Sofia merasa heran ketika melihat Sri mengemasi pakaiannya ke dalam dus bekas mie instan. Ada apa dengan ibunya? Mengapa semua pakaiannya di masukan ke dalam dus-dus yang dibeli Sri tadi siang ke warung. Tak hanya pakaiannya, tapi pakaian Rahman pun dimasukan Sri ke dalam dus-dus itu. "Ayo, Nak! Jangan bengong! Kamu bereskan juga pakaianmu! Masukan semua ke dalam dus!" Titah Sri tanpa menatap putrinya. Ia masih sibuk memasukan semua pakaiannya. "Bu, sebenarnya ada apa? Apa kita akan pergi ke ibu kota dan menjenguk kakek? Tapi mengapa pakaiannya harus dibawa semua? Bukankah kita akan pulang kembali?" Sofia berjongkok dan membantu Sri memasukan pakaian yang berserakan ke dalam dus. Rahman memang melarang Sri untuk membawa barang karena di rumah baru nanti mereka sudah disediakan semuanya. "Kita akan pindah rumah malam ini, Nak," timpal Sri sambil menyelotip dus yang sudah penuh. "Hah? Pindah? Pindah ke mana?" Sofia terlihat kebingungan karena dirinya belum tahu apapun. "Ibu? Ibu ti
Dari Chicago, Amerika Serikat. Pesawat yang dikendarai Daffa mendarat di tanah air. Berhubung pesawat lepas landas di kota tempat tinggalnya. Daffa memilih untuk pulang ke rumah Mega. Ia belum memberitahukan Mega mengenai kabar kepulangannya. Entah kenapa ia merasa bosan berkomunikasi dengan istrinya. Baru saja dua bulan pernikahan, namun rasanya perasaannya terasa hambar pada istrinya itu. Daffa memang cepat bosan dengan satu wanita. "Del, ayo kita pulang bersama!" Ajak Daffa pada Delia yang masih mengenakan seragam khas pramugari miliknya. "Hm, apa mereka tidak akan curiga pada hubungan kita?" Delia terlihat ragu, ia pun belum memberitahukan kepulangannya hari ini pada Rizal. Ia ingin memberi kejutan untuk suaminya. "Tidak akan, mereka tidak akan mencurigai kita," sahut Daffa dengan yakin. Delia nampak berpikir, ia tak ingin terlalu gegabah. Ia tak bisa menganggap enteng Bu Laksmi. Mertuanya itu tipe wanita sangat peka, maka Delia harus berhati-hati padanya. Delia melirik arlo
Daffa mengusulkan untuk mengundang keluarga besar Bu Laksmi untuk hadir pada acara makan malam di kediamannya bersama Mega.. Terlebih Bu Laksmi dan keluarga memang belum pernah makan malam di rumah baru Daffa dan Mega. Mega pun sangat menyambut ide dari suaminya. Bidan muda itu dengan senang hati mengabari di grup keluarga jika malam ini Daffa mengundang makan malam bersama. "Makasih ya, Sayang?" Mega berjinjit mencium pipi Daffa karena merasa senang sang suami mengundang keluarganya. Mega senang karena ia bisa pamer lagi pada seluruh anggota keluarganya. Semangatnya semakin berkobar ketika mengingat dirinya bisa pamer di depan Lily yang baru menjadi anggota keluarga Bu Laksmi. "Everything for you!" Daffa balik mencium pipi Mega. Padahal ada niat terselubung dalam undangan acara makan malam ini. Untuk menyambut seluruh keluarganya, Mega memesan banyak makanan kr resto favoritnya. Daffa cukup tercengang dengan tagihan pembelian makanan dan minuman untuk menjamu mertuanya. Akan te
