Tidak di sangka akhirnya kini Nia kembali menjejakkan kakinya di rumah ini lagi, rumah yang membuatnya harus hidup satu atap dengan seorang pria yang tak lain adalah Ayah dari anaknya Zaki.Nia sebenarnya tidak ingin lagi melihatnya wajah pria itu tampak di depan kedua matanya, tetapi juga dirinya tidak bisa jika menolak keinginan Dion.Alasan kenapa harus kembali ke rumah itu, Nia pun tak bisa egois setelah tahu alasan Dion adalah Bunga.Sebagai seorang anak yang mencintai Ibunya, tentu dapat merasakan apa yang dirasakan oleh Dion saat ini.Juga dirinya yang sudah terlanjur nyaman di pelukan Dion tak mampu untuk menjauh lagi, terlalu banyak drama atau bagaimana. Tapi, Nia memang begitu ingin berada di dekat Dion.Hatinya juga ingin bahagia, menutup kenangan pahit yang pernah dilaluinya dan membuka lembaran baru kembali."Sayang, ini kehidupan. Kamu tidak boleh takut, buktikan bahwa kamu adalah wanita yang kuat," bisik Dion yang kini berdiri di samping Nia.Nia yang menghentikan langk
Dion pun mengangkat dagu Nia, hingga masing-masing dari kedua bola mata pun saling bertemu.Ada rasa, ada gairah yang tak dapat di ucapkan oleh masing-masing dari keduanya.Tapi, biarkan saja, anggap saja keduanya sedang menikmati apa itu pernikahan.Menikmati saat-saat bahagia yang tak dapat hanya di ungkapkan dengan sekedar kata saja.Usia yang terpaut begitu jauh, tampaknya tak dapat menjadi alasan.Nyatanya kini Nia begitu suka dan nyaman berada di pelukan Dion.Hingga akhirnya Dion pun semakin mendekatkan wajahnya, meraih bibir Nia tampak selalu menggodanya.Membuat dirinya selalu mabuk cinta jika sudah menyentuh bibir itu."Kenapa kamu seperti selalu menggoda ku?""Menggoda?" Nia pun bingung dengan maksud Dion.Menggoda?Padahal tidak sama sekali, mungkin pria itu yang terlalu menganggap demikian.Atau mungkin juga karena dirinya adalah seorang pria dewasa yang selama ini pun sudah lama tak merasakan sebuah kehangatan seorang istri.Lihat saja dengan sekejap meraih bibir Nia.Ni
"Bentar, Mas. Ponsel, Nia bunyi terus."Nia pun segera turun dari ranjang membuat Dion merasa kecewa.Siapa pun yang menghubungi istrinya tersebut sungguh membuatnya merasa kesal, sumpah serapah pun tak dapat tertahankan lagi.Sesaat setelah selesai berbicara dengan seseorang dari balik sambungan telepon, Nia pun kembali melihat Dion yang mendudukkan tubuhnya di atas ranjang.Entah apa yang dipikirkan oleh Dion di sana, Nia tak tahu dan tak juga bertanya."Mas, Nia ke toko sebentar, ya. Katanya ada sedikit masalah."Dion pun ikut turun dari ranjang, kemudian berdiri di hadapan Nia."Masalah apa?""Katanya, kue pesanan yang dikirim pagi tadi busuk semua. Padahal itu tidak mungkin, kan kuenya baru di buat. Terus, dia minta bertemu langsung sama Nia.""Mas, antar kalau begitu."Nia pun mengangguk, keduanya pun segera pergi.Berpegangan tangan dengan saling menggenggam erat, seiring langkah kaki yang melangkah beriringan pula.Hingga tiba-tiba saja langkah kaki keduanya terhenti, karena s
"Mas, udahlah," Nia pun menggosok lengan Dion, dirinya sedang tak ingin ada masalah.Ini adalah saat-saat yang membahagiakan kenapa harus merusaknya bukan?"CK!""Lagian juga dia nggak merugikan, Mas juga, 'kan?""Rugi dong, Mbak. Soalnya, tadi pas wanita itu awal datang marah-marah. Dan, semua pelanggan yang sedang memilih kue pada pulang," kata Dewi.Seorang karyawati baru Nia.Nia pun terdiam mendengarkan apa yang dikatakan oleh wanita tersebut."Apa begitu?" "Iya, Mbak. Soalnya dia tadi ngamuk-ngamuk minta orang-orang buat nggak beli kue di toko kita.""Ya sudah, tidak apa. Lagian juga dia udah takut tadi, dia nggak akan berani kembali ke sini lagi pastinya," kata Nia dengan yakin, "ayo tutup saja tokonya, ini sudah sore. Kalian juga butuh istirahat."Kemudian Nia pun kembali melihat suaminya, Dion masih tampak cemberut karena Nia tak menyetujui apa yang diinginkan oleh Dion.Yaitu memberikan sebuah hukuman pada wanita tadi."Mas," Nia pun memeluk lengan Dion, berharap bisa meray
Tatapan mata Reza tertuju pada seseorang yang sedang asik menyirami tanaman di bawah sana, awalnya dia hanya ingin membuka gorden untuk menikmati pagi yang indah ini.Namun, siapa sangka ternyata ada yang jauh lebih indah yang tampak di pandangan matanya.Yaitu seorang wanita yang pernah memohon untuk sebuah tanggung jawab pada beberapa bulan lalu.Nia.Sudah dua hari berlalu, Nia tampak begitu menikmati kehidupannya.Di rumah milik keluarga Dion yang kini menjadi tempat tinggalnya.Perhatian Dion pun mampu membuatnya semakin merasa di cintai.Mungkin luka yang dulu benar-benar sudah menepi, berganti dengan kebahagiaan yang siap menghiasi kehidupan sehari-hari."Kenapa kamu mengerjakan semua ini?" Dion langsung saja memeluknya dari belakang, rasa cinta itu seakan semakin menggebu setiap harinya.Ada apa?Entahlah, tapi pada kenyataannya tidak bisa berjauhan walaupun hanya sekejap saja.Buktinya saat ini pun Dion langsung mencari keberadaan Nia, itu karena saat bangun dari tidurnya tak
Berpelukan dengan eratnya seakan tak ingin saling melepas baik Nia maupun Reza.Teriknya matahari yang mulai menyinari bumi tak mampu untuk membendung segalanya.Sungguh ini adalah hal yang teramat sangat tidak ingin terlewatkan dengan begitu saja.Reza tak menyangka jika Nia mau menerimanya kembali, meskipun pernah ada selisih di antara mereka berdua.Namun, sisa-sisa penyesalan yang tersisa mampu membuat Reza terus berusaha untuk bisa bersatu dengan Nia.Bertambah lagi ada seorang putra yang diberi nama Zaki.Maka lengkaplah sudah kebahagiaan mereka berdua.Tidak ada perjuangan yang sia-sia, begitu pun dengan apa yang dilakukan oleh seorang Reza demi memperjuangkan Nia.Seseorang yang pernah menaruh hati padanya, dan Reza pun kini sudah menaruh hati yang begitu dalam."Reza!" terdengar suara seseorang yang memanggil nama suaminya itu.Dia adalah Raya.Sejak tadi Raya terus saja memanggil Reza. Jarak dirinya dan suaminya itu tidak terlalu jauh, namun entah apa sebabnya Reza tak mende
Nia pun terdiam saat matanya tanpa sengaja melihat seseorang yang juga melihat ke arah dirinya dan juga Dion.Reza yang keluar dari rumah, berniat ingin mengendarai mobilnya dan pergi.Demi menghindar dari Raya, juga karena tak ingin larut dalam perasaan yang begitu membuatnya hampir mati.Entah mengapa tiba-tiba saja dirinya terus memikirkan tentang Nia, bahkan hari-hari mereka saat masih menjadi teman baik dahulunya.Ini sungguh menyiksa, membuatnya semakin yakin untuk pergi sejenak menenangkan perasaan.Namun, mendadak saat berada di teras langkah kakinya pun terhenti.Melihat sepasang suami istri yang masih asik bermain air di sana.Tatapan matanya benar-benar tak bisa beralih ke arah yang lainnya.Ingin sekali Reza menggantikan posisi Dion di sana, menjadi seorang lelaki yang membuat Nia tersenyum.Namun, mengapa tidak bisa demikian. Justru perasaan ini muncul setelah Nia memiliki suami.Hingga akhirnya Dion pun menyadari arah tatapan mata Nia.Kemudian Dion pun menjatuhkan selan
Makan malam bersama keluarga seharusnya adalah hal yang teramat sangat dinantikan, namun sepertinya itu tidak berlaku untuk semua keluarga.Seperti saat ini Nia merasa tidak nyaman untuk makan satu meja dengan Reza dan juga Liana. Bertambah lagi Raya yang sangat tidak suka padanya.Sungguh sangat luar biasa, karena sahabat baik yang dulu terjalin kini hanya tersisa kenangan semata.Namun ini pun terjadi di luar akal sehat, andai saja dari awal tahu akhirnya akan menjadi musuh.Lebih baik Nia tak berteman dengan dua orang itu."Ya ampun, mendadak nafsu makan aku hilang begitu saja," Liana pun bangkit dari duduknya dan memilih untuk segera pergi.Sungguh dirinya tak bisa untuk diam dan berpura-pura menikmati makan malamnya, karena Nia benar-benar orang yang membuatnya menjadi muak.Belum lagi ucapan Dion pagi tadi, dimana dengan jelas mengatakan untuk memintanya pergi dan mempertahankan Nia.Dimana harga dirinya?Ini semua karena wanita yang bernama Nia itu, entah apa kelebihannya sehin