Share

BAB 225

Penulis: Bintang
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Dean melangkah lebar saat instingnya mengatakan ada sesuatu yang terasa tidak enak. Ia bergegas meninggalkan dapur dan menuju kamar Agni terbaring. Tangannya memutar handel pintu dan mendorong pelan.

Dengan langkah yang lebih lambat, ia mendekati tepian ranjang.

Hari ini tepat hari ke empat dan tiga malam sudah Agni tertidur.

Sejak kemarin Elang datang melihat keadaan Agni dan sekaligus pertemuan pertama mereka berdua dengan Guntur dan Iyad, hingga tadi pagi Elang kembali menengok untuk kedua kalinya, Agni masih belum terbangun.

Dean melakukan pengecekan terhadap denyut nadi Agni dan melakukan screening pada tubuh Agni. Ia menghela napas cukup lega, saat semua tampaknya baik-baik saja.

Secara jujur, ia sempat sedikit khawatir karena hingga menjelang petang di hari ke empat ini, Agni masih belum menunjukkan tanda-tanda akan terbangun.

Ketika mengingat pengalaman dirinya sendiri dan juga pengalaman yang diceritakan Elang, mereka berdua sama-sama menyelesaikan proses kultivasi merek
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 226

    “Agni…”Pemuda yang tengah berbaring itu bergeming. Namun bulu mata yang terbilang cukup lentik itu bergetar. Nampaknya ia mulai mendengar suara-suara di sekitarnya.“Agni…” panggil suara lembut seorang wanita muda. Aliya duduk di tepi ranjang dan memperhatikan pemuda bernama Agni yang masih dalam posisi telentang dengan kedua mata terpejam.“Emmh…” Kini suara erangan halus keluar dari mulut Agni.“Dean!” Aliya berseru memanggil Dean yang langsung masuk ke dalam kamar dan berdiri di dekat Aliya.“Kau benar, dia sepertinya akan terbangun…” ujar Aliya lagi.“Ya. Subuh tadi aku menangkap sinyal bahwa Agni akan kembali tak lama lagi,” ujar Dean pelan. Kedua netranya memperhatikan seksama gerak-gerak halus pada tubuh Agni.Aliya yang memang sengaja meminta izin pada Elang untuk datang menengok Agni pagi hari ini, masih duduk dan ikut memperh

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 227

    “Agni, duduklah,” ujar Dean.“Eh Iyad? Kok bisa ada di sini?” Aliya bertanya terkejut.Agni menoleh cepat pada Aliya. “Moony kenal mereka?”“Yad, sini. Mas Guntur sini,” tukas Aliya sambil melambaikan tangan meminta keduanya mendekat.“Duduklah,” Dean berkata pada keduanya.Guntur dan Iyad akhirnya menarik kursi di kanan Aliya dan duduk berseberangan dengan Agni dan Dean.“Moony?” Agni menatap bingung pada Aliya, lalu beralih menatap tajam pada kedua pemuda di seberangnya. Ia tidak suka kedua pria yang tampak cukup menarik itu, duduk dekat-dekat Aliya.“Biar saya perkenalkan,” Dean buka suara saat melihat Agni telah duduk kembali, meski dengan tatapan tajam pada Iyad dan Guntur.Iyad dan Guntur sendiri sedikit terlihat salah tingkah dan merasa agak terintimidasi.Meskipun bertemu elemen dengan level tinggi sudah bukan merupakan hal baru l

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 228

    Elang datang bersama Ridwan untuk menjemput Aliya lewat siang hari. Elang terlibat obrolan sebentar dengan Guntur dan Iyad. Sementara Ridwan mencari Aliya yang tengah berkutat di dapur, membuat makanan malam untuk Agni, Dean dan Guntur nanti. Sedangkan Dean dan Agni masih belum kembali. Mereka berdua tengah pergi ke suatu tempat di sekitar vila itu untuk uji coba kekuatan Agni sekarang ini. Selang tiga puluh menit kemudian, Dean dan Agni datang dan langsung ikut bergabung di ruang tamu, berbicara dengan Elang, Iyad dan Guntur. Iyad dan Guntur langsung pamit ketika mendapat isyarat dari Agni untuk menjauh. Entah apa yang dibicarakan ketiganya yang begitu tampak serius. Yang jelas, pembicaraan mereka terhenti ketika Aliya datang membawakan minuman untuk mereka. “Kalian ngobrolin apa hayo? Kenapa langsung pada diem gini?” goda Aliya sembari tangannya meletakkan satu per satu gelas di depan Elang, Dean dan Agni. “Biasa, obrolan cowok, Moony… Gitu ajaa…” Agni merespon cepat. “Eh iya A

