Home / Romansa / Istri Kontrak CEO incaran Tuan Mafia / 5. Sandiwara Yang Ketahuan

Share

5. Sandiwara Yang Ketahuan

Author: Sasa Sun
last update Last Updated: 2025-03-14 16:12:23

Tak tahan ingin meledak, Alfreed bergegas keluar dari kantor sipil meninggalkan kakeknya dan Luisa.

“Shit! Si tua bangka itu sungguh-sungguh menguji kesabaranku!”

Satu-satunya orang yang terpikirkan olehnya sekarang adalah Paul. Langsung dia telepon asistennya itu.

“Kau tahu, kesialan sudah menimpaku saat ini. Si tua bangka itu menikahkan kami seperti kilat, dan setelahnya dia malah beracting menjadi orang termiskin di dunia yang tidak punya tempat tinggal selain menumpang di rumahku. Damn it!” Alfreed berteriak di ujung kalimat. Dia bahkan menendang ban mobil orang sampai alarmnya berbunyi.

Terkejut, buru-buru dia berpindah tempat. Tak mau sampai ada yang tahu kelakuan bodohnya itu.

“Suara apa itu, Tuan?” Di ujung telepon Paul juga ikut terkejut.

“Tidak perlu kau tanyakan! Sekarang cepat pikirkan solusinya! Sebab kau yang harus bertanggung jawab atas ide bodohmu ini!” hardik Alfreed.

Paul menelan ludah. Dia sendiri tak menyangka kalau Tuan Besar akan bertindak begitu cepat.

“Begini saja, Tuan. Anda bisa memakai apartemen saya sebagai tempat tinggal sementara. Lingkungan dan kondisinya menengah, tidak high class, jadi saya yakin Nyonya tidak akan curiga.” Paul belum bisa berpikir lebih jauh, maka dia menawarkan apartemennya sendiri untuk ditinggali.

“Nyonya? Siapa yang kau panggil Nyonya? Wanita itu?”

“Maafkan saya, Tuan. Bukan maksud saya lancang, tapi biar bagaimanapun Luisa sudah menjadi istri anda sekarang, maka saya harus memanggilnya begitu,” terang Paul.

“Tidak perlu! Dia hanya istri di atas kertas, dan kau jangan lupa dengan sandiwara pura-pura miskin yang terpaksa aku jalani ini, jadi tidak ada Tuan dan Nyonya di kehidupan kami,” ucap Paul.

“Baik, Tuan. Kalau begitu saya akan persiapkan semuanya. Dalam dua jam apartemen saya akan siap untuk anda tinggali.”

Alfreed mengangguk. Sedikit tenang dia sekarang. Bersamaan dengan itu, sang kakek dan Luisa pun keluar dari kantor sipil.

“Sekarang bagaimana kalau kita makan siang bersama. Kebetulan ada temanku yang mempunyai restoran kecil di dekat sini. Anggap saja ini perayaan hari pernikahan kalian. Uangku masih cukup kalau hanya untuk mentraktir makan,” ucap kakek.

Luisa tersenyum menyetujui permintaan Kakek, sementara Alfreed menolak.

“Tidak bisa, Kek. Aku harus segera kembali ke kantor.”

“Yang benar saja. Masa orang baru saja menikah harus bekerja di hari yang sama?! Siapa bosmu yang tidak punya pikiran itu?!” Kakek sengaja menyindir cucunya sendiri.

“Kakek tidak perlu tahu siapa bosku. Intinya aku tidak bisa buang-buang waktu.” Alfreed tetap menolak.

“Ya sudah, kau pergi ‘lah. Biar aku dan Luisa yang makan siang bersama. Setelah itu kami akan langsung pulang ke rumahmu.” Kakek mengalah.

Sebelum melangkah pergi, Alfreed mendekat pada kakeknya. “Jangan macam-macam dengan istriku, Kek, dan jangan pernah bawa dia ke rumahku. Nanti aku kabari kemana kalian harus pulang. Aku akan mempersiapkannya lebih dulu.”

Kakek Scott tiba-tiba saja tertawa. “Hehehe ..., manis sekali kau, Alfreed. Anggap saja pernikahan ini hadiah dariku yang tidak punya apa-apa. Jadi kau tidak perlu mengganti biayanya.”

