Tubuh Nessa terasa lelah sekali, ia mulai meregangkan ototnya. Sepertinya sendi-sendi tulangnya terasa patah.
"Sudah bangun rupanya, aku sudah menyiapkan sarapan spesial untuk mengembalikan tenagamu, Nessa," sepagi ini Ree sudah rapi dengan balutan tuksedonya, ia sengaja bangun pagi demi melihat reaksi Nessa saat bangun.
Dugaannya benar, perempuan yang sudah melepaskan masa keperawanannya kini tengah menatapnya heran. Mata Nessa membola dan langsung menutupi sebagian tubuhnya dengan selimut, apa yang sebenarnya terjadi di antara dirinya dan pria yang sedang duduk di sofa?
"Manis, tak usah kau tutupi. Aku sudah hafal bentuk dan rasanya. Tak usah malu-malu denganku."
Glek. Apa tadi? Maksudnya Nessa sudah tidur dengan pria asing itu. "Kau siapa, Om?"
Ree agak tersinggung mendengar Nessa memanggilnya dengan embel-embel 'Om', memangnya dia setua itu?
Tapi karena semalam Nessa membuatnya bergairah, Ree akan membiarkannya kali ini. "Aku Ree, pria yang sudah mengambil kesucianmu, Sayang. Kita bermain sangat panjang dan penuh gaya, kau sangat mempesona tadi malam."
Ree perlahan bangkit dari sofa dan menjawil dagu Nessa, dengan cepat perempuan itu mundur. Takut bukan main, siapa yang tidak ketar-ketir saat didekati begitu intens seperti ini?
"Aku sudah melunasi hutang-hutang ayahmu yang menggunung itu pun memberikan hadiah sederhana untukmu. Sekarang aku harus pulang, sampai bertemu lagi, Nessa. Muaach!"
Sungguh, Nessa begitu merinding mendengar kata bertemu lagi. Ia mencoba berjalan tapi bagian kewanitaannya terasa sulit digerakkan, itu tandanya ia sudah tak perawan lagi bukan?
"Mama, maafkan Nessa. Sungguh, maafkan Nessa."
Ia menangis dalam hati, begitu marah dengan keadaannya yang sekarang hanya jadi pemuas ranjang. Ibu tirinya dengan tega malah mengajaknya ke tempat para betina dilelangkan.
***
Rianti tengah menghitung uang dari bayaran Nessa tidur dengan tuan Ree, ia kaget sekaligus bangga anaknya bisa mendapatkan klien super kaya nan Sultan seperti Ree Ananta.
Ya, pria yang tidur dengan anak tirinya adalah pria paling kaya di kota Z, rumahnya bahkan luasnya menyamai bandara, mobilnya saja seperti pakaian banyaknya, ganti terus setiap hari. Billionare tampan yang mendambakan perawan demi memenuhi dunia hasratnya.
"Dari mana ibu mendapatkan uang sebanyak ini?" Nessa sudah pulang dari tempat terkutuk itu, ia bersumpah tak akan menginjakkan kaki di sana lagi, tapi takdir memang sering mengajaknya bercanda bukan?
"Ah, kamu sudah bangun. Sini, bantu ibu menghitung uang dari pencobaan tubuhmu. Kamu sangat hebat, Sayangku. Sepertinya tuan Ree sangat menyukaimu, dia memberikan bonus banyak sekali. Ah, itu hadiahmu ada di dalam totebag, ibu belum membukanya."
Nessa malam membahas masalah tentang harga dirinya dengan sang ibu, palingan Rianti hanya akan menampar atau bahkan menendangnya dari rumah. Ya, ini hanya karena masalah uang dan Nessa harus hidup sebagai budak ibu tirinya.
Ia memilih mandi, menyegarkan tubuhnya yang masih pegal-pegal. Pasti pria yang ia temui tadi pagi sudah mengobrak-abrik tamengnya semalam.
"Aku bahkan tidak tahu siapa namanya. Bodoh!"
Byurr!! Nessa berusaha menghilangkan wajah pria asing itu, yang semakin lama muncul tiba-tiba di pikirannya.
***
Belum kelar penderitaannya, Rianti sudah mengajak Nessa ke tempat yang aneh lagi. Ia memberontak, menolak menjadi partner ranjang pria kaya lagi.
