"Apakah kau marah?"
Keyra memberanikan diri untuk menyentuh lengan Miguel, menatap sendu pada sang suami yang diam seribu bahasa sejak mereka keluar dari restoran.
"Tidak."
Suara Miguel benar-benar terdengar dingin, hal itu membuat Keyra langsung tahu bahwa dia saat ini sedang marah.
Keyra sendiri tak paham kenapa hanya dengan kehadiran Jackson, mood Miguel langsung hancur seperti ini.
Wanita cantik itu berusaha mengingat lagi apakah tadi dia melakukan kesalahan seperti menatap Jackson penuh kasih atau bagaimana, tapi sekuat apa pun dia mengingat, Keyra tak merasa melakukan itu semua.
"Kau marah," bisik Keyra dengan hati sesak.
Dia menunduk dalam, menahan rasa sakit di dada.
Keyra paling benci dimarahi, dari remaja dia sudah sering mendapatkan kemarahan tanpa sebab dari ibunya, karena itu jika ada seseorang yang marah, hatinya
Sejak mendapat ancaman pembunuhan yang terakhir kali, Miguel menjadi sangat posesif pada Keyra.Dia benar-benar takut jika ancaman yang dilayangkan itu akan membuat Keyra dalam bahaya.Yah, semakin kenal dekat dengan Keyra, menghabiskan malam-malam berdua, Miguel menyadari bahwa saat ini dia paling takut kehilangan wanita itu.[Kau akan selalu sendirian, pada akhirnya.]Kata-kata itu sangat membekas dalam hati Miguel, dia memang selalu sendirian selama ini.Mamanya lebih berat pada Milo, sedangkan Miguel hanya seperti bayangannya saja.Cinta pertamanya kandas karena dia menyukai gadis yang merupakan kekasih saudara kembarnya sendiri.Dia tak keberatan sendirian, tapi saat membayangkan Keyra kehilangan nyawa karena dia, Miguel benar-benar tak bisa menerima.Miguel duduk terpekur di sofa kamar dengan laptop menyala, memandang foto-foto Keyra yang dikirim oleh orang misterius itu melalui pesan WhatsApp di ponsel ataupun surat kale
"El, nanti sepulang dari butik, aku berencana ke kota ibuku."Keyra mengatakan hal itu sambil membenahi riasannya sebelum berangkat bekerja ke butik."Apakah ada sesuatu yang telah terjadi?" tanya Miguel, menunduk di depan Keyra dan membenahi anting-anting istrinya yang sedikit miring.Kebiasaan di pagi hari yang seperti bernapas, semenjak mereka menikah adalah bersama-sama bersiap pergi bekerja seperti ini."Ehm, tidak, tidak. Sebenarnya Luna mengundang aku ke apartemennya," jawab Keyra yang malu-malu karena suaminya berjarak begitu dekat dengannya.Miguel yang selesai melakukan apa yang dia ingin lakukan, berdiri sambil menatap Keyra melalui pantulan cermin.Kedua tangannya kini sibuk membenahi dasi miliknya sendiri."Ohya? Ada acara apa?""Pesta lajang, dia hendak menikah beberapa hari lagi, El. Jadi dia mengundang aku untuk menghadiri acara itu."Keyra menjelaskan, menatap Miguel dan berharap untuk mendapat izin dari
"Bukankah mereka pasangan yang sangat romantis?"Salah satu pegawai butik Keyra yang dulunya merupakan pembantu di rumah besar Miguel tak tahan untuk berkomentar saat melihat kemesraan Miguel dengan istrinya.Pegawai yang lain mengangguk setuju dengan senyum memenuhi bibirnya, dia ikut senang dengan kebahagiaan salah satu majikannya tersebut setelah akhir-akhir ini mengalami kehilangan yang begitu menyakitkan."Aku bahkan sudah tak sabar menunggu makhluk kecil yang hadir di antara mereka, pasti dia akan sangat imut," ucap pegawai perempuan yang berusia sekitar tiga puluh tahunan tersebut."Ahhh, aku juga. Aku harap pernikahan mereka langgeng."Perempuan yang berkomentar pertama setuju dengan pernyataan temannya, mengangguk dan mendoakan agar pasangan tersebut segera mempunyai anak dan langgeng dalam pernikahan mereka."Mereka tampak serasi satu sama lain."
