Jacob menggigit bibirnya sambil menyetir mobil. Pria itu menyadari tatapan keraguan yang ada di wajah Sam dan Nina. “Tak bisa dibiarkan terus kalau begini, nanti bisa-bisa semua yang aku rencanakan gagal.”Pria itu mendesah sambil melirik ke arah Naftalie. Wanita itu sedang sibuk memperhatikan lampu-lampu di bangunan yang mereka lewati. Kepolosan wanita itu membuat Jacob merasa sedang melihat anak kecil memandangi balon.“Kemarin tatapan Victoria juga seperti curiga, jangan sampai nenek lampir tau,” geram Jacob mendesah dalam hatinya. Pria itu melirik istrinya kembali lalu terpikir dengan ucapan Sam tadi. “Menurutmu … apa supaya kamu bisa cepat melahirkan anak, kita harus pergi bulan madu?” Pria itu tiba-tiba punya rencana brilian. Jika wanita itu tak bisa berakting kalau mereka sedang dimabuk cinta, bagaimana jika wanita itu benar-benar jatuh cinta padanya? “Jangan bermain api, Jacob!” desis suara dalam benaknya.Tapi Jacob mengacuhkannya. Dia tak akan mungkin jatuh cinta dengan
Pagi itu Naftalie yang bangun duluan. Atau itu yang pertama dia kira, wanita muda itu memutar tubuhnya dengan perlahan agar tidak membangunkan suaminya hanya untuk kecewa melihat pria itu tidak ada dan menggantikan dirinya dengan bantal.Naftalie segera duduk dan mengerang kesal. Dia benar-benar tak nyaman tidur mengenakan pakaian tidur itu, dan yang menyebalkannya, makhluk yang menyuruhnya mengenakan lingerie kekurangan bahan itu malah menghilang.Tapi seketika itu ingatannya muncul. Jika tidak salah mereka akan bulan madu. Di hari ketiga pernikahan mereka, mereka akhirnya akan pergi bulan madu.Naftalie jadi ingat dulu membayangkan untuk berbulan madu dengan Jason ke gunung, karena pria itu sangat suka situasi yang tenang. Kira- kira kalau Jacob mengajaknya ke mana ya?Sambil mengganti bajunya menjadi kaos dan celana pendek, wanita itu keluar dan mencari suaminnya. Selama tiga hari menikah kemarin, selalu ada wanita yang menunggu Naftalie dan mengurusnya, tapi hari ini wanita pelaya
Naftalie mendesah pelan sambil memandang makanan di hadapannya. Pria itu tak akan datang sarapan. Entah karena lupa entah karena apa, tapi sepertinya Naftalie terlalu membesar-besarkan tentang masalah serius menikah. Lagi pula pria seperti Jacob, buat apa serius menikah dengan dirinya? Seorang Naftalie Ambrosia yang bukan siapa-siapa?Naftalie kembali mendesah sambil melihat banyaknya makanan yang sia-sia ini. Wanita itu berdiri lalu menatap pelayan yang berdiri di dekatnya.“Makanan ini kalau nggak dimakan, diapain?” tanya Naftalie membuat wanita muda itu segera mendekat dengan bingung.“Makanan … maksudnya semua ini? Kami nggak akan makan makanan nyonya. Kami punya makanan sendiri. Nyonya jangan khawatir. Masih banyak di belakang kalau kurang nyonya,” ujar wanita itu sambil menunduk ketakutan.“Aku nggak tanya kamu makan atau nggak, aku cuma mau tau, seperti sekarang kan aku nggak makan nih semuanya, si Jacob juga sepertinya nggak makan, jadi ini sisanya kemana semua?”Bola mata h
Dengan hati yang ringan dan senyum di bibirnya Naftalie duduk di samping Jacob. Pria itu dengan manisnya menggenggam tangan Naftalie di dalam mobil.“Kita mau ke mana?” tanya Naftalie sambil memandang suaminya. Pria itu membalas senyuman Naftalie sehingga membuat Naftalie semakin berani bertanya.“Ih kok malah senyum, aku tanya, kita mau ke mana?” kekeh Naftalie merajuk dan menggoyangkan lengan suaminya.Ed yang bertugas mengawal mereka sampai destinasi segera melirik lewat cermin tengah mobil. Dalam empat hari pernikahan tuannya, dia melihat perbedaan yang sangat jelas sekarang.Awalnya Jacob terlihat sangat jijik dan benci pada Naftalie, sekarang pria itu malah dengan sengaja menggandeng wanita itu dari dalam rumah sampai ke dalam mobil. Ed memperhatikan dengan bingung. Sekarang bagaimana seharusnya dia memperlakukan Naftalie?Jelas-jelas Ed tahu kalau wanita itu hanyalah istri kontrak setahun tuannya tetapi kini kenapa rasanya Jacob memperlakukannya lebih dari seharusnya?Wanita i
Sebenarnya daftar email Jacob masih sangat banyak, karena pernikahan dan segala urusan Naftalie kemarin, Jacob belum benar-benar mengerjakan semua pekerjaannya. Pria itu terus meng-scroll mouse laptopnya lalu mengerang. Halaman yang sudah dia buka dan kerjakan sudah tertimbun email yang lebih baru. Inilah mengapa Jacob benci menunda-nunda pekerjaan. Kalau begini terus Jacob akan menghabiskan seumur hidupnya di depan laptopnya. “Semua ini karena wanita itu!” pikir Jacob segera mencari kambing hitam atas semua masalah ya. Secara reflek pria itu menoleh untuk melihat istri barunya itu. Jacob segera mendengus melihat wanita itu tertidur.“Haish, enak banget dia tidur!” desis Jacob mengambil tisu dan meremasnya untuk meleparkannya ke wajah Naftalie.Tapi walau sudah kena bola tisu, wanita itu tetap tertidur lelap. Akhirnya Jacob malah dengan penasaran memperhatikan wajah Naftalie yang seperti bayi.“Dasar wanita aneh, jelas-jelas dia tahu kalau kami akan bulan madu, tapi bisa-bisanya dia
Wajahnya segera memerah dan bola mata hijaunya yang tadi memandang Jacob, kini hanya berani melirik karena malu. Lagi-lagi Jacob merasa gemas dengan kelakuan wanita yang kini sudah resmi menjadi istrinya itu. Kepolosannya membuat Jacob merasa sedang menghadapi anak kecil.“Aku hanya mendengar, katanya lebih baik pacaran setelah menikah,” ucap wanita itu dengan suara rendah dan sama sekali tidak mau menatap ke arah wajah suaminya. Jacob tersenyum dan semakin senang melihat istrinya mati kutu.“Nah itu aku kurang mengerti konsepnya, aku tak mendengar istilah pacaran sebelum menikah. “Bisa kamu jelaskan, kenapa lebih enak pacaran setelah menikah daripada sebelum menikah?” tanya Jakob pura-pura bodoh. Pria itu sangat senang melihat wanita muda di sampingnya seakan kehabisan napas.Naftalie memutar otaknya. Dia tak tahu darimana dan bagaimana konsep pacaran sebelum menikah, dia hanya gugup begitu Jacob tiba- tiba fokus terhadap dirinya.“Nggak tau ah, aku nggak ngerti gimana jelasinnya sam
Tak lama setelah itu, Jacob melepaskan pegangan tangannya. Pria itu mengecup punggung tangan Naftalie lalu tersenyum. Namun suasana di antara mereka sudah berbeda, Naftalie merasa mereka lebih dekat dengan suaminya sehingga walaupun Jacob kembali bekerja, dengan berani wanita itu meletakkan kepalanya di pundak suaminya. Rasanya begitu nyaman seakan Naftalie mendapatkan sandaran baru dalam hidupnya.Namun kenyamanan itu tak bertahan lama karena sebentar lagi mereka harus siap-siap turun dari pesawat karena sudah sampai.Walaupun seharusnya Naftalie tidak merasa heran, tapi nyatanya wanita itu tetap bingung ketika begitu dia sampai ternyata mereka sampai di sebuah pulau yang sangat indah yang ternyata adalah milik Jacob juga.Pulau itu tidak terlalu besar sehingga satu pulau itu hanya berisi resort milik Jacob saja. Semua itu Naftalie diketahui karena begitu turun dari pesawat, pria itu segera melakukan pemeriksaan terhadap resor mewahnya itu. Pria itu seakan lupa ada Naftalie yang m
Walau sebenarnya seharusnya Jacob kembali ke kantor resor untuk membereskan semua kekacauan yang terjadi di resor itu, tapi nyatanya pria itu malah ikut duduk di atas tempat tidur memperhatikan Naftalie yang sedang sibuk membongkar baju-baju yang telah disiapkan oleh Ed.Wanita itu bersikeras untuk segera mengganti bajunya dengan baju renang. Tetapi, setiap baju renang yang dia mau kenakan selalu mendapat protes kencang dari Jacob. Naftalie mendengus sambil menarik sebuah baju renang dua potong yang atasnya berbentuk tali-tali sedangkan bawahnya berbentuk celana pendek ketat, bukan segitiga seperti yang tadi diprotes oleh Jacob. Entah sudah berapa pasang baju renang yang semuanya ditolak oleh Jacob.“Ini atasnya kenapa tali-tali, yang beneran ketutup dong, kamu ngga takut kulit kamu terbakar?” ujar Jacob sambil menarik baju renang itu dan melemparnya ke lantai menyusul berbagai baju renang yang sudah Naftalie tunjukkan tadi.“Aku juga nggak tahu, ini semua kan yang siapin si Ed,”