"Bu, biarkan aku bekerja menjadi pelayan cafe saja. Aku tidak suka pekerjaan ini!"
"Halah, kamu sudah terlanjur terjun. Jalani saja, ibu sudah menyiapkan baju cantik untukmu, cepat masuk!"
Kebetulan Rianti memang tahu ada acara lelangan wanita yang diselenggarakan oleh To Night di tempat yang berbeda setiap tahunnya. Mereka akan mengabsen satu-persatu member dan memberikannya pada siapa saja yang berani membeli dengan harga tinggi.
Sepuluh menit kemudian, Nessa sudah berganti busana dengan dress super tipis yang memperlihatkan sebagian pahanya.
"Kamu masuk ke ruangan itu, dan menunggu namamu dipanggil. Aku akan berdoa di sini, semoga kamu dipilih menjadi istri orang kaya, Nessa."
Miris memang, hidupnya begitu menjijikkan setelah kematian sang ayah. Ia memang akan mendapatkan bayaran, tapi bukan ini kemauannya.
Akhirnya Nessa memilih masuk ke bilik dan memakai topeng. Ada sekitar 20 wanita yang memasuki bilik, Nessa tak dapat melihat wajah-wajah mereka karena memakai topeng yang sama dengannya.
Acara pun dimulai, sang moderator mengarahkan para klien untuk menyalakan tombol mereka. Acara Lelangan untuk mendapatkan betina dengan tawar harga adalah kecintaan tersendiri bagi Ree, ia sudah lama menantikan acara yang hanya diselenggarakan setahun sekali.
Jack, pemandu acara memanggil 5 member dan menyuruh mereka bergaya di balik tirai warna putih gading.
"Sepertinya paling kanan sangat menarik, dia pasti lincah di ranjang. Aku akan memilihnya," ucap salah seorang klien.
Tapi Ree tetap tidak memilihnya, ia malah lebih suka wanita yang bodoh dan polos. Tak tahu apa-apa seperti Nessa misalnya.
Tepat saat namanya dipanggil, Nessa hanya menari semampunya. Bahkan moderator acara hanya menyebutkan inisialnya, NP. Tentunya Ree langsung tahu siapa wanita yang berada di balik tirai nomer 20.
Ia cepat-cepat mengangkat tangan, menawar harga 100 juta tapi ternyata ada saingan lain yang menawarnya. Tawar-menawar pun terjadi sampai 500 juta. Nessa tercengang mendapatkan harga setinggi itu.
"Kau pasti sangat menyukainya," ledek Gino, pria yang memang mengerti selera Ree. Mereka memang tidak akur, Gino pernah melabrak Ree yang pernah tidur dengan wanita bayarannya, Anggini.
"Mundur saja, atau kau mau aku mengibaskan bendera perang antara perusahaanmu, Mr. Gino?"
Ah, membicarakan soal perusahaan, tentunya Gino sadar diri siapa Ree Ananta di dunia bisnis. Pria penggila decitan ranjang dengan kekayaan yang tak habis-habis sampai tujuh turunan.
Akhirnya wanita berinisial NP dipilih menjadi wanita lelangan untuk Ree, takdir lucu sekali bukan?
Sungguh, saat ini Ree tak sabar melihat wanita yang akan ikut dengannya ke rumah. Ia memang tak pernah mengajak partner ranjangnya ke kastil mewahnya, tapi mengapa pesona Nessa begitu menariknya kuat?
Ya, Ree tahu wanita berinisial NP adalah Nessa Prameswari. Wanita yang sangat kaku saat mereka bercinta beberapa hari yang lalu, tapi itulah pesona tersendiri dari Nessa dan entah mengapa Ree sangat menyukainya.
"Bukalah topengmu, aku sudah berada di depanmu sekarang."
Glek. Suara itu, terdengar familier. Nessa sungguh tak berharap bahwa pria yang akan mengambilnya adalah pria yang sama, pria yang tidur dengannya semalam. Ia sungguh takut sekali.
"Ah, ternyata kau pemalu juga, Nona Nessa. Padahal saat kemarin bercinta kita terang-terangan mengatakan kalau kita saling menyukai, bukankah begitu?"
Ya, Nessa sendiri tak tahu apa yang sudah ia lakukan bersama Ree Ananta, pria kaya raya yang hanya mengincar tubuh wanita menjadi santapan di ranjang. Haruskah Nessa hidup dengan pria picik seperti itu?