Acting kakek Scott memang sangat ahli. Apa yang Alfreed bisikkan dibalasnya dengan kalimat yang berbeda.

Alfreed malas menanggapinya lagi. Terserahmu saja ‘lah mau bilang apa, pikirnya.

Langsung dia putar balik. Tapi baru saja satu langkah kakinya beranjak, kaosnya ditarik dari belakang.

“Heh! Begitu caramu meninggalkan istrimu?” Rupanya tangan sang Kakek yang menarik.

“Memangnya harus bagaimana?” tanya Alfreed.

“Betul ‘kan yang aku bilang, Luisa. Cucuku ini memang bodoh. Makanya aku heran kenapa kau mau menikah dengannya.”

“Kek ..!” protes Alfreed dikatai begitu.

Luisa yang melihat keadaan itu angkat bicara. “Tidak apa-apa, Kek. Aku suka sikapnya yang seperti itu. Terlihat dingin tapi sesungguhnya hangat.”

“Oh ya, benarkah begitu?” Kakek tidak yakin, diliriknya Alfreed yang ikut terkejut dengan ucapan Luisa.

“Beruntung kau memiliki istri pengertian sepertinya. Ya sudah, kau pergi sana.” Kakek mengibas-ngibaskan tangannya menyuruh Alfreed pergi.

---------

Sesuai janji Paul, apartemen tempatnya tinggal dalam dua jam disulap menjadi milik bosnya. Beberapa barang Alfreed saat masih kuliah dulu dia letakkan di sana.

“Maaf Tuan, saya bingung harus meletakkan barang-barang anda yang mana. Jadi saya putuskan yang seperti ini,” ucap Paul. Tampak sebuah gitar klasik bersandar rapi di sudut kamar dan sebuah figura kecil yang berisi foto Alfreed saat kuliah di atas nakas.

“Saya juga sudah memindahkan barang-barang Luisa dari hotel ke kamar ini.” Paul membuka lemari baju, menunjukkan tas kecil milik Luisa.

“Apa isinya?” tanya Alfreed.

“Tidak tahu, Tuan. Apa anda mau saya buka?” tawar Paul.

“Tidak usah.” Dari tas, mata Alfreed beralih ke tumpukan pakaian yang tersusun rapi.

“Milik siapa semua pakaian ini?” Melotot mata Alfreed memandang asistennya. Dia teringat dengan baju security hotel yang kemarin dipinjamkan Paul.

“S-saya membelinya, Tuan. Saya berani sumpah kalau ini bukan milik siapapun.” Paul tidak berbohong, tapi juga tidak sepenuhnya jujur, sebab dia mendapatkan semua itu dari toko barang bekas.

“Buang! Aku tidak mau mengenakannya. Aku tidak mau terlihat seperti orang bodoh setiap hari.”

“Tapi, Tuan, nanti sandiwara anda akan ketahuan.”

“Kau yang harus pikirkan bagaimana caranya. Yang jelas aku ingin pakaian milikku sendiri! Aku setuju hanya mengenakan kaos dan kemeja tanpa jas.”

Mau tidak mau Paul mengangguk. Entah bagaimana caranya nanti akan dia pikirkan.

Disaat yang sama bel pintu berbunyi.

“Cepat, kau bukakan pintunya, itu pasti mereka,” perintah Alfreed.

“Baik, Tuan, tapi ... 'kan sekarang ini adalah apartemen anda, dan peran saya di sini sebagai tamu sekaligus se-sepupu.” Sedikit gagap Paul menyebut kata sepupu.

“Argh, sialan! Jadi aku harus bagaimana?!” Alfreed memaki kesal. Baru kali ini dia tidak bisa memerintah bawahannya.

“Ayo, kita keluar dulu, Tuan.” Paul mengajak Alfreed keluar dari kamar. Lalu menjelaskan kalau bosnya lah yang seharusnya membuka pintu sementara dia duduk di sofa.

Mau tidak mau Alfreed menurut.

“Lama sekali kau membuka pintu, sedang apa rupanya?” protes kakek Scott begitu dia dan Luisa masuk.