Seminggu setelah pernikahan, Eril dan Lily masih tinggal di rumah Bu Laksmi. Memang sesudah akad, pagi harinya mereka pindah ke rumah Bu Laksmi. Hari ini pun adalah hari terakhir Eril dan Lily cuti. Rencananya Eril akan mencari rumah yang sesuai dompetnya untuk ditinggali bersama Lily. Eril menggeliat pelan, ia mengucek matanya. Yang ia lihat pertama kali adalah Lily yang masih tertidur dengan nyenyak. Hatinya merasa hampa. Seperti ada sesuatu yang hilang karena biasanya tiap Eril membuka mata, dirinya akan melihat Sofia yang sudah terbangun lebih dulu. "Ly, bangun! Ini udah pagi," Eril menggoyang bahu Lily pelan. Namun tidak ada respon dari istri barunya itu. "Ly?" Eril menggoyang bahu Lily sekali lagi. "Hm, aku masih ngantuk," Lily bergumam, ia kemudian menyelimuti tubuhnya hingga leher. Selalu saja seperti ini. Seminggu setelah menjadi istri Eril, Lily selalu saja bangun siang. Wanita itu pun enggan untuk membantu Bu Laksmi yang sibuk di dapur. Ada rasa penasaran dalam sanubar
Reynard baru saja pulang dari rumah sakit. Ia cukup lelah karena hari ini jadwal operasi sangat padat. Belum lagi, Reynard menyempatkan membuka poliklinik untuk memeriksa pasien rawat jalan. Tenaganya seolah terkuras habis. Reynard mengemudikan mobil sport miliknya, hari ini ia akan pulang ke rumah dan langsung beristirahat. Reynard mengemudikan mobilnya dengan pelan karena ia melewati area pasar. Area yang selalu macet dan banyak orang menyebrang. Pria berkulit putih itu memperhatikan orang-orang yang sedang berbelanja di pinggir jalan. Dahinya mengkerut saat melihat Sofia tengah berjalan dengan membawa tentengan yang sangat banyak di tangannya. Tiba-tiba saja Reynard teringat dengan kenangan mereka. Dirinya selalu memaksa menjemput Sofia, sedangkan wanita itu selalu berusaha menolak karena takut merepotkan. Rasa lelah yang tadi Reynard rasa seakan sirna saat melihat wanita yang pernah menjadi bagian hidupnya sedang berjalan seorang diri. Reynard bertekad akan berjuang mendapatkan
Mega hari ini mengikuti reuni SMA bersama teman-temannya di sebuah rumah makan yang ada di pusat kota. Ia menaiki mobil yang dibelikan Eril secara kredit padanya. Daffa tidak bisa mengantar karena pria itu dari pagi buta sudah berangkat lagi untuk bekerja. Mega berjalan dengan pongah ke arah teman-temannya yang sedang duduk di aula rumah makan yang besar. Tak lupa, Mega menenteng tas branded yang Daffa berikan padanya sebagai hantaran saat pernikahan. "Wih Mega udah datang!" Seru seorang teman Mega yang dulu pernah menjadi teman sebangku di SMA nya. Mega tampak tidak menyauti sapaan dari teman yang pernah menjadi sobat karibnya itu. "Bu Bidan Mega datang!" Temannya yang lain menyapa Mega. "Hey, Ta!" Mega tersenyum balik menyapa temannya yang bernama Tita itu. Ia sangat senang seseorang menyebutkan profesinya kini. Mega sangat berbangga hati karena dirinya kini sudah menjadi orang yang sukses. Menjadi bidan yang lulus tes pegawai negeri sipil dan juga menikahi seorang pilot. A
Rahman turun dari mobilnya. Sudah lama sekali rasanya dirinya tidak menyetir mobil. Dulu memang saat kuliah, Rahman selalu saja menyetir mobil ke mana pun. Saat itu Rahman tidak terbiasa naik kendaraan roda dua karena takut kepanasan dan takut kehujanan. Tapi saat menikahi Sri, jungkir balik dunia Rahman dimulai. Ia yang terbiasa hidup mewah di sangkar emasnya harus mengalami kesulitan saat tinggal di kosan Sri yang hanya sepetak. Rahman yang terbiasa tidur di kamar ber Ac harus berguling ke sana ke mari selama beberapa jam. Barulah ia bisa tidur.Rahman tersenyum saat mengingat masa lalunya. Cintanya sangat besar pada Sri hingga Rahman akhirnya bisa bertahan hidup dan menjadi tulang punggung untuk Sri dan Sofia. Awalnya memang sangat sulit. Perjalanan hidupnya di penuhi dengan derai air mata. Apalagi saat Sri melahirkan Sofia, keadaan mereka saat itu benar-benar sangat sulit. Rahman kini bersyukur karena ujian cintanya dan Sri akhirnya mendapatkan jua sebuah nilai yang memuaskan, ya
Sofia duduk termenung di pinggir kolam renang, Ia masih tak menyangka hidupnya akan berubah seratus delapan puluh derajat. Kakeknya Hartanto begitu memanjakan Sofia dan Sri dengan fasilitas yang mewah. Namun Sofia belum terbiasa, ia masih mengira ini adalah mimpi. Netra wanita cantik itu menatap langit yang bertaburan bintang berkelap-kelip, ia mengingat perkataan Reynard tadi. Sofia tak menyangka Reynard masih menyimpan perasaan padanya. Haruskah ia percaya? Namun Sofia begitu mengenal mantan kekasihnya itu. Dia tak suka berbohong dan dibohongi. Sofia pun melihat kesungguhan di wajah dokter tampan itu. "Sofia?" Panggil Sri yang membuat Sofia terkejut. Padahal Sri sudah dari tadi duduk di kursi dekat kolam, hanya saja Sofia tak menyadari kedatangan ibunya. "Ibu mengagetkanku!" Sofia memegang dadanya, ia kemudian ikut duduk di kursi yang diduduki oleh Sri. "Ada apa, sayang? Kamu memikirkan apa?" Tanya Sri ingin tahu. Wanita paruh baya itu bertekad akan lebih memperhatikan anak sulu
Lily masuk ke kamarnya dengan wajah yang lelah. Wanita itu kemudian mendudukan dirinya di kursi rias. Lily menatap wajahnya sendiri dari pantulan cermin. Saat ini tubuhnya masih terlihat gemuk karena efek melahirkan. Lily menghembuskan nafasnya kasar. Ia merasa melahirkan telah merusak tubuh rampingnya. Lily bertekad akan menjalani program diet guna mengembalikan tubuhnya yang ideal."Untung saja ASI ku sudah berhenti!" Gumam Lily dengan wajah tak bersahabat. Ia memang mengkonsumsi obat penghenti ASI agar lebih percaya diri. Selain itu, Lily sering kali kesakitan karena ASI itu menumpuk dan tidak dikeluarkan.Pintu kamarnya dibuka dengan kasar. Jamal masuk ke dalam kamar Lily yang kini sudah tinggal bersamanya lagi. Mantan kepala desa itu berkacak pinggang dengan wajahnya yang sudah dipenuhi emosi."Bagus ya kamu, Ly. Kerjaan tiap hari sekarang ketemuan sama laki-laki engga jelas. Engga cukup kamu membunuh karakter dan karier Bapak, Hah?" Jamal berteriak lantang, membuat Lily hanya me
Hubungan Nareswari dan Rizal semakin akrab. Mereka tak segan untuk saling menyapa jika berpapasan di area kos. Rizal juga sering sarapan bersama penghuni kost yang lain, menjadikan hubungan kekeluargaan mereka kian erat. Ada kekaguman yang Nareswari simpan pada dokter gigi itu. Apalagi rupa Rizal yang menawan, membuat wanita yang melihat mudah untuk jatuh hati. Belum lagi sikap Rizal yang dingin dan sedikit misterius membuat Nareswari seolah penasaran dengan pria itu. Pasalnya Rizal tampak menjaga jarak dengan lawan jenis. Entah apa yang salah, tapi Nareswari melihat Rizal seolah menghindari berduaan dengan lawan jenis, kecuali dengan dirinya. Mungkin hanya Nareswari yang bisa berbicara dan mengobrol dengan pria itu. Mungkin Nareswari pernah menjadi pasien dokter gigi itu kala di pulau Jawa hingga membuat Rizal tak sungkan untuk mengobrol."Bentar lagi siap nih!" Ucap Rima yang sedang berjibaku dengan kompor mini yang ada di dalam kamar.Nareswari dan Rima sedang bersiap menikmati s
Empat hari Sofia dan Reynard menghabiskan waktunya di Negara Swiss. Kini mereka meneruskan honeymoon mereka ke negara Finlandia. Sofia ingin sekali melihat aurora, pun dengan Reynard yang belum pernah melihat aurora secara langsung. Udara di Levi, Finlandia minus tujuh belas derajat menyambut kedatangan mereka. Tubuh Sofia terasa sangat dingin, namun Sofia tetap senang karena impiannya melihat Aurora di Finlandia segera terwujud. Mereka sampai di lokasi jam delapan malam. Beruntung staff masih ready dan belum pulang, karena biasanya staff di sana akan berjaga sampai jam sembilan malam. Para staff hotel segera menyambut kedatangan Reynard dan Sofia dengan membawa koper-koper mereka dengan kereta salju. Begitu pun Reynard dan Sofia yang menaiki kereta itu karena jarak hotel lumayan jauh dari titik mereka berada. "Sayang, lihat! Bulu mataku membeku!" Seru Reynard, Sofia pun memperhatikan bulu mata suaminya itu. Benar saja, bulu mata Reynard membeku. "Iya, sayang! Lihat bulu mataku jug
Perjalanan bulan madu Sofia dan Reynard di mulai. Setelah hari pertama dan kedua Reynard mengunci Sofia di dalam kamar hotel saja. Pria itu selalu meminta haknya pada sang istri hingga mereka lupa untuk sekedar pergi berjalan-jalan. Mungkin udara yang sangat dingin, menjadi alasan Reynard menahan Sofia di dalam kamar yang bernuansa krem itu. "Sayang, hari ini kita harus jalan-jalan. Aku bosan di kamar terus!" Rengek Sofia bak anak kecil. "Iya, sayang. Ayo kita ke Blausee!" Reynard mengiyakan, spontan wajah Sofia yang ditekuk mendadak riang."Kenapa tidak dari kemarin sih?" Bibir wanita cantik itu mencucu. "Aku hanya sedang mengabulkan keinginan keluarga kita," seloroh Reynard blak-blakan. "Keinginan apa?" Sofia belum ngeuh dengan maksud sang suami. "Keinginan agar kita pulang membawa cucu," "Ish, alasan!" Sofia segera memakai mantel dan syalnya yang sangat hangat.Wanita itu kemudian menunggu sang suami di dekat pintu. Takut-takut jika Reynard akan kembali mengurungnya di kamar
Lily yang sudah pergi dari kontrakan Eril kini pulang ke rumah kediaman orang tuanya. Walau sempat menolak, tapi nyatanya Tika dan Jamal pun iba melihat kondisi Lily yang sudah tak terurus dan sebatang kara.Terlebih Lily bercerita jika dirinya diusir oleh Eril karena ia tak mau mengurus dan menyusui anak mereka."Lagian kenapa engga kamu bawa anakmu ke sini, Ly?" Tanya Tika, sang ibu."Bu, memangnya kalau si Lily bawa anaknya, ibu mau ngurus tuh bayi?" Tanya Jamal dengan wajah senewen."Ya enggalah, Pak. Ibu kan kerja di desa. Mana bisa ngurus bayi," Tika menjawab dengan gugup."Nah, kenapa ibu sok-sok an suruh si Lily bawa bayinya ke sini?" Tanya Jamal lagi yang tak mengerti dengan jalan pikiran Tika."Ya, kan biar di urus sama ibunya. Lily ada kan di sini dan gak kerja," Tika menatap Lily yang tengah duduk bersandar di atas sofa."Bu, aku engga mau ngurus anak itu. Aku udah ngandung dia selama sembilan bulan. Sekarang giliran bapaknya yang ngurus itu bayi. Aku cape, Bu. Aku lelah. A
Sofia dan Reynard kini berada di bandara internasional. Mereka akan berangkat bulan madu ke beberapa negara Eropa. Tentu sofia sangat senang, karena ini adalah pertama kalinya ia pergi ke luar negeri. Semua keluarga Reynard dan Sofia mengantarkan mereka ke bandara. "Pulangnya bawa bayi untuk kakek, Fia!" Goda Hartanto, membuat pipi Sofia bersemu merah. "Ya ampun, Kek! Kami hanya ingin jalan-jalan," Sofia mengerucutkan bibirnya, merajuk pada sang kakek. Sedangkan Reynard, ia hanya tersenyum mendengar perdebatan kecil antara kakek dan cucu itu."Hamil itu bonus, Fia! Ayah sama ibu pun ingin segera menimang cucu," Rahman terkekeh melihat ekspresi sang putri yang malu-malu. 'benar itu," Sri mengamini. "Sudah-sudah, jangan di godain terus! Kasihan pipi mereka. Sudah semerah tomat dari tadi," Dokter Ali menyahut yang diikuti gelak tawa oleh yang lainnya. Akhirnya keluarga Reynard dan Sofia melepas mereka untuk berbulan madu. Mereka berpamitan dan mendoakan pasangan pengantin itu segera
Paula pulang ke kediaman barunya yang kini ia huni bersama Rangga. Mereka memang langsung tinggal di rumah baru pasca menikah agar kedua keluarganya tak melihat kehidupan pernikahan mereka yang dingin dan tak akur. Wanita itu melepas jas putih yang masih menempel pada tubuhnya. Paula amat letih. Bagaimana tidak, hari ini pasien begitu membeludak karena Reynard sudah mengambil cuti. Otomatis pasien Reynard pun memilih untuk berkonsultasi dengannya. Paula memejamkan matanya. Tak menyangka bila kini ia sudah berumah tangga dengan pria yang tak pernah ia bayangkan sama sekali. Terlebih Paula amat tidak menyukai Rangga, pria yang kini sudah resmi menjadi suaminya. Mata Paula memicing saat mendengar suara pintu dibuka. Rupanya sang suami pun sudah pulang ke rumah. Rangga melewati dirinya begitu saja, seolah tak melihat keberadaan dokter cantik itu di sana. Paula juga terlihat tak peduli dengan sikap ketus suaminya. Ia memejamkan matanya lagi, untuk sejenak melepas lelah dan penat. Akan te
Rizal dan Nareswari berada dalam satu bangunan kost yang sama. Kebanyakan yang menghuni kost an itu adalah para perantau dari Jawa. Rizal sendiri belum akrab dengan penghuni kost lain. Akan tetapi berbeda dengan Rizal, Nareswari tampaknya sudah cukup berbaur dengan teman-teman penghuni kost yang lain. Rizal yang memang baru pindah ke kost an itu memang belum mempunyai waktu yang cukup untuk bersosialisasi. Hal itu karena waktunya lebih banyak habis di puskesmas akhir-akhir ini. Pagi ini Rizal keluar dari kamarnya. Ia melirik dapur umum yang digunakan untuk memasak. Memang jika mereka ingin memasak harus bergantian di dapur umum karena kost an per orangnya hanya menyediakan kamar dan kamar mandi saja. "Ramai sekali!" Gumam Rizal saat melihat dapur umum itu tampak penuh dengan orang. Rizal mencium aroma sambel terasi, ikan asin dan tumis kangkung yang mengingatkannya akan rumah. Perut pria itu berbunyi minta untuk di isi. Maklum Rizal memang belum sarapan. Rencananya ia akan membe
Mega menatap jendela di ruang tamu, hatinya begitu gelisah saat sang suami belum juga pulang. Malam telah larut, namun tak menyurutkan Mega untuk menunggu kepulangan Daffa. Mega tersenyum getir saat melihat foto pernikahannya terpajang di tembok ruang tamu. Nyatanya kehidupan rumah tangganya sangat berbeda dengan pose dirinya dan Daffa yang begitu mesra saat di foto itu. Kehidupan Mega seakan tak menemui titik terang, semakin hari ia semakin jauh dari Daffa. Apalagi kini Daffa memilih untuk resign dari maskapai yang telah memperkerjakannya selama lima tahun. Mega melarang keras Daffa untuk resign dari sana. Namun, Daffa tak mendengarkan saran dan penolakan dari istrinya. Pria itu mantap untuk resign dan memasukan lamaran ke maskapai yang lebih terkenal dan menjanjikan. Setelah resign Daffa sering menghabiskan waktunya di luar. Tak ada waktu untuk Mega kini. Pria yang sebentar lagi akan menjadi ayah itu seakan sibuk dengan dunia barunya. Tanpa Mega ketahui, Daffa kini sedang dimabuk