"Aku mohon bebaskan aku, aku tidak suka permainan ini," rintihnya.
Tapi Ree sudah membayar tubuh Nessa sampai setahun penuh, bahkan menambahi bonus jutaan rupiah demi bisa membawa wanita itu pulang. Mana mau Ree melepaskannya begitu saja.
"Ikut saja denganku, aku tidak menggigit kok. Aku jamin kau akan bahagia hidup denganku daripada ibu tirimu yang mata duitan itu."
Cukup lega rasanya bisa keluar dari tempat terkutuk itu, bahkan Nessa sudah melepas high heelsnya karena kakinya tak terbiasa memakainya.Melihat wanita itu kesusahan, Ree masih diam, mereka bahkan sudah berada di dalam mobil mewah milik Ree, menunggu akan ke mana malam ini."Pakailah ini, meskipun kebesaran setidaknya kaki kamu akan baik-baik saja."Nessa menatap sandal tidur berlogo brand mahal, orang kaya memang selalu semena-mena dengan harta mereka, beli sandal saja harganya lebih mahal dari harga sepeda.Tapi setidaknya, malam ini Nessa bisa kabur dari pekerjaan yang membuatnya jijik. Ia yakin setelah ini Rianti akan menghabisinya, ah, itu bisa dipikirkan nanti."Kita akan ke mana?" tanyanya begitu Ree melajukan mobil."Ke suatu tempat, setidaknya kamu terlihat tidak memalukan pergi denganku."Meskipun Ree mengagumi tubuh seksi Nessa, tetap saja orang-orang yang melihatnya nanti akan memandang renda
Pagi-pagi sekali, bahkan tak biasanya Nessa bangun kesiangan seperti ini. Mungkin ini adalah pengalaman pertama tidur di rumah mewah milik pria bernama Ree. Sekali lagi matanya dikucek, memastikan bahwa Nessa tidak sedang bermimpi.Rasanya seperti Cinderella yang tiba-tiba saja bertemu pangeran tampan. Harus diakui, Ree memiliki kriteria yang diidam-idamkan semua wanita termasuk dirinya. Ah tapi, pria itu terlalu misterius.Baginya, malam itu, malam di mana ia menyerahkan kehormatannya pada Ree memang bukan salah pria itu seutuhnya. Mereka sama-sama mabuk dan bahkan, Nessa tak ingat jelas bagaimana dia bisa berakhir seranjang dengan Ree."Non, boleh bibi masuk?"Nessa terburu-buru merapikan penampilannya lalu membuka pintu. "Masuk saja, Bi, nggak dikunci kok."Kebetulan Ree memang sudah bepergian dan jarang pulang, hanya beberapa kali saja dalam seminggu."Sarapannya sudah siap, tapi tadi tuan Ree menitipkan pesan."
Benar apa kata Ree, baru saja menginjakkan kaki ke rumahnya, bukan sambutan hangat yang didapat Nessa, melainkan usiran. Sakit, padahal satu-satunya keluarga yang dipunya Nessa adalah ibu tirinya."Kenapa pulang lagi? Tugasku sudah selesai, kita tidak punya hubungan apa-apa lagi. Dengan menjual tubuhmu, aku tidak repot-repot bekerja berat sekarang."Tetes air mata mengalir tanpa permisi di pipi Nessa, kejam. Padahal semasa ayahnya masih hidup, tak pernah sekali pun ibu tirinya membencinya, tapi sekarang lihatlah? Wanita itu hanya menganggap Nessa sebagai mesin uang berjalan yang digunakan untuk membiayai hidup Rianti."Anda sungguh manusia?" hardik Ree.Meskipun dia bukan pria suci, setidaknya sampai hari ini Ree masih punya harga diri. Tentunya dia cukup punya hati melindungi Nessa dari benalu seperti ibunya."Toh sekarang dia hidup dengan anda kan, Tuan? Sekarang nikmati saja tubuhnya sepuas-puasnya. Dan silakan, keluar da
