Audrey bertambah bingung ketika mendengar respon Nathan barusan.
"Apa maksud Anda, Tuan?"
"Ayo pergi saja!"
Alicia tidak ingin berlama-lama di toko Hepburn Store. Namun, Nathan terlihat enggan pergi dari sana.
"Jangan terburu-buru, Cutie Pie! Aku sudah meminta Lucky untuk mengatur semuanya. Pernikahan kita tidak akan terlambat. Kau tenang saja!"
Nathan menarik tangan Alicia. Dia tidak akan pergi sebelum hatinya terpuaskan.
"Halo, Tuan Muda Nathan!"
Datang seseorang dari arah belakang Nathan. Ya, dia adalah Simon Fredly Mignolet yang tidak lain merupakan manajer Hepburn Store. Pria botak tersebut mengusap peluh di dahi padahal semua orang tahu bahwa Hepburn Store memiliki suhu ruangan yang baik.
"Hah?! Aーapakah pria itu adalah Tuan Muda Nathan?!"
"Apakah telingaku tidak salah dengar?!"
"Jaーjadi, tunangan Cia adalah Tuan Muda Nathan?!"
"Audrey, apakah dia adalah Tuan Muda Nathan Czarford yang terkaya tujuh turunan?!"
"Jika benar dia, maka kau akan mendapatkan masalah besar, Audrey!"
Bukan hanya karyawan Hepburn Store yang terkejut dengan kehadiran Nathan, tetapi juga para pelanggan toko. Banyak dari mereka yang saling berbisik satu sama lain sambil mengambil beberapa foto Nathan dan Alicia diam-diam.
"Astaga! Dia lebih tampan dari yang kubayangkan! Apakah rumor yang ku dengar itu tidak benar, ya?"
"Rumor apa?!"
"Rumor yang mengatakan bahwa Tuan Muda Nathan adalah penyuka sesama jenis."
"Ssst! Jangan bicara sembarangan! Apa kau mau keluar dari perusahaan ini? Ingatlah Tuan Muda Nathan adalah pemilik toko ini!"
Setidaknya beberapa pegawai toko juga pelanggan bergosip tentang Nathan. Kebanyakan dari mereka adalah wanita.
"Maafkan saya karena terlambat menyambut Anda, Tuan Nathan."
Simon menyapa Nathan dengan ramah juga canggung.
'Sepertinya, suasana hati Tuan Nathan sedang tidak bagus,' pikir Simon seraya mengulas senyum paksa.
"Saya ingin gaun pengantin termahal dan termewah untuk calon Istri saya sekarang!"
Hanya satu kalimat yang diucapkan Nathan.
"Baーbaik."
Tanpa mengulur waktu, Simon segera beralih menatap Audrey dan beberapa pekerja lainnya.
***
Beberapa menit berlalu. Alicia keluar dari ruang ganti ditemani oleh salah satu pegawai toko, tentu saja bukan Audrey.
"Wow! Anda sungguh cantik, Dear!"
Lucky tidak segan-segan memuji Alicia yang memang terlihat cantik. Mendengar pujian dari sang asisten, Nathan pun melirik calon istrinya.
'Aku akui, dia memang cantik. Tidak ada seorang wanita yang memiliki kecantikan alami seperti dia, sekalipun Xaquila. Ya, Cia sungguh berbeda.'
Nathan membatin tanpa melepaskan pandangannya. Dia beranjak menghampiri Alicia dan Lucky.
"Kau sudah siap, Cutie Pie?"
Sikap Nathan kembali lembut di hadapan Alicia. Entah hanya demi nama baik atau hal lainnya!
"Anda sungguh sangat cantik, Nona!"
Simon memuji Alicia dengan maksud untuk memudarkan amarah Nathan. Namun kenyataannya, usaha Simon sia-sia belaka.
"Tutup mulutmu, Simon!"
Nathan menarik tangan Alicia agar mendekat kepadanya, lalu menatap Lucky. Nathan juga menatap Audrey yang berdiri di kejauhan. Apakah dia memiliki rencana untuk wanita itu?
"Hei, kau!"
Nathan memanggil Audrey dengan berteriak juga tatapan mautnya. Semua orang menoleh ke arah Audrey.
'Mengapa dia memanggil Audrey?! Apa yang sebenarnya dia pikirkan?!'
Alicia bertanya-tanya di dalam hati dengan rasa penasaran tinggi. Melihat tingkah Nathan, Simon segera memberikan kode kepada Audrey untuk menghampiri pria yang memanggilnya.
"Iーiya, Tuan?"
Audrey datang dengan wajah tertunduk. Suaranya yang rendah nyaris tidak terdengar.
"Cepat minta maaf kepada Cia!"
Betapa terkejutnya Audrey dan semua orang yang berada di sana ketika mendengar perintah Nathan.
"Ah! Haruskah saya melakukan itu?"
'Aku tidak sudi jika harus menundukkan diriku di hadapan Cia. Karena bagaimana pun juga, aku lebih baik darinya,' batin Audrey seraya menatap Alicia.
"Minta maaf sekarang dan tak ada tawar-menawar lagi!"
Audrey menggertakkan gigi. Dia tetap enggan melakukan permintaan Nathan.
"Tidak. Saya tidak akan meminta maaf kepada gadis miskin ini."
Sikap Audrey membuat Nathan naik pitam. Dia tidak ragu membentak Audrey. Dia berkata, "Gadis miskin?! Lidah Anda tajam juga."
Nathan menyeringai. Dia menatap Alicia sebentar, lalu kembali memusatkan perhatiannya kepada Audrey. Dia bertanya, "Saya sangat penasaran, berapa banyak harta yang Anda miliki sehingga berani menghina calon Istri saya?! Apakah nama Anda tertulis di daftar orang terkaya versi majalah Forbes?!"
Wajah Audrey memerah. Dia kembali menunduk.
'Astaga! Aku sangat bersyukur karena akhirnya ada satu hari di mana aku bisa melihat mimik Audrey ketika mendapatkan hinaan dari orang lain!'
Alicia diam-diam berseru bahagia. Dia tersenyum tipis melihat sikap Nathan mengatasi kesombongan Audrey.
"Simon, usir wanita tidak tahu malu ini bersama dengan 2 pegawai yang ikut menertawakan Cia tadi!"
Nathan menggenggam tangan Alicia erat, lalu mengajaknya pergi. "Ayo, pergi!"
"Baik, Tuan Muda."
Simon membungkukkan badan saat Nathan dan Alicia melangkah melewatinya.
"Tuan Lucky, apakah Tuan Muda akan memecat saya?"
Simon memegang lengan Lucky menahan agar tidak pergi dan mendengarkan pertanyaannya.
Lucky menghentikan langkahnya, tetapi tidak langsung menjawab. Dia memperhatikan semua wajah pegawai yang telah menghina Alicia.
"Mungkin saja iya dan mungkin juga tidak."
Simon mengerutkan kening. Dia tidak mengerti maksud ucapan Lucky.
"Tuan Lucky, sebagai seorang Asisten, Anda tentunya hapal betul bagaimana karakter Tuan Muda. Jadi, apakah Tuan Mudaー"
"Dan, bukankah Anda cukup lama berkarir di perusahan ini? Mengapa Anda tidak mengenal Tuan Nathan dengan baik?"
Lucky mengatakan hal tadi sambil memeriksa kuku-kuku jari tangannya yang lentik. Sesekali Lucky terlihat meniupkan kuku-kukunya.
"Jaーjadi, apa yang sebaiknya saya lakukan?"
Hati Simon dipenuhi keraguan. Dia melepaskan tangannya dari lengan Lucky.
"Bukankah tadi Tuan Nathan berkata kepadamu untuk memecat mereka semua?!" seru Lucky meluapkan amarahnya. Dia menunjuk Audrey dan kedua pegawai wanita lainnya. Kemudian, berkata, "Sebaiknya kalian tahu diri, di mana kalian mencari nafkah selama ini? Toko ini milik keluarga Czarford, 'kan?!" Lucky bahagia bisa memberikan pelajaran untuk semua orang yang sudah menghina Alicia.
"Tuan! Apakah Anda yakin akan memecat saya?"
Lucky mengabaikan berbagai macam suara di belakangnya, dia akhirnya berjalan keluar mengikuti Nathan dan Alicia. Mereka masih memiliki banyak jadwal, sehingga untuk apa berlama-lama berurusan dengan orang tak penting macam Audrey dan lainnya?
Tanpa perlu menoleh pun, Lucky sudah bisa mengetahui dengan jelas bahwa di belakang sana, Simon memecat Audrey dan semua karyawan yang telah begitu berani menghina Alicia.
Suara Simon bisa terdengar keras ketika berseru, "Audrey, kau, dan kau … kalian semua saya pecat! Sungguh memalukan!" Lalu terdengar suara rengekan para gadis tadi.
Sayup-sayup mendengar itu, Lucky terkikik puas.
***
Tak membutuhkan waktu lama bagi Nathan untuk membawa Alicia kembali ke kantor pencatatan sipil karena ini memang sudah menjadi niat gigihnya sejak pertama melihat gadis itu. Di mobil, sesekali Nathan melirik ke samping, di sana ada seraut wajah manis dan tenang milik Alicia. Ingin mengucapkan sesuatu, tetapi dia mengurungkannya.
Karena itu, Nathan hanya bersikap sama tenangnya dengan Alicia.
Sementara itu, Lucky yang memegang kendali mobil sesekali melihat dua orang yang duduk di bagian belakang mobil saling diam tanpa mengucapkan apapun seakan saling asing. Lucky hanya bisa mendesah di kursinya.
"Kalian berdua ini sungguh tak tertahankan."
Sembari mengatakan itu, Lucky menatap ke deretan jemari lentik yang telah berhiaskan polesan cat kuku. Kelima jarinya dibentang untuk dilihat dengan seksama.
"Sungguh, seharusnya ada seseorang yang memberikan piala ataupun tropi kepada kalian sebagai pasangan apatis terbaik."
Lucky memutar kedua bola matanya dengan cara jengah.
"Saya tidak apatis." Nathan berkomentar terlebih dahulu. "Dia saja yang terlalu pasif dan aneh." Dagu Nathan menunjuk ke Alicia.
Karena ucapan Nathan ini, mau tak mau Alicia menoleh ke pria di samping dan memberikan balasan, "Hah? Saya? Pasif? Saya aneh? Anda yakin tidak sedang mengigau? Anda yakin sudah benar-benar tersadar dari tidur?"
Mendapatkan balasan dari Alicia, tentu saja Nathan semakin bersemangat mengatakan, "Apa yang saya keluarkan dari mulut saya adalah hak mutlak. Jika saya ingin berkata Anda pasif dan aneh, maka memang itu yang saya anggap nyata." Nathan menambahkan seringai tipis seraya melirik acuh tak acuh ke gadis di sisinya.
Mata Alicia membara ingin sekali memberikan balasan berikutnya, tetapi sayang sekali Lucky sudah menengahi dengan bicara, "Hei! Hei! Ayolah! Apakah kalian masih ingin saling mencakar di sini? Bisakah kalian melakukannya nanti jika sudah di berada atas ranjang? Nona Cia, Anda bisa mencakar Tuan Muda sepuasnya hingga kalian berdua saling mendesah!"
Nathan dan Alicia sama-sama membuang pandangan ke luar jendela. Namun tiba-tiba, ada sebuah tangan besar menarik tubuh ramping Alicia. Dan dengan sekejap, tangan tersebut membawa tubuh itu terbaring di pangkuan si tangan besar.
"Maーmau apa Anda?!"
Jantung Alicia berdegup tak beraturan. Dia tidak pernah menyangka Nathan akan melakukan hal di luar dugaan. Dia juga melihat Nathan menyeringai kepadanya.
"Lepaskan saya! Saya bersumpah akan menaklukkan Anda di bawah kaki saya, Tuan tampan!"
Alicia akhirnya berteriak dengan suara bergetar. Bukannya melerai, Lucky justru menepikan mobil, lalu menonton pertunjukan barusan dengan wajah memerah dan hati berbunga-bunga.
"Hmm, benarkah? Coba saja jika Anda memiliki keberanian ...."
Nathan mendekatkan wajahnya kepada Alicia. Napas keduanya pun bersatu. Oh tentu saja, pertunjukan akan semakin menarik, bukan?
"Saya pun bersumpah akan menjadikan Anda sebagai wanita yang hidup di bawah kaki saya, Nona! Jadi, cepat tandatangani kontrak dan menikah!"
Lucky mendengar samar-samar perkataan sang tuan. Kesempatan emas tersebut digunakan Lucky untuk menyodorkan surat kontrak pernikahan kepada Alicia melalui tablet Android-nya. Nathan menjauhkan diri dari Alicia dan membiarkan wanita cantik itu terkejut. Lantas, Alicia duduk tegak sambil menatap benda canggih yang disodorkan Lucky kepadanya. "Ini … apa?" "Dear, lebih baik Anda lekas tanda tangani saja, oke?" Lucky segera berkata demikian ketika suara Alicia terdengar tidak yakin. "Anda tahu, Sweety? Kepala saya sangat pening jika memikirkan kelakuan kalian. Uff! Jadi, tolong ringankan sakit kepala saya ini, oke, Sweety?" Maka, tangan Alicia pun mengambil tablet dari Lucky dan pandangannya masih sinis ke arah Nathan. Kemudian, tanpa berpikir panjang dan tanpa membaca satu demi satu poin yang tertera di sana, Alicia pun menandatanganinya. Meski tak begitu mengetahui apa yang tertera di layar Android yang tadi dikatakan sebagai surat kontrak pernikahan, Alicia masih bersedia menandat
Nathan tidak peduli dengan pelototan Alicia. Pria itu dengan acuh membuka pintu mobil, lalu keluar dari sana. Setelah mendengar suara pintu mobil tertutup, Alicia segera bersuara, "Lucky, bisakah kau meminjamkan saya kaca kecil?" Alicia mengulurkan tangannya meminta kaca kecil milik Lucky. Pria gemulai tersebut segera memberikan barang yang diinginkannya. Kemudian, Alicia pun bercermin. "Saya tidak membawa peralatan make up, bisakah kau meminjamkan milikmu, Lucky?" 'Sial! Pantas saja Nathan menghinaku! Rupanya riasan ku kacau. Namun, tidak ada air liur di manapun. Dasar pria aneh! Sepertinya dia harus menggunakan kacamata!' Alicia mengakui jika dirinya sangat berantakan. Dia menghela napas sambil merutuki sikap Nathan. "AnーAnda ... Anda ingin memakai alat make up milik saya?! Apakah saya tidak salah dengar, Nona?!" "Ah, tidak! Kau tidak salah dengar, Lucky. Saya memerlukan alat make up sekarang. Saya ingin touch up agar make up tidak terlihat cakey, berkerak atau pecah. Terlebih
Alicia terkejut. Dia membulatkan mata. Dia tidak menyangka lelaki menyebalkan itu akan menyentuh bibirnya. Melihat tingkah aneh pasangan pengantin baru tersebut, Ainsley segera menengahi mereka. Dia tertawa. "Ha! Ha! Ha!" Nathan berhenti mengancam Alicia, begitu pun dengan wanita muda itu. Ainsley segera melepaskan tangan anaknya dari Alicia, lalu menggenggam erat tangan sang menantu. "Siapa namamu?" Ainsley bertanya dengan sangat ramah. Alicia terkejut mendapatkan perlakuan hangat dari wanita cantik nan anggun di depannya. "AーAlicia Wood ...." Ainsley tersenyum melihat Alicia menjawab dengan gugup. Dia bertanya, "Kau terlihat gugup. Apakah kau baik-baik saja, Alicia?" Ainsley terkekeh melihat Alicia salah tingkah. "Cia. Hanya Cia, Nyonya Ainsley." "Apa?! Kau memanggil saya apa?!" Ainsley memiliki tubuh lebih tinggi daripada Alicia. Dia dengan mudahnya meraih dagu Alicia dan mendongakkan wajah gadis itu. "Kau cantik. Kau bukan asli Inggris, benar?" 'Astaga! Benarkah apa y
Tegas dan berat. Dua kesan itulah yang melekat di benak Alicia begitu dia mendengarkan suara Thomasーsang papa mertua. Nathan menghela napas dengan kasar. Dia tahu bahwa Alicia merasa tidak nyaman. "Saya akan mengenalkannya kepada kalian semua saat makan malam nanti." Nathan tampak enggan menatap wajah Thomas. Namun, tidak dengan Alicia. Gadis itu sepertinya sungguh ingin tahu sosok Thomas yang telah bersikap dingin kepadanya. "Siapa wanita muda bergaun pengantin yang datang bersamamu, Nath?" Zachary dan Philip datang. Mereka melihat Nathan membawa pulang seorang wanita. "Dia adalah Istri saya." Nathan langsung menjawab pertanyaan Zachary tanpa berpikir ini dan itu. Dia pergi membawa Alicia dari sana tanpa memedulikan sorot mata semua anggota keluarga Czarford yang mengarah kepadanya juga kepada Alicia. 'Sepertinya hubungan Nathan dengan keluarganya sedang tidak baik-baik saja.' Alicia menduga-duga di dalam hatinya dengan rasa penasaran yang tinggi. "Ayo, Lucky!" Menyadari Luc
Lucky terkejut karena hingga kini Nathan tidak juga membaca biodata Alicia."Mengapa Anda belum juga membaca biodata Nona Cia, Tuan Muda?"Lucky mendekati tuannya dan memegang bahu kiri Nathan."Singkirkan tanganmu!"'Tuan Besar pasti telah melukai perasaan Tuan Muda lagi,' batin Lucky tidak tega melihat tuannya."Nona Cia adalah anak yang tidak diinginkan di keluarga Wood. Papa tirinya bernama Tuan Freddie Spencer Wood dan sang Mama bernama Nyonya Diana French Wood. Mereka tinggal di London bersama dengan anak bawaan dari Tuan Freddie yaitu Chloe Wood yang notabenenya adalah anak kesayangan mereka."Lucky menjelaskan tentang latar belakang Alicia dengan nada rendah yang menyedihkan. Karena saat Lucky mengetahui asal-usul Alicia, dia lebih banyak terdiam daripada biasanya. Dia terharu juga terpukul dengan perlakuan Freddie dan Diana terhadap Alicia."Lalu, apa pekerjaan Tuan Freddie?""Ups!"Lucky sontak menutup mulut dengan kedua tangan."Maーmaaf, Tuan Muda. Namun, Beliau adalah Papa
Usai mengucapkan kata terakhir tadi, Lucky mendadak saja menghentikan mulutnya sebelum dia semakin memburaikan kalimat lain. Rupanya, Lucky paham kalimatnya keliru.Lihat saja, wajah Nathan merah padam melebihi tomat busuk! Kini, amarahnya sudah tidak bisa dibendung lebih lama. Semuanya sudah keterlaluan di mata dia, termasuk Lucky."Kau berani mengatakan pakaian seperti itu disukai pria, hah?! Jadi kau ingin Istri sayaーorang yang menyandang nama sayaーditatap setiap pria dengan pikiran kotor?! Kau yakin ingin Istri saya ini terlihat seperti jalang murahan yang sembarangan menjajakan tubuh menggunakan pakaian semacam ini?! Lucky, kau ingin begitu?"Teriakan dari Nathan kepada Lucky seakan sebuah muntahan peluru dari senapan otomatis, menghambur telak ke Lucky.Tak hanya Lucky saja yang mendapatkan keberuntungan hujan peluru dari mulut tajam Nathan, melainkan juga para pelayan."Dan kalian! Kalian adalah pelayan di mansion ini. Apakah kalian lupa, siapa yang membayar kalian selama ini,
Saat kepala Alicia terasa pusing akibat ciuman paksa dan menuntut dari Nathan bahkan tengkuknya dicengkeram mengakibatkan dia tak memiliki daya untuk memberontak, mendadak saja lelaki kejam itu menghentikan lumatan pada bibirnya. Alicia limbung saat ciuman paksa dihentikan. Napasnya mulai terengah-engah dengan dada naik-turun membuat mata Nathan semakin nyalang menyaksikan gundukan indah istrinya bergerak-gerak seolah menantangnya. "Kau ingin berdandan ala wanita jalang, huh?" Suara Nathan terdengar rendah hingga Alicia tak yakin, apakah itu merupakan sebuah geraman? "Maka, akan aku beritahu bagaimana jalang harus diperlakukan!" Usai menyerukan kalimat terakhirnya, Nathan menyeret tangan Alicia sebelum dia membanting tubuh sang istri di ranjang besar mereka. Tubuh Alicia terguncang saat dihempaskan di ranjang. Dia semakin ketakutan. Ini tidak ada di perjanjian, iya 'kan? Ketika Alicia bergidik takut, kesempatan itu digunakan Nathan untuk membuka laci di dekatnya dan mengambil be
Betapa terkejutnya Alicia ketika dia mengetahui dirinya diperlakukan bagai hewan ternak yang hendak dibawa ke penjagalan, diikat begini, sungguh membuat emosi Alicia memuncak. Namun, perlakuan kejam Nathan tidak hanya sebatas mengikat Alicia pada tangan, mulut dan matanya, tetapi juga tangan serta mulut lelaki. Dan kini, Nathan kian seenaknya menjelajahi tubuh polos Alicia. Baru saja Alicia masih merasa syok akibat bagian atas tubuhnya diperlakukan seenaknya oleh lumatan dan remasan Nathan, kini dia sudah harus menerima kejutan berikutnya di bagian area sensitif. "Mppffhh!" Kaki Alicia mana mungkin tidak menendang-nendang di udara. "Hm, baiklah. Sepertinya kau memang lebih suka kakimu dibebat, Cia. Aku dengan kerendahan hati dari kebaikanku ini akan mengabulkannya." Setelah ucapan Nathan mengalun di telinga Alicia, lantas tidak terjadi apa-apa. Seolah Nathan menghilang begitu saja meninggalkannya. Sayang sekali, Alicia terlalu dini untuk merasa lega. Karena tak lama berselang, d
"Alica, jangan berkata begitu!" Greyson menegur Alicia. "Nath, kau salah paham. Tarik semua perkataanmu atau kau akan menyesalinya."Greyson akhirnya angkat bicara. Namun, apakah Nathan akan membiarkannya?"Diam! Bukankah sudah aku katakan agar kau tidak ikut campur urusan rumah tanggaku dengan Cia?!"Nathan membentak Greyson. Kedua matanya memerah."Oke! Oke! Aku salah. Maaf karena hal itu." Greyson mengangkat tangan tinggi-tinggi. "Aku melakukannya karena muak dengan sikapmu yang kasar kepada Alicia."Greyson merasa posisi Alicia kian melemah. Dia memutar otaknya untuk mencoba meyakinkan Nathan. "Apa aku meminta pendapat mu? Apa aku menyuruhmu berbicara?! Diam atau aku akan mengusir mu, Grey!"Nathan tersenyum mengejek Greyson. Alicia mulai menangis. "Kau memang egois, Nath." Alicia berkata dengan dingin. "Kau bahkan tidak membiarkan aku menjelaskan.""Lihatlah! Kau bahkan tidak memberikan Cia membela dirinya." Greyson menunjuk Alicia yang duduk sambil menangis. "Kau telah menyakit
"Nath, kau mau apa?" tanya Alicia ketika Nathan menarik tangannya. Keduanya masuk ke rumah Nathan. Ya, hanya berdua!Nathan menutup pintu utama rapat-rapat, tetapi tidak menguncinya. Dia menggandeng tangan Alicia ke sebuah ruangan dekat kolam renang. "Duduk dan tunggu aku di sini! Jangan ke mana-mana!" Nathan memegangi kedua bahu Alicia dan mendudukinya di sebuah kursi. "Kau akan mengajakku main bilyard?" tanya Alicia seketika. Dia menatap meja bilyard yang berada di sisi kirinya. Nathan tertawa kecil. "Ya, jika kau berkenan untuk taruhan denganku."Nathan mengecup kening Alicia singkat, lalu pergi menuju sebuah lemari kaca."Champagne?"Nathan tersenyum tanpa melihat Alicia. "Ya. Aku ingin kau menemaniku minum. Bagaimana?"Nathan membuka lemari minuman dan memilih salah satu champagne yang berada di deretan paling atas. Dia juga mengambil dua buah flute. "Ayo kita minum champagne, Cia!" ajak Nathan seraya berjalan kembali menuju Alicia. "Kadar alkohol champagne ini sekitar 10% sa
"Deal!""Deal!"Alice dan Ford berteriak berbarengan. Mereka kembali memeluk Nathan. Nathan melirik Alicia yang tersenyum bahagia. Dia membatin, 'Akhirnya aku bisa melihat senyummu lagi, Cia.'"Oke, sekarang waktunya sarapan. Kemarilah, anak-anak manis!"Lucky berseru memanggil Alice dan Ford. Keduanya lantas menoleh ke arah Lucky."Mom dan Dad akan menyusul. Kalian pergilah lebih dulu!"Tidak ada yang membantah perkataan Nathan. Kedua anak itu pun segera turun dari ranjang. "Oke, Daddy.""Oke, Daddy."Alicia membantu kedua anaknya turun dari ranjang. Dia menatap mereka berlari menuju pintu kamar. "Saya permisi, Tuan, Nona," ujar Lucky. Dia membungkukkan badan, lalu pergi menyusul Alice dan Ford.Setelah pintu kamar tertutup, Nathan menarik tubuh Alicia. "Aaahh!" Alicia berteriak karena terkejut. "Apa yang kau lakukan, Nath? Lepaskan aku!"Nathan berada di atas tubuh Alicia. Dia tersenyum lebar. Dia mengangkat kedua tangan Alicia ke atas. "Ayo bercinta, Cia! Bercinta di pagi hari
"Ssstt!" Nathan menempelkan jari telunjuk kanan ke bibirnya. "Mom tertidur."Nathan ke luar dari Mobil. Dia melihat kedua anak kecil menggemaskan itu sudah memakai pakaian tidur dengan model sama, tetapi warna yang berbeda."Mengapa kalian berdua belum tidur? Malam sudah semakin larut dan kalian masih terjaga." Nathan berjongkok memeluk kedua anak Alicia. Dia bertanya kepada Alice dan Ford dengan lembut. Nathan mengulurkan tangan ketika Alice meminta gendong. Dia dengan sigap menggendong Alice yang manja. "Kami menunggu Paman pulang bersama Mom. Apa Mom sakit?" Ford menatap Alicia yang masih menutup matanya. Lucky tersenyum ketika mendengar pertanyaan Ford. "Tidak, Tuan Muda kecil," jawab Lucky. Dia sedikit menundukkan badan. "Mom kelelahan."Tidak jauh dari mereka, Greyson berdiri mematung. Ketika Nathan menyadari keberadaannya, pria berambut putih panjang itu tersenyum."Mereka tidak bisa tidur tanpa Alicia," kata Greyson sambil berjalan mendekati Nathan. "Mereka terus bertanya t
"Ayo!" ajak Nathan. Dia keluar lebih dulu dari dalam mobil. Dia tersenyum sambil mengulurkan tangannya untuk membantu Alicia. Alicia menatap tangan Nathan yang terulur. 'Aku sungguh merindukan momen seperti ini,' pikirnya. Dia membalas senyum Nathan sambil menatapnya. 'Ah! Tangannya begitu hangat!' pekik Alica di dalam hati.Nathan melindungi kepala Alicia agar tidak terbentur atap mobil menggunakan tangan kirinya. Kemudian, Lucky menutup pintu mobil ketika Alicia sudah berada di luar."Apa kau canggung?" Nathan menggenggam tangan Alicia erat. Mereka berjalan memasuki sebuah restoran mewah mengikuti langkah Lucky. "Sedikit," jawab Alicia berbohong. Dia menatap ke sekelilingnya. 'Selama ini, aku hanya bisa menulis tentang restoran mewah ini di novel yang kutulis. Ha! Ha! Ha! Sungguh lucu, bukan?' Alicia membatin. 'Bangunan restoran ini terinspirasi dari istana dingin di kota St Petersburg, Rusia. Menu makanan yang disajikan pun diantaranya adalah makanan khas Rusia.' "Apa kau baru
"Ya, benar. Tidak ada surat perceraian diantara kita, Nath." Alicia membenarkan pernyataan Nathan. Dia tahu pasti yang terjadi diantara dirinya dan Nathan. "Tapi akuー""Bagaimana kabarmu selama 5 tahun ini?" tanya Nathan. "Apa kau hidup dengan baik tanpaku? Bagaimana dengan anak kita? Di mana mereka?"Nathan memotong kalimat Alicia dengan menghujani pertanyaan menohok. Dia memasukkan kedua tangan ke saku celanaーtentu saja menambah kesan cool pada dirinya. "Ah!" Alicia terkejut. Kedua pipinya merona. "Hentikan, Nath!""Maaf, Tuan," sela kru pria yang sejak tadi berada di sisi Alicia. "Tolong jangan membuat masalah! Hargai acara Nona LovyNa!"Melihat sikap kru pria itu membuat Lucky jengah. Dia segera mengambil tindakan. "Tuan," ujar Lucky. Dia merangkul pundak kru. "Bisa kita berbicara sebentar?" tanyanya kemudian. "Eh?" Kru itu terkejut. Dia menatap Lucky dengan pandangan aneh. Mau tidak mau, dia hanya bisa mengikuti kemauan Lucky.Nathan menatap Lucky. Pria itu tersenyum, lalu men
"Mengantri?" Nathan balik bertanya kepada Lucky. "Saya tidakー"Lucky lekas berdiri. "Ayo ikut saya, Tuan!" Lucky membawa semua buku di tangannya. Dia juga mengangguk tanpa bersuara. "Tunggu apa lagi, Tuan? Bukankah sudah jelas Dewi keberuntungan sedang memihak Anda?"Nathan tetap tidak beranjak. Keraguan menyelimuti hatinya yang dingin. Namun, tatapan matanya tidak bisa berbohong ketika melihat Alicia dari kejauhan."Sudah jelas-jelas ini kesempatan kedua untuk Anda. Mengapa tidak Anda ambil, Tuan?" Lucky gemas dengan tingkah Nathan. "Lihatlah upaya Nona Alicia mempertahankan cintanya untuk Anda! Apa hal itu masih meragukan Anda? Apa yang Anda inginkan lagi darinya?""Saya merasa bodoh di hadapannya. Saya tidak memiliki wajah lagi untuk bertemu dengannya, Lucky.""Pernyataan macam apa itu? Turunkan ego Anda, Tuan! Saya yakin, Nona masih mengharapkan Anda," balas Lucky cepat-cepat. Dia tidak pernah kehabisan kata-kata untuk memotivasi tuannya. Nathan menarik napas sejenak. "Ya, saya
"Dia adalah Nathan." Mata bulat Alicia terlihat menyimpan kebahagiaan ketika menyebutkan nama Nathan. Dia menunduk sejenak sebelum akhirnya mendekati mikrofon ke mulutnya kembali."Ya, sesuai dengan nama karakter tokoh utama pria di novel Istri Kontrak Tuan Nathan. Mungkin jika kalian melihatnya, kalian akan mengenal dia dengan sangat baik."Alicia tidak menyadari sosok Nathan berada di tengah-tengah para penggemar. Dia berjalan ke arah kursi yang disediakan oleh kru. Kemudian, duduk di sana.Seorang pembawa acara telah menunggu untuk berbincang-bincang dengan Alicia. "Nona LovyNa, bisakah kita mulai bincang-bincang?" tanya MC wanita.Alicia mengangguk. "Ya, tentu saja," jawabnya ramah. Dia tidak lupa tersenyum. "Silakan, Nona Jasmine!"'Banyaknya pasang mata membuatku grogi. Namun, aku harus tetap tenang dan menguasai situasi,' pikir Alicia. Beberapa kali dia mengatur deru napas agar tetap terlihat tenang."Jadi, apakah Nona LovyNa mencintai Suami kontrak Anda?" Pertanyaan pertama
"Apa acaranya ramai, Lucky? Bagaimana bisa saya terlambat menghadiri acara spesial seperti ini?!"Jum'at siang pukul 02:00 waktu London, Nathan baru saja tiba bersama Lucky di Eye Bookstore yang berlokasi di London, Inggris. Dia terlihat kesal, tetapi juga begitu antusias."Ya, Tuan," sahut Lucky yang sama kesalnya seperti Nathan. "Menurut pantauan tim pengamat, acaranya sangat ramai dan padat. Anda harus mengantri untuk mendapatkan tanda tangan penulis LovyNa hingga ke luar bookstore."Keduanya berjalan keluar dari lift yang membawa mereka ke lantai 3 di mana Eye Bookstore berada. Benar saja apa yang dikatakan Lucky! Eye Bookstore telah dipadati oleh pengunjung.Lihatlah, Tuan!" Lucky menunjuk suasana ramai di lantai 3. Dia melihat Nathan menggeleng. "Begitu luar biasa sambutan para penggemar!" Nathan berseru kagum. "Apa kau membawa buku saya, Lucky?""Tentu saja, Tuan. Anda jangan khawatir!" jawab Lucky. Dia mendongakkan kepala."Astaga!" pekik Nathan kesal. Dia dan Lucky telah ber