Berpelukan dengan eratnya seakan tak ingin saling melepas baik Nia maupun Reza.Teriknya matahari yang mulai menyinari bumi tak mampu untuk membendung segalanya.Sungguh ini adalah hal yang teramat sangat tidak ingin terlewatkan dengan begitu saja.Reza tak menyangka jika Nia mau menerimanya kembali, meskipun pernah ada selisih di antara mereka berdua.Namun, sisa-sisa penyesalan yang tersisa mampu membuat Reza terus berusaha untuk bisa bersatu dengan Nia.Bertambah lagi ada seorang putra yang diberi nama Zaki.Maka lengkaplah sudah kebahagiaan mereka berdua.Tidak ada perjuangan yang sia-sia, begitu pun dengan apa yang dilakukan oleh seorang Reza demi memperjuangkan Nia.Seseorang yang pernah menaruh hati padanya, dan Reza pun kini sudah menaruh hati yang begitu dalam."Reza!" terdengar suara seseorang yang memanggil nama suaminya itu.Dia adalah Raya.Sejak tadi Raya terus saja memanggil Reza. Jarak dirinya dan suaminya itu tidak terlalu jauh, namun entah apa sebabnya Reza tak mende
Nia pun terdiam saat matanya tanpa sengaja melihat seseorang yang juga melihat ke arah dirinya dan juga Dion.Reza yang keluar dari rumah, berniat ingin mengendarai mobilnya dan pergi.Demi menghindar dari Raya, juga karena tak ingin larut dalam perasaan yang begitu membuatnya hampir mati.Entah mengapa tiba-tiba saja dirinya terus memikirkan tentang Nia, bahkan hari-hari mereka saat masih menjadi teman baik dahulunya.Ini sungguh menyiksa, membuatnya semakin yakin untuk pergi sejenak menenangkan perasaan.Namun, mendadak saat berada di teras langkah kakinya pun terhenti.Melihat sepasang suami istri yang masih asik bermain air di sana.Tatapan matanya benar-benar tak bisa beralih ke arah yang lainnya.Ingin sekali Reza menggantikan posisi Dion di sana, menjadi seorang lelaki yang membuat Nia tersenyum.Namun, mengapa tidak bisa demikian. Justru perasaan ini muncul setelah Nia memiliki suami.Hingga akhirnya Dion pun menyadari arah tatapan mata Nia.Kemudian Dion pun menjatuhkan selan
Makan malam bersama keluarga seharusnya adalah hal yang teramat sangat dinantikan, namun sepertinya itu tidak berlaku untuk semua keluarga.Seperti saat ini Nia merasa tidak nyaman untuk makan satu meja dengan Reza dan juga Liana. Bertambah lagi Raya yang sangat tidak suka padanya.Sungguh sangat luar biasa, karena sahabat baik yang dulu terjalin kini hanya tersisa kenangan semata.Namun ini pun terjadi di luar akal sehat, andai saja dari awal tahu akhirnya akan menjadi musuh.Lebih baik Nia tak berteman dengan dua orang itu."Ya ampun, mendadak nafsu makan aku hilang begitu saja," Liana pun bangkit dari duduknya dan memilih untuk segera pergi.Sungguh dirinya tak bisa untuk diam dan berpura-pura menikmati makan malamnya, karena Nia benar-benar orang yang membuatnya menjadi muak.Belum lagi ucapan Dion pagi tadi, dimana dengan jelas mengatakan untuk memintanya pergi dan mempertahankan Nia.Dimana harga dirinya?Ini semua karena wanita yang bernama Nia itu, entah apa kelebihannya sehin
Sedangkan Chandra Winata pun tampak begitu kesal pada sikap istrinya, dia benar-benar merasa tidak nyaman untuk ucapan Dion saat makan malam barusan.Sesaat setelah menutup pintu kamar Chandra pun melihat Liana yang tengah duduk di kursi meja riasnya."Enak ya, Pa. Makan malamnya bareng adik Ipar," kata Liana yang menyindir suaminya.Karena suaminya itu menyelesaikan makan malamnya dengan baik."Ma, sudahlah. Lagi pula Nia tidak menikah dengan Reza, dia menikah dengan Dion. Tidak ada hubungannya dengan kita," kata Chandra Winata.Liana pun bangkit dari duduknya, tak lupa meletakkan peralatan kecantikan di tangannya.Dirinya sedang berada di depan cermin, namun malah dinasehati oleh suaminya dan itu tentang Nia.Membuatnya benar-benar merasa tidak berharga sama sekali."Kenapa sekarang Papa juga berpihak pada wanita kotor itu?"Tatapan mata Liana tampak berapi-api, tidak terima dengan apa yang dikatakan oleh suaminya."Ma, Papa. Nggak berpihak sama dia. Hanya saja, sekarang apa yang ha