Bangkit dari sofa, Paul buru-buru mendekat lalu memegangi tangan Kakek. “Kek ... Aku pikir siapa, ternyata kau yang datang.”

Paul tersenyum kaku pada sang Tuan Besar. Sejujurnya dia ketakutan sudah melakukan tindakan itu. Namun demi kelancaran sandiwara bosnya, apapun akan dia pertaruhkan.

Sementara Alfreed dan kakeknya, sudah pasti terkejut dengan reaksi Paul. Untungnya kakek Scott buru-buru mencairkan suasana.

“Eh, Paul, kau di sini juga ternyata.”

Kakek mendekatkan bibirnya ke telinga Paul. “Memangnya peranmu sebagai apa di sini? Kenapa sampai memegangi tanganku?

“Ma-maaf, Tuan Besar. Demi Tuhan, saya minta maaf sudah lancang. Saya diminta Tuan Alfreed menjadi sepupu jauhnya.” Paul membawa nama Alfreed sebagai alasan.

Kakek Scott mengangguk sembari tangannya mengangkat jempol.

“Ya sudah kalau begitu, bawa Istrimu ke kamar, Alfreed. Dia pasti butuh istirahat.”

Sekarang giliran Alfreed yang kaku. Bukan dia tidak terbiasa dengan wanita, tapi kali ini konteksnya berbeda. Luisa bukan wanit bayaran, yang bisa seenaknya dia sentuh begitu saja.

“Apalagi yang kalian tunggu? Memangnya kalian tidak saling merindu sudah terpisah seharian?” Setahu kakek yang namanya pengantin baru tentu tidak ingin lama-lama berjauhan.

“Apa? Rindu?” sahut Alfreed dengan ekspresi terkejut.

“Ya, rindu. Memangnya ada yang salah dengan kalimatku?” tanya kakek balik. Dia jadi heran dengan cucunya itu, mengenalkan kekasih, tapi setelah dinikahkan malah sikapnya aneh begini?

“Kek, mungkin Alfreed hanya shock tiba-tiba sudah jadi suami. Biasanya dia tidak seperti ini. Kemarin saat aku temani menjemput Luisa di bandara, mereka tidak malu berciuman di depanku. Hehehe ...” Paul angkat bicara, sambil sedikit tertawa demi menyelamatkan bosnya.

Dan pengakuan bohong itu membuat pipi Luisa memerah. Hal yang tidak mungkin terjadi antara dirinya dan Alfreed sebab mereka hanya menikah di atas kertas.

“Ya sudah, masuk ‘lah, kalian bebas menghabiskan waktu semalaman di kamar. Ya kan, kek,” lanjut Paul lagi tanpa menghilangkan tawanya.

‘Tutup mulutmu, Paul! Membuatku malu, saja! Mengatakan hal yang tidak-tidak! Awas kau besok di kantor!’ menggeram Alfreed dalam hati.

Sebelum emosinya makin menjadi, dia tarik tangan Luisa masuk ke kamar.

“Jangan salah paham. Aku memegang tanganmu karena di depan kakek. Dan selama dia tinggal di sini, kita terpaksa tidur satu kamar. Tapi kau tidak usah khawatir. Aku akan tidur di sofa.” Alfreed menarik satu bantal dan satu guling dari kasur pindah ke sofa.

“Jangan, biar aku saja yang di sofa. Kau bisa tidur di ranjang. Kan aku yang menumpang di rumahmu,” cegah Luisa.

“Bagus ‘lah kalau kau mengerti posisimu.”

Luisa menghela napas kesal membelakangi Alfreed. ‘Dia sungguh-sungguh berbeda dari Alfreed yang kukenal dulu.’

Pagi menjelang, Alfreed membuka matanya. Baru saja dia bangkit dari ranjang, dilihatnya Luisa sudah rapi keluar dari kamar mandi.

“A-aku akan menyiapkan sarapan. Ada bahan-bahannya ‘kan di kulkas?” tanya Luisa.

“Entahlah, aku tidak tahu.” Alfreed bergegas ke kamar mandi. Mana dia tahu apa saja yang ada di kulkas Paul.

