Share

Bab 243

Penulis: Ipak Munthe
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Tidak disangka ternyata pertemuan dengan Liana barusan adalah untuk yang terakhir kalinya, karena kini wanita itu sudah di makamkan.

Reza pun di berikan kesempatan untuk melihat wajah Mamanya sebelum akhirnya di makamkan.

Setelah itu dia kembali di bawa ke tahanan untuk melanjutkan hukuman yang masih harus di jalani.

Semua anggota keluarga turut menghadiri acara pemakaman tersebut.

Bahkan Bunga sekalipun, meskipun harus di bantu dengan kursi roda. Karena, keadaannya yang masih terlalu lemah.

Setelah kejadian barusan Bunga mendadak terkena serangan jantung.

Mungkin dia yang terlalu terkejut melihat semua itu.

Chandra yang berjongkok di samping makam mendiang sang istri pun masih bisa mengingat dengan jelas seperti apa mereka pernah hidup bersama.

Meskipun pada akhirnya akan terpisah oleh maut.

Chandra sudah mengiklankan istrinya, hanya saja dia berharap semua kesalahan di masa lalu bisa mendapatkan kata maaf dari siapa saja yang sudah di sakiti oleh istrinya tersebut.

Sadar terlalu bany
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Rosanah Sweet
kenapa harus beli koin trs
goodnovel comment avatar
Puteri Ayu
g seru, liana sudah g ada, he he he
goodnovel comment avatar
Zuriana Hamzah
kesian pilak kat reza..semoga reza bertemu kebahagian lps ni
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 244

    Sepulang dari pemakaman Asih pun ikut pulang, hanya saja dia bingung harus pulang dengan siapa.Karena, Bunga sudah ikut pulang dengan Nia dan Dion.Hanya tinggal Barra saja di sana, dia pun tak mungkin menumpang dengan mobil Dion karena ada janji bertemu dengan Sandy di taman kota."Barra!" Asih pun melihat Barra yang masuk ke dalam mobil.Perduli setan dengan permusuhan mereka yang sedang berlangsung saat ini, karena yang terpenting dirinya segera sampai di mana Sandy sudah menunggunya.Beberapa hari tidak bertemu ada rasa rindu yang terasah berat.Sebab, Sandy baru pulang dari luar kota karena ada pekerjaan di sana.Bahkan Asih sudah langsung saja masuk ke dalam mobil.Tanpa perduli ijin dari pria aneh itu, tak sabar mendapatkan oleh-oleh dari luar kota juga.Apapun hadiahnya jika sang pujaan hati yang memberikan tentu akan sangat membahagiakan buka?Itulah yang kini tengah dirasakan oleh seorang wanita yang sedang kasmaran bernama Asih."Aku numpang sampai ujung jalan sana aja, so

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 245

    Asih merasa Barra sudah tersudut, mengerti posisi yang hanya seorang supir dari keluarga Nia.Jadi, tidak boleh belagu, sombong, apa lagi sampai sok berkuasa.Hingga akhirnya mobil pun menepi tepat di sisi jalanan sepi.Membuat Asih pun bingung dan bertanya-tanya apakah yang terjadi."Kenapa berhenti di sini?" Asih pun melihat sekiranya yang mulai gelap dan sangat sepi, hanya ada sesekali kendaraan yang lewat.Ah, Asih yang dari tadi bersantai seakan berhasil membuat Barra kesal terlalu sibuk memainkan ponselnya."Ini bukan jalan pulang, kau mau membawa aku ke mana?" tanya Asih dengan panik.Dia pun menyilangkan kedua tangannya di dada, pikirannya benar-benar buruk saat ini."Jangan bilang, kamu mau melecehkan aku!" tebak Asih."Halo," Barra pun memilih menghubungi seseorang lewat sambungan telepon seluler miliknya.Tidak perduli pada Asih yang begitu kesal padanya.Setelah selesai berbicara lewat sambungan telepon seluler, Asih pun kini mengerti mengapa bisa Barra menepikan mobilnya.

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 246

    "Ah, masuk aja, deh," Asih pun memutuskan untuk ikut masuk, meskipun tidak di persilakan sama sekali.Bahkan dia juga tidak tahu itu rumah siapa, tubuhnya yang basah kuyup itu menggigil kedinginan.Udara yang sejuk dan gelap tentunya akan membuatnya tidak baik, sehingga benar saja pilihannya saat ini.Jadi tamu yang tak dipersilahkan masuk.Hingga Asih pun melihat Barra yang memasuki sebuah ruangan.Asih pun berjalan mengikuti, dia hanya berdiri di ambang pintu kamar.Melihat wajah seorang wanita yang terbaring di ranjang dengan banyaknya alat medis yang terpasang di tubuhnya.Asih hanya diam menyaksikan itu semua, kali ini dia tidak bertanya karena lebih memilih untuk menyaksikan saja."Selamat ulang tahun, Bunda," Barra pun mencium kening wanita tersebut, "maaf, Barra terlambat pulang," tambah Barra sambil menggenggam tangan wanita itu.Wanita itu pun tersenyum, kemudian melihat wajah seorang wanita yang berdiri di depan pintu kamar.Membuat rasa penasarannya pun bergejolak, tapi s

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 247

    "Gimana cara ngomongnya, ya," Asih bergumam, dia sangat bingung bagaimana cara untuk berbicara pada Tias.Tapi, ada lagi yang lebih aneh saat Asih mencoba untuk melepas cincin di jarinya malah tidak bisa.Asih semakin panik dan bingung harus melakukan apa."Kapan kalian akan menikah? Tidak baik pacaran lama-lama, usia juga sudah tidak lagi muda. Kenapa harus menunda-nunda," kata Tias."Uhuk-uhuk," Asih langsung saja tersedak mendengarnya.Padahal dia tidak sedang minum, apa lagi makan. Tapi, ngomong-ngomong soal makan, perutnya juga sangat lapar.Kruk!Sial!Asih pun menutup matanya, dia merasa sangat malu karena perutnya yang berbunyi."Kamu lapar?" tanya Tias."Sedikit, Bunda. Tapi, nggak papa, tapi kenalin dulu. Nama saya, Kasih, Bunda. Biasa di panggil Asih, saya dan Barra tidak ada hubungan apa-apa, bahkan kami tidak pernah dekat," jelas Asih.Wajah Tias pun seketika berubah menjadi kecewa, wanita itu melihat Barra."Barra, ke kamar dulu. Bunda," Barra pun memilih untuk pergi men

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 248

    Merasa tuduhan itu tidak benar Asih pun langsung membalas pesan-pesan tersebut.[Kamu yang main api di belakang aku, buktinya tadi kamu mesra dengan wanita lain] Asih.Pesan pun terkirim, kemudian berlanjut dengan pertengkaran melalui sambungan telepon seluler.Benar-benar tidak ada penyelesaian sama sekali, yang ada semakin rumit pertengkaran yang terjadi di antara ke duanya.Asih yang tidak tahan pun memutuskan panggilan sepihak, di benar-benar sangat kesal karena merasa di khianati.Kemudian Asih pun memutuskan untuk menuliskan sebuah pesan singkat, meskipun singkat cukup besar dampaknya bagi hubungan antara dirinya dan kekasihnya itu.[Kita putus!] Asih.[Ok, kita, PUTUS!] Sandy.Itulah pesan terakhir yang akhirnya hubungan keduanya berakhir, karena terlalu kesal Asih pun memblokir nomer ponsel Sandy.Ini adalah gengsi yang sangat luar biasa, agar Sandy tahu bahwa dia juga bisa tanpa pria itu.Perasaannya benar-benar kacau untuk saat ini, kemudian Asih pun melihat ke depan, tampak

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 249

    Besok akan di langsungkan sebuah acara pernikahan, warga di sana biasanya malam-malam begini akan memenuhi tempat acara untuk sekedar berkumpul dan meminum kopi bersama.Namun, malah mengira Barra dan Asih sedang berbuat macam-macam."Sudah, nikahkan saja!" kata seorang warga.Asih pun menggelengkan kepalanya sambil memegang bagian dadanya, dimana barusan Barra menarik pakainya."Lihat, saja. pakaiannya juga sudah begitu, kalian pasti sudah sering ngapa-ngapain. Kalau di tempat lain mungkin boleh, kalau di sini jangan harap!" ucap seorang warga lainnya yang di setujui oleh mereka semuanya."Pak, saya ijin bicara," kata Barra yang ingin sedikit menjelaskan."Udahlah, Kak. Nikah aja, toh kalian juga udah sering keluar masuk hotel!" kata Ranti yang tiba-tiba muncul.Pernyataan Ranti membuat semuanya shock, tak terkecuali Asih dan Barra."Ranti!" tegur Barra.Tapi Ranti tidak perduli sama sekali, dia pun melihat warga yang begitu ramai."Nikahin, aja, Pak. Tidak baik membiarkan saja hal s

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 250

    Ranti tersenyum dan merasa sangat bersyukur memiliki seorang tetangga yang berprofesi sebagai penghuni.Sehingga semuanya lebih mudah, cepat tanpa perlu menunggu esok.Panggilan pun selesai dan Ranti berbalik badan, dia terkejut melihat Barra di sana."Kau yang melakukan itu?" tanya Barra dengan wajah datarnya.Ranti hanya diam saja, dia mendengarkan apapun yang dikatakan oleh Kakaknya itu nantinya."Kau tahu apa yang lakukan itu sangat merugikan orang lain? Menikah itu bukan hal mudah!" kata Barra lagi penuh dengan kemarahan, tak menyangka ternyata adiknya yang melakukan semua ini."Aku nggak perduli, yang aku mau Bunda tersenyum dan aku bahagia waktu kamu membawa wanita itu ke sini untuk membuat Bunda tersenyum. Tapi, kamu membuatnya kembali murung setelah mengatakan bahwa kalian tidak memiliki hubungan apapun!""Ranti, kau sadar apa yang kau lakukan?""Sadar, sangat sadar. Aku nggak mau, Bunda sakit terus-menerus. Kalaupun dia minta aku buat nikah muda aku nggak masalah, tapi yang

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 251

    "Semalam kamu dari mana?" tanya Nia.Asih baru saja sampai di rumah, tetapi sudah di suguhkan pertanyaan.Sebab, memang keduanya terakhir kalinya bertemu kemarin saat di pemakaman.Ada juga berbalas pesan, saat meminta Asih ke toko.Kemudian setelah itu, Asih baru pulang pagi hari ini."Aku," Asih pun terdiam, dia pun mulai berpikir untuk mencari sebuah alasan.Tak tahu apakah benar atau tidak, yang jelas Asih tak mau mengatakan apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya.Asih sendiri tidak bisa menerima kenyataan ini."Asih, aku bertanya!" Nia pun menaikan nada bicaranya agar Asih pun bisa segera menjawab pertanyaannya."Mbak Asih, tuli, Mi!" kata Dila menimpalinya."Aku abis dari rumah temen, semalam ketiduran," jelas Asih dengan berbohong."Teman?" Nia sepertinya bingung dengan hal itu, karena setahunya Asih tidak punya teman selain dirinya."Iya, itu yang kerja di toko. Terus ketiduran, deh. Aku mandi dulu, ya. Abis, itu mau ke toko," Asih pun langsung masuk ke dalam rumah.Sedangka

Bab terbaru

  • Istri Lugu Presdir Dingin   TAMAT

    Satu Pesan dari Ibu[Kau tidak pulang? Jika tidak, Adinda akan menggantikan posisimu sebagai Presiden Direktur!] Membaca itu, Dimas segera mencengkram ponsel di tangannya.Sesaat kemudian ponsel itupun melayang dan berakhir hancur di lantai.Jika sebelumnya Laras mengancam akan menyumbangkan semua kekayaanya pada panti asuhan, maka kini Laras malah lebih gila lagi! Ibunya itu sampai mengatakan Adinda yang akan menggantikan posisinya.Ini gila!Dimas tidak habis pikir kenapa bisa Laras melakukan ini padanya.Dan jika Adinda yang menggantikan posisinya, itu akan jauh lebih membuatnya terhina di hadapan wanita jalang itu.Jelas tidak bisa dibiarkan!"Pak Presdir, Ibu Laras ingin berbicara," kata Gilang sambil memberikan ponsel di tangannya pada Dimas.Tentunya karena ponsel Dimas tak lagi bisa terhubung sebab sudah hancur berantakan di lantai."Katakan padanya saya akan pulang!" Dimas tak menerima ponsel yang diarahkan padanya.Dia menyambar jasnya dan langsung pergi.Jika bukan karen

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 479

    Setiap kisah dan waktu yang sudah terlewati tak akan bisa diulang kembali.Namun, semua kisah itu seakan lekat dalam ingatan tanpa bisa untuk terlupakan oleh ingatan.Aku Nia putri, menjalin kisah dengan takdir yang kujalani.Harapan ku hanya satu, bisa mendapatkan suatu harapan untuk bisa membuat ibu ku terus bersama ku setelah aku kehilangan ayah ku.Namun, siapa sangka bonus dari semua perjuangkan ku justru hal yang tak terduga.Justru kebahagiaan itu menghampiri ku.Dion seorang pria duda dengan satu anak dan usianya jauh lebih tua dari ku.Kami menjalin hubungan yang rumit karena sebuah alasan yang kuat namun penuh dengan air mata.Tujuan saling menguntungkan malah berakhir dengan saling mendapatkan kenyamanan.Tapi aku katakan aku bahagia.Awal kisah yang ku alami malah membawaku padanya.Meskipun banyak yang tidak aku inginkan dalam kisah ini.Tapi tetap saja aku tidak bisa bisa menolak takdir ku yang rumit itu.Terlepas dari itu semua aku adalah wanita penuh dengan kesalahan y

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 478

    Di tempat lainnya ada juga yang sedang berbahagia.Raya kembali melahirkan seorang anak laki-laki Dan kini anak itu diberi nama 'Raza' perpaduan antara nama Raya dan Reza.Itu adalah saran nama dari Dion.Reza dan Raya pun setuju saja."Itu nama dari, Opa Dion," kata Reza sambil tersenyum pada bayinya."Benar, dan ini adalah, Oma," Raya pun menunjuk Nia.Nia pun tersenyum karena merasa lucu, tapi bagaimana pun juga itu memang benar dan tidak masalah juga menjadi Oma diusia yang masih muda ini."Aduh, cucu Oma," Nia pun menggendong bayi lucu itu.Dia melihat wajah anak itu yang sangat mirip dengan Reza.Bahkan sedikit mirip dengan Zaki."Nia, berikan pada, Opanya," Dion pun menunjuk ke arah Chandra.Chandra pun tersenyum karena kini sudah memiliki seorang cucu."Bagaimana kalau berikan pada, Oma Kiara," celetuk Nia.Kiara yang dari tadi hanya diam pun seketika terkejut mendengar ucapan Nia."Ibu Nia, saya masih ting-ting. Saya masih mahasiswa, saya masih kecil, saya dipanggil, Kak Kia

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 477

    Beberapa bulan kemudian...Niko dan Ranti menyambut bahagia saat kelahiran putra mereka yang diberi nama 'Fatih Niko Adiguna'Sesuai dengan keinginan Niko, mereka hanya memiliki satu orang anak saja.Niko tidak ingin serakah, dia sudah merasa cukup dengan kehadiran seorang anak laki-laki untuk menjadi pewarisnya.Terlebih lagi tidak ingin melihat Ranti harus berada dalam sebuah keadaan yang menegangkan.Dia tak mau mengambil resiko.Meskipun keadaan rahim Ranti masih memungkinkan untuk mengandung lagi.Dia sangat mencintai istrinya dalam keadaan apapun.Menurutnya memiliki anak adalah sebuah hadiah.Tapi memiliki Ranti adalah anugerah.Jadi, dia sudah sangat bahagia dengan satu putra saja.Selebihnya dia menganggap anak Barra juga anaknya.Apa lagi Barra memiliki 3 orang anak, membuat Niko merasa anaknya sudah memiliki Kakak walaupun hanya sepupu saja."Wajahnya lebih mirip, Mama," kata Ranti.Dia pun melihat wajah Mama mertuanya dan lagi-lagi melihat wajah putranya.Putra kecil yang

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 476

    "Dokter Niko, lihat ini," Adam menunjuk layar monitor.Saat itu Niko pun melihat ke arah yang ditunjuk oleh Dokter Adam.Tapi Niko yang sedang tidak baik-baik saja tidak mengerti."Ada apa?" tanya Niko.Bodoh?Ya, Niko akan sangat bodoh jika sudah menyangkut tentang Ranti.Begitu juga dengan saat ini.Bahkan dia sendiri tidak dapat berpikir jernih, padahal Dokter Adam sudah menunjukkan dengan jelas.Namun, Niko masih bertanya.Dia butuh jawaban, sekaligus penjelasan yang pasti.Jangan memintanya untuk menyimpulkan sendiri, dia tidak bisa.Otaknya sedang sulit untuk bisa berpikir jernih."Tidak ada masalah dengan rahim istri anda, janinnya juga sudah berada di dalam rahim," terang Dokter Adam.Niko pun terkejut mendengarnya dia pun segera mendekat dan melihat dengan jelas."Ini keajaiban, Dokter Niko. Lihat ini," Dokter Adam pun kembali memperlihatkan bagian lainya, rasanya pemeriksaan sebelumnya dan saat ini jauh lebih baik."Apakah ini mungkin?" tanya Niko yang belum percaya."Iya, i

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 475

    "Aku pun akan mati, jika kamu mati," tambah Niko lagi.Ranti terdiam mendengar ucapan suaminya itu."Tapi aku akan tetap mempertahankan anak ku," kata Ranti dengan penuh keyakinan.Siapa pun ibu tak akan tega membunuh anaknya, begitu juga dengan Ranti."Vina, panggil, Dokter Winda!" pinta Niko.Untuk kaki ini dia tak bisa lagi untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.Dia tidak memiliki keberanian untuk mengetahui keadaan Ranti saat ini.Dia butuh bantuan dokter lain untuk bisa membantunya, sedangkan Dokter Winda adalah dokter senior yang sudah banyak menangani pasien dan Niko sudah tak tahu dengan kehebatannya.Meskipun perasannya begitu was-was akan keadaan Ranti saat ini.Tapi jelas terlihat bahwa Ranti akan dengan kerasnya pendiriannya yang tak akan menggugurkan kandungannya."Selamat siang, anda memanggil saya, Dok?" Dokter Winda pun telah tiba seperti yang di sampaikan oleh Vina untuk segera menemui Niko.Niko pun mulai tersadar dari pikirannya yang kacau, sambil melihat wajah

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 474

    "Hamil?" Niko terdiam saat menyaksikan sendiri ada janin di rahim istrinya.Dia pun mengingat kembali saat itu Ranti menggodanya dan hal itu pun terjadi sebelum dia berpikir untuk membuat sel telurnya tidak bekerja.Bahkan saat itu tidak hanya satu kaki, namun berkali-kali.Lantas bagaimana ini?"Kamu ngomong apa tadi?" tanya Ranti yang mendengar ucapan Niko.Niko pun kini melihat Ranti dengan pikirannya yang kacau."Niko, aku hamil?" tanya Ranti memastikan, "berarti testpack yang aku gunakan tadi tidak keliru," tambah Ranti.Ranti terus saja tersenyum bahagia membayangkan sebentar lagi anak menjadi seorang ibu.Dia langsung saja memeluk Niko dengan penuh kebahagiaan.Tak tahu harus bagaimana untuk meluapkannya tapi Ranti benar-benar tidak akan pernah bisa melupakan saat ini."Tuh, kan, nggak perlu adopsi anak. Buktinya sekarang aku hamil, artinya kita akan jadi orang tua," Ranti semakin mempererat pelukannya.Begitu larut dalam kebahagiaan yang tak bisa teralihkan sama sekali.Kemud

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 473

    Beberapa hari kemudian.....Ranti menatap alat uji kehamilan di tangannya dengan malas.Entah sudah berapa kali dia menggunakannya demi mengetahui apakah ada janin yang tumbuh di rahimnya atau tidak.Mungkin saja ini sudah testpack yang ke 50.Dan hasilnya masih saja garis satu, sungguh membuatnya merasa sedih.Dia pun akhirnya segera menuju ranjang, hari ini dia sangat malas melakukan hal apapun.Sedangkan Niko sedang berada di rumah sakit.Dan seharusnya Ranti selalu mengantar makan siang untuk suaminya itu, sekaligus akan makan bersama-sama.Tapi dia pun malah tertidur pulas dan lupa untuk mengantarkan makanan siang untuk Niko.Hingga ponselnya pun berdering, tidurnya pun terusik dan dengan rasa malas menjawab panggilan itu."Halo," Ranti tak melihat terlebih dahulu nama siapa yang ada di layar ponselnya.Dia langsung saja menjawabnya."Sayang, kamu sudah di mana?" tanya Niko.Ranti pun baru tersadar jika yang menghubungi dirinya adalah Niko.Kemudian dia melihat jam dinding, dia p

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 472

    Keesokan harinya."Kamu nggak ke kantor?" Ranti melihat Niko tampak santai di atas ranjang sambil memeluk dirinya.Ini tidak biasanya terjadi, karena kebiasaan Niko jika pagi begini pergi bekerja."Aku mau di rumah aja sama kamu," jawab Niko."Kenapa begitu?""Libur untuk satu hari rasanya tidak salah," kata Niko lagi.Ranti pun mengangguk mengerti.Mungkin Niko juga kelelahan dan butuh waktu untuk beristirahat.Mengingat selama ini Niko selalu saja disibukkan dengan pekerjaan yang tidak ada habisnya."Ranti, bagaikan kalau kita mengadopsi anak."Deg!Jantung Ranti rasanya keluar dari dadanya.Dia begitu shock mendengar pertanyaan Niko barusan.Tunggu dulu.Itu pertanyaan atau pernyataan?Ranti tak pernah berpikir jika Niko akan berkata demikian.Apakah Niko sudah sangat ingin memiliki anak sehingga dia mengatakan demikian."Tapi aku juga bisa hamil, kenapa harus mengadopsi anak?" tanya Ranti yang bingung.Niko pun menutup matanya dia pun segera bangkit dari atas ranjangnya berjalan

DMCA.com Protection Status