"Mungkin, dia pikir aku takut. Semakin kesini wanita itu semakin tidak tahu diri. Jika suami ku tidak berani untuk melempar wanita itu dari rumah ini. Maka, aku sendiri yang melemparnya. Bahkan, sekalipun di hadapan suaminya!"Liana pun segera menuju kamar Nia, menemui wanita itu malam ini juga.Dirinya benar-benar tidak bisa menahan lagi, bagaimana pun caranya wanita itu harus diselesaikan.Karena suaminya sendiri pun tak bisa melakukan apapun.Bahkan sampai membentaknya, bagaimana mungkin Liana bisa diam dengan begitu saja.Tidak.Harga dirinya akan semakin jatuh jika hanya diam saja.Sedangkan Nia yang pun keluar dari kamar, dia menuju kamar Dila.Memastikan apakan putri sambungkan itu sudah tidur dan minum obat, kemudian setelah itu berniat untuk melihat Ibunya yang tentunya bersama dengan anaknya Zaki.Namun, saat akan membuka pintu kamar Dila, Nia pun mendengar suara.Ternyata Liana yang tampak berjalan ke arahnya dengan wajahnya yang tampak begitu serius."Nia!"Nia pun terdiam
"Dila, pergi ke kamar, Mbak Asih!" kata Dion."Dila, mau sama, Mami," Dila menolak dengan cepat, sebab dirinya hanya ingin bersama dengan Nia.Apa lagi kekasaran yang di lihatnya cukup membuatnya merasa takut."Nanti, Mami menyusul," kata Dion lagi.Dila pun tampak menatap Nia, mungkin bocah itu sedang mempertimbangkan apa yang diperintahkan oleh Dion."Dila, nurut sama Papi, ya," Nia pun mengelus kepala Dila.Hingga akhirnya bocah itupun mengangguk dan tersenyum, kemudian segera menuju kamar Asih.Sejenak semuanya terdiam, sambil memikirkan sesuatu yang akan terjadi selanjutnya.Karena, Liana pun ingin sekali mengakhiri semuanya.Yaitu melempar Nia untuk keluar dari rumah tersebut.Dia juga ingin membuktikan bahwa tidak ada yang dia lakukan sama sekali di rumah tersebut, sekalipun suaminya ataupun mungkin Dion sendiri yang tampak begitu ditakuti oleh suaminya."Tampar kembali wajah wanita itu!" titah Dion.Degh!Siapa pun yang mendengar apa yang dikatakan oleh Dion tentunya akan sanga
Kenapa harus di hentikan lagi? Bukankah seharusnya membiarkan saja. Semoga saja itu hanya karena ingin mengucapkan salam perpisahan. Batin, Liana.Liana tampak merasa bahagia setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Farah.Bagaimana tidak, sabab wanita itu mengajak anaknya untuk pergi.Sungguh sesuatu yang tak dapat terungkap dengan kata-kata, jika benar malam ini Nia pergi di pastikan dia akan menggelar pesta untuk besar-besaran hanya untuk merayakan malam ini.Hingga akhirnya tatapan mata Dion pun tertuju pada Liana.Namun, itu hanya untuk beberapa detik saja. Karena, setelah itu mata Dion pun beralih menatap Nia dan juga Farah secara bergantian."Tidak ada yang bisa membawa istri saya, termasuk Ibu. Semua yang menyangkut tentang Nia adalah urusan saya. Dan, saya yang jauh lebih berhak atas dia. Sekalipun Ibu," papar Dion.Farah pun menatap Dion, dia tidak memungkiri apa yang dikatakan oleh menantunya itu.Hanya saja saat ini keributan terus terjadi karena adanya Nia, sehingga untu
Kian membuat siapa saja merasa semakin merinding.Horor karena menyaksikan sesuatu yang tampaknya begitu menegangkan sekali."Jangan menganggap jika, kau perempuan aku tidak bisa melakukan itu!" Dion pun mengangkat tangannya.Perlahan mengarahkan pada Liana, membuat wanita paruh baya itu pun merasa sulit untuk bernapas.Tampaknya Dion tak main-main dengan ucapannya, Liana pun baru mengetahui sisi kejam adik iparnya tersebut.Bahkan setelah menikah puluhan tahun dengan Chandra.Sungguh tak ada yang dapat menolong dirinya, "Dion, kamu bisa di penjara!" kata Liana mengeluarkan kalimat ancaman.Apa jadinya jika benar tangan Dion menyakitinya, bahkan di hadapan Nia.Sungguh Liana akan merasa sangat kehilangan harga diri.Tidak.Harga diri ya g selalu di junjung tinggi itu tak boleh terbuang begitu saja, hanya karena seorang wanita yang di juluki sebagai gembel.Sungguh sangat memprihatikan sekali."Apakah aku terlihat takut?" tantang Dion.Tampaknya tak akan ada kata untuk mundur, tak akan