Lagi-lagi Luisa menghela napas. Sikap acuh Alfreed sungguh diluar dugaannya. Beruntung Paul sudah mempersiapkan apartemen itu dengan baik berikut dengan semua perlengkapannya.

Saat Luisa sedang berkutat di dapur, tiba-tiba pintu apartemen terbuka. Hampir saja dia melemparkan telur ke orang yang menerobos masuk, sebab ternyata itu adalah Paul.

“Maaf, Luisa. Aku mengagetkanmu, ya? Aku sengaja tidak menekan bel khawatir kakek terbangun. Ini aku hanya mengantarkan pakaian Alfreed, sebab selama ini dia selalu menginap di tempatku. Kau pasti paham ‘lah dua lelaki kesepian. Dan ini sekalian, access card apartemen Alfreed yang masih kupegang, sekarang jadi milikmu.”

Belum hilang rasa terkejutnya, Luisa hanya menganggukkan kepala.

“Sekarang tolong kau berikan tas ini pada Alfreed, ya. Dia membutuhkannya untuk ke kantor. Kalau begitu aku pamit. Aku juga harus bersiap-siap ke kantor.” Paul langsung pergi.

Luisa mencuci tangannya sebentar lalu membawa tas tersebut ke kamar. Di saat yang sama Alfreed keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di pinggang. Bukan maksudnya berpenampilan begitu, tapi selesai mandi dia baru ingat kalau pakaiannya belum diantarkan oleh Paul.

Melihat pemandangan itu, Luisa refleks berbalik badan. Seketika jantungnya berdegup kencang. “Ma-maaf, aku tidak sengaja. Aku hanya mengantarkan ini. Barusan Paul datang memberikannya.”

“Letakkan saja di situ,” jawab Alfreed singkat.

Sayang, pintu kamar mereka ternyata tidak tertutup rapat. Kejadian itu terlihat oleh Kakek yang baru saja bangun. Dia jadi curiga kalau sesungguhnya Alfreed tidak punya hubungan apapun dengan Luisa, sebab tidak mungkin sepasang kekasih bereaksi begitu.

Kakek kembali masuk ke kamarnya. “Aku yakin bocah itu pasti sudah menipuku. Berapa dia bayar Luisa untuk melakukan ini? Tapi ..., kenapa harus bersandiwara pura-pura miskin. Apa sesungguhnya permainan yang dia rencanakan?”

Sedang sibuk kakek mondar-mandir memikirkan taktik cucunya, pintu kamar diketuk.

“Kek, ini aku.” Suara Alfreed terdengar dari luar.

Reflek kakek mengambil ponsel. Dia tekan nomor seseorang untuk di telepon.

Alfreed membuka pintu kamar. “Ayo, sarapan. Luisa sudah menyiapkannya.”

“Sebentar, aku sedang bicara dengan David,” jawab Kakek. Ternyata dia menelepon pengacaranya.

“Ya, David. Aku sudah memutuskannya, tolong kau ubah surat wasiatku. Alihkan semua hartaku ke Children’s Aid Society saat aku mati nanti. Lebih baik aku beramal saja daripada harus meninggalkan harta pada seorang penipu. Aku memang sudah tua, tapi tidak begitu bodoh untuk tahu mana yang sesungguhnya dan mana yang hanya tipuan belaka.”

Ternganga Alfreed mendengar pembicaraan itu.

‘Damn! Bagaimana mungkin si tua bangka ini bisa tahu? Padahal aku tidak melakukan kesalahan sedikitpun!’

Usai menutup telepon, kakek memandang cucunya serius. “Aku rasa pilihanmu untuk pura-pura miskin sangat tepat, kau mulai berlatih sejak sekarang. Dan aku akan langsung katakan semua ini di depan istrimu. Aku penasaran, kau janjikan apa dia sampai mau bersandiwara seperti ini?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Istri Kontrak CEO incaran Tuan Mafia    6. Menjadi Suami Istri Sungguhan

