Menurut kalian, hal apa yang paling mendominasi di dalam hidup ini bagi seorang pria lajang berusia 29 tahun?
Harta? Takhta? Atau, wanita?
2 hal diantaranya telah dimiliki oleh pria 29 tahun bernama Nathan Czarford, tetapi tidak dengan hal terakhir, yaitu wanita. Oh, benarkah?
***
Limosin hitam dengan logo burung berwarna gold yang ditumpangi oleh seorang pria penerus bisnis keluarga Czarford berhenti dengan elegan di depan lobi Hotel Czarford yang berlokasi di London, Inggris.
Pria tampan itu tidak sendirian, melainkan bersama dengan seseorang yang selalu di sisinya. Ya, siapa lagi kalau bukan sang asisten pribadi.
"Ayo, Lucky!"
Tanpa menunda waktu, Nathan keluar dari mobil super mewah yang menjadi salah satu koleksi pribadinya sambil merapikan jas. Pria dengan tinggi 185 cm tersebut berjalan hendak memasuki lobi hotel, tetapi kerumunan wartawan dengan cepat menghadangnya.
"Tuan Muda Nathan, di mana Nona Xaquila? Mengapa Anda datang ke acara bergengsi ini hanya seorang diri?"
"Tuan Nathan, apakah Anda tidak berniat untuk membawa hubungan Anda dengan Nona Xaquila ke pelaminan?"
"Tuan Muda, apakah Anda akan memberikan klarifikasi mengenai hubungan Anda dengan Nona Xaquila?"
Nathan diberondong pertanyaan, tetapi tak ada satu pun yang dijawabnya. Melihat Nathan berada di situasi sulit seperti sekarang, Lucky tidak tinggal diam. Sebagai seorang asisten pribadi, dia segera mengambil tindakan.
"Hei! Hei! Hei! Menjauhlah dari Tuan Muda Nathan!"
Lucky yang selalu heboh berhasil menarik perhatian para wartawan dan Nathan pun terselamatkan karenanya. Dia menjaga jarak antara dirinya dan Nathan dari kerumunan wartawan.
Dengan panik yang luar biasa, Lucky segera memeriksa kondisi kuku-kuku jari tangannya yang baru saja dipoles dengan kuteks berwarna pastel.
"Pengawal! Bagaimana kalian menjaga Tuan Muda Nathan?! Permisi, para wartawan! Tuan saya akan segera memberikan klarifikasi mengenai hubungannya yang kandas dengan Nona Xaquila. Namun, tidak sekarang. Saya harap kalian mengerti."
Lucky tidak sadar bahwa dirinya telah salah ucap. Namun, ketika Lucky mendapatkan tatapan tajam dari Nathan, dia baru mengerti jika ada sesuatu yang salah.
"Astaga! Anne Marie Antoinette Ashe Ashe!"
Lucky segera menutup mulutnya yang sontak mengucapkan mantra saat dilanda panik juga gugup sehingga membuat kedua bola mata Nathan hampir terlepas dari rongganya.
Para wartawan kembali heboh usai Lucky salah berbicara.
"Jadi, kabar burung yang tersiar tentang keretakan hubungan Tuan Nathan dan Nona Xaquila benar?"
"Lalu, apa penyebabnya?"
"Tuan Nathan, tolong berikan kami penjelasan!"
"Tuan Nathan, benarkah rumor yang mengatakan bahwa Anda adalah seorang pria penyuka sesama jenis?"
Nathan menoleh ke arah wartawan yang terakhir melemparkan pertanyaan seraya tersenyum miring. Semua orang pun menolah dan menunggu jawabannya.
***
Klik!
Terdengar suara televisi dimatikan oleh seseorang. Suasana gelap langsung terasa karena hari memang masih malam. Zachary duduk di sofa single besar dan mewah yang didatangkan langsung dari Turki.
"Bagaimana, Nathan? Apakah kau dan asistenmu yang konyol ini sudah melihat dengan jelas siaran ulang berita malam ini?"
Suara berat nan tegas milik Zachary terdengar di telinga Nathan dan Lucky. Seketika itu juga, iris mata hazel milik Zachary membesar saat menatap Nathan yang berdiri di sisi kanannya.
"Kau telah menjalin hubungan dengan Xaquila sejak kuliah. Bagaimana bisa kau kehilangannya, Nath?"
