"Sayang, kita pulang ke rumah, ya. Mas, mau kita sama-sama lagi," pinta Dion.Nia pun terdiam mendengarkan apa yang diinginkan oleh Dion.Menimbang keinginan suaminya itu untuk pulang ke rumah bersama."Kamu belum yakin sama Mas?"Kini Nia duduk di samping Dion yang sedang mengemudikan mobilnya menuju rumah, tapi sepertinya Dion ingin membicarakan tentang hal ini karena wajah pria itu tampak begitu serius.Nia pun melihat wajah Dion dari samping, sejenak menimbang keinginan Dion."Coba, pikirkan lagi, Mas janji nggak akan mengulangi kesalahan yang dulu lagi. Mas, sayang sama kamu," jelas Dion lagi."Nia, mau sih Mas. Cuman, Nia nggak mau ketemu sama Reza lagi," jawab Nia.Masa lalu yang kelam itu tak mudah untuk dilupakan.Meskipun sebenarnya Nia sudah tak lagi merasa terbebani dengan semua kejadian yang sangat menghancurkan hidupnya.Namun, rasanya untuk bertemu setiap harinya tentunya akan sangat terbebani."Justru itu, sekarang kamu tunjukkan pada dia."Nia pun menatap Dion penuh t
"Mami!" seru Dila sambil berlari masuk ke dalam kamar.Seketika itu juga Nia dan Dion panik bukan main, Dion bahkan sampai jatuh dari atas ranjang.Itu karena, Nia yang mendorongnya sendiri. Terlalu panik membuatnya menjadi tidak sadar dan melakukan itu."Aduh," Dion pun memegang pinggangnya, rasanya cukup sakit karena benturan pada lantai cukup keras.Sedangkan Nia menutup kedua matanya dengan telapak tangannya sendiri, tidak menyangka jika Dion sampai terjatuh di lantai."Maaf, Mas. Nia, nggak sengaja," kata Nia dengan tersenyum kikuk.Dirinya benar-benar tidak percaya bisa melakukan itu semuanya, mungkin karena tak ingin Dila melihat jika Dion dan dirinya sedang bermesraan di hari yang masih terang ini.Anak itu masih sangat kecil, tentunya tidak baik melihat itu semua."Mami sama Papi ngapain?" Dila yang bingung melihat kedua orang tuanya saat ini pun hanya berdiri di tempatnya.Menyaksikan keanehan yang mungkin cukup menimbulkan tanya."Apa Papi, tidur di lantai?" tanya Dila lagi
Tidak di sangka akhirnya kini Nia kembali menjejakkan kakinya di rumah ini lagi, rumah yang membuatnya harus hidup satu atap dengan seorang pria yang tak lain adalah Ayah dari anaknya Zaki.Nia sebenarnya tidak ingin lagi melihatnya wajah pria itu tampak di depan kedua matanya, tetapi juga dirinya tidak bisa jika menolak keinginan Dion.Alasan kenapa harus kembali ke rumah itu, Nia pun tak bisa egois setelah tahu alasan Dion adalah Bunga.Sebagai seorang anak yang mencintai Ibunya, tentu dapat merasakan apa yang dirasakan oleh Dion saat ini.Juga dirinya yang sudah terlanjur nyaman di pelukan Dion tak mampu untuk menjauh lagi, terlalu banyak drama atau bagaimana. Tapi, Nia memang begitu ingin berada di dekat Dion.Hatinya juga ingin bahagia, menutup kenangan pahit yang pernah dilaluinya dan membuka lembaran baru kembali."Sayang, ini kehidupan. Kamu tidak boleh takut, buktikan bahwa kamu adalah wanita yang kuat," bisik Dion yang kini berdiri di samping Nia.Nia yang menghentikan langk
Dion pun mengangkat dagu Nia, hingga masing-masing dari kedua bola mata pun saling bertemu.Ada rasa, ada gairah yang tak dapat di ucapkan oleh masing-masing dari keduanya.Tapi, biarkan saja, anggap saja keduanya sedang menikmati apa itu pernikahan.Menikmati saat-saat bahagia yang tak dapat hanya di ungkapkan dengan sekedar kata saja.Usia yang terpaut begitu jauh, tampaknya tak dapat menjadi alasan.Nyatanya kini Nia begitu suka dan nyaman berada di pelukan Dion.Hingga akhirnya Dion pun semakin mendekatkan wajahnya, meraih bibir Nia tampak selalu menggodanya.Membuat dirinya selalu mabuk cinta jika sudah menyentuh bibir itu."Kenapa kamu seperti selalu menggoda ku?""Menggoda?" Nia pun bingung dengan maksud Dion.Menggoda?Padahal tidak sama sekali, mungkin pria itu yang terlalu menganggap demikian.Atau mungkin juga karena dirinya adalah seorang pria dewasa yang selama ini pun sudah lama tak merasakan sebuah kehangatan seorang istri.Lihat saja dengan sekejap meraih bibir Nia.Ni
"Bentar, Mas. Ponsel, Nia bunyi terus."Nia pun segera turun dari ranjang membuat Dion merasa kecewa.Siapa pun yang menghubungi istrinya tersebut sungguh membuatnya merasa kesal, sumpah serapah pun tak dapat tertahankan lagi.Sesaat setelah selesai berbicara dengan seseorang dari balik sambungan telepon, Nia pun kembali melihat Dion yang mendudukkan tubuhnya di atas ranjang.Entah apa yang dipikirkan oleh Dion di sana, Nia tak tahu dan tak juga bertanya."Mas, Nia ke toko sebentar, ya. Katanya ada sedikit masalah."Dion pun ikut turun dari ranjang, kemudian berdiri di hadapan Nia."Masalah apa?""Katanya, kue pesanan yang dikirim pagi tadi busuk semua. Padahal itu tidak mungkin, kan kuenya baru di buat. Terus, dia minta bertemu langsung sama Nia.""Mas, antar kalau begitu."Nia pun mengangguk, keduanya pun segera pergi.Berpegangan tangan dengan saling menggenggam erat, seiring langkah kaki yang melangkah beriringan pula.Hingga tiba-tiba saja langkah kaki keduanya terhenti, karena s
"Mas, udahlah," Nia pun menggosok lengan Dion, dirinya sedang tak ingin ada masalah.Ini adalah saat-saat yang membahagiakan kenapa harus merusaknya bukan?"CK!""Lagian juga dia nggak merugikan, Mas juga, 'kan?""Rugi dong, Mbak. Soalnya, tadi pas wanita itu awal datang marah-marah. Dan, semua pelanggan yang sedang memilih kue pada pulang," kata Dewi.Seorang karyawati baru Nia.Nia pun terdiam mendengarkan apa yang dikatakan oleh wanita tersebut."Apa begitu?" "Iya, Mbak. Soalnya dia tadi ngamuk-ngamuk minta orang-orang buat nggak beli kue di toko kita.""Ya sudah, tidak apa. Lagian juga dia udah takut tadi, dia nggak akan berani kembali ke sini lagi pastinya," kata Nia dengan yakin, "ayo tutup saja tokonya, ini sudah sore. Kalian juga butuh istirahat."Kemudian Nia pun kembali melihat suaminya, Dion masih tampak cemberut karena Nia tak menyetujui apa yang diinginkan oleh Dion.Yaitu memberikan sebuah hukuman pada wanita tadi."Mas," Nia pun memeluk lengan Dion, berharap bisa meray
Tatapan mata Reza tertuju pada seseorang yang sedang asik menyirami tanaman di bawah sana, awalnya dia hanya ingin membuka gorden untuk menikmati pagi yang indah ini.Namun, siapa sangka ternyata ada yang jauh lebih indah yang tampak di pandangan matanya.Yaitu seorang wanita yang pernah memohon untuk sebuah tanggung jawab pada beberapa bulan lalu.Nia.Sudah dua hari berlalu, Nia tampak begitu menikmati kehidupannya.Di rumah milik keluarga Dion yang kini menjadi tempat tinggalnya.Perhatian Dion pun mampu membuatnya semakin merasa di cintai.Mungkin luka yang dulu benar-benar sudah menepi, berganti dengan kebahagiaan yang siap menghiasi kehidupan sehari-hari."Kenapa kamu mengerjakan semua ini?" Dion langsung saja memeluknya dari belakang, rasa cinta itu seakan semakin menggebu setiap harinya.Ada apa?Entahlah, tapi pada kenyataannya tidak bisa berjauhan walaupun hanya sekejap saja.Buktinya saat ini pun Dion langsung mencari keberadaan Nia, itu karena saat bangun dari tidurnya tak
Berpelukan dengan eratnya seakan tak ingin saling melepas baik Nia maupun Reza.Teriknya matahari yang mulai menyinari bumi tak mampu untuk membendung segalanya.Sungguh ini adalah hal yang teramat sangat tidak ingin terlewatkan dengan begitu saja.Reza tak menyangka jika Nia mau menerimanya kembali, meskipun pernah ada selisih di antara mereka berdua.Namun, sisa-sisa penyesalan yang tersisa mampu membuat Reza terus berusaha untuk bisa bersatu dengan Nia.Bertambah lagi ada seorang putra yang diberi nama Zaki.Maka lengkaplah sudah kebahagiaan mereka berdua.Tidak ada perjuangan yang sia-sia, begitu pun dengan apa yang dilakukan oleh seorang Reza demi memperjuangkan Nia.Seseorang yang pernah menaruh hati padanya, dan Reza pun kini sudah menaruh hati yang begitu dalam."Reza!" terdengar suara seseorang yang memanggil nama suaminya itu.Dia adalah Raya.Sejak tadi Raya terus saja memanggil Reza. Jarak dirinya dan suaminya itu tidak terlalu jauh, namun entah apa sebabnya Reza tak mende