua keponakannya. Sofia kemudian memarkirkan mobil mewahnya di kediaman Intan dan Dicky. Kedatangannya sudah disambut oleh Intan dan Dicky. Mereka memang mendengar ada deru mobil yang masuk ke pekarangan rumah. Akan tetapi, mereka begitu terkejut jika yang datang adalah Sofia. "Kak?" Sofia turun dari mobilnya dengan tersenyum. Intan dan Dicky menatap mantan adik iparnya itu dengan tak terbaca. Dalam hati, Intan sangat takjub karena kini Sofia amatlah cantik dan amat berbeda dengan Sofia dulu. Dahulu Sofia hanya bisa memakai pakaian lusuh dan tanpa make up. Sekarang penampilan cucu konglomerat itu begitu membuat siapa pun pangling.
Bidan menyerahkan bayi berjenis perempuan itu pada Lily. Mata Lily berkaca-kaca. Ia menatap putrinya dengan sedih. Sedih karena ia akan meninggalkan bayi malang itu bersama Eril saja. Lily akan pergi sejauh mungkin karena ia tak sanggup lagi hidup bersama sang suami. Lily akan menjemput kebahagiaannya sendiri.Lily mengusap air matanya yang jatuh. Impiannya bukan melahirkan seperti ini. Impiannya dulu adalah melahirkan di rumah sakit dengan kelas VIP dan ditemani Eril dengan penuh cinta. Eril hanya memandang Lily dengan dingin seolah tak ada rasa khawatir dengan keadaan Lily. Ia hanya memperhatikan putrinya. Bidan pun mengambil kembali sang bayi agar Eril bisa mengazaninya. Eril mengazaninya dengan takzim. Hatinya begitu tersayat kala mengingat anak pertamanya dengan Sofia yang tiada. Andai saja anak itu masih ada pasti sekarang Eril sedang berbahagia dengan Sofia. Andai saja.Selesai mengazani, bayi yang belum diberi nama itu dibedong oleh bidan dan di simpan di box bayi. Eril pun b
Eril yang baru pulang dari kantor merasa aneh melihat plastik buah yang berserakan di atas kasur. Gegas ia melihat bungkus buah itu. Matanya terbelalak karena melihat harga-harga yang menempel di plastik buah dengan harga yang fantastis. Rahangnya menegang karena menyangka Lily membelanjakan uang makan mereka hanya demi membeli buah-buahan yang menurut Eril tak terlalu penting. "Ly! Lily!" Panggil Eril, ia celingukan mencari keberadaan sang istri. Dilihatnya Lily tang tengah duduk di kursi makan usang. Ia memegang ponselnya seraya tersenyum sendiri. Eril menatap tajam sang istri yang tengah asyik dengan ponselnya, ingin rasanya ia melempar ponsel milik Lily. Bagaimana tidak emosi, pulang bekerja bukannya disambut, tapi Lily asyik dengan dunianya. Eril jadi merasa tak dianggap. Apalagi kemarahannya menjadi berlipat ketika Eril mengingat plastik buah yang tercecer dan nominal yang sangat besar di plastik itu. "Bagus ya, suami pulang kerja bukannya disambut. Malah HP terusss!!" Ceroco
Pernikahan Paula dan Rangga digelar di Ballroom hotel berbintang lima. Semua kerabat Paula dari dalam negeri maupun di luar negeri turut menghadiri undangan, begitu pun dengan Dokter Ali. Semua kenalannya di undang demi memeriahkan pesta sang anak kedua agar tak kalah meriah dari resepsi Reynard dan Sofia. Sofia turut hadir bersama sang suami. Ia pun memboyong kedua orang tuanya dan kakeknya Hartanto. Mereka dijamu dengan begitu mewah dan hangat. Bahkan Dokter Ali memberikan meja VIP untuk keluarga Sofia, karena Dokter Ali ingin sekali menjamu keluarga besannya dengan sangat baik. Pernikahan Paula dan Rangga mengusung tema modern. Berbeda sekali dengan Sofia dan Reynard yang mengusung adat Sunda yang sangat kental. Paula memang bersekolah dan tumbuh di luar negeri. Maka tak heran, konsep pernikahannya pun mengusung modern ala-ala western, tapi masih dengan kostum yang sopan namun elegan. Paula memakai dress yang memperlihatkan lekukan tubuhnya, namun tidak terlalu ketat. ia tak su
Sofia baru saja selesai berdandan. Hari ini ia akan menemui Reynard, suaminya. Sofia akan membawakan bekal makan siang yang sudah ia masak dengan menu spesial. Wanita cantik itu telah cantik dengan dress dan polesan make-up yang natural. Selesai berdandan, Sofia segera berjalan menuju carport dan melajukan mobilnya menuju rumah sakit swasta terbesar di kota itu. Sofia mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang. Sesekali wanita cantik itu bernyanyi mengikuti alunan lagu yang berdendang di tape mobilnya. Hidup Sofia kini jauh lebih bahagia, ia pun selalu mensyukuri apa yang ia punya sekarang. Keluarga dan Reynard lah yang membuat hidupnya terasa lengkap. Rahman, Sri, dan Hartanto selalu memanjakannya. Meskipun mereka sudah berbeda rumah, namun setiap satu bulan satu kali mereka akan menyempatkan diri menghabiskan waktu bersama Sofia. Begitu pun dengan sang suami, di tengah kesibukannya sebagai dokter dan calon pemimpin rumah sakit, Reynard selalu memperhatikan dan memanjakan Sofia.
Rizal memulai pekerjaannya sebagai dokter gigi di puskesmas yang ada di Kabupaten Sumbawa , Nusa Tenggara Barat. Pria itu tersenyum menatap suasana kerjanya yang baru. Pikirannya kini terasa damai. Rizal memang bertekad akan memulai hidup baru yang lebih baik tanpa bayang-bayang masa lalunya yang amat pahit. Matanya sedikit mengembun kala mengingat sang ibu. Sebenarnya berat hati meninggalkan Bu Laksmi yang kini hidup sendirian dan dijauhi semua anaknya. Akan tetapi, hatinya yang lain masih merasakan kecewa yang amat dalam saat sang ibu terang-terangan lebih memilih Mega dan Daffa dari pada dirinya. Luka di hati Rizal itu belum juga mengering. Entah kapan akan sembuh secara sempurna, yang pasti Rizal ingin menyembuhkan luka itu sepenuhnya dengan hidup di tempat yang baru. Untaian doa selalu ia curahkan untuk sang ibu. Rizal memulai hari pertamanya bekerja dengan antusias. Ia menyambut ramah pasien pertamanya yang ingin menambal giginya yang berlubang. Rizal melayani dengan sepenuh ha