Keheningan meliputi mereka berdua.Keyra melepas pelukan Luna dengan canggung dan tersenyum hambar."Sudahlah, kenapa kita membahas hal itu, kau kuminta ke sini untuk bersenang-senang."Luna tiba-tiba menggeleng dan tertawa seakan tak ada apa-apa, sorot sendu di matanya juga telah hilang tak berbekas."Ahhh, benar."Keyra mengangguk dengan canggung, merasa bersalah telah menuduh sepupunya ini yang tidak-tidak, dia membalas senyuman Luna dan mengikut wanita tinggi semampai itu menuju ke dalam apartemen."Aku sudah menyiapkan banyak makanan, kita bersenang-senang malam ini!" seru Luna sambil menunjukkan pada Keyra meja dekat sofa yang penuh dengan makanan.Ada beberapa makanan berat dan cemilan ringan, juga bertumpuk bir dingin.Nafsu makan Keyra muncul melihat semua jenis makanan yang merupakan kesukaannya dan Luna sewaktu dia belum menikah, kini terhidang di atas meja.Keyra dengan antusias duduk di depan meja dan memand
Wanita ramping dengan kulit putih mulus dan wajah sedikit oriental itu menatap Keyra dengan tatapan putus asa, lalu menghela napas panjang. "Hidupmu enak, Key. Kau selalu mendapatkan apa yang kau inginkan, kau juga punya keluarga yang menyayangi dirimu. Hahkan kini menikah dengan pria yang begitu setia denganmu. Aku sangat iri, hidupku berantakan." Luna berkali-kali mengatakan iri pada kehidupan sempurna yang dijalani Keyra. Dia seperti menyangkal bahwa selama ini Luna telah mengambil semua perhatian ibu Keyra, dia bahkan tak sadar bahwa sering merebut pria yang disukai Keyra saat dia masih remaja, dengan terus mengatakan bahwa kehidupan yang dijalani Keyra adalah sempurna. Tak tahan dengan ucapan Luna yang terus meng klaim kehidupan Keyra sempurna padahal tidak, Keyra pun keceplosan bicara. "Luna, kau tahu tidak? Pernikahanku ini tidak sebahagia yang kau lihat." Nam
"Bagaimana mabukmu, Key?"Miguel bertanya saat mereka dalam perjalanan pulang, pria itu terlihat khawatir karena Keyra yang sejak keluar dari apartemen Luna, seperti orang linglung.Dia pikir Keyra mungkin masih dalam pengaruh alkohol yang wanita itu minum tadi malam."Sepertinya sudah lumayan, aku tak minum banyak tadi malam. Luna yang lebih banyak menghabiskan bir-nya," jawab Keyra sambil memegangi kepalanya, dia meringis sedikit tapi terlihat baik-baik saja."Syukurlah kalau begitu. Aku akan mencari tempat sarapan yang enak, sebentar," ujar Miguel sambil melihat-lihat ke depan, mencari tempat sarapan yang cocok untuk mereka berdua.Dia sedikit memelankan laju mobilnya, mata Miguel terus bergerak untuk menemukan tempat makan agar mereka bisa sarapan."Kalau kau terburu-buru meeting, tidak usah sarapan di jalan. Aku akan makan saat sampai di rumah, pekerjaanmu lebih penting, El," tolak Keyra yang merasa kasihan pada Miguel.Sejak kem
Miguel terlihat sangat terganggu dengan bunyi telepon di ponsel genggam tersebut, keningnya yang mulus berkerut seraya menarik napas panjang.Dia benar-benar curiga ada sesuatu yang terjadi tadi malam, dilihat dari ekspresi gelisah istrinya itu, tapi saat hendak mendengar apa yang sang istri gundahkan, kini malah ada telepon yang mengganggu.Keyra menutup mulutnya kembali dan memberi isyarat pada Miguel untuk mengangkat telepon itu lebih dulu.Dengan eskpresi tak rela, Miguel mengambil ponsel yang terus berbunyi itu dan berdiri."Sebentar," ucapnya seraya beranjak dari kursi dan berjalan menjauh untuk menerima telepon yang sepertinya sangat darurat tersebut.Ekspresi Miguel terlihat begitu serius seakan ada sesuatu darurat yang sedang terjadi saat mendengar suara seseorang dari ponselnya.Dan benar, setelah menutup panggilan telepon, Miguel berjalan terburu-buru ke
"Miguel ...." Sayang, nomor telepon Miguel yang tadi menghubungi dirinya agar datang ke butik kali ini tidak aktif, jadi dia pun menghubungi nomor Miguel yang tersimpan di telepon. "Ayolah, tolong diangkat, tolong diangkat ...." Keyra berbisik dengan suara gemetar, dia menekan angka satu dan panggilan kepada Miguel pun tersambung pada nada dering ketiga. "Hai, Key? Ada apa? Apakah kau perlu kubelikan sesuatu sebelum pulang?" Mendengar suara suaminya tersebut, Keyra segera menjerit histeris antara lega dan ketakutan yang masih merajai dirinya melihat tampilan butik miliknya saat ini. "El? Halo?! Butikku ... butikku, El!!!" Dia hanya terus berteriak dan menyebut butik tanpa sanggup menjelaskan apa pun di sela sedu sedan. Miguel di seberang bertanya dengan khawatir, merasakan urgensi dari kata-kata Keyra. "Key? Halo? Ada apa? Aku sedang dalam perjalanan pulang. Butikmu kenapa? Tolong tenang dan beri tahu aku!"
Kepala Keyra seperti tersiram air dingin mendengar kabar dari seseorang yang meneleponnya. "Ini... ini tidak mungkin! Miguel, bagaimana bisa...." Keyra berjalan mondar-mandir di kamarnya dengan panik. Bagaimana bisa semua menjadi serba kebetulan? Ibu mertuanya berencana menggulingkan Miguel dari jabatan sebagai presiden direktur di perusahaan yang dia pegang, dan kini tiba-tiba Miguel menghilang dengan kabar diculik seseorang. "Apakah ini ulah Mama? Tidak, itu tidak mungkin. Tapi, tapi segalanya menjadi mungkin sekarang." Keyra hampir menangis saat dia berusaha menghubungi Miguel tapi ponsel pria itu tidak aktif. Dia tertawa tanpa suara menyadari kebodohannya. Tentu saja ponsel Miguel tidak akan aktif! Dia sedang diculik! [Jangan lapor polisi dan jangan beritahu siapa pun. Ikuti instruksi dariku untuk mengambil kembali Miguel.] Pesan yang dikirim oleh nomor yang tadi menghubungi dirinya membuat Keyra sekalinya ketakutan.
Keyra dalam mood yang begitu buruk pagi ini.Itu semua karena Miguel yang mengatakan bahwa dia harus menunda kepulangan entah sampai kapan, sementara Keyra begitu bosan berada di rumah."Kenapa ditunda, sih? Padahal dia tahu kalau aku kesepian," rutuk Keyra dalam hati sambil bersungut-sungut ketika membaca pesan permintaan maaf dari Miguel."Aaaah, aku sangat bosan. Apa nanti aku jalan-jalan saja ke mall untuk mencari udara segar?"Keyra akhirnya memutuskan setelah sarapan dan hal lainnya, wanita itu akan pergi keluar untuk mencari udara segar.Dia kini baru menyadari bahwa ternyata tak punya banyak teman, Keyra tiba-tiba ingat teman SMA nya dulu yang tinggal satu asrama, namanya Erika.Dari semua penghuni asrama, meskipun perkenalan mereka hanya sebentar tapi Erika lumayan akrab dengannya."Apa aku bertanya saja kabarnya dan mengajak bertemu, ya? Apakah dia masih ingat aku? Jangan-jangan dia sudah lupa," gumam Keyra kepada dirinya se
[El, tadi aku diminta mama menemani Rafe belajar buku-buku bisnis dan....]Keyra segera menghapus lagi ketikan di ponsel dan tak jadi mengirimkannya kepada Miguel, berpikir ulang tentang kata-kata ibu mertuanya tadi ketika dia berada di ruang keluarga bersama Rafe dan mertuanya."Jangan memberi tahu Miguel tentang hal ini, Key. Kau tidak ingin kalau terjadi pertikaian di keluarga ini kalau Miguel salah paham, 'kan?"Seakan tahu bahwa Keyra pasti akan lapor kepada suaminya, Nyonya Davne sudah melarang wanita itu melakukannya."Besok saja kalau Miguel pulang, aku akan bercerita secara langsung agar tidak ada kesalahpahaman."Akhirnya Keyra memutuskan seperti itu setelah berpikir bahwa mungkin jika dia mengatakannya lewat chat, akan ada kesalahpahaman seperti yang dikhawatirkan ibu mertuanya.Malam itu, setelah Keyra menemani Rafe belajar ilmu bisnis dari buku-buku yang dibawa adik iparnya tersebut, Keyra bersiap tidur dan mengurungkan niat men
"Mama bilang, kenapa selalu aku yang selamat?"Ucapan lirih yang keluar dari mulut Miguel, membuat Keyra seketika terdiam.Dulu, dulu saat pertama kali mendengar cerita Miguel bahwa calon suaminya meninggal dunia karena mengendarai mobil yang biasa Miguel pakai bekerja, sejujurnya sempat terlintas dalam diri Keyra pertanyaan seperti itu.Kenapa Miguel yang selamat? Kenapa justru Milo yang meninggal padahal itu mobil Miguel?Keyra merasa sedikit tertohok, apalagi ketika melihat ekspresi kesakitan dan tertekan di wajah Miguel yang tampan.Kini Keyra sadar kenapa Miguel begitu suram, jarang tersenyum dan seperti tak tertarik sama sekali dengan kehidupan.Itu karena apa yang dia alami sudah terlalu berat, di balik ke profesionalnnya saat bekerja, yang dijuluki presiden direktur paling jenius karena di usia muda sudah bisa membawa perusahaan besar yang dia pegang menuju kesukse
"Dulu sikap mama tidak seperti ini," ujar Miguel membuka cerita.Ini adalah sebuah kenangan pahit yang tak pernah dia buka kepada siapa pun. Miguel terus menyimpannya sendiri dan berharap suatu hari sikap dingin yang kadang-kadang muncul dari mamanya itu suatu saat menghilang.Namun, sepertinya itu hanyalah sebuah harapan kosong.Apalagi setelah kematian Milo yang menggunakan mobil milik Miguel, tatapan menuduh sering kali Miguel rasakan dari sorot mata ibu kandungnya."El ...."Keyra merasa menyesal saat melihat wajah sendu suaminya, dia menyesal karena telah membuka luka yang sepertinya sudah hampir sembuh.Dia juga menyesal kenapa sekarang mereka berjauhan sehingga tak bisa memeluk suaminya tersebut untuk memberi kekuatan."Kalau kau tak bisa mengatakannya, tidak apa-apa, El," ucap Keyra buru-buru, tapi Miguel menggeleng.Dia tersenyum samar dan menggeleng lagi."Tidak apa-apa, aku memang mau berbagi padamu agar kau t
"Sudah makan, El?"Malam hari, sesuai janji Keyra kepada Miguel, wanita itu pun mau menerima panggilan video dari suaminya yang kini melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri.Miguel yang kini tampak duduk santai di sofa hotel tempat dia menginap, mengangguk dengan senyum lebar di bibirnya."Sudah dong, Sayang. Tak perlu menghawatirkan aku, aku makan dengan sangat baik di sini, hanya saja ada yang terasa sangat kurang," jawab Miguel yang masih memakai kemeja putih yang ia kenakan saat pertemuan bisnis dengan klien dengan satu kancing terbuka bagian atas.Rambutnya yang biasa tertata rapi kini terlihat cukup acak-acakan, mungkin karena sudah dalam keadaan tidak bekerja jadi penampilannya pun menjadi santai.Namun, penampilannya seperti itu malah membuat Miguel tampak seksi sehingga Keyra tergila-gila hanya dengan memandang wajah suaminya di layar ponsel."Ya? Apa itu? Kau bisa meminta sekretarismu untuk mencari apa yang kau inginkan, El. Pok
"El." Keyra yang terburu-buru menyusul Miguel ke kamar, berjalan pelan mendatangi sang suami yang tampak sibuk membereskan barang-barang untuk perjalanan dinasnya ke luar negeri. "What happen, Dear?" Keyra memeluk lembut lengan Miguel, bertanya dengan sorot penuh kekhawatiran. "Tidak ada, aku hanya sedang terburu-buru berangkat ke luar negeri. Itu saja," jawab Miguel yang masih menolak menatap Keyra. Emosinya masih bergejolak mengingat perkataan ibunya di meja makan tadi, dia tak ingin Keyra melihat dirinya ketika dalam keadaan seperti sekarang. "Kau belum makan apa pun, El. Makanlah dulu sebelum pergi," bujuk Keyra dengan lembut, memberikan tas kerja kepada sang suami yang terus menunduk entah sibuk melakukan apa. "Aku akan makan di perjalanan atau di pesawat." Miguel menjawab singkat, mengalihkan pandang dari Keyra. Keyra tak mau menyerah dan segera membalik tubuh Miguel agar mau menatap dirinya, lalu kembali
"Adik?"Di tengah keheningan ruang makan, Keyra bertanya dengan ekspresi tak percaya.Nyonya Davne, ibu mertuanya mengangguk dengan senyum lebar ketika tatapannya terarah pada Keyra.Berbeda sekali dengan ketika dia memandang Miguel beberapa saat lalu, mata perempuan itu menyipit tak suka."Iya, Sayangku. Ini adik iparmu, Rafael. Panggil dia Rafe mulai dari sekarang, dia putra bungsu mama yang telah hilang sejak bayi," terang mama mertuanya dengan mata berbinar dan memandang Raffi, seorang pria yang selama sebulan ini menjadi sopir pribadi Nyonya Davne, tiba-tiba menjadi adik ipar Keyra.Nyonya Davne menjelaskan dengan penuh semangat bagaimana kisah Rafe, putra bungsu yang terbuang ini.Dulu, tujuh tahun setelah melahirkan bayi kembar Miguel dan Milo, Nyonya Davne melahirkan lagi seorang anak.Namun, oleh rumah sakit diberi tahu bahwa putra yang dia lahirkan telah meninggal dunia.Perempuan itu tak menyangka bahwa ada seseorang
"E,El? Ada apa, Sayang?"Keyra begitu terkejut ketika Miguel tahu-tahu memeluk dirinya yang baru selesai mandi dan berganti baju dari belakang.Miguel tak menjawab apa pun, menyibak rambut panjang istrinya yang sedikit bergelombang dan menciumi lehernya."H-hey! Semalam, kan, kita sudah bercinta sampai beberapa ronde, apakah kau ingin lagi?"Keyra bertanya dengan wajah memerah karena malu saat suaminya itu tak berhenti menciuminya.Mereka sebentar lagi harus turun ke bawah untuk sarapan bersama ibu Miguel, Keyra tak mungkin membiarkan mertuanya menunggu terlalu lama karena harus melayani nafsu Miguel.Miguel sendiri sudah siap berangkat bekerja dengan setelan jas hitam dan kemeja abu-abu gelap di baliknya.Miguel menggeleng, kembali memeluk istrinya dari belakang dengan wajah muram."Aku hanya merindukanmu," bisiknya, menaruh dagunya di atas kepala Keyra dan memejamkan mata.Tadi, karena tak bisa menahan emosi, Miguel be