Home / Romansa / Istri Kontrak Sang Miliarder / Chapter 106 - Menyerah

Share

Chapter 106 - Menyerah

Author: LazuardiBianca
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Tuhan …" racau Riley. "Sejauh mana kamu mau membuatku gila, Megan."

Ia meraup rahang Megan, menundukkan tubuhnya untuk bisa meraih bibir yang terus saja membakar gairahnya. Riley menuntut bibir itu untuk bertanggung jawab.

"Rey," desah Megan begitu tekanan demi tekanan membuat bibirnya terkatup rapat.

Hanya butuh sedikit celah, saat hisapan kuat hingga badai menyapu langit-langit dan mengajak lidahnya menari.

Suara decakan berpadu dengan desahan tertahan. Udara panas semakin menguat hingga salah satu dari mereka berhenti dan mengurai jarak.

Riley menarik diri. Tatapannya semakin mengelap kala pandangan berhenti pada wajah yang merah dengan napas tersengal-sengal.

"Bukankah aku sudah memperingatkan mu, Sayang?"

Megan tersenyum sambil mengalungkan tangannya ke leher suaminya. "Dan bukankah aku memintamu untuk melepaskannya?"

Tak mau lagi membuang waktu, Riley melepaskan tangan Megan. Ia menarik keluar kemeja lengan panjangnya dan melepaskan seluruh pakaian yang melekat di tubuhnya.

R
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Istri Kontrak Sang Miliarder    Chapter 107 - Menghilang

    Megan menatap lekat wajah tampan yang terlelap lelah setelah malam panjang yang mereka lalui. Mata Megan enggan untuk terpejam, ia ingin mengabadikan seluruh momentum terakhir dalam bentuk memori indah yang akan dijaganya sebaik mungkin.Megan mengulurkan tangannya untuk membingkai wajah suaminya di udara. Menyusuri setiap jengkal tajam dan tegas itu, mengukir sisa asa dihatinya."Aku mencintaimu, Riley," ucap Megan tanpa suara. Matanya berkaca-kaca saat harus mengucapkan perpisahan. Megan mengecup kening Riley untuk terakhir kalinya dengan menahan airmata. Hatinya teriris pilu membayangkan hidupnya tanpa sosok Riley.Perlahan dengan sekuat hatinya bertahan, Megan menyeret tubuhnya untuk turun dari rranjang. Meraih jaket yang telah dipersiapkan sebelumnya dan kembali membalikkan tubuhnya, menatap wajah Riley untuk terakhir kalinya.'Semoga di masa depan, kita tak lagi bertemu dengan membawa takdir buruk ini,' batinnya.***"Sayang."Setengah sadar, Riley menepuk sisi ranjang yang ko

  • Istri Kontrak Sang Miliarder    Chapter 108 - Kecurigaan Riley

    "Aku tidak bisa menemukan Megan dimanapun," seru Zian begitu memasuki ruang tengah kediaman keluarga Riley Charles.Nesa mengikuti langkahnya dengan raut cemas. "Dia juga tidak datang ke kantor asosiasi penulis," ucapnya.Di sudut ruangan, Riley duduk dengan ekspresi gelap. Penampakannya kacau, dia bahkan tidak menganti piyama dan bercukur. Rambutnya yang biasanya tersisir rapi dengan balutan wax kini dibiarkan begitu saja, jatuh turun hingga menutupi sebagian matanya.Meski tidak mengurangi kadar ketampanannya, namun sosok Riley saat ini bisa membuat orang lain tercengang dan menganggapnya asing.Riley telah menghubungi semua orang yang berpotensi mengetahui keberadaan Megan. Bahkan ia menghubungi Daniel dan ibunya, berharap Megan datang dan menemui mereka."Apa dia ke makam Ibu panti lagi?" tebak Nesa."Tidak. Aku dan Allen sudah kesana," sahut Baron sambil menggigit ujung kuku jempolnya.Allen mengikuti arah pandangan Riley yang terus memperhatikan setiap detil gerakan Baron dan di

  • Istri Kontrak Sang Miliarder    Chapter 109 - Selaksa Duka

    "Kenapa kamu bertanya? Bukankah kamu yang membuatnya pergi?" Suara Baron dingin dan datar saat mengurai kalimat bernada ketus. Tatapannya tajam, seakan bisa membunuh lawannya."A—apa maksud mu?" tanya Yasmen terbata. Ia tak menyangka Baron akan mengarahkan pertanyaan menusuk untuk menyambut kedatangannya."Apa yang kamu katakan pada Megan hingga membuatnya menghilang seperti ini?" Tuding Baron."Sayang, tenanglah." Allen yang tengah sibuk melilit perban ke tangan Baron seketika harus merubah posisinya untuk mendekap pundak pria itu, mencegahnya untuk bangun dan menghampiri wanita paruh baya yang menatapnya dengan tatapan bingung."Mama ku tidak mungkin menyakiti Kak Megan," bela Daniel."Dia sudah pernah melakukannya sekali, bukan tidak mungkin dia melakukannya lagi," ujar Baron sinis.Daniel menghela napas panjang. "Baron, Mama ku tak seburuk itu.""Cukup, duduklah dulu." sela Zian."Silahkan, Tante." Ia sengaja menyela aksi saling tuding di antara dua kubu demi menjaga kondusifita

  • Istri Kontrak Sang Miliarder    Chapter 110 - Kelahiran Sang Kembar

    Tujuh bulan kemudian …[Oeek … Oeek ...]Suara tangis saling bersahutan, memenuhi ruangan serba putih yang dikelilingi berbagai alat medis. Di tengah ruangan—di atas ranjang, seorang wanita setengah sadar mengulas senyum bahagia menyambut kelahiran kedua putrinya. Tiga wanita yang mengelilinginya, mengenakan pakaian tertutup serba hijau. Mata mereka tampak bersinar cerah seolah tengah tersenyum lega di balik masker berwarna senada. Mereka menatap dua bayi merah berjenis kelamin perempuan yang terus menangis keras, sambut menyambung bagai paduan suara. "Syukurlah, dok. Bayi kedua selamat," ucap para wanita yang bertugas sebagai suster dengan senyum penuh syukur."Ya, aku hampir menyerah." Desah sang dokter. Dokter membawa bayi kedua, memotong tali pusar dan membalut bayi itu dengan handuk putih yang lembut lalu membawanya ke tabung transparan, meletakkan sang bayi disamping bayi lainnya—saudara kembarnya. Tangis keduanya seketika terhenti, seakan sadar bahwa keduanya tak akan lagi

  • Istri Kontrak Sang Miliarder    Chapter 111 - Belajar lah melupakan ku

    "Siapa?""Daniel." Edbert memanggil putranya yang menunggu di luar pintu untuk masuk.Daniel melangkah masuk dengan wajah tertunduk. Ia takut Megan akan kembali menolak kehadirannya."Kak Megan, selamat atas persalinannya." Cicit Daniel takut.Megan menatapnya lalu tersenyum lembut. "Terima kasih," balasnya."Eh?" Daniel membelalakkan matanya karena mendapat respon yang baik. Jauh dari apa yang ia dan Edbert bayangkan."Kenapa?" tanya Queen bingung."Ah, aku hanya kaget karena tidak biasanya Kak Megan tidak mengamuk," jelas Daniel polos."Kapan aku pernah mengamuk," kilah Megan."Selalu," balas dua suara bersamaan, Daniel dan Kevin yang baru saja masuk bersama para suster yang mendorong dua tabung bayi.Ekspresi Megan berubah kecut. "Lihat, si kembar datang." Sambut Queen yang mengambil alih salah satu tabung bayi dari para suster dan mendorongnya ke arah Megan."Halo, Sayang. Ayo, kita sapa Mama."Queen mengangkat bayi mengenakan gelang merah dan membawanya ke hadapan Megan. "Ini K

  • Istri Kontrak Sang Miliarder    Chapter 112 - Keputusan Baron

    "Kenapa? Kamu flu?" Tanya Megan yang tengah sibuk menatap layar laptopnya.Kevin mengosok hidungnya yang tiba-tiba gatal. "Entahlah. Apa ada orang yang sedang mengumpat ku?" gumamnya sambil berpikir."Ada ratusan wanita di luar sana yang sakit hati dan berpotensi untuk mengumpat bahkan mengutuk mu," ledek Megan. Ia tetap fokus pada pekerjaannya meski mulutnya tampak bersemangat untuk menggoda Kevin.Kevin berdecak sebal. "Kamu datang hanya untuk meledek ku 'kan?""Menurut mu begitu?" Megan melirik pria dihadapannya. "Aku meninggalkan kedua putri ku di rumah hanya untuk datang dan membereskan semua pekerjaan ini.""Apa saja yang kamu lakukan selama aku di rumah sakit? Kenapa tak ada satupun pekerjaan yang beres?" Cercanya kesal.Kevin mengerucutkan bibirnya. "Aku bolak-balik rumah sakit, Meg." Keluhnya beralasan."Non sense. Kamu hanya mencari alasan untuk mangkir dari kerjaan. Liat nih, pekerjaan mu jauh dari kata rampung. Aku tak menyangka, kamu lebih parah dari Zian." Omel Megan."

  • Istri Kontrak Sang Miliarder    Chapter 113 - Kotak Pandora

    "Selamat siang, Pak Edbert." Sapa pria dengan tubuh jangkung dan janggut tipis yang menghias wajah tirus dan kulit pucat."Oh, dokter Brown. Silahkan duduk," sambut Edbert yang tengah memangku Ayanna yang tertidur lelap."Apakah ini putra dan cucu anda?" tanya dokter yang datang dengan setelan jas resmi."Ya. Ini putraku, Daniel. Dan ini kedua cucu, anak dari putri pertamaku," jelas Edbert dengan nada bangga.Daniel yang tengah mengendong Anthea yang sedikit rewel, terus memperhatikan ekspresi Papanya. Untuk pertama kalinya ia bisa melihat wajah Edbert yang begitu bersemangat saat membahas hal yang tidak berkaitan dengan politik."Betapa lengkap kebahagiaan di keluarga anda."Edbert mengangguk senang. "Kamu benar. Belakangan ini aku benar-benar sangat senang dengan peran baru ini," ucapnya dengan senyum lebar."Sepertinya anda akan seger pensiun dari dunia politik?" Goda Brown."Kamu benar. Aku ingin segera pensiun dan duduk di rumah untuk mengurus dua putri ini," kekeh Edbert menimpa

  • Istri Kontrak Sang Miliarder    Chapter 114 - Derita Kevin

    "Daniel, apa Mama di Perancis?" Singgung Edbert saat keduanya menikmati teh sore.Daniel yang tengah sibuk dengan ponselnya, mengangkat kepala."Nggak, Pa." Daniel meneliti ekspresi wajah Edbert yang datar. "Mama masih di kampung halaman."Edbert mengangguk samar. Sejak pertengkaran terakhir, ia memilih menetap di Amerika agar bisa selalu dekat dengan Megan."Apa Papa ingin mengunjungi Mama?" tanya Daniel hati-hati."Ya. Besok Papa akan pulang untuk menjenguk Mamamu." Balas Edbert tetap dengan ekspresi datar."Pa, bisakah kalian rujuk? Mama sangat menyesali tindakannya di masa lalu."Edbert menatap lekat sosok putranya. "Apa kamu ingin kita kembali bersama?""Tentu saja." Sahut Daniel cepat. "Aku ingin keluarga kita kembali seperti dahulu, apalagi sekarang ada kak Megan dan si kembar. Keluarga kita menjadi lebih lengkap."Edbert mengangguk setuju. "Semoga saja Papa bisa segera memperbaiki semua ini, Nak.""Oh, bisakah kamu menjaga Megan dan putrinya selama Papa pergi?""Tentu saja." S

Latest chapter

  • Istri Kontrak Sang Miliarder    Chapter 125 - Epilog

    "Megan!"Zian berteriak nyaring. Dia tengah susah payah memegangi background agar tak terhempas angin kencang yang mengarah dari blower besar yang diletakkan di depan model."Kamu kejam," desisnya nelangsa.Megan terkekeh-kekeh sambil mengibaskan tangannya."Jangan cengeng," balasnya tanpa mengindahkan protes Zian.Baron yang tengah melakukan pose di tengah set up pantry dengan background puluhan jenis tanaman—sambil memegang moca pot, harus mengencangkan otot pipinya agar tidak tertawa keras ataupun melayangkan protes yang sama nyaringnya kepada Megan."Ok, cut." Suara teriakan yang menandakan pengambilan satu scene telah selesai, sukses membuat Baron dan Zian kompak mendesah lega."Baron, kita istirahat dulu ya," ujar wanita yang memegang kamera.Baron mengangguk cepat dan buru-buru merenggangkan tubuhnya dan berjalan keluar dari set. Dibelakangnya, Zian melakukan hal yang sama dan segera mengejar langkah kru lainnya."Megan, kita kesini mau liburan loh. Ini malah tiba-tiba jadi suka

  • Istri Kontrak Sang Miliarder    Chapter 124 - Akhir, Namun Tak Pernah Berakhir

    "Rey, apa kamu marah karena aku menolak permintaan Papa untuk mengadakan ulang pesta pernikahan kita?"Megan memainkan jemarinya di atas gelembung sabun yang menutupi permukaan air."Ah." Pekik Megan kaget karena tiba-tiba tubuhnya di tarik ke belakang hingga punggungnya menempel di dada bidang suaminya."Katakan alasannya, kenapa aku harus marah?" bisik Riley tepat telinga istrinya.Tubuh Megan mengelijang, ia bergelung di dada suaminya. "Aku takut, kamu berpikir bahwa aku terlalu egois karena memutuskan untuk menolak permintaan Papa tanpa berdiskusi denganmu," sesalnya.Riley menciumi pundak Megan. "Boleh aku tahu, apa alasan sebenarnya kamu menolak?""Aku hanya tidak ingin media terlalu menyorot pernikahan kita, terlebih anak-anak. Tidak ada orang lain yang boleh menyentuh milikku." Tutur Megan sambil mengosok buku-buku jari suaminya."Menjadi posesif, hmm?' goda Riley."Tidak boleh?"Riley tak berkata apapun, ia hanya mencium kening Megan lamat-lamat."Hmm. Rey, itu … ahhh." Megan

  • Istri Kontrak Sang Miliarder    Chapter 123 - Drama Pernikahan

    "Hufff … sedikit lagi, Sayang."Zian menopangkan kedua tungkai Nesa ke pundak lalu mendorong gerakan pinggulnya lebih dalam dan keras."Cepat! A—acara udah mau di mulai," teriak Nesa panik."Sedikit lagi. Aku hampir nyampe," racau Zian. Ia menyibak gaun yang dikenakan Nesa untuk memberi akses lebih dalam baginya. Zian mempercepat gerakannya, mendorong lebih untuk menembus kedalaman menuju dasar."Akh, Zian! Terlalu cepat." Protes Nesa saat Zian bergerak maju mundur dengan tempo cepat tanpa memberinya kesempatan untuk bernapas."Sayang, di luar atau da—dalam?" Napas Zian tersengal hingga membuat kalimatnya terputus-putus."Dalam aja," lenguh Nesa. "Jangan mengotori gaunnya." Pesannya sebelum mengepalkan tangannya, mencengkram pinggiran sofa dengan erat."Ah … Zian, a—aku …" Nesa menjerit nyaring kala menjemput puncak pelepasannya."Akh … ah." Zian mengikuti jejak istrinya. Melepaskan sentakan beserta tembakan kuat ke dalam rahim dan perlahan menarik keluar miliknya.Zian bangkit untuk

  • Istri Kontrak Sang Miliarder    Chapter 122 - Mengiklaskan Masa Lalu

    Megan keluar dari kamarnya dengan wajah cerah. Ia menyibakkan rambut sebahunya yang mengayun lembut setelah keramas untuk yang kedua kalinya. Langkahnya masih sedikit terseok-seok akibat pertempuran semalam. Riley benar-benar mengamuk, bagai kuda liar melampiaskan seluruh hasratnya yang telah lama tertunda. Megan meraih kenop pintu, kamar si kembar. Bibirnya mengurai senyum geli melihat kumpulan orang yang tidur, saling berhimpitan di ranjang sempit.Semalam, para sahabat menginap di ruangan si kembar sedangkan para bayi tidur terpisah di kamar tamu bersama kakeknya."Baron." Panggilnya sambil mencolek pipi pria imut yang memeluk erat lengan kekasihnya."Hmm." Erang Baron pelan."Udah pagi."Baron mengeliat pelan. "Hmm." Balasnya dan kembali menyandarkan kepalanya di dada Allen. "Lima menit lagi."Megan tersenyum kecil lalu beralih pada Nesa yang merebahkan kepalanya di paha suaminya."Bangunlah. Bukankah kalian harus ke lokasi syuting hari ini?" Megan mengelus pipi Nesa yang pucat

  • Istri Kontrak Sang Miliarder    Chapter 121 - Gairah Cinta Yang Meluap

    Baron dan Zian berjingkrak perlahan, mengendap-endap bagai maling jemuran yang tengah menyortir tali jemuran targetnya."Di mana mereka?" Bisik Zian.Baron menggeleng. Ia telah menyusuri hampir seluruh rumah tapi tak juga menemukan jejak Megan dan suaminya.Keduanya menghilang bagai di telan bumi setelah menyerahkan si kembar di bawah pengawasan para kakek dan nenek."Apa mereka ke hotel?" Celetuk Zian."Masa sih? Niat banget," balas Baron ragu."Mereka 'kan udah lama nggak make out. Pasti bakal semalaman bertempur."Baron menegakkan tubuhnya, lelah mengintai. Ia memutar pinggulnya ke kiri dan kanan untuk merenggangkan tubuh."Dah ah, nggak asyik." Keluhnya. "Masuk yuk, lapar."Zian mengikuti jejaknya. "Ya udah deh. Aku juga mau nemanin Nesa bobok."Baron mengerlingkan matanya. "Cie … udah punya temen bobok," godanya.Zian melayangkan tangannya untuk mengeplak kepala Baron, tapi pria imut itu dengan cepat berkelit."Kamu butuh seribu tahun lagi untuk menyentuh ku," ledek Baron."Awas a

  • Istri Kontrak Sang Miliarder    Chapter 120 - Kebahagiaan Yang Tertunda

    "Ku harap hasilnya baik." Gumam Edbert sambil terkekeh. Menertawakan kebodohan yang tengah dilakukannya.Edbert membuka amplop yang diterimanya dari dokter Brown, ia mengeluarkan dua lembar kertas dari dalam sana dan mulai membaca setiap baris kalimat yang tercetak di kertas."Tentu saja baik, Pak. Apakah itu DNA putri anda? Karena 99%, DNA nya cocok dengan milik anda," ujar sang dokter yang seketika membuat dunia Edbert terguncang."Cocok? Maksud mu?" Edbert mengabaikan kertas yang hendak ia buka dan lebih tertarik untuk memandang sang dokter. Mencari kebenaran akan apa yang baru saja ia dengar."Ya. Dari sampel darah yang anda berikan, kami memastikan bahwa DNA itu adalah putri kandung anda.""Anda yakin dokter Brown?" "Seratus persen yakin." Ucap sang dokter tegas.Edbert memegangi kepalanya yang tiba-tiba terasa panas dan berat. "Anakku? Putriku?" Gumamnya sedih."Apa ada masalah, Pak Edbert?"Edbert melambaikan tangannya. "Tidak, tidak ada yang salah. Justru ini kabar yang sanga

  • Istri Kontrak Sang Miliarder    Chapter 119 - Tabir Kebenaran

    "Pergilah," usir Riley."Rey, mari kita bicara dengan kepala dingin," ajak Zian. Ia maju beberapa langkah mendekati Riley."Lebih baik kalian pergi. Aku tidak ingin bertindak kasar," ucap Riley lalu berbalik kembali masuk ke dalam rumah."Rey!"Baron berusaha maju tapi para pengawal yang berjaga segera menghentikan langkahnya."Sialan," umpat Baron sambil menendang pot disampingnya hingga terguling menjauh."Jangan sakiti dirimu, Baron," tahan Allen yang menarik Baron ke sisinya."Apa yang harus kita lakukan sekarang? Riley tidak akan mau mendengar siapapun lagi," desah Zian. Ia mengacak rambutnya lalu meremas gemas."Bagaimana dengan Papanya? Kita bisa minta Jenderal itu untuk menemui Riley dan bicara padanya." Usul Nesa."Jangan gila!" Sergah Baron cepat. "Riley sudah lama memutuskan hubungannya dengan Papanya. Lagian, siapa yang masih mau berurusan dengan sumber masalah."Zian mengangguk setuju. "Baron benar. Untuk saat ini Riley tidak akan mau mendengarkan orang lain, terutama Papa

  • Istri Kontrak Sang Miliarder    Chapter 118 - Solusi

    Megan mengangkat Ayanna dan meletakkannya dalam pelukan Riley. Kemudian beralih pada Anthea yang kembali menangis."Sabar, Sayang. Gantian sama Kakak ya," hibur Megan."Ayanna dan Anthea," gumam Riley. "Nama yang bagus.""Artinya bunga. Mereka adalah bunga dihidup kita Rey."Riley terharu saat Ayanna menatapnya dengan mata kecil yang mengemaskan sambil tersenyum senang."Rey, gantian sama Anthea. Biar Ayanna menyusu dulu." Megan meletakkan Anthea kembali ke dalam box dan beralih pada Ayanna.Riley tersenyum senang melihat Anthea tersenyum padanya dan menyerahkan tangannya. Meminta untuk digendong."Apa aku boleh mengendongnya?"Megan mengangguk. "Anthea baru selesai menyusu, jadi tepuk punggungnya dengan lembut agar dia sendawa.""Baiklah." Riley merebahkan Anthea di dadanya dan menepuk lembut punggungnya."Apa mereka hanya menyusu?" "Terkadang aku memberi mereka susu formula tapi itu jarang terjadi hanya pada kondisi darurat," sahut Megan. Ia berkonsentrasi menyusu si sulung yang ta

  • Istri Kontrak Sang Miliarder    Chapter 117 - Salam Perkenalan

    "Rey, sakit." Teriak Megan saat Riley menariknya denga paksa untuk masuk ke kamar.Tubuh Megan dihempaskan dengan kasar ke atas ranjang."Sakit," ringis Megan. Dia memijat pergelangan tangannya yang merah akibat cengkraman tangan Riley yang terlalu kuat hingga meninggalkan cetakan ruas jarinya. Megan beringsut mundur saat Riley menarik kursi dan duduk dihadapannya."Kenapa? Kamu takut padaku?" Tukas Riley sengit.Megan tak berusaha untuk mengelak tudingan Riley. Ia hanya diam, menutup rapat-rapat mulutnya."Apa maksud semua ini?" Riley melemparkan lembaran kertas yang dibawanya ke atas ranjang."Cerai? Kamu minta cerai?" Suara Riley bergetar saat mengucapkan kata cerai. Ia tak menyangka, Megan akan sejauh ini menyiksanya.Megan melirik kertas yang dikirimkannya ke kantor Riley melalui kurir pagi ini."I—iya, Rey. Kamu hanya perlu menandatangani surat itu dan aku akan mengurus semuanya sampai sidang perceraian kita selesai," tutur Megan terbata.Riley mengacak rambutnya geram akan

DMCA.com Protection Status