"Kakek, lama atau tidaknya suatu hubungan tidak menjamin akan tetap langgeng dan berakhir di pelaminan. Pahamilah hal itu!"
Nathan yang semula menunduk, kini mendongakkan kepala menatap Zachary lekat-lekat.
"Diam! Sejak kapan kau berani memotong pembicaraan Kakek?!"
Nathan menghela napas dengan berat, lalu merapatkan bibirnya. Sedangkan Lucky hanya bisa menutup mulut dan berdiri di belakang Nathan.
Brak!
Pintu ruang tidur Zachary terbuka lebar. Semua orang yang berada di dalam sana menoleh ke arah pintu dan melihat kedua orang tua Nathan datang.
"Oh, Tuhan!"
Ainsley datang dengan langkah cepat menghampiri Nathan. Dia mengulurkan kedua tangan, lalu mengusap lembut wajah Nathan yang sedang murung.
"Kau sudah kembali dari pesta, Sayang? Bagaimana dengan pestanya? Apakah meriah?"
"Oh, Ma, lepaskanlah tangan Anda! Saya baik-baik saja."
Nathan selalu bersikap lembut kepada sang mama. Dia adalah seorang anak penurut dan kebanggaan Ainsley Czarford.
"Lihatlah, Thomas! Bagaimana bisa seorang penerus keluarga Czarford adalah seorang penyuka sesama jenis?! Dan kau tahu, siapa pasangannya?! Asisten pribadinya sendiri. Karena hal itu pula, Xaquila pergi meninggalkan Nathan."
'Ya, Tuhan! Omong kosong apalagi ini yang merasuki Kakek?!'
Nathan melirik Lucky yang terlihat sedih sambil mengeluhkan sikap Zachary di hatinya.
Zachary beranjak dari kursi. Dia berjalan menuju Thomas yang hanya berdiri memperhatikan istri dan anaknya.
"Lihatlah Istrimu, Thomas! Dia selalu memanjakan Nath sejak dulu sehingga Cucu saya tumbuh besar menjadi seseorang yang tidak normal."
Zachary memasukkan kedua tangan ke saku celana.
"Pa, jangan berlebihan! Saya yakin, Nathan tidak seperti itu."
Ainsley membela Nathan saat melihat suaminya hanya terdiam. Tangan wanita elegan itu menggenggam erat tangan Nathan yang dingin dan berkeringat.
'Astaga! Apakah Nath sangat gugup berhadapan dengan Kakek Zac?!'
Ainsley bertanya di dalam hati sambil menatap Nathan dengan penuh cinta dan kasih sayang.
"Kau lihat, Thomas?! Di mana peranmu sebagai seorang kepala keluarga?! Apakah kau akan mempercayai anakmu begitu saja?!"
'Sial! Sekarang aku harus bagaimana?!'
Nathan mengumpat sang kakek di dalam hati. Geram dan kecewa. Itulah perasaan pria kelahiran London saat ini.
"Jika Nenekmu masih hidup, tentu saja Beliau akan sangat kecewa dan sedih melihatmu tumbuh seperti sekarang ini, Nath."
Akhirnya, Thomas membuka mulutnya. Dia menatap Ainsley dan Nathan bergantian dengan kecewa.
"Thomas, mengapa kau berkata seperti itu kepada anakmu sendiri? Oh, ayolah! Mengapa kita tidak memberikan kepercayaan dan kesempatan untuk Nathan menjalani takdirnya sendiri? Lagipula, saya percaya bahwa Nathan bukanlah seorang penyuka sesama jenis seperti yang dibicarakan di luar sana!"
"Mengapa kau begitu yakin, Ainsley?"
Zachary memberikan pertanyaan yang menjebak. Namun, Ainsley tidak gugup sama sekali.
Ainsley melepaskan genggaman tangannya dengan Nathan, lalu berjalan menuju Zachary dan Thomas dengan percaya diri. Dia telah menguatkan tekad untuk membela Nathan yang dianggap bersalah di rumah besar keluarga Czarford.
"Pa, saya adalah wanita yang mengandung dan melahirkan Nathan."
Ainsley meletakkan kedua tangan tepat di jantungnya. Kedua mata birunya berkaca-kaca ketika menatap Zachary.
"Saya juga merawat Nath dengan kedua tangan saya sendiri. Lalu, di mana anak Papa ketika saya sedang kesulitan?! Jadi, sayalah yang lebih mengenalnya dengan baik."
