Sebenarnya Jacob tak harus melakukan apa yang dia katakan. Bulan Madu itu hanyalah bagi pasangan yang sesungguhnya. Toh, dia tak akan bertemu dengan Samuel Cole dalam waktu dekat lagi. Walau Cole adalah keluarga yang bisnisnya di bidang akademisi, tapi Sam malah memilih menjadi pelukis.Saat makanan datang, Jacob segera menyelesaikan makanannya dan memberikan tanda ke pada Naftalie agar juga melakukan hal yang sama agar tak usah berbicara panjang lebar dengan Sam. Pria itu pandai berbicara sehingga membuat Jacob jadi bicara yang tak seharusnya. Namun, Jacob juga tak bisa pergi, karena masih ada hubungan kerja antara perusahaan Sam dan dirinya.“Oh … lulusan piano, pantas sepertinya aku pernah liat.” Sam menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.“Oh … kamu yang sering partneran sama William bukan? William Anderson?” tanya Sam lagi sambil mengerutkan keningnya. Seharusnya Jacob tak menoleh begitu cepat, tapi nyatanya lehernya sampai berbunyi begitu dia menoleh menata suaminya. Sam se
Pria itu masih menggandeng tangannya sampai mereka kembali ke depan lobi. Mobil mereka diantarkan oleh sopir valet dan pria itu membukakan pintu untuk Naftalie masuk saat Jacob akhirnya melepaskan gandengan tangannya karena harus menyetir. “Menurutmu … apakah supaya kamu bisa cepat punya anak, kita harus bulan madu?” tanya pria itu tiba-tiba setelah beberapa lama menyetir. Naftalie yang sama sekali tak mengerti bagaimana cara agar punya anak segera menggeleng.“Nggak tau, bisa jadi sih, bukannya semua orang habis nikah bulan madu ya?. Mamaku meninggal saat aku bayi, jadi aku nggak bisa nanya. Lagipula, aku perempuan,” jawab Naftalie sambil mengerutkan keningnya.” “Ya jelas kamu perempuan, aku tak suka lelaki.” Jacob mendengus sebal mendengar jawaban istrinya.Naftalie menoleh dan tertawa kecil.“Iya juga ya.” Jacob mendengus lalu tertawa kecil mendengar tanggapan Naftalie yang konyol.“Tapi, bisa jadi kalau kita rileks bisa jadi anak. Kan bulan madu jadinya santai tuh, jadi pikir
Naftalie tidak pernah berpikir kalau hanya dengan mandi saja bisa menjadi sesuatu yang sangat sensual seperti sekarang Jacob lakukan padanya.Awalnya semuanya biasa saja, Jacob melepaskan setiap helai kain yang menempel di tubuh Naftalie.Tapi sejujurnya, dengan Jacob tak ada hal yang bisa dianggap biasa. Setiap dia berhasil melepas kaitan cangkang Naftalie, pria itu menghadiahkan kecupan di punggung Nat. Jantung Naftalie berdebar kencang saat pria itu mulai menurunkan kain segitiga satin berendanya ke bawah.Jacob menjilat bibirnya saat kain satin itu tergeletak di lantai.Walau sudah beberapa kali menyatu, tapi tetap saja sebenarnya Naftalie merasa malu kalau tubuhnya diperhatikan suaminya. Pria itu menatapnya dengan tatapan panas.“Kamu tahu, kamu seksi sekali Nat,” desah pria itu sambil menarik Naftalie untuk masuk ke dalam bathup.Wajah cantik itu tersipu mendengar ucapan Jacob. Dengan gugup wanita itu mengikuti arahan agar duduk dalam bathtub di depan Jacob.“Santai, sebagai
Jacob menggigit bibirnya sambil menyetir mobil. Pria itu menyadari tatapan keraguan yang ada di wajah Sam dan Nina. “Tak bisa dibiarkan terus kalau begini, nanti bisa-bisa semua yang aku rencanakan gagal.”Pria itu mendesah sambil melirik ke arah Naftalie. Wanita itu sedang sibuk memperhatikan lampu-lampu di bangunan yang mereka lewati. Kepolosan wanita itu membuat Jacob merasa sedang melihat anak kecil memandangi balon.“Kemarin tatapan Victoria juga seperti curiga, jangan sampai nenek lampir tau,” geram Jacob mendesah dalam hatinya. Pria itu melirik istrinya kembali lalu terpikir dengan ucapan Sam tadi. “Menurutmu … apa supaya kamu bisa cepat melahirkan anak, kita harus pergi bulan madu?” Pria itu tiba-tiba punya rencana brilian. Jika wanita itu tak bisa berakting kalau mereka sedang dimabuk cinta, bagaimana jika wanita itu benar-benar jatuh cinta padanya? “Jangan bermain api, Jacob!” desis suara dalam benaknya.Tapi Jacob mengacuhkannya. Dia tak akan mungkin jatuh cinta dengan
Pagi itu Naftalie yang bangun duluan. Atau itu yang pertama dia kira, wanita muda itu memutar tubuhnya dengan perlahan agar tidak membangunkan suaminya hanya untuk kecewa melihat pria itu tidak ada dan menggantikan dirinya dengan bantal.Naftalie segera duduk dan mengerang kesal. Dia benar-benar tak nyaman tidur mengenakan pakaian tidur itu, dan yang menyebalkannya, makhluk yang menyuruhnya mengenakan lingerie kekurangan bahan itu malah menghilang.Tapi seketika itu ingatannya muncul. Jika tidak salah mereka akan bulan madu. Di hari ketiga pernikahan mereka, mereka akhirnya akan pergi bulan madu.Naftalie jadi ingat dulu membayangkan untuk berbulan madu dengan Jason ke gunung, karena pria itu sangat suka situasi yang tenang. Kira- kira kalau Jacob mengajaknya ke mana ya?Sambil mengganti bajunya menjadi kaos dan celana pendek, wanita itu keluar dan mencari suaminnya. Selama tiga hari menikah kemarin, selalu ada wanita yang menunggu Naftalie dan mengurusnya, tapi hari ini wanita pelaya
Naftalie mendesah pelan sambil memandang makanan di hadapannya. Pria itu tak akan datang sarapan. Entah karena lupa entah karena apa, tapi sepertinya Naftalie terlalu membesar-besarkan tentang masalah serius menikah. Lagi pula pria seperti Jacob, buat apa serius menikah dengan dirinya? Seorang Naftalie Ambrosia yang bukan siapa-siapa?Naftalie kembali mendesah sambil melihat banyaknya makanan yang sia-sia ini. Wanita itu berdiri lalu menatap pelayan yang berdiri di dekatnya.“Makanan ini kalau nggak dimakan, diapain?” tanya Naftalie membuat wanita muda itu segera mendekat dengan bingung.“Makanan … maksudnya semua ini? Kami nggak akan makan makanan nyonya. Kami punya makanan sendiri. Nyonya jangan khawatir. Masih banyak di belakang kalau kurang nyonya,” ujar wanita itu sambil menunduk ketakutan.“Aku nggak tanya kamu makan atau nggak, aku cuma mau tau, seperti sekarang kan aku nggak makan nih semuanya, si Jacob juga sepertinya nggak makan, jadi ini sisanya kemana semua?”Bola mata h
Dengan hati yang ringan dan senyum di bibirnya Naftalie duduk di samping Jacob. Pria itu dengan manisnya menggenggam tangan Naftalie di dalam mobil.“Kita mau ke mana?” tanya Naftalie sambil memandang suaminya. Pria itu membalas senyuman Naftalie sehingga membuat Naftalie semakin berani bertanya.“Ih kok malah senyum, aku tanya, kita mau ke mana?” kekeh Naftalie merajuk dan menggoyangkan lengan suaminya.Ed yang bertugas mengawal mereka sampai destinasi segera melirik lewat cermin tengah mobil. Dalam empat hari pernikahan tuannya, dia melihat perbedaan yang sangat jelas sekarang.Awalnya Jacob terlihat sangat jijik dan benci pada Naftalie, sekarang pria itu malah dengan sengaja menggandeng wanita itu dari dalam rumah sampai ke dalam mobil. Ed memperhatikan dengan bingung. Sekarang bagaimana seharusnya dia memperlakukan Naftalie?Jelas-jelas Ed tahu kalau wanita itu hanyalah istri kontrak setahun tuannya tetapi kini kenapa rasanya Jacob memperlakukannya lebih dari seharusnya?Wanita i
Sebenarnya daftar email Jacob masih sangat banyak, karena pernikahan dan segala urusan Naftalie kemarin, Jacob belum benar-benar mengerjakan semua pekerjaannya. Pria itu terus meng-scroll mouse laptopnya lalu mengerang. Halaman yang sudah dia buka dan kerjakan sudah tertimbun email yang lebih baru. Inilah mengapa Jacob benci menunda-nunda pekerjaan. Kalau begini terus Jacob akan menghabiskan seumur hidupnya di depan laptopnya. “Semua ini karena wanita itu!” pikir Jacob segera mencari kambing hitam atas semua masalah ya. Secara reflek pria itu menoleh untuk melihat istri barunya itu. Jacob segera mendengus melihat wanita itu tertidur.“Haish, enak banget dia tidur!” desis Jacob mengambil tisu dan meremasnya untuk meleparkannya ke wajah Naftalie.Tapi walau sudah kena bola tisu, wanita itu tetap tertidur lelap. Akhirnya Jacob malah dengan penasaran memperhatikan wajah Naftalie yang seperti bayi.“Dasar wanita aneh, jelas-jelas dia tahu kalau kami akan bulan madu, tapi bisa-bisanya dia
Walau semuanya sudah jelas, mereka sudah bebas kembali ke rumah kastilnya, tetapi entah kenapa Jacob lebih senang berada di rumah kecil ini dengan Naftalie. Rumah itu lebih nyaman dan hangat, mungkin karena keberadaan Naftalie yang selalu mengantarnya pergi kerja, atau menyambutnya ketika dia pulang.Tentu saja dia sudah menyuruh Ed untuk membuat paviliun terpisah sendiri untuk Isabel karena kamar yang mereka gunakan sekarang hendak Jacob gunakan sebagai kamar bayinya. Paviliun itu sudah berdiri di bagian belakang rumah dekat kolam renang. Karena, walau kata Jacob rumah itu rumah yang mungil, tetap ada tanah dibelakang untuk paviliun studio, lalu ada taman bunga beserta pergolanya, dan tentu saja kandang kuda. Naftalie sempat mengejeknya tentang kandang kuda itu, tak ada rumah mungil yang memiliki kandang kuda. Tapi, bagi Jacob, rumah yang tak memiliki 16 kamar termasuk kecil. Mereka dapat dikatakan sungguh berbahagia sekarang karena Victoria akhirnya mati kutu karena semua yang di
Sejujurnya grafolog itu sudah mendapatkan hasil pada hari surat itu diserahkan kepadanya. Namun karena itu adalah surat terakhir dari mendiang Jason Owen wanita itu mengulang- ulang pemeriksaannya berkali -kali.Bahkan saat dia sudah mau menyerahkannya kepada asisten dari Jacob Owen, pria itu tetap malah menyuruhnya untuk sekali lagi memeriksa ulang hasilnya agar benar-benar teliti.Kali ini wanita itu duduk dengan gugup sama menunggu dari billionaire itu keluar dari kamar. Karena hasil dari pemeriksaannya sungguh buruk dan bahkan bisa menjadi bukti sebagai pembunuhan berencana. Dengan masih berperban walaupun tipis, asisten dari Jacob Owen menyuruh grafolog itu duduk. Wanita itu terkesiap saat melihat Jacob dan istrinya keluar. Mereka bagaikan model di majalah yang keluar dalam dunia nyata. “Jadi bagaimana hasilnya? Apakah ini asli tulisan Jason?” tanya Jacob sambil duduk di sofa. Pria itu menatap grafolog dengan tatapan tajam sehingga wanita itu merasa sedang diinterogasi.“Oh … “
Naftalie merasa sangat lelah, akhirnya hari- hari selama perang dingin dengan Jacob berakhir. Pria itu kemungkinan akan kembali ke kastilnya, sedangkan Nat sendiri akan kembali tinggal di rumah ini. Selama Ed dan Isabel di rumah sakit, Jacob tidur di kamar Isabel, sedangkan dirinya tidur di kamarnya sendiri. Pria itu kembali ke kebiasaan lamanya. Perlakukan Naftalie bagai mereka hanyalah teman sekamar yang tidak terlalu akrab.Anehnya pria itu tetap keluar saat jam makan malam, dan mereka makan malam dalam keheningan yang menyakitkan hati Naftalie. Bagaimana bisa, mereka yang dulu begitu akrab, kini begitu jauh padahal mereka tidur bersebelahan kamar?Tapi semua itu akan segera berakhir. Karena Ed dan Isabel sudah pulang, Jacob juga akan segera kembali ke rumahnya. Naftalie akan terbebas dari segala perasaannya yang tak menentu.Wanita itu sangat marah, karena lagi- lagi suaminya tak percaya padanya. Naftalie pikir setelah kasus kehamilannya, Jacob akan mempercayai Nat sepenuhnya..
“Jake …” Naftalie memandang wajah suaminya yang mengeras. “Aku … nggak nyangka!” desah pria itu sambil tak mengalihkan pandangannya dari kertas di tangan.“Apa … apa itu?” tanya Naftalie dengan suara bergetar.“Tangkap dia!” ujar Jacob memberikan perintah kepada para detektif. Victoria tersenyum senang karena pada akhirnya Jacob kembali ke dalam genggamannya. Polisi dengan heran mendekati wanita cantik berambut merah itu. Tapi Jacob segera menggeram dengan mengerikan.“Ibuku lah! Dia tetap pembunuh pria tadi!” geram Jacob dengan suara mengerikan.Para detektif itu, walau sedikit kesal karena kena bentakan Jacob, tetap mengerjakan apa yang pria itu perintahkan.Victoria yang merasa tadi di atas awan kini segera terjun bebas karena tangannya tiba-tiba dipegang oleh kepala detektif itu untuk ditahan. Minta itu kembali menggeliat seperti belut mencoba melepaskan diri. “Lepasin nggak!” jerit wanita itu dengan sekuat tenaga. Wanita itu menendang ke segala arah sambil menjerit- jerit sepe
Dengan napas memburu Jacob segera kembali ke rumah sakit di mana Ed dan Isabel dirawat. Namun yang lebih penting istrinya, jangan sampai Naftalie kenapa- kenapa karena perbuatan ibu tirinya itu. Tapi Jacob tak menyesal pergi, karena dia berhasil menemukan bukti di mobil dan kini dia tinggal menyeret wanita tua tak tahu diri itu ke penjara dan memastikan wanita itu tinggal di sana!Langkah kakinya bergaung di lorong rumah sakit dengan masih tetap diikuti para detektif di belakangnya. Begitu pintu lift terbuka tadi, Jacob bisa mendengar jeritan ibu tirinya bergaung di lorong rumah sakit. Seharusnya pihak keamanan sudah menyumpal mulutnya dengan kaus kaki, kalau Jacob ada di situ. Suaranya yang melengking membuat Jacob malu. Bagaimanapun dia tetap pemilik saham dari rumah sakit itu. Pandangan para perawat dan dokter yang segera pura- pura mengalihkan perhatian dari suara Victoria benar- benar memalukan. Tapi mungkin karena Jacob pemilik saham rumah sakit ini juga yang membuat Victoria
Dengan geram pria berwajah tampan itu segera menuju ke tempat di mana ibu tirinya berada. Wanita itu memang benar-benar sudah keterlaluan dia tidak bisa lagi didiamkan. Check up akan memastikan wanita itu masuk ke dalam penjara karena semua perbuatannya ini. Sudah ada beberapa dokumen dan data -data yang dia kumpulkan untuk memastikan wanita itu bisa dipidanakan, tapi yang ini benar -benar akan langsung menyeret wanita itu ke penjara.“Benar ini adalah mobilnya!” ujar salah satu petugas yang mengikuti Jacob setelah mereka sampai ke kastil tua Owen yang ditinggali oleh mama tiri dan papanya saat pria itu masih hidup. Jacob mendengus dengan jijik begitu melihat pergola di taman sudah menghilang. Pergola itu adalah hadiah dari papanya Jacob untuk mama kandung Jacob. Sejak kedatangan ibu tirinya, wanita itu tidak pernah menyukai pergola di taman itu, karena mengingatkan ayahnya Jacob kepada mendiang istrinya. Pada akhirnya Victoria sudah berhasil menghancurkan semua pergola itu dan mem
Hari itu adalah hari pertama kali Isabel keluar dari panti asuhan, beberapa bulan yang lalu pekerjaannya di kafe akhirnya berakhir karena atasannya memutuskan akan mengakhiri kontrak kerja sebelum selesai jangka waktu kontrak Isabel berakhir. Semua karena Isabel menolak ciumannya kemarin. Isabel bersyukur bisa menghindar pria kurus yang sudah beristri itu dari awal memang sudah seringkali menyentuh Isabel di daerah -daerah yang berbahaya. Tapi akibatnya, Isabel kini sudah habis waktunya tinggal di panti asuhan, dan juga tak punya uang untuk menyewa kosan untuk dia tinggali. Untung saja ibu panti asuhan berhasil membujuk seseorang untuk membawa Isabel untuk menjadi pelayan di sebuah rumah orang kaya.Pagi- pagi benar Isabel di bawa ke sebuah bukan rumah melainkan kastil. Dikatakan kalau mereka memang mencari gadis- gadis polos untuk dijadikan pelayan. Sebenarnya agak konyol permintaannya, gadis harus polos, tapi harus sudah berpengalaman. Tapi untungnya Isabel tetap boleh datang, k
Jacob mendengar penjelasan Ed dengan seksama. Ada saat dia rasanya ingin mencekik asistennya itu. Pria itu tak tahu diri, setelah berbagai hal yang Jacob lakukan untuknya, bisa- bisanya Ed melakukan semua hal menjijikkan itu padanya. Seharusnya dia membunuh Ed saat ini juga. Tapi entah kenapa penjelasan yang Ed katakan padanya seakan mengingatkan Jacob akan semua kesalahannya dulu pada Naftalie. Mungkin dia juga memperlakukan Ed seenaknya seperti dulu dia memperlakukan Naftalie. Bukan … bukan kemungkinan, ini bahkan suatu kepastian. Melihat wajah Ed menceritakan sakit hatinya, Jacob merasa seperti ditampar sekarang. Dia memang keterlaluan. Dia kini heran kenapa Ed bisa berbalik dan mengakui ini semua, padahal dengan semua yang dia miliki, dia bisa saja bersama Victoria untuk menghancurkan Jacob sepenuhnya.“Lalu … kenapa kamu mengakui ini semua sekarang?” tanya Jacob dengan sangsi. Pria itu kembali mencurigai Ed hanya berlakon dan ada skema lain lagi di belakang ini.“Karena Isabel.”
“Dokumen apa Ed?” tanya Jacob mengabaikan perawat yang datang dengan wajah khawatir.“Semua dokumen yang tuan terima … itu sudah direkayasa oleh nyonya Victoria.” Jawaban yang diberikan Ed mulai masuk akal di pikiran Jacob.“Dimanipulasi … jadi …” Jacob merasakan dirinya bodoh sekali bisa diperdaya oleh nenek sihir itu.“Maaf … tapi saya harus memastikan, mengenai pembayaran …” perawat yang masuk ke kamar Ed kembali memotong pembicaraan mereka.“Pembayaran apa sih,” tanya Jacob dengan kesal karena perawat itu berani- beraninya menyalahkan pertanyaannya yang penting.“Ada seorang wanita mudah ditemukan di seorang rumah sakit yang diserang seakan mau dirampok, mengaku ada hubungan dengan bapak Ed,” ucap perawat itu segera menjelaskan dengan takut-takut. Hati Ed segera mencelos begitu mendengar kata wanita muda. Pria itu segera menyesal memberikan dokumen penting itu kepada Isabel.Tadi dia pikir hanya dia yang akan diserang, tapi ternyata sampai semua yang berhubungan dengan dirinya ju