Share

Sandiwara Yang Ketahuan

Penulis: Sasa Sun
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-14 16:12:23

“Shit! Si tua bangka itu sungguh-sungguh menguji kesabaranku!” Alfreed langsung mengumpat, begitu dia sampai di pintu keluar kantor sipil. Sengaja dia meninggalkan Luisa dan kakeknya lebih dulu sebab sudah tak tahan ingin meledak.

Satu-satunya orang yang terpikirkan olehnya sekarang adalah Paul. Langsung dia telepon asistennya itu.

“Kau tahu, kesialan sudah menimpaku saat ini. Si tua bangka itu menikahkan kami seperti kilat, dan setelahnya dia malah beracting menjadi orang termiskin di dunia yang tidak punya tempat tinggal selain menumpang di rumahku. Damn it!” Alfreed berteriak di ujung kalimatnya. Dia bahkan menendang ban mobil orang sampai alarmnya berbunyi.

Terkejut, buru-buru dia berpindah tempat. Tak mau sampai ada yang tahu kelakuan bodohnya itu.

“Suara apa itu, Tuan?” Di ujung telepon Paul juga ikut terkejut.

“Tidak perlu kau tanyakan! Sekarang cepat pikirkan solusinya! Sebab kau yang harus bertanggung jawab atas ide bodohmu ini!” hardik Alfreed.

Paul menelan ludah. Dia sendiri tak menyangka kalau Tuan Besar akan bertindak begitu cepat.

“Begini saja, Tuan. Anda bisa memakai apartemen saya sebagai tempat tinggal sementara. Lingkungan dan kondisinya menengah, tidak high class, jadi saya yakin Nyonya tidak akan curiga.” Paul belum bisa berpikir lebih jauh, maka dia menawarkan apartemennya sendiri untuk ditinggali.

“Nyonya? Siapa yang kau panggil Nyonya? Wanita itu?”

“Maafkan saya, Tuan. Bukan maksud saya lancang, tapi biar bagaimanapun Luisa sudah menjadi istri anda sekarang, maka saya harus memanggilnya begitu,” terang Paul.

“Tidak perlu! Dia hanya istri di atas kertas, dan kau jangan lupa dengan sandiwara pura-pura miskin yang terpaksa aku jalani ini, jadi tidak ada Tuan dan Nyonya di kehidupan kami,” ucap Paul.

“Baik, Tuan. Kalau begitu saya akan persiapkan semuanya. Dalam dua jam apartemen saya akan siap untuk anda tinggali.”

Alfreed mengangguk. Sedikit tenang dia sekarang. Bersamaan dengan itu, sang kakek dan Luisa pun keluar dari kantor sipil.

“Sekarang bagaimana kalau kita makan siang bersama. Kebetulan ada temanku yang mempunyai restoran kecil di dekat sini. Anggap saja ini perayaan hari pernikahan kalian. Uangku masih cukup kalau hanya untuk mentraktir makan,” ucap kakek.

Luisa tersenyum menyetujui permintaan Kakek Scott, sementara Alfreed menolak.

“Tidak bisa, Kek. Aku harus segera kembali ke kantor.”

“Yang benar saja. Masa orang baru saja menikah harus bekerja di hari yang sama?! Siapa bosmu yang tidak punya pikiran itu?!” Kakek sengaja menyindir cucunya sendiri.

“Kakek tidak perlu tahu siapa bosku. Intinya aku tidak bisa buang-buang waktu.” Alfreed tetap menolak.

“Ya sudah, kau pergi ‘lah. Biar aku dan Luisa yang makan siang bersama. Setelah itu kami akan langsung pulang ke rumahmu.” Kakek mengalah.

Sebelum melangkah pergi, Alfreed mendekat pada kakeknya. “Jangan macam-macam dengan istriku, Kek, dan jangan pernah bawa dia ke rumahku. Nanti aku kabari kemana kalian harus pulang. Aku akan mempersiapkannya lebih dulu.”

Kakek Scott tiba-tiba saja tertawa. “Hehehe ..., manis sekali kau, Alfreed. Anggap saja pernikahan ini hadiah dariku yang tidak punya apa-apa. Jadi kau tidak perlu mengganti biayanya.”

Acting kakek Scott memang sangat ahli. Apa yang Alfreed bisikkan dibalasnya dengan kalimat yang berbeda.

Alfreed malas menanggapinya lagi. Terserahmu saja ‘lah mau bilang apa, pikirnya.

Langsung dia putar balik. Tapi baru saja satu langkah kakinya beranjak, kaosnya ditarik dari belakang.

“Heh! Begitu caramu meninggalkan istrimu?” Rupanya tangan sang Kakek yang menarik.

“Memangnya harus bagaimana?” tanya Alfreed.

“Betul ‘kan yang aku bilang, Luisa. Cucuku ini memang bodoh. Makanya aku heran kenapa kau mau menikah dengannya.”

“Kek ..!” protes Alfreed dikatai begitu.

Luisa yang melihat keadaan itu angkat bicara. “Tidak apa-apa, Kek. Aku suka sikapnya yang seperti itu. Terlihat dingin tapi sesungguhnya hangat.”

“Oh ya, benarkah begitu?” Kakek tidak yakin, diliriknya Alfreed yang ikut terkejut dengan ucapan Luisa.

“Beruntung kau memiliki istri pengertian sepertinya. Ya sudah, kau pergi sana.” Kakek mengibas-ngibaskan tangannya menyuruh Alfreed pergi.

---------

Sesuai janji Paul, apartemen tempatnya tinggal dalam dua jam disulap menjadi milik bosnya. Beberapa barang Alfreed saat masih kuliah dulu dia letakkan di sana.

“Maaf Tuan, saya bingung harus meletakkan barang-barang anda yang mana. Jadi saya putuskan yang seperti ini,” ucap Paul. Tampak sebuah gitar klasik bersandar rapi di sudut kamar dan sebuah figura kecil yang berisi foto Alfreed saat kuliah di atas nakas.

“Saya juga sudah memindahkan barang-barang Luisa dari hotel ke kamar ini.” Paul membuka lemari baju, menunjukkan tas kecil milik Luisa.

“Apa isinya?” tanya Alfreed.

“Tidak tahu, Tuan. Apa anda mau saya buka?” tawar Paul.

“Tidak usah.” Dari tas, mata Alfreed beralih ke tumpukan pakaian yang tersusun rapi.

“Milik siapa semua pakaian ini?” Melotot mata Alfreed memandang asistennya. Dia teringat dengan baju security hotel yang kemarin dipinjamkan Paul.

“S-saya membelinya, Tuan. Saya berani sumpah kalau ini bukan milik siapapun.” Paul tidak berbohong, tapi juga tidak sepenuhnya jujur, sebab dia mendapatkan semua itu dari toko barang bekas.

“Buang! Aku tidak mau mengenakannya. Aku tidak mau terlihat seperti orang bodoh setiap hari.”

“Tapi, Tuan, nanti sandiwara anda akan ketahuan.”

“Kau yang harus pikirkan bagaimana caranya. Yang jelas aku ingin pakaian milikku sendiri! Aku setuju hanya mengenakan kaos dan kemeja tanpa jas.”

Mau tidak mau Paul mengangguk. Entah bagaimana caranya nanti akan dia pikirkan.

Disaat yang sama bel pintu berbunyi.

“Cepat, kau bukakan pintunya, itu pasti mereka,” perintah Alfreed.

“Baik, Tuan, tapi ... sekarang ini adalah apartemen anda, Tuan, dan peran saya di sini sebagai tamu sekaligus se-sepupu anda.” Sedikit gagap Paul menyebut kata sepupu.

“Argh, sialan! Jadi aku harus bagaimana?!” Alfreed memaki kesal. Baru kali ini dia tidak bisa memerintah bawahannya.

“Ayo, kita keluar dulu, Tuan.” Paul mengajak Alfreed keluar dari kamar. Lalu menjelaskan kalau bosnya lah yang seharusnya membuka pintu sementara dia duduk di sofa.

Mau tidak mau Alfreed menurut.

“Lama sekali kau membuka pintu, sedang apa rupanya?” protes kakek Scott begitu dia dan Luisa masuk.

Bangkit dari sofa, Paul buru-buru mendekat lalu memegangi tangan Kakek Scott. “Kek ... Aku pikir siapa, ternyata kau yang datang.”

Paul tersenyum kaku pada sang Tuan Besar. Sejujurnya dia ketakutan sudah melakukan tindakan itu. Namun demi kelancaran sandiwara bosnya, apapun akan dia pertaruhkan.

Sementara Alfreed dan kakeknya, sudah pasti terkejut dengan reaksi Paul. Untungnya kakek Scott buru-buru mencairkan suasana.

“Eh, Paul, kau di sini juga ternyata.”

Kakek mendekatkan bibirnya ke telinga Paul. “Memangnya peranmu sebagai apa di sini? Kenapa sampai memegangi tanganku?

“Ma-maaf, Tuan Besar. Demi Tuhan, saya minta maaf sudah lancang. Saya diminta Tuan Alfreed menjadi sepupu jauhnya.” Paul membawa nama Alfreed sebagai alasan.

Kakek Scott mengangguk sembari tangannya mengangkat jempol.

“Ya sudah kalau begitu, bawa Istrimu ke kamar Alfreed. Dia pasti butuh istirahat.”

Sekarang giliran Alfreed yang kaku. Bukan dia tidak terbiasa dengan wanita, tapi kali ini konteksnya berbeda. Luisa bukan perempuan bayaran, yang bisa seenaknya dia sentuh begitu saja.

“Apalagi yang kalian tunggu? Memangnya kalian tidak saling merindu sudah terpisah seharian?” Setahu kakek yang namanya pengantin baru tentu tidak ingin lama-lama berjauhan.

“Apa? Rindu?” sahut Alfreed dengan ekspresi terkejut.

“Ya, rindu. Memangnya ada yang salah dengan kalimatku?” tanya kakek balik. Dia jadi heran dengan cucunya itu, mengaku punya kekasih, tapi setelah dinikahkan malah sikapnya aneh begini?

“Kek, mungkin Alfreed hanya shock tiba-tiba sudah jadi suami. Biasanya dia tidak seperti ini. Kemarin saat aku temani menjemput Luisa di bandara, mereka tidak malu berciuman di depanku. Hehehe ...” Paul angkat bicara, sambil sedikit tertawa demi menyelamatkan bosnya.

Tapi pengakuan bohong itu justru membuat pipi Luisa memerah. Hal yang tidak mungkin terjadi antara dirinya dan Alfreed sebab mereka hanya menikah di atas kertas.

“Ya sudah, masuk ‘lah, kalian bebas menghabiskan waktu semalaman di kamar. Ya kan, kek,” lanjut Paul lagi tanpa menghilangkan tawanya.

‘Tutup mulutmu, Paul! Membuatku malu, saja! Mengatakan hal yang tidak-tidak! Awas kau besok di kantor!’ menggeram Alfreed dalam hati.

Sebelum emosinya makin menjadi, dia tarik tangan Luisa untuk dibawa masuk ke kamar.

“Jangan salah paham. Aku memegang tanganmu karena di depan kakek. Dan selama dia tinggal di sini, kita terpaksa tidur satu kamar. Tapi kau tidak usah khawatir. Aku akan tidur di sofa.” Alfreed menarik satu bantal dan satu guling dari kasur pindah ke sofa.

“Jangan, biar aku saja yang di sofa. Kau bisa tidur di ranjang. Kan aku yang menumpang di rumahmu,” cegah Luisa.

“Bagus ‘lah kalau kau mengerti posisimu.”

Luisa menghela napas kesal membelakangi Alfreed. ‘Dia sungguh-sungguh berbeda dari Alfreed yang kukenal dulu.’

Pagi menjelang, Alfreed membuka matanya. Baru saja dia bangkit dari ranjang, dilihatnya Luisa sudah rapi keluar dari kamar mandi.

“A-aku akan menyiapkan sarapan. Ada bahan-bahannya ‘kan di kulkas?” tanya Luisa.

“Entahlah, aku tidak tahu.” Alfreed bergegas ke kamar mandi. Mana dia tahu apa saja yang ada di kulkas Paul.

Lagi-lagi Luisa menghela napas. Sikap acuh Alfreed sungguh diluar dugaannya. Beruntung Paul sudah mempersiapkan apartemen itu dengan baik berikut dengan semua perlengkapannya.

Saat Luisa sedang berkutat di dapur, tiba-tiba pintu apartemen terbuka. Hampir saja dia melemparkan telur ke orang yang menerobos masuk, sebab ternyata itu adalah Paul.

“Maaf, Luisa. Aku mengagetkanmu, ya? Aku sengaja tidak menekan bel khawatir kakek terbangun. Ini aku hanya mengantarkan pakaian Alfreed, sebab selama ini dia selalu menginap di tempatku. Kau pasti paham ‘lah dua lelaki kesepian. Dan ini sekalian, access card apartemen Alfreed yang masih kupegang, sekarang jadi milikmu.”

Belum hilang rasa terkejutnya, Luisa hanya menganggukkan kepala.

“Sekarang tolong kau berikan tas ini pada Alfreed, ya. Dia membutuhkannya untuk ke kantor. Kalau begitu aku pamit. Aku juga harus bersiap-siap ke kantor.” Paul langsung pergi.

Luisa mencuci tangannya sebentar lalu membawa tas tersebut ke kamar. Di saat yang sama Alfreed keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di pinggang. Bukan maksudnya berpenampilan begitu, tapi selesai mandi dia baru ingat kalau pakaiannya belum diantarkan oleh Paul.

Melihat pemandangan itu, Luisa refleks berbalik badan. Seketika jantungnya berdetak cepat. “Ma-maaf, aku tidak sengaja. Aku hanya mengantarkan ini. Barusan Paul datang memberikannya.”

“Letakkan saja di situ,” jawab Alfreed singkat.

Sayang, pintu kamar mereka ternyata tidak tertutup rapat. Kejadian itu terlihat oleh Kakek Scott yang baru saja bangun. Kakek jadi curiga kalau sesungguhnya Alfreed tidak punya hubungan apapun dengan Luisa, sebab tidak mungkin sepasang kekasih bereaksi begitu.

Kakek kembali masuk ke kamarnya. “Aku yakin bocah satu itu pasti sudah menipuku. Berapa dia bayar Luisa untuk melakukan ini? Tapi ..., kenapa harus bersandiwara pura-pura miskin. Apa sesungguhnya permainan yang dia rencanakan?”

Sedang sibuk kakek mondar-mandir memikirkan taktik cucunya, pintu kamar diketuk.

“Kek, ini aku.” Suara Alfreed terdengar dari luar.

Reflek kakek mengambil ponsel. Dia tekan nomor seseorang untuk di telepon.

Alfreed membuka pintu kamar. “Ayo, sarapan. Luisa sudah menyiapkannya.”

“Sebentar, aku sedang bicara dengan David,” jawab Kakek. Ternyata dia menelepon pengacaranya.

“Ya, David. Aku sudah memutuskannya kali ini, tolong kau ubah surat wasiatku. Alihkan semua hartaku ke Children’s Aid Society saat aku mati nanti. Lebih baik aku beramal saja daripada harus meninggalkan harta pada seorang penipu. Aku memang sudah tua, tapi tidak begitu bodoh untuk tahu mana yang sesungguhnya dan mana yang hanya tipuan belaka.”

Ternganga Alfreed mendengar pembicaraan itu.

‘Damn! Bagaimana mungkin si tua bangka ini bisa tahu? Padahal aku tidak melakukan kesalahan sedikitpun!’

Usai menutup telepon, kakek memandang cucunya serius. “Aku rasa pilihanmu untuk pura-pura miskin sangat tepat, kau mulai berlatih sejak sekarang. Dan aku akan langsung katakan semua ini di depan istrimu. Aku penasaran, kau janjikan apa dia sampai mau bersandiwara seperti ini?”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Istri Kontrak CEO incaran Tuan Mafia    Menjadi Suami Istri Sungguhan

    “A-apa yang kau bicarakan, Kek?” Kakek mendecis, muak dia dengan pertanyaan Alfreed. Padahal sejujurnya cucunya itu kalut bukan main. Bagaimana tidak, perusahaan yang sudah susah payah dia pimpin hingga sebesar ini, harus diserahkan ke panti sosial begitu saja. Hal gila yang sungguh menghancurkan hidupnya. “Aku tidak menjanjikan apapun padanya. Dia sungguh wanita yang ingin kunikahi. Kan sudah aku bilang padamu!” Alfreed berusaha mengelak. “Halah ... kau kira aku sebodoh itu untuk tahu mana yang sepasang kekasih sungguhan dan yang tidak.” Kakek Scott melotot. “Kapan aku bilang kami sepasang kekasih?” Tercengang Kakek mendengar pernyataan itu. “Lalu apa hubungan kalian sesungguhnya?” “Dia ...” Alfreed bingung harus mengarang cerita apa sekarang. Tatapan kakeknya membuat dia tak bisa berpikir jernih. “Dia wanita yang sudah lama kukenal. Kami memang tidak pernah punya hubungan. Tapi dia menyukaiku dan aku ..., ya, aku juga menyukainya.” Alfreed tidak berani menatap mata k

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-07
  • Istri Kontrak CEO incaran Tuan Mafia    Ancaman Sang Kakek

    "Kau pikir kau siapa?! Kalau bukan karena kekayaan yang kakek miliki, kau tidak akan jadi sebesar ini, Alfreed! Kau boleh saja menjadi seorang CEO yang hebat, tapi jangan pernah lupa kalau aku adalah owner-nya. Aku yang sesungguhnya pemilik ratusan hotel Scott di seluruh dunia. Namaku yang orang-orang kenal, Scott Ferdinand. Jadi stop mendebatku dengan berbagai macam alasanmu itu! Cukup turuti mauku kalau kau masih ingin menikmati semua yang kumiliki! Jika tidak, aku akan menyerahkan seluruhnya ke panti sosial! Camkan itu!--------Bruak!“Aarrrgh ..., fuck this shit!” Alfreed menendang kursi kebesarannya di kantor saat mengingat kejadian sore tadi. Ancaman sang kakek yang membuat emosinya langsung mendidih.“Sialan! Si tua bangka itu lagi-lagi mengancamku dengan tuntutannya! Kenapa dia tidak mati saja?! Umurnya terlalu panjang menjadi manusia, bahkan ayahku lebih dulu mati daripada dia! Damn it!”“Ini tidak adil! Apa hak dia memaksaku menikah dan punya anak? Ini hidupku! Aku yang men

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-26
  • Istri Kontrak CEO incaran Tuan Mafia    Menemukan Calon Nyonya

    (Tiga hari sebelumnya)Malam itu Paul bergegas menuju bandara. Tujuannya adalah Mexico, sebab selain karena Bibinya tinggal di sana, Paul yakin kalau tidak akan ada satupun perempuan Mexico yang mengenal siapa keluarga Scott.Menempuh perjalanan udara lebih kurang 6 jam dari Washington DC, akhirnya Paul pun sampai. Tempat pertama yang dia kunjungi setelah dari bandara adalah panti asuhan. Paul mengira bisa menemukan perempuan cantik yang hidup sebatang kara dan mau menikah kontrak dengan bosnya. Tapi sayang pilihannya itu zonk. Enam panti asuhan sudah Paul datangi selama dua hari, tapi tak dia temukan gadis menarik yang cocok bersanding dengan bosnya. Sekalinya ada yang memenuhi kriteria, saat ditanyai cita-citanya justru menjadi biarawati. “Ah, kacau ... Waktuku sudah terbuang sia-sia di sini,” gumam Paul berdecak. Dia pikir bisa dengan mudah menemukan perempuan itu, tapi ternyata sulitnya bukan main. Saat Paul sedang duduk menikmati kopi sembari berpikir, Bibinya datang mendekat.

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-26
  • Istri Kontrak CEO incaran Tuan Mafia    Setuju Untuk Menikah

    Washington DC. Tak pernah terbayangkan oleh Luisa dia akan menjejakkan kaki di kota ini. Turun dari taksi, Paul membantu Luisa untuk check-in di hotel. “Oke, ini kuncinya.” Paul menyerahkan kunci kamar pada Luisa.“Kau bisa langsung beristirahat di kamar, Luisa. Dan aku harus pergi, ada hal mendesak yang wajib kuselesaikan,” sambung Paul.Luisa tak menjawab. Dia hanya menatap Paul dengan raut wajah khawatir.“Jangan khawatir, aku pasti akan kembali. Aku tidak terpikir sedikitpun untuk menipumu. Sesuai kesepakatan kita tadi, aku akan membantumu dan kau tentu juga akan membantuku ‘kan?” Luisa pun mengangguk.Dua jam lebih setelah kepergian Paul, seseorang tiba-tiba mengetuk pintu kamar Luisa. Reflek gadis itu menyeka air matanya. Ya, kesendiriannya di kamar hotel itu membuat dia kembali teringat dengan nasib malang yang silih berganti menimpanya.“Luisa ..., ini aku, Paul. Aku tunggu kau di lobi sekarang, ya,” ucap Paul dari luar.Sampai di lobi hotel, ternyata Paul memperkenalkan Luis

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-03
  • Istri Kontrak CEO incaran Tuan Mafia    Nikah Dadakan

    Alfreed bersiap dengan setelan kantornya. Usai menyemprotkan parfum di beberapa bagian, pria berjas itu melangkah keluar dari kamar. Langsung dia dikejutkan dengan Kakek Scott yang ternyata sudah berdiri di depan pintu. “Sudah kuduga, kau hanya membohongi kakekmu.” Sang kakek melihat penampilan cucunya yang sudah rapi dengan setelan kantor. “Membohongi?” Alfreed mengernyit tak mengerti. “Semalam kau berjanji akan membawa calon istrimu padaku,” jawab Kakek “Astaga ... Iya, aku lupa. Tunda saja hari ini. Besok aku janji akan membawanya padamu.” Dengan enteng Alfreed mengganti janjinya ke hari esok sebab dia juga belum memberitahu Paul prihal ini. “Tidak bisa! Seenaknya saja kau mengganti hari! Aku paling benci yang seperti itu!” Kakek Scott melotot. “Tapi aku ada meeting pagi, Kek, dan ini penting.” “Kau bisa menyuruh Paul untuk mewakilimu di meeting, jadi sekarang kau harus mengantarkan aku bertemu dengannya!” Kakek Scott bersikeras. Sudah jelas jika berdebat dengan san

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-12

Bab terbaru

  • Istri Kontrak CEO incaran Tuan Mafia    Menjadi Suami Istri Sungguhan

    “A-apa yang kau bicarakan, Kek?” Kakek mendecis, muak dia dengan pertanyaan Alfreed. Padahal sejujurnya cucunya itu kalut bukan main. Bagaimana tidak, perusahaan yang sudah susah payah dia pimpin hingga sebesar ini, harus diserahkan ke panti sosial begitu saja. Hal gila yang sungguh menghancurkan hidupnya. “Aku tidak menjanjikan apapun padanya. Dia sungguh wanita yang ingin kunikahi. Kan sudah aku bilang padamu!” Alfreed berusaha mengelak. “Halah ... kau kira aku sebodoh itu untuk tahu mana yang sepasang kekasih sungguhan dan yang tidak.” Kakek Scott melotot. “Kapan aku bilang kami sepasang kekasih?” Tercengang Kakek mendengar pernyataan itu. “Lalu apa hubungan kalian sesungguhnya?” “Dia ...” Alfreed bingung harus mengarang cerita apa sekarang. Tatapan kakeknya membuat dia tak bisa berpikir jernih. “Dia wanita yang sudah lama kukenal. Kami memang tidak pernah punya hubungan. Tapi dia menyukaiku dan aku ..., ya, aku juga menyukainya.” Alfreed tidak berani menatap mata k

  • Istri Kontrak CEO incaran Tuan Mafia    Sandiwara Yang Ketahuan

    “Shit! Si tua bangka itu sungguh-sungguh menguji kesabaranku!” Alfreed langsung mengumpat, begitu dia sampai di pintu keluar kantor sipil. Sengaja dia meninggalkan Luisa dan kakeknya lebih dulu sebab sudah tak tahan ingin meledak. Satu-satunya orang yang terpikirkan olehnya sekarang adalah Paul. Langsung dia telepon asistennya itu. “Kau tahu, kesialan sudah menimpaku saat ini. Si tua bangka itu menikahkan kami seperti kilat, dan setelahnya dia malah beracting menjadi orang termiskin di dunia yang tidak punya tempat tinggal selain menumpang di rumahku. Damn it!” Alfreed berteriak di ujung kalimatnya. Dia bahkan menendang ban mobil orang sampai alarmnya berbunyi. Terkejut, buru-buru dia berpindah tempat. Tak mau sampai ada yang tahu kelakuan bodohnya itu. “Suara apa itu, Tuan?” Di ujung telepon Paul juga ikut terkejut. “Tidak perlu kau tanyakan! Sekarang cepat pikirkan solusinya! Sebab kau yang harus bertanggung jawab atas ide bodohmu ini!” hardik Alfreed. Paul menelan

  • Istri Kontrak CEO incaran Tuan Mafia    Nikah Dadakan

    Alfreed bersiap dengan setelan kantornya. Usai menyemprotkan parfum di beberapa bagian, pria berjas itu melangkah keluar dari kamar. Langsung dia dikejutkan dengan Kakek Scott yang ternyata sudah berdiri di depan pintu. “Sudah kuduga, kau hanya membohongi kakekmu.” Sang kakek melihat penampilan cucunya yang sudah rapi dengan setelan kantor. “Membohongi?” Alfreed mengernyit tak mengerti. “Semalam kau berjanji akan membawa calon istrimu padaku,” jawab Kakek “Astaga ... Iya, aku lupa. Tunda saja hari ini. Besok aku janji akan membawanya padamu.” Dengan enteng Alfreed mengganti janjinya ke hari esok sebab dia juga belum memberitahu Paul prihal ini. “Tidak bisa! Seenaknya saja kau mengganti hari! Aku paling benci yang seperti itu!” Kakek Scott melotot. “Tapi aku ada meeting pagi, Kek, dan ini penting.” “Kau bisa menyuruh Paul untuk mewakilimu di meeting, jadi sekarang kau harus mengantarkan aku bertemu dengannya!” Kakek Scott bersikeras. Sudah jelas jika berdebat dengan san

  • Istri Kontrak CEO incaran Tuan Mafia    Setuju Untuk Menikah

    Washington DC. Tak pernah terbayangkan oleh Luisa dia akan menjejakkan kaki di kota ini. Turun dari taksi, Paul membantu Luisa untuk check-in di hotel. “Oke, ini kuncinya.” Paul menyerahkan kunci kamar pada Luisa.“Kau bisa langsung beristirahat di kamar, Luisa. Dan aku harus pergi, ada hal mendesak yang wajib kuselesaikan,” sambung Paul.Luisa tak menjawab. Dia hanya menatap Paul dengan raut wajah khawatir.“Jangan khawatir, aku pasti akan kembali. Aku tidak terpikir sedikitpun untuk menipumu. Sesuai kesepakatan kita tadi, aku akan membantumu dan kau tentu juga akan membantuku ‘kan?” Luisa pun mengangguk.Dua jam lebih setelah kepergian Paul, seseorang tiba-tiba mengetuk pintu kamar Luisa. Reflek gadis itu menyeka air matanya. Ya, kesendiriannya di kamar hotel itu membuat dia kembali teringat dengan nasib malang yang silih berganti menimpanya.“Luisa ..., ini aku, Paul. Aku tunggu kau di lobi sekarang, ya,” ucap Paul dari luar.Sampai di lobi hotel, ternyata Paul memperkenalkan Luis

  • Istri Kontrak CEO incaran Tuan Mafia    Menemukan Calon Nyonya

    (Tiga hari sebelumnya)Malam itu Paul bergegas menuju bandara. Tujuannya adalah Mexico, sebab selain karena Bibinya tinggal di sana, Paul yakin kalau tidak akan ada satupun perempuan Mexico yang mengenal siapa keluarga Scott.Menempuh perjalanan udara lebih kurang 6 jam dari Washington DC, akhirnya Paul pun sampai. Tempat pertama yang dia kunjungi setelah dari bandara adalah panti asuhan. Paul mengira bisa menemukan perempuan cantik yang hidup sebatang kara dan mau menikah kontrak dengan bosnya. Tapi sayang pilihannya itu zonk. Enam panti asuhan sudah Paul datangi selama dua hari, tapi tak dia temukan gadis menarik yang cocok bersanding dengan bosnya. Sekalinya ada yang memenuhi kriteria, saat ditanyai cita-citanya justru menjadi biarawati. “Ah, kacau ... Waktuku sudah terbuang sia-sia di sini,” gumam Paul berdecak. Dia pikir bisa dengan mudah menemukan perempuan itu, tapi ternyata sulitnya bukan main. Saat Paul sedang duduk menikmati kopi sembari berpikir, Bibinya datang mendekat.

  • Istri Kontrak CEO incaran Tuan Mafia    Ancaman Sang Kakek

    "Kau pikir kau siapa?! Kalau bukan karena kekayaan yang kakek miliki, kau tidak akan jadi sebesar ini, Alfreed! Kau boleh saja menjadi seorang CEO yang hebat, tapi jangan pernah lupa kalau aku adalah owner-nya. Aku yang sesungguhnya pemilik ratusan hotel Scott di seluruh dunia. Namaku yang orang-orang kenal, Scott Ferdinand. Jadi stop mendebatku dengan berbagai macam alasanmu itu! Cukup turuti mauku kalau kau masih ingin menikmati semua yang kumiliki! Jika tidak, aku akan menyerahkan seluruhnya ke panti sosial! Camkan itu!--------Bruak!“Aarrrgh ..., fuck this shit!” Alfreed menendang kursi kebesarannya di kantor saat mengingat kejadian sore tadi. Ancaman sang kakek yang membuat emosinya langsung mendidih.“Sialan! Si tua bangka itu lagi-lagi mengancamku dengan tuntutannya! Kenapa dia tidak mati saja?! Umurnya terlalu panjang menjadi manusia, bahkan ayahku lebih dulu mati daripada dia! Damn it!”“Ini tidak adil! Apa hak dia memaksaku menikah dan punya anak? Ini hidupku! Aku yang men

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status