Baru kali ini kedatangannya tak dihiraukan. Bianca murka dan langsung angkat kaki, tak biasanya Ree semarah ini. Meskipun menolak, pria itu tak pernah bersikap kasar. Apalagi media bilang, Ree makin sibuk dengan segala usahanya. Bukan seperti Ree yang ia kenal, sejak menjadi teman partnernya di ranjang, Bianca tahu bagaimana kelemahan pria itu makanya ia bisa membuat Ree menggilainya. Nyatanya sekarang kegilaan Ree menyurut. Jangankan menyentuh Bianca, melihat wanita di hadapannya saja membuatnya bosan. “Lebih baik anda keluar dari ruangan ini, Nona. Daripada Tuan makin menjadi-jadi.” Menyebalkan! Bianca berjalan dan menjauh dari ruangan Ree, lihat saja nanti, ia akan bisa menaklukkan pria itu lagi. Mungkin sekarang mood Ree sedang memburuk. Grace menunduk, memberikan ruang privasi bagi tuannya. Meskipun tahu wanita mana saja yang sering ke sini dan memuaskan nafsu atasannya, Grace sama sekali tak pernah ikut campur. Ia tahu Ree adalah pria yang kesepian. Meskipun memiliki segalanya
Tidak terbiasa bangun kesiangan, Nessa berusaha mengerjakan sesuatu. Ia memang belum hapal benar denah lokasi rumah Ree, terlalu luas. 10 kali lipat lebih luas dari rumahnya dulu, kadang capek juga harus naik turun tangga. Kebetulan kamarnya memang berada di lantai tiga, Ree menempati kamar teratas dan tidak semua orang diperbolehkan ke sana termasuk dirinya. Ia sampai di dapur utama, lantai dasar. Melihat tidak ada bahan-bahan lain di kulkas, Nessa bingung, ia harus membuatkan apa untuk pria itu? “Pagi, Ness.” sapa Gerald. Pria yang 11-12 tampannya hampir setara dengan Ree. Tapi lebih banyak bicara, sedikit berisik dan banyak maunya. Yeah, sikapnya memang blak-blakan. Gerald baik, bisa diajak untuk jadi temannya. “Halo, Gerald. Kamu ingin menjemput Ree?” Pria itu duduk dan berhadapan dengannya, asal mengambil apel dan langsung menggigitnya tanpa dicuci terlebih dahulu. “No. Dia tidak suka dijemput atau diajak pergi pagi-pagi begini. Ree adalah makhluk yang akan memilih menghabis
Hanya membuatkan sarapan ala kadarnya, Nessa berani bertaruh kalau Ree tidak akan protes. Rasa masakannya bisa diterima di lidah Ree, pria itu bahkan tak keberatan semisal nanti malam ia membuatkan makan malam untuknya. “Sebenarnya aku ada perjalanan dinas ke luar kota, Ness. Dan mungkin sampai di Jakarta lusa.” “Ah, begitu. Baiklah.” Ree menatap Nessa yang tidak keberatan ditinggal, beda dengannya yang malah risau tak karuan. “Kau juga harus ikut denganku.” “Baiklah,” jawabnya tanpa mencerna kalimat Rees barusan. Sampai akhirnya ia sadar, “Eh, apa? Aku ikut?” Matanya melotot sempurna. Ikut bersama Ree, naik pesawat dan bahkan ikut perjalanan bisnis. Nessa hanya pernah naik kereta api, itu pun hanya beberapa kali saja. Ia tak tahu harus bagaimana dan menjawab apa. Apakah ada daya menolak ajakan pria yang memberinya tumpangan hidup secara gratis. Atau mungkin Ree memberinya tumpangan karena sudah merasa bersalah sudah merampas kesucian Nessa? “Jujur, ini pertama kali aku mengiz
Tidak terbiasa keluar malam, Nessa meringkuk di kursinya. Meskipun mengambil kelas VIP dan hangat, tetap saja, tempat istirahat terbaik baginya adalah ranjang tidur. Apalagi fasilitas di rumah Kai tidak perlu diragukan lagi. Ia terbangun begitu mendengar suara Grace menyebut namanya. "Syukurlah, kamu gak mabuk udara. Setelah ini kita akan ke hotel dan makan. Tapi jangan heran ya, kadang ada beberapa wanita yang terbiasa menggelayuti pak bos. Biasa, dia kan raja bisnis. Dan sepertinya, para wanita itu hanya mau uangnya saja.” Tidak masalah. Toh Nessa tidak menyimpan perasaan apa-apa terhadap pria yang sudah memberinya kemewahan secara gratis. Awalnya sungguh, saat berpapasan dengan pria itu, ia merasa takut. Bukan karena Ree jahat, bukan. Tapi melainkan ia takut dilecehkan lagi. “Tetaplah di belakangku, Nessa. Biarkan Grace berjalan lebih dulu, ada sesuatu yang harus dia urus. Kamu aman bersamaku.” celetuk Kai. Mereka sudah turun dari pesawat dan sekarang ada di Bandar udara inter