    “A-apa yang kau bicarakan, Kek?” Kakek mendecis, muak dia dengan pertanyaan Alfreed. Padahal sejujurnya cucunya itu kalut bukan main. Bagaimana tidak, perusahaan yang sudah susah payah dia pimpin hingga sebesar ini, harus diserahkan ke panti sosial begitu saja. Hal gila yang sungguh menghancurkan hidupnya. “Aku tidak menjanjikan apapun padanya. Dia sungguh wanita yang ingin kunikahi. Kan sudah aku bilang padamu!” Alfreed berusaha mengelak. “Halah ... kau kira aku sebodoh itu untuk tahu mana yang sepasang kekasih sungguhan dan mana yang tidak.” Kakek Scott melotot. “Kapan aku bilang kami sepasang kekasih?” Tercengang Kakek mendengar pernyataan itu. “Lalu apa hubungan kalian sesungguhnya?” “Dia ...” Alfreed bingung harus mengarang cerita apa sekarang. Tatapan kakeknya membuat dia tak bisa berpikir jernih. “Dia wanita yang sudah lama kukenal. Kami memang tidak pernah punya hubungan. Tapi dia menyukaiku dan aku ..., ya, aku juga menyukainya.” Alfreed tidak berani me

    Last Updated : 2025-04-07
  • Istri Kontrak CEO incaran Tuan Mafia    7. Makan Malam Romantis Berujung First Kiss

    “Ba-bagaimana kalau .... malam ini anda membuat kejutan makan malam romantis dengan Luisa. Saya yakin Tuan Besar pasti akan berhenti curiga.” Walau takut dengan amarah sang bos, tapi Paul masih bisa memberikan ide. Diam semenit, Alfreed baru bicara, “Hanya makan malam ‘kan? Tidak melakukan yang lain?” Alfreed memastikan lebih dulu. Dia tak mau terperosok makin dalam oleh ide Paul. “Usahakan Tuan basa-basi sedikit dengannya dan tatap matanya sesekali. Pasti rencana ini akan sukses besar, Tuan. Saya jamin!” Paul meyakinkan. “Baiklah, kau atur semuanya.” Akhirnya emosi Alfreed mereda. Sesuai perintah, Paul bergegas mengatur segalanya. Dia mempersiapkan makan malam romantis di rooftop apartemen. Tak lupa dia mampir membawakan sebuah gaun cantik untuk Luisa. Saat dia menekan bel, yang membuka pintu adalah Kakek Scott. “Rupanya kau, Paul.” “Selamat siang, Tuan besar.” Paul membungkuk menyapa Kakek Scott. “Bersikaplah biasa saja jika di sini. Ada apa?” Kakek Scott m

    Last Updated : 2025-04-08
  • Istri Kontrak CEO incaran Tuan Mafia    8. Alfreed Kabur, Tapi Diusir Disemua Tempat

    Alfreed melangkah menuju kamar terbaik di hotel yang dia datangi malam itu, namun tiba-tiba manager hotel berlari menyusulnya dari belakang. “Maaf, Tuan Alfreed. Saya bener-benar minta maaf,” ucap manager itu dengan napas ngos-ngosan. “Ada apa ini?” “Saya lupa bilang, kalau seluruh kamar hotel sudah di-booking, Tuan.” Terkejut bukan main Alfreed mendengar ucapan itu. Bagaimana mungkin seluruh hotel sudah di-booking, sementara acces card sudah ada di tangannya, dan apakah mereka lupa kalau dia adalah CEO Scott Corp yang merupakan pemilik dari hotel tersebut. “Saya sungguh-sungguh meminta maaf, Tuan. Tidak ada sedikitpun niat kami untuk membuat anda marah. Ini murni kelalaian pegawai resepsionis.” Sang manager terus menunduk, tak berani mengangkat kepalanya menatap Alfreed. Sejujurnya Alfreed ingin marah tapi perasaan campur aduk usai berciuman dengan Luisa lebih mendominan. Dia memilih pergi menuju apartemen miliknya sendiri, bukan ke apartemen Paul yang belakangan men

    Last Updated : 2025-04-09
  • Istri Kontrak CEO incaran Tuan Mafia    9. Making Love With Her

    “Aku memberimu kesempatan terakhir, tunjukkan padaku bahwa kau benar-benar serius dengan pernikahanmu! Kembali ke kamarmu sekarang, dