Share

Bagian 168

“Santai, Mas Udin, saya tidak masalah. Toh, ini bukan pekerjaan enak, ini sangat beresiko besar. Dan saya mensinyalir, orang tua Rani terlibat di dalamnya. Ini cukup kita berdua yang tahu ya, Mas Udin?”

 “Iya Ustadz, saya sebenarnya juga curiga dengan sikap kedua orang tua Rani. Mereka begitu ketakutan.”

“Biarkan saja, karena apa pun itu tidak akan menimpa pada orang-orang yang tidak terlibat. Percayalah! Bermain benda-benda syirik seperti itu, hanya akan merugikan kita di kemudian hari.”

Setelah saling pamit, akhirnya, telepon kami berakhir.

Siang harinya, sesuai janji, Pak Ustadz kembali mengantarkan benda itu ke rumah Kang Hanif. Aku berada di sana karena memang, kehadiran beliau karena aku yang membawa.

Kulihat Rani sudah mau beraktivitas seperti biasanya, meskiun tidak berdagang lagi. Tapi, tetap ada yang berbeda yang kulihat dari sorot matanya. Seperti bukan Rani sepenuhnya.

“Kami minta maaf ya, Pak Ustadz, karena bapak kand

Nay Azzikra

Bismillah, akan saya uploud setiap hari ya. Sekarang, saya sudah paham koin di GN jadi, akan saya buat maksimal seribu kata dalam satu bab-nya. Mohon maaf apabila pemenggalan kalimat dalam akhir bab kurang pas. Ini karena, jumlah kata per bab selalu sebenarnya di atas seribu. Saya berusaha memotong agar koin yang dibayarkan oleh reader di sini, tidak terlalu tinggi.

| 4
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (17)
goodnovel comment avatar
Leha Radhika
setuju mbak....lagi seru serunya harus beli koin ...klo LG males nunggu besok lagi....gak puas banget bacanya....pdhl bagus lho...
goodnovel comment avatar
Wiwi Nursari
seru bgt ceritanya
goodnovel comment avatar
Ayah'e Khoirul
tambah seru ni
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status