'Astaga! Apa yang Mama ucapkan barusan?! Tidak bisa! Aku tidak akan membiarkan Mama mengorbankan dirinya sendiri untukku.'
Nathan berjalan menghampiri Zachary dan kedua orang tuanya. Dia menggenggam erat tangan kiri Ainsley.
"Ma, sudahlah! Tidak perlu seperti itu! Karena kelak waktu akan menjawab semua tuduhan ini."
"Wow! Bijak sekali kata-katamu, Ainsley. Ya, begitu pula dengan anakmu. Kalian berdua sangat pantas menjadi aktor dan aktris."
Thomas menyunggingkan senyum tipis di bibirnya saat mendengar Zachary melontarkan kalimat sindiran untuk istri dan darah dagingnya.
"Jika kau hanya duduk manis menunggu waktu, itu akan sia-sia, Nath!"
Zachary mendekatkan wajahnya kepada Nathan. Namun, Ainsley segera menarik tangan Nathan dan mengajaknya untuk mundur beberapa langkah.
"Katakan apa kehendak Kakek?"
Nathan memasang badan untuk Ainsley. Dia berdiri di depan Ainsley yang terlihat rapuh.
"Jangan tanyakan itu kepada Kakek, Nath!"
Ainsley berusaha menjadi penengah antara Zachary dan anaknya, meskipun dia tahu usahanya akan gagal karena sang mertua sangat keras kepala.
"Pecat asisten pribadimu dan cari wanita pengganti Xaquila, lalu nikahi dia!"
***
"Hei, Lucky! Saya sudah mengikuti saran mu yang konyol itu. Lihatlah! Sia-sia saja saya berada di sini."
Sudah 3 jam lebih 30 menit, Nathan dan Lucky berada di dalam mobil yang terparkir di depan kantor pencatatan sipil kota Birmingham, Inggris. Nathan gelisah sekaligus geram melihat Lucky diam saja saat diajak bicara.
"Astaga! Bisakah kau membuang cermin kecil yang selalu kau bawa-bawa itu, Lucky?! Hah?!"
Lucky menoleh ke arah tuannya sambil menyimpan benda keramat yang selalu dibawa pergi ke mana pun.
"Demi Tuhan, Tuan muda Nathan Czarford yang memiliki wajah tampan memesona, incaran para wanita, memiliki bentuk tubuh dambaan kaum pria, dingin layaknya pegunungan Himalaya, kaya raya seantero Inggris raya, tetapi sayang ... tidak pandai bercinta!"
Sang asisten yang memiliki dua kepribadian ini pun mengubah posisi duduknya yang semula membelakangi Nathan, kini duduk berhadapan dengan sang tuan.
"Duhai! Lihatlah wanita itu, Tuan Muda!"
Lucky menunjuk seorang wanita yang berdiri di samping mobil sport Nathan. Teriakan Lucky yang spontan, sontak membuat Nathan terkejut juga penasaran.
"Mengapa dia menangis tersedu-sedu seperti itu, Lucky?!"
Lucky menyandarkan tubuhnya sambil mengangkat kedua bahu.
"Entahlah, Tuan. Namun jika Anda tidak keluar dan mencari tahu, lalu bagaimana Anda akan tahu?"
Nathan memperhatikan wanita muda yang menggunakan pakaian pengantin dengan seksama. Kemudian, dia menggeleng.
"Maksudmu, saya harus keluar menyapanya?! Begitukah?!"
"Lalu, siapa lagi kalau bukan Anda?!"
Lucky menunjuk Nathan dengan jari telunjuk yang lentik.
"Astaga, Lucky! Saya adalah Bos mu. Mengapa tidak kau saja yang keluar dan mencari tahu?!"
Nathan bersandar dan melipat kedua tangannya di depan dada.
"Jadi, Anda ingin saya keluar dengan penampilan seperti ini dan menggagalkan rencana, Tuan Muda?!"
"Sial! Saya lupa bahwa kau bukanlah pria normal, Lucky!"
Usai berseru, Nathan pun membuka pintu mobil.
"Semoga beruntung, Tuan Muda!"
Lucky melambaikan tangan ke arah Nathan sambil menggodanya. Namun, Nathan tidak membalas.
Brak!
Suara pintu mobil mengagetkan wanita yang sejak tadi menangis. Nathan menatapnya dan merasa kasihan.
"Apakah Anda baik-baik saja, Nona?"
Si wanita menghapus air mata yang masih mengalir.
"Tidak ada satu pun wanita yang sedang menangis terlihat baik-baik saja, Tuan."
'Astaga! Ketus sekali wanita ini.'
Nathan mengelus dada usai mendapatkan jawaban ketus dari si wanita. Dia melihat wanita itu hendak pergi. Namun, Nathan segera menarik tangannya.
"Tunggu!"
Riasan si wanita sangat berantakan. Nathan hampir menertawakannya. Namun, dia buru-buru tersadar.'Astaga! Aku harus menahan diri untuk tidak menertawakannya! Aku harus memperlakukannya dengan baik.'Untuk menghilangkan rasa bersalahnya, Nathan mengambil saputangan dari saku jas."Apa?!"Si wanita mendongakkan wajah ketika menatap Nathan. Pria dengan tinggi 185 cm tersebut mengelus dada.'Apakah dia tidak tahu bahwa di tanganku ini adalah saputangan? Mengapa dia banyak tanya?'Hati kecil Nathan mengeluh. Dia benar-benar anti berinteraksi dengan wanita sejak kepergian Xaquila. Namun apa boleh buat, dia tidak memiliki pilihan lain."Pakailah untuk menghapus air mata Anda!"'Kalau bukan karena aku membutuhkanmu, aku tidak akan sudi memberikan saputangan kesayangan ku.'Nathan mulai bermain dengan pikirannya. Dia menatap si wanita tanpa senyum."Tidak, terima kasih."Wanita tersebut menjawab dengan kasar. Kemudian, berbalik dan hendak pergi. Lagi, Nathan dibuat meradang karena sikapnya."
Nathan mengepalkan kedua tangannya. Kemudian, pria arogan itu tersenyum sinis."Lucky adalah Asisten saya. Maka saya berhak mengaturnya.""Kami bisa melakukannya di luar jam kerja."Alicia tetap tidak bisa berkata lembut kepada Nathan sampai saat ini."Hei, Lucky! Kau tidak bekerja selama 24 jam, 'kan?""Tenーtentu saja tidak, Nona."Lucky menjawab pertanyaan Alicia dengan terbata. Dia mengusap peluh yang bercucuran karena mendapatkan tatapan tajam dari Nathan."Bersiaplah untuk kehilangan bonus mu di bulan ini, Lucky!"'Ancaman yang sama di setiap kesempatan. Namun, sepertinya kali ini Tuan Muda bersungguh-sungguh dengan ucapannya,' batin Lucky.Alicia diam dan tidak akan campur tangan urusan Lucky. Sementara itu, Nathan menyandarkan punggungnya sambil memainkan ponsel. Dia mengurungkan niat untuk membalas perlakuan Alicia.Alicia mulai sibuk membersihkan wajah. Dia juga menghapus lipstik merah di bibirnya. Wajah polos Alicia mulai terlihat dan tentunya menarik perhatian Nathan.'Aku
Betapa sensitifnya Nathan ketika melihat bibir merah muda milik Alicia.'Oh, bibir merah mudanya sungguh menantang! Lihat saja, Cia! Kau akan mendesah di bawah kungkunganku! Fu! Fu! Fu!'Sorot mata Nathan menunjukkan nafsu liar yang sulit dikendalikan olehnya. Demi apapun juga, sepertinya dia mulai tertarik dengan Alicia."Apa?"Nathan mencoba menahan emosi demi menjaga citranya di depan umum."Silakan masuk, Tuan!"Penjaga pintu pun tersenyum seraya membukakan pintu. Nathan tidak merespon si penjaga pintu. Dia melangkah memasuki Hepburn Store tanpa memedulikan Alicia dan Lucky."Silakan, Nona!"Si penjaga pintu menundukkan kepala.'Kesempatan bagus! Aku harus melangkah masuk secepatnya atau dia akan mengenaliku.'Alicia mengikuti langkah Nathan tanpa menoleh ke arah si penjaga pintu. Dia bernapas lega saat berhasil memasuki toko tanpa terlihat siapapun."Selamat datang di Hepburn Store!"Seorang pegawai wanita menyambut kedatangan Alicia. Namun, dia tidak berani menatap wajahnya."Pi
Audrey bertambah bingung ketika mendengar respon Nathan barusan."Apa maksud Anda, Tuan?""Ayo pergi saja!"Alicia tidak ingin berlama-lama di toko Hepburn Store. Namun, Nathan terlihat enggan pergi dari sana."Jangan terburu-buru, Cutie Pie! Aku sudah meminta Lucky untuk mengatur semuanya. Pernikahan kita tidak akan terlambat. Kau tenang saja!"Nathan menarik tangan Alicia. Dia tidak akan pergi sebelum hatinya terpuaskan."Halo, Tuan Muda Nathan!"Datang seseorang dari arah belakang Nathan. Ya, dia adalah Simon Fredly Mignolet yang tidak lain merupakan manajer Hepburn Store. Pria botak tersebut mengusap peluh di dahi padahal semua orang tahu bahwa Hepburn Store memiliki suhu ruangan yang baik."Hah?! Aーapakah pria itu adalah Tuan Muda Nathan?!""Apakah telingaku tidak salah dengar?!""Jaーjadi, tunangan Cia adalah Tuan Muda Nathan?!""Audrey, apakah dia adalah Tuan Muda Nathan Czarford yang terkaya tujuh turunan?!""Jika benar dia, maka kau akan mendapatkan masalah besar, Audrey!"Buk
Lucky mendengar samar-samar perkataan sang tuan. Kesempatan emas tersebut digunakan Lucky untuk menyodorkan surat kontrak pernikahan kepada Alicia melalui tablet Android-nya. Nathan menjauhkan diri dari Alicia dan membiarkan wanita cantik itu terkejut. Lantas, Alicia duduk tegak sambil menatap benda canggih yang disodorkan Lucky kepadanya. "Ini … apa?" "Dear, lebih baik Anda lekas tanda tangani saja, oke?" Lucky segera berkata demikian ketika suara Alicia terdengar tidak yakin. "Anda tahu, Sweety? Kepala saya sangat pening jika memikirkan kelakuan kalian. Uff! Jadi, tolong ringankan sakit kepala saya ini, oke, Sweety?" Maka, tangan Alicia pun mengambil tablet dari Lucky dan pandangannya masih sinis ke arah Nathan. Kemudian, tanpa berpikir panjang dan tanpa membaca satu demi satu poin yang tertera di sana, Alicia pun menandatanganinya. Meski tak begitu mengetahui apa yang tertera di layar Android yang tadi dikatakan sebagai surat kontrak pernikahan, Alicia masih bersedia menandat
Nathan tidak peduli dengan pelototan Alicia. Pria itu dengan acuh membuka pintu mobil, lalu keluar dari sana. Setelah mendengar suara pintu mobil tertutup, Alicia segera bersuara, "Lucky, bisakah kau meminjamkan saya kaca kecil?" Alicia mengulurkan tangannya meminta kaca kecil milik Lucky. Pria gemulai tersebut segera memberikan barang yang diinginkannya. Kemudian, Alicia pun bercermin. "Saya tidak membawa peralatan make up, bisakah kau meminjamkan milikmu, Lucky?" 'Sial! Pantas saja Nathan menghinaku! Rupanya riasan ku kacau. Namun, tidak ada air liur di manapun. Dasar pria aneh! Sepertinya dia harus menggunakan kacamata!' Alicia mengakui jika dirinya sangat berantakan. Dia menghela napas sambil merutuki sikap Nathan. "AnーAnda ... Anda ingin memakai alat make up milik saya?! Apakah saya tidak salah dengar, Nona?!" "Ah, tidak! Kau tidak salah dengar, Lucky. Saya memerlukan alat make up sekarang. Saya ingin touch up agar make up tidak terlihat cakey, berkerak atau pecah. Terlebih
Alicia terkejut. Dia membulatkan mata. Dia tidak menyangka lelaki menyebalkan itu akan menyentuh bibirnya. Melihat tingkah aneh pasangan pengantin baru tersebut, Ainsley segera menengahi mereka. Dia tertawa. "Ha! Ha! Ha!" Nathan berhenti mengancam Alicia, begitu pun dengan wanita muda itu. Ainsley segera melepaskan tangan anaknya dari Alicia, lalu menggenggam erat tangan sang menantu. "Siapa namamu?" Ainsley bertanya dengan sangat ramah. Alicia terkejut mendapatkan perlakuan hangat dari wanita cantik nan anggun di depannya. "AーAlicia Wood ...." Ainsley tersenyum melihat Alicia menjawab dengan gugup. Dia bertanya, "Kau terlihat gugup. Apakah kau baik-baik saja, Alicia?" Ainsley terkekeh melihat Alicia salah tingkah. "Cia. Hanya Cia, Nyonya Ainsley." "Apa?! Kau memanggil saya apa?!" Ainsley memiliki tubuh lebih tinggi daripada Alicia. Dia dengan mudahnya meraih dagu Alicia dan mendongakkan wajah gadis itu. "Kau cantik. Kau bukan asli Inggris, benar?" 'Astaga! Benarkah apa y
Tegas dan berat. Dua kesan itulah yang melekat di benak Alicia begitu dia mendengarkan suara Thomasーsang papa mertua. Nathan menghela napas dengan kasar. Dia tahu bahwa Alicia merasa tidak nyaman. "Saya akan mengenalkannya kepada kalian semua saat makan malam nanti." Nathan tampak enggan menatap wajah Thomas. Namun, tidak dengan Alicia. Gadis itu sepertinya sungguh ingin tahu sosok Thomas yang telah bersikap dingin kepadanya. "Siapa wanita muda bergaun pengantin yang datang bersamamu, Nath?" Zachary dan Philip datang. Mereka melihat Nathan membawa pulang seorang wanita. "Dia adalah Istri saya." Nathan langsung menjawab pertanyaan Zachary tanpa berpikir ini dan itu. Dia pergi membawa Alicia dari sana tanpa memedulikan sorot mata semua anggota keluarga Czarford yang mengarah kepadanya juga kepada Alicia. 'Sepertinya hubungan Nathan dengan keluarganya sedang tidak baik-baik saja.' Alicia menduga-duga di dalam hatinya dengan rasa penasaran yang tinggi. "Ayo, Lucky!" Menyadari Luc
"Alica, jangan berkata begitu!" Greyson menegur Alicia. "Nath, kau salah paham. Tarik semua perkataanmu atau kau akan menyesalinya."Greyson akhirnya angkat bicara. Namun, apakah Nathan akan membiarkannya?"Diam! Bukankah sudah aku katakan agar kau tidak ikut campur urusan rumah tanggaku dengan Cia?!"Nathan membentak Greyson. Kedua matanya memerah."Oke! Oke! Aku salah. Maaf karena hal itu." Greyson mengangkat tangan tinggi-tinggi. "Aku melakukannya karena muak dengan sikapmu yang kasar kepada Alicia."Greyson merasa posisi Alicia kian melemah. Dia memutar otaknya untuk mencoba meyakinkan Nathan. "Apa aku meminta pendapat mu? Apa aku menyuruhmu berbicara?! Diam atau aku akan mengusir mu, Grey!"Nathan tersenyum mengejek Greyson. Alicia mulai menangis. "Kau memang egois, Nath." Alicia berkata dengan dingin. "Kau bahkan tidak membiarkan aku menjelaskan.""Lihatlah! Kau bahkan tidak memberikan Cia membela dirinya." Greyson menunjuk Alicia yang duduk sambil menangis. "Kau telah menyakit
"Nath, kau mau apa?" tanya Alicia ketika Nathan menarik tangannya. Keduanya masuk ke rumah Nathan. Ya, hanya berdua!Nathan menutup pintu utama rapat-rapat, tetapi tidak menguncinya. Dia menggandeng tangan Alicia ke sebuah ruangan dekat kolam renang. "Duduk dan tunggu aku di sini! Jangan ke mana-mana!" Nathan memegangi kedua bahu Alicia dan mendudukinya di sebuah kursi. "Kau akan mengajakku main bilyard?" tanya Alicia seketika. Dia menatap meja bilyard yang berada di sisi kirinya. Nathan tertawa kecil. "Ya, jika kau berkenan untuk taruhan denganku."Nathan mengecup kening Alicia singkat, lalu pergi menuju sebuah lemari kaca."Champagne?"Nathan tersenyum tanpa melihat Alicia. "Ya. Aku ingin kau menemaniku minum. Bagaimana?"Nathan membuka lemari minuman dan memilih salah satu champagne yang berada di deretan paling atas. Dia juga mengambil dua buah flute. "Ayo kita minum champagne, Cia!" ajak Nathan seraya berjalan kembali menuju Alicia. "Kadar alkohol champagne ini sekitar 10% sa
"Deal!""Deal!"Alice dan Ford berteriak berbarengan. Mereka kembali memeluk Nathan. Nathan melirik Alicia yang tersenyum bahagia. Dia membatin, 'Akhirnya aku bisa melihat senyummu lagi, Cia.'"Oke, sekarang waktunya sarapan. Kemarilah, anak-anak manis!"Lucky berseru memanggil Alice dan Ford. Keduanya lantas menoleh ke arah Lucky."Mom dan Dad akan menyusul. Kalian pergilah lebih dulu!"Tidak ada yang membantah perkataan Nathan. Kedua anak itu pun segera turun dari ranjang. "Oke, Daddy.""Oke, Daddy."Alicia membantu kedua anaknya turun dari ranjang. Dia menatap mereka berlari menuju pintu kamar. "Saya permisi, Tuan, Nona," ujar Lucky. Dia membungkukkan badan, lalu pergi menyusul Alice dan Ford.Setelah pintu kamar tertutup, Nathan menarik tubuh Alicia. "Aaahh!" Alicia berteriak karena terkejut. "Apa yang kau lakukan, Nath? Lepaskan aku!"Nathan berada di atas tubuh Alicia. Dia tersenyum lebar. Dia mengangkat kedua tangan Alicia ke atas. "Ayo bercinta, Cia! Bercinta di pagi hari
"Ssstt!" Nathan menempelkan jari telunjuk kanan ke bibirnya. "Mom tertidur."Nathan ke luar dari Mobil. Dia melihat kedua anak kecil menggemaskan itu sudah memakai pakaian tidur dengan model sama, tetapi warna yang berbeda."Mengapa kalian berdua belum tidur? Malam sudah semakin larut dan kalian masih terjaga." Nathan berjongkok memeluk kedua anak Alicia. Dia bertanya kepada Alice dan Ford dengan lembut. Nathan mengulurkan tangan ketika Alice meminta gendong. Dia dengan sigap menggendong Alice yang manja. "Kami menunggu Paman pulang bersama Mom. Apa Mom sakit?" Ford menatap Alicia yang masih menutup matanya. Lucky tersenyum ketika mendengar pertanyaan Ford. "Tidak, Tuan Muda kecil," jawab Lucky. Dia sedikit menundukkan badan. "Mom kelelahan."Tidak jauh dari mereka, Greyson berdiri mematung. Ketika Nathan menyadari keberadaannya, pria berambut putih panjang itu tersenyum."Mereka tidak bisa tidur tanpa Alicia," kata Greyson sambil berjalan mendekati Nathan. "Mereka terus bertanya t
"Ayo!" ajak Nathan. Dia keluar lebih dulu dari dalam mobil. Dia tersenyum sambil mengulurkan tangannya untuk membantu Alicia. Alicia menatap tangan Nathan yang terulur. 'Aku sungguh merindukan momen seperti ini,' pikirnya. Dia membalas senyum Nathan sambil menatapnya. 'Ah! Tangannya begitu hangat!' pekik Alica di dalam hati.Nathan melindungi kepala Alicia agar tidak terbentur atap mobil menggunakan tangan kirinya. Kemudian, Lucky menutup pintu mobil ketika Alicia sudah berada di luar."Apa kau canggung?" Nathan menggenggam tangan Alicia erat. Mereka berjalan memasuki sebuah restoran mewah mengikuti langkah Lucky. "Sedikit," jawab Alicia berbohong. Dia menatap ke sekelilingnya. 'Selama ini, aku hanya bisa menulis tentang restoran mewah ini di novel yang kutulis. Ha! Ha! Ha! Sungguh lucu, bukan?' Alicia membatin. 'Bangunan restoran ini terinspirasi dari istana dingin di kota St Petersburg, Rusia. Menu makanan yang disajikan pun diantaranya adalah makanan khas Rusia.' "Apa kau baru
"Ya, benar. Tidak ada surat perceraian diantara kita, Nath." Alicia membenarkan pernyataan Nathan. Dia tahu pasti yang terjadi diantara dirinya dan Nathan. "Tapi akuー""Bagaimana kabarmu selama 5 tahun ini?" tanya Nathan. "Apa kau hidup dengan baik tanpaku? Bagaimana dengan anak kita? Di mana mereka?"Nathan memotong kalimat Alicia dengan menghujani pertanyaan menohok. Dia memasukkan kedua tangan ke saku celanaーtentu saja menambah kesan cool pada dirinya. "Ah!" Alicia terkejut. Kedua pipinya merona. "Hentikan, Nath!""Maaf, Tuan," sela kru pria yang sejak tadi berada di sisi Alicia. "Tolong jangan membuat masalah! Hargai acara Nona LovyNa!"Melihat sikap kru pria itu membuat Lucky jengah. Dia segera mengambil tindakan. "Tuan," ujar Lucky. Dia merangkul pundak kru. "Bisa kita berbicara sebentar?" tanyanya kemudian. "Eh?" Kru itu terkejut. Dia menatap Lucky dengan pandangan aneh. Mau tidak mau, dia hanya bisa mengikuti kemauan Lucky.Nathan menatap Lucky. Pria itu tersenyum, lalu men
"Mengantri?" Nathan balik bertanya kepada Lucky. "Saya tidakー"Lucky lekas berdiri. "Ayo ikut saya, Tuan!" Lucky membawa semua buku di tangannya. Dia juga mengangguk tanpa bersuara. "Tunggu apa lagi, Tuan? Bukankah sudah jelas Dewi keberuntungan sedang memihak Anda?"Nathan tetap tidak beranjak. Keraguan menyelimuti hatinya yang dingin. Namun, tatapan matanya tidak bisa berbohong ketika melihat Alicia dari kejauhan."Sudah jelas-jelas ini kesempatan kedua untuk Anda. Mengapa tidak Anda ambil, Tuan?" Lucky gemas dengan tingkah Nathan. "Lihatlah upaya Nona Alicia mempertahankan cintanya untuk Anda! Apa hal itu masih meragukan Anda? Apa yang Anda inginkan lagi darinya?""Saya merasa bodoh di hadapannya. Saya tidak memiliki wajah lagi untuk bertemu dengannya, Lucky.""Pernyataan macam apa itu? Turunkan ego Anda, Tuan! Saya yakin, Nona masih mengharapkan Anda," balas Lucky cepat-cepat. Dia tidak pernah kehabisan kata-kata untuk memotivasi tuannya. Nathan menarik napas sejenak. "Ya, saya
"Dia adalah Nathan." Mata bulat Alicia terlihat menyimpan kebahagiaan ketika menyebutkan nama Nathan. Dia menunduk sejenak sebelum akhirnya mendekati mikrofon ke mulutnya kembali."Ya, sesuai dengan nama karakter tokoh utama pria di novel Istri Kontrak Tuan Nathan. Mungkin jika kalian melihatnya, kalian akan mengenal dia dengan sangat baik."Alicia tidak menyadari sosok Nathan berada di tengah-tengah para penggemar. Dia berjalan ke arah kursi yang disediakan oleh kru. Kemudian, duduk di sana.Seorang pembawa acara telah menunggu untuk berbincang-bincang dengan Alicia. "Nona LovyNa, bisakah kita mulai bincang-bincang?" tanya MC wanita.Alicia mengangguk. "Ya, tentu saja," jawabnya ramah. Dia tidak lupa tersenyum. "Silakan, Nona Jasmine!"'Banyaknya pasang mata membuatku grogi. Namun, aku harus tetap tenang dan menguasai situasi,' pikir Alicia. Beberapa kali dia mengatur deru napas agar tetap terlihat tenang."Jadi, apakah Nona LovyNa mencintai Suami kontrak Anda?" Pertanyaan pertama
"Apa acaranya ramai, Lucky? Bagaimana bisa saya terlambat menghadiri acara spesial seperti ini?!"Jum'at siang pukul 02:00 waktu London, Nathan baru saja tiba bersama Lucky di Eye Bookstore yang berlokasi di London, Inggris. Dia terlihat kesal, tetapi juga begitu antusias."Ya, Tuan," sahut Lucky yang sama kesalnya seperti Nathan. "Menurut pantauan tim pengamat, acaranya sangat ramai dan padat. Anda harus mengantri untuk mendapatkan tanda tangan penulis LovyNa hingga ke luar bookstore."Keduanya berjalan keluar dari lift yang membawa mereka ke lantai 3 di mana Eye Bookstore berada. Benar saja apa yang dikatakan Lucky! Eye Bookstore telah dipadati oleh pengunjung.Lihatlah, Tuan!" Lucky menunjuk suasana ramai di lantai 3. Dia melihat Nathan menggeleng. "Begitu luar biasa sambutan para penggemar!" Nathan berseru kagum. "Apa kau membawa buku saya, Lucky?""Tentu saja, Tuan. Anda jangan khawatir!" jawab Lucky. Dia mendongakkan kepala."Astaga!" pekik Nathan kesal. Dia dan Lucky telah ber