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 229

    Telah jalan lima hari secara intens Dean melatih Guntur dan Iyad. Agni pun kerap berlatih sendiri dengan bimbingan dari Dean dan Elang. Mereka kini memiliki tambahan seorang elemen di Level Dua, meskipun baru di Tingkat Awal, tapi seorang berlevel dua adalah elemen yang luar biasa. Agni telah berkultivasi dari elemen Level Tiga Tingkat Dasar menjadi elemen Level Dua Tingkat Awal. Yang artinya, kini Agni berada satu tingkat di bawah Dean dan Elang. “Alangkah lebih baik kita memiliki seseorang yang khusus melatih mereka,” Dean berkata suatu siang saat ia dan Elang tengah bertemu untuk membahas sesuatu. “Kau benar Dean,” Elang membuang napas ringan. “Kita dapat lebih fokus untuk memperhatikan pergerakan Jure melalui tiga klan itu.” “Bicara soal klan, bagaimana perkembangan terakhir terpantau?” Dean mengangkat kopi di samping tempat ia duduk di halaman belakang basecamp mereka. “Morana bergerak ke arah Bogor. Namun mereka berdiam di satu titik di wilayah Depok selama delapan jam.” “H

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 230

    Konser itu selesai pada jam sepuluh malam. Konser yang berlangsung hampir dua jam itu menuai banyak pujian dari seluruh penonton. SoD memang tidak pernah mengecewakan para penggemarnya. Bahkan banyak penggemar yang tidak menyangka konser SoD kali ini akan berlangsung tiga puluh menit lebih lama dari biasanya. SoD terkenal paling irit memberikan durasi setiap mengadakan konser, namun demikian terkenal juga paling memuaskan. Dimulai dari penataan panggung, pencahayaan, efek-efek suara sampai dengan performa para personel-nya sendiri yang flawless alias tanpa cela, membuat satu jam setengah pun pun betul-betul berharga dengan harga tiket yang lebih mahal dari artis manapun. Aliya tengah menunggu kerumunan sedikit mereda, ketika tangannya di tarik Emilia yang merasakan desakan untuk ke toilet. “Al, temenin ih… kebelet pipis,” keluhnya dengan suara sedikit panik. Sementara ia melihat kerumunan masih bertumpuk di beberapa titik sehingga memblokir jalan mereka untuk ke arah toilet. “Oke…

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 231

    Kedua mata Aliya terfokus mencari Emilia yang telah menghilang dari pandangannya tertutup tubuh-tubuh orang di depan Aliya.Sekilas ia merasakan bulu halus di tengkuknya meremang.“Oh tidak… Semoga Emilia tidak apa-apa,” gumam Aliya sambil terus berusaha merangsek membelah kerumunan itu.Tangannya ia silangkan di depan dada sambil mendorong perlahan dan bertahan dari senggolan serta dorongan orang-orang di belakangnya.Sementara Guntur, berusaha mendekat pada Aliya. “Mbak!” serunya.Aliya tak mendengar. Ia malah merasakan bulu halus yang tak hanya sekitar tengkuk namun juga di seluruh lengan atasnya, meremang dan terasa dingin.“Mbak!!” seruan Guntur yang kedua berhasil membuat Aliya memalingkan wajah ke kiri dan mencari asal suara.Namun seiring dengan itu, tiba-tiba, dengan gerakan cepat satu lengan mengait bahu Aliya dan menyeretnya ke kanan hingga terdorong masuk dalam kerumunan yang lebi

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 232

    Setrasari, rumah Elang dan Aliya.Elang melangkah cepat memasuki rumahnya dan bergegas menuju kamar tidur utama rumahnya. Ia telah dihubungi oleh Ridwan saat tengah berkendara menuju tempat ia akan bertemu rekan bisnisnya malam itu.Tentu saja tanpa berpikir lagi, Elang memutar balik mobil dan melajukan mobilnya menuju rumah dengan kecepatan tinggi.Langkah cepatnya membawa ia ke kamar utama miliknya dan berpapasan dengan Dean dan Ridwan yang hendak keluar dari dalam kamar.“How is she?” tanya Elang cepat mencegat langkah Dean.“She’s all fine,” jawab Dean. “Saya tunggu di ruang tamu bersama orang yang membawa Aliya.”Elang mengangguk lalu meneruskan langkah tergesanya menuju tempat tidur dalam kamar besar itu.Bu Sumi tampak setengah membungkuk ketika melihat Elang mendekat. “Ibu terlihat tidur nyenyak Pak.”Elang mengangguk lalu duduk di tepian ranjang. Ia meraih tangan Aliya dan menggenggamnya perlahan.Matanya tak lepas dari memandang raut wajah istrinya itu, setelah sesaat melaku

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 233

    Agung telah bergabung bersama Elang dan lainnya. Ia yang seorang kelahiran asli Bandung, bahkan sempat meminta izin untuk ikut tinggal di basecamp demi pelatihan yang lebih intens. Meskipun ia tidak pernah mendengar tentang Ratu Bumi, Kaum Jure dan tiga klan di bawahnya, ia telah jatuh hati pada keberadaan Aliya. Jatuh hati yang ia rasakan adalah kebutuhan untuk ikut melindungi. Dorongan itu begitu kuat, sehingga tanpa ragu dan tanpa jeda sedetikpun ia langsung menyatakan kebersediaannya untuk bergabung, setelah Dean selesai menjelaskan dan bertanya padanya. Meski Elang maupun Dean belum memberikan keputusan apakah Agung bisa tinggal dalam basecamp, namun Agung setiap hari datang ke basecamp dan bahkan menjadi lebih akrab dengan Iyad dan Guntur. Bahkan Agni, yang diketahui memiliki kecenderungan berbicara kasar dan sesukanya, terhadap Agung ia tidak terlalu memberi banyak komentar. Mungkin karena pembawaan Agung yang hangat, karena ia adalah seorang bumi dan cepat akrab dengan or

Bab terbaru

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   Catatan Penulis

    Hai GoodReaders!! Akhirnya “Istri Ku Sang Ratu Bumi” telah sampai di penghujung cerita. Terima kasih banyak untuk seluruh GoodReaders yang dengan setia mengikuti kisah ini hingga akhir. Author mohon maaf jika pada tulisan yang GoodReaders baca dalam cerita ini, masih ditemukan banyak typo atau kata-kata rancu dan hal lain yang tanpa sadar Author lakukan. Author berharap GoodReaders dapat menikmati juga menyukai karya ini. Adakah kesan dan pesan kalian untuk Author? Would love to know it! Adakah tokoh favorit kalian? Aliya? Elang? Dean? Agni? Atau lainnya? Author dengan senang hati membaca kesan kalian dan pesan kalian untuk mereka :D Jangan lupakan untuk memberi review di luar buku ya… Bintang lima dari kalian akan menambah semangat author melanjutkan Session 2 buku ini. Sambil menunggu, kalian bisa buka karya on going Author dengan judul “Dibuang Mantan, Dikejar CEO Sultan”. Love-love yang banyak untuk kalian semua! Sampai Jumpa di karya-karya Author lainnya…. Luv U!!

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 299

    Mereka semua telah menjadi bagian dari keluarga bagi Aliya. Keluarga kedua yang berbeda dunia. Dunia aneh penuh kejutan yang hidup berdampingan dengan manusia umumnya. Siapa yang pernah menyangka, ternyata sejak lama ada kehidupan seperti ini di tengah-tengah kehidupan normalnya dahulu? Kini tatapan Aliya membidik pada sang suami, Einhard Sovann Gauthier. Pria tampan yang tampak asyik mengajak putri mereka berbicara. Meski demikian, tak dapat dipungkiri, Aliya bisa merasakan sesuatu yang menekan kuat yang terpancar dari Elang. Meski pria tampan itu tengah bermain dengan bayi mungil, namun aura kekuasaan nan tenang dan terkendali, menyelimuti suaminya. Membuat siapapun tak kuasa menentang dan menghindari membuat masalah dengannya. Senyum di bibir Aliya kian merekah. Matanya berbinar menangkap pemandangan yang begitu menyejukkan hatinya itu. Fayza tampak tergelak ketika hidung Elang menyerbu perut mungil sang putri. Hatinya begitu damai melihat semua pemandangan yang ada di sekit

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 298

    “Sekali lagi aku minta maaf, Dean. Sungguh…”Dean menghela napas pelan. “Apa yang kau bicarakan, Al?”Ia terhenti karena teko yang dipanaskan Aliya telah berbunyi.“Biar aku saja,” katanya sembari berjalan mendekat untuk mematikan kompor lalu mengangkat teko dan menuangkannya ke dua cangkir dan empat gelas belimbing yang telah diisikan kopi dan gula oleh Aliya sebelumnya.Tangannya mengaduk telaten setiap gelasnya. “Jika kau berpikir kepergianku karena berada di dekatmu itu menyakitkan untukku dan untuk menjauh darimu, kau keliru Aliya.”“Aku pergi karena memang ada sesuatu yang harus kulakukan. Dan itu baru bisa kulakukan saat ini, ketika situasi di sini telah kondusif. Einhard seorang elemen yang kini berada di ambang Level Satu. Einhard seorang diri, sudah bisa menakuti semua elemen yang ada di sini saat ini, Al.”Dean selesai mengaduk dan meletakkan sendok ke bak cuci piring dan melanjutkan. “Sekalipun aku pergi, kita sekarang punya Nawidi yang seorang Level Dua Tingkat Tertinggi.

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 297

    “Einhard, duduk di sini,” Dean beralih pada Elang yang berdiri di sebelah Aliya. Elang lalu menggamit pergelangan tangan Aliya dan menariknya untuk duduk di antara Dean dan Nawidi. Dengan patuh Aliya mengikuti suaminya dan membalas semua sapaan dari Agni dan teman-teman elemen lainnya dengan hangat. “Fayza di mana?” tanya Dean lagi setelah Elang dan Aliya duduk. “Kami tinggalkan di rumah dulu dengan bi Sumi dan Asih,” jawab Elang. Tangannya menerima sodoran jagung bakar dari Dean. “Thanks.” “Liebling, kau mau?” Elang mengoper jagung bakar itu ke Aliya. “Ngga, Liebe. Kau aja,” tolak Aliya. Ia melemparkan pandangan ke sekeliling, lalu beralih pada Dean. “Kau mau kemana? Pertanyaanku tadi belum di jawab.” Dean tersenyum. “Aku ada kerjaan di Botswana, Al.” “Apa?? Botswana? Afrika??” Mata Aliya membulat. “Jauh banget. Ada apa di sana?” “Emm… Kerjaan lama ku.” “Liebling, bisa tolong buatkan kopi untukku?” Elang menyentuh lengan istrinya itu. “Aku--” Tatapan Aliya beralih pada Elang

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 296

    “Gung, dulu gimana si cewek itu. Lu buang kemana?” “Ya kali, dia barang. Main buang-buang aja.” Agung meringis. Bukan karena luka di tangan kiri yang ia derita setelah latihan tadi. Namun karena mendengar pertanyaan Agni. “Kok baru nanya sekarang?” tanyanya dengan tangan yang sibuk mengulur kain kasa panjang untuk membalut luka-luka di sela tangannya. “Gue baru kepo, Gung. Asli, waktu itu gue eneg banget denger nama tu cewek. Baru kali ini gue agak legaan,” tukas Agni sambil membantu Agung menggunting kasa tersebut, merobek ujungnya lalu mengikatnya kuat. “Ish! Pelan-pelan, Ni.” “Jangan cengeng lu.” Agni mengoles antiseptik pada bekas luka lain di tangan kanan Agung. Meski tidak sedalam luka di tangan kiri, namun tetap saja menggambarkan betapa keras latihan yang baru saja ditempuh Agung. “Lain kali lu perhitungkan ritme serangan si bang Nawi, Gung. Dia punya pola sendiri dengan alter variasinya. Pas bagian lu, itu pola yang dia gunain waktu nyerang gue latihan kemaren,” tutur

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 295

    Angin semilir menghantarkan suasana yang begitu tenang dan damai. Beberapa dedaunan kering berjatuhan perlahan menyentuh tanah di tepian kolam renang dengan pantulan kilau terik mentari di atas air. Gerakan tangan Elang membelah air dan mendorong kuat tubuhnya meluncur. Sudah lima balik ia menggunakan gaya kupu-kupu, setelah enam balik sebelumnya menggunakan gaya bebas untuk membawa dirinya menyentuh tepian kolam renang sekian kali. Elang berhenti di pinggir dan memutuskan menyudahi kegiatan berenangnya siang itu. Kedua lengannya bertumpu pada tepian dan setengah melompat, membawa tubuhnya keluar dari dalam kolam. Ia duduk di tepian sambil mengusap wajah untuk menyingkirkan bulir air yang membasahi wajah tampannya. Mata coklat tua itu menerawang, membawa ingatannya kembali pada percakapannya dengan Dean semalam. “Saat itu ayahmu melalui Hecate mencari juga wanita elemen bumi dan sempat menyangka ibuku adalah salah satunya. Dia sebenarnya bukanlah seorang elemen bumi, Hecate salah

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 294

    “Liebling, sarapannya sudah kau makan habis?” “Iya,” jawab Aliya lalu mendongakkan kepalanya ke arah Elang yang baru keluar dari kamar mandi. Ia menatap suaminya dengan alis berkerut. “Kenapa?” “Asi ku masih sedikit keluarnya,” keluh Aliya. “Tadi perawat datang kesini untuk mengambil asi ku. Tadi gak bisa dapat banyak.” “Hm.” Elang melangkahkan kakinya mendekati brankar Aliya. “Itu hal wajar, Liebling. Untuk kelahiran pertama, seorang ibu agak kesulitan mengeluarkan asi-nya. Putri kita juga belum membutuhkan makanan yang banyak, Liebling. Kau tahu, ukuran usus dan lambungnya pun masih sangat kecil,” sambungnya lagi sambil menggerakkan ibu jari dan telunjuknya untuk menunjukkan betapa kecilnya ukuran tersebut. “Tapi--” “Aku tahu kau khawatir. It’s ok. Bahkan bayi baru lahir masih bisa tanpa diberikan asi atau susu dalam waktu dua kali dua puluh empat jam.” “Kau tahu dari mana?” “I read it somewhere (aku baca entah di mana).” “Elang--” “Aku sudah bicara dengan dokter, Lieblin

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 293

    Arah pandang Aliya terpaku pada pintu ruang untuk beberapa saat. Meski sedikit bertanya-tanya, namun ia segera menepis itu dalam hatinya dan langsung beralih pada monitor di dinding sebelah kiri. Bibirnya seketika tertarik ke atas disertai pandangan yang melembut dan penuh kasih. Monitor itu menampilkan bayinya yang berada dalam inkubator di ruang NICU. Tubuh mungil yang masih berwarna merah dengan jemari kecil yang mengepal. Kedua manik mata Aliya lalu berkaca-kaca. Betapa ia ingin memeluk makhluk mungil itu. Betapa ia merasa semua bagai mimpi. Dari dalam dirinya bisa keluar makhluk luar biasa seperti itu. Ia hanya harus bersabar lagi, untuk bisa mendekap bayi mungilnya itu. “Isn’t she beautiful?” Sebuah suara mengagetkan Aliya. Ia mengusap titik air di sudut matanya lalu tersenyum pada dua orang yang datang itu. “Dean, kang Awi. Masuklah.” Kedua pria bertubuh tegap dan atletis itu kemudian duduk di kursi meja makan yang memang bersebelahan dengan brankar Aliya. “Bagaimana

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 292

    “Ah ya Tuhan!” Agni mengerjap-kerjapkan kedua kelopak matanya. Menatap penuh haru sekaligus takjub dengan tangan menempel pada dinding kaca. Begitu pula ketiga teman-teman lainnya. Agung, Iyad, Guntur sama -sama menatap dengan mata berbinar penuh ketakjuban ke arah satu box bayi dari balik kaca besar pembatas ruang NICU. “Lakukan covering kalian, setiap kalian keluar.” Suara datar Nawidi mengingatkan empat pria yang terus menerus menatap tanpa berkedip ke arah bayi merah di dalam inkubator itu. Ia baru saja datang bersama Dean setelah melakukan pengecekan ulang di sekitar Rumah Sakit Bersalin tersebut, sebagai bentuk tindakan antisipatif standar mereka. Agni dan lainnya menoleh dan baru menyadari pengunjung wanita di sekitar mereka, tak hentinya menatap mereka seolah melihat artis terkenal yang membuat mata mereka tak berkedip mengagumi. Penampilan Agni dan kawan-kawan memang tidak bisa dibilang biasa, terutama Agni. Wajah tampan pria muda itu begitu menarik perhatian para pengunj

DMCA.com Protection Status