Harusnya, Nessa berterima kasih pada Ree karena pria itu tidak bertindak lebih jauh lagi. Tapi, Nessa malah mendorong Ree, membuat botol yang sejak tadi berada di nakas terjatuh mengenai tangan Ree. Untung tidak parah, hanya goresan sedikit. Ia memanggil Grace untuk membawa obat merah, mungkin besok ia akan memeriksakannya. “Kenapa kamu berhenti, tampan? Aku kurang indah dan seksi ya buat kamu?” Ree menarik dagu Nessa dan mengecup bibir ranum yang masih bau alkohol itu dalam-dalam. “Aku lebih suka kita melakukannya saat sama-sama sadar, Nessa sayang. See you, beristirahatlah dan kamar akan aku kunci. Jadi, jangan berusaha kabur.” Klik! Pintu benar-benar tertutup. Hanya meninggalkan Nessa sendirian, Ree sudah meminta cleaning service membersihkan pecahan kaca tanpa sisa. Ia menggelengkan kepala berkali-kali. Wanita polos itu sangatlah berbahaya, bahkan Nessa begitu mengundang birahinya ketika Ree sedang dalam rapat besar. Baru saja bersimpangan dengan Viktor, ia tak menyadari tamu
Sepulangnya dari Singapura, kegugupan menyelimuti mereka. Grace tidak bertanya lebih, ia sudah bisa menebak apa yang terjadi, pasti lebih dari sekedar ciuman mesra. Kadang ia cekikikan dalam hati membayangkan perasaan bos mudanya. Dari dulu, Grace ingin Ree jatuh cinta dengan wanita yang bukan dari kalangan wanita penggila tahta dan harta, Nessa adalah wajah utama kenapa Grace begitu mendukung hubungan mereka. Padahal dengan tegas Ree bilang bahwa Nessa hanya seseorang yang berusaha dia tolong dari tempat jahannam. “Kalian berantem?” “Enggak, Grace. Hanya saja..” Nessa melipat bibir, malu untuk mengaku kalau ketangkap basah saat hanya telanjang bulat. “Ya begitulah. Lupakan. Oh iya, malam itu kamu ya yang mengganti gaunku? Terima kasih, maaf merepotkan.” “No problem. By the way, saat kamu mabuk malam itu, kamu gak sengaja memecahkan botolnya dan ya, kena kakinya Pak Ree.” Mata Nessa melotot, kepalanya sepenuhnya menoleh. “Terus gimana? Apakah luka?” “Kurasa tidak. Aku gak tahu y
Harusnya, Nessa berterima kasih pada Ree karena pria itu tidak bertindak lebih jauh lagi. Tapi, Nessa malah mendorong Ree, membuat botol yang sejak tadi berada di nakas terjatuh mengenai tangan Ree. Untung tidak parah, hanya goresan sedikit. Ia memanggil Grace untuk membawa obat merah, mungkin besok ia akan memeriksakannya. “Kenapa kamu berhenti, tampan? Aku kurang indah dan seksi ya buat kamu?” Ree menarik dagu Nessa dan mengecup bibir ranum yang masih bau alkohol itu dalam-dalam. “Aku lebih suka kita melakukannya saat sama-sama sadar, Nessa sayang. See you, beristirahatlah dan kamar akan aku kunci. Jadi, jangan berusaha kabur.” Klik! Pintu benar-benar tertutup. Hanya meninggalkan Nessa sendirian, Ree sudah meminta cleaning service membersihkan pecahan kaca tanpa sisa. Ia menggelengkan kepala berkali-kali. Wanita polos itu sangatlah berbahaya, bahkan Nessa begitu mengundang birahinya ketika Ree sedang dalam rapat besar. Baru saja bersimpangan dengan Viktor, ia tak menyadari tamu
Tidak terbiasa keluar malam, Nessa meringkuk di kursinya. Meskipun mengambil kelas VIP dan hangat, tetap saja, tempat istirahat terbaik baginya adalah ranjang tidur. Apalagi fasilitas di rumah Kai tidak perlu diragukan lagi. Ia terbangun begitu mendengar suara Grace menyebut namanya. "Syukurlah, kamu gak mabuk udara. Setelah ini kita akan ke hotel dan makan. Tapi jangan heran ya, kadang ada beberapa wanita yang terbiasa menggelayuti pak bos. Biasa, dia kan raja bisnis. Dan sepertinya, para wanita itu hanya mau uangnya saja.” Tidak masalah. Toh Nessa tidak menyimpan perasaan apa-apa terhadap pria yang sudah memberinya kemewahan secara gratis. Awalnya sungguh, saat berpapasan dengan pria itu, ia merasa takut. Bukan karena Ree jahat, bukan. Tapi melainkan ia takut dilecehkan lagi. “Tetaplah di belakangku, Nessa. Biarkan Grace berjalan lebih dulu, ada sesuatu yang harus dia urus. Kamu aman bersamaku.” celetuk Kai. Mereka sudah turun dari pesawat dan sekarang ada di Bandar udara inter
Hanya membuatkan sarapan ala kadarnya, Nessa berani bertaruh kalau Ree tidak akan protes. Rasa masakannya bisa diterima di lidah Ree, pria itu bahkan tak keberatan semisal nanti malam ia membuatkan makan malam untuknya. “Sebenarnya aku ada perjalanan dinas ke luar kota, Ness. Dan mungkin sampai di Jakarta lusa.” “Ah, begitu. Baiklah.” Ree menatap Nessa yang tidak keberatan ditinggal, beda dengannya yang malah risau tak karuan. “Kau juga harus ikut denganku.” “Baiklah,” jawabnya tanpa mencerna kalimat Rees barusan. Sampai akhirnya ia sadar, “Eh, apa? Aku ikut?” Matanya melotot sempurna. Ikut bersama Ree, naik pesawat dan bahkan ikut perjalanan bisnis. Nessa hanya pernah naik kereta api, itu pun hanya beberapa kali saja. Ia tak tahu harus bagaimana dan menjawab apa. Apakah ada daya menolak ajakan pria yang memberinya tumpangan hidup secara gratis. Atau mungkin Ree memberinya tumpangan karena sudah merasa bersalah sudah merampas kesucian Nessa? “Jujur, ini pertama kali aku mengiz
Tidak terbiasa bangun kesiangan, Nessa berusaha mengerjakan sesuatu. Ia memang belum hapal benar denah lokasi rumah Ree, terlalu luas. 10 kali lipat lebih luas dari rumahnya dulu, kadang capek juga harus naik turun tangga. Kebetulan kamarnya memang berada di lantai tiga, Ree menempati kamar teratas dan tidak semua orang diperbolehkan ke sana termasuk dirinya. Ia sampai di dapur utama, lantai dasar. Melihat tidak ada bahan-bahan lain di kulkas, Nessa bingung, ia harus membuatkan apa untuk pria itu? “Pagi, Ness.” sapa Gerald. Pria yang 11-12 tampannya hampir setara dengan Ree. Tapi lebih banyak bicara, sedikit berisik dan banyak maunya. Yeah, sikapnya memang blak-blakan. Gerald baik, bisa diajak untuk jadi temannya. “Halo, Gerald. Kamu ingin menjemput Ree?” Pria itu duduk dan berhadapan dengannya, asal mengambil apel dan langsung menggigitnya tanpa dicuci terlebih dahulu. “No. Dia tidak suka dijemput atau diajak pergi pagi-pagi begini. Ree adalah makhluk yang akan memilih menghabis
Baru kali ini kedatangannya tak dihiraukan. Bianca murka dan langsung angkat kaki, tak biasanya Ree semarah ini. Meskipun menolak, pria itu tak pernah bersikap kasar. Apalagi media bilang, Ree makin sibuk dengan segala usahanya. Bukan seperti Ree yang ia kenal, sejak menjadi teman partnernya di ranjang, Bianca tahu bagaimana kelemahan pria itu makanya ia bisa membuat Ree menggilainya. Nyatanya sekarang kegilaan Ree menyurut. Jangankan menyentuh Bianca, melihat wanita di hadapannya saja membuatnya bosan. “Lebih baik anda keluar dari ruangan ini, Nona. Daripada Tuan makin menjadi-jadi.” Menyebalkan! Bianca berjalan dan menjauh dari ruangan Ree, lihat saja nanti, ia akan bisa menaklukkan pria itu lagi. Mungkin sekarang mood Ree sedang memburuk. Grace menunduk, memberikan ruang privasi bagi tuannya. Meskipun tahu wanita mana saja yang sering ke sini dan memuaskan nafsu atasannya, Grace sama sekali tak pernah ikut campur. Ia tahu Ree adalah pria yang kesepian. Meskipun memiliki segalanya
Benar apa kata Ree, baru saja menginjakkan kaki ke rumahnya, bukan sambutan hangat yang didapat Nessa, melainkan usiran. Sakit, padahal satu-satunya keluarga yang dipunya Nessa adalah ibu tirinya."Kenapa pulang lagi? Tugasku sudah selesai, kita tidak punya hubungan apa-apa lagi. Dengan menjual tubuhmu, aku tidak repot-repot bekerja berat sekarang."Tetes air mata mengalir tanpa permisi di pipi Nessa, kejam. Padahal semasa ayahnya masih hidup, tak pernah sekali pun ibu tirinya membencinya, tapi sekarang lihatlah? Wanita itu hanya menganggap Nessa sebagai mesin uang berjalan yang digunakan untuk membiayai hidup Rianti."Anda sungguh manusia?" hardik Ree.Meskipun dia bukan pria suci, setidaknya sampai hari ini Ree masih punya harga diri. Tentunya dia cukup punya hati melindungi Nessa dari benalu seperti ibunya."Toh sekarang dia hidup dengan anda kan, Tuan? Sekarang nikmati saja tubuhnya sepuas-puasnya. Dan silakan, keluar da
Pagi-pagi sekali, bahkan tak biasanya Nessa bangun kesiangan seperti ini. Mungkin ini adalah pengalaman pertama tidur di rumah mewah milik pria bernama Ree. Sekali lagi matanya dikucek, memastikan bahwa Nessa tidak sedang bermimpi.Rasanya seperti Cinderella yang tiba-tiba saja bertemu pangeran tampan. Harus diakui, Ree memiliki kriteria yang diidam-idamkan semua wanita termasuk dirinya. Ah tapi, pria itu terlalu misterius.Baginya, malam itu, malam di mana ia menyerahkan kehormatannya pada Ree memang bukan salah pria itu seutuhnya. Mereka sama-sama mabuk dan bahkan, Nessa tak ingat jelas bagaimana dia bisa berakhir seranjang dengan Ree."Non, boleh bibi masuk?"Nessa terburu-buru merapikan penampilannya lalu membuka pintu. "Masuk saja, Bi, nggak dikunci kok."Kebetulan Ree memang sudah bepergian dan jarang pulang, hanya beberapa kali saja dalam seminggu."Sarapannya sudah siap, tapi tadi tuan Ree menitipkan pesan."
Cukup lega rasanya bisa keluar dari tempat terkutuk itu, bahkan Nessa sudah melepas high heelsnya karena kakinya tak terbiasa memakainya.Melihat wanita itu kesusahan, Ree masih diam, mereka bahkan sudah berada di dalam mobil mewah milik Ree, menunggu akan ke mana malam ini."Pakailah ini, meskipun kebesaran setidaknya kaki kamu akan baik-baik saja."Nessa menatap sandal tidur berlogo brand mahal, orang kaya memang selalu semena-mena dengan harta mereka, beli sandal saja harganya lebih mahal dari harga sepeda.Tapi setidaknya, malam ini Nessa bisa kabur dari pekerjaan yang membuatnya jijik. Ia yakin setelah ini Rianti akan menghabisinya, ah, itu bisa dipikirkan nanti."Kita akan ke mana?" tanyanya begitu Ree melajukan mobil."Ke suatu tempat, setidaknya kamu terlihat tidak memalukan pergi denganku."Meskipun Ree mengagumi tubuh seksi Nessa, tetap saja orang-orang yang melihatnya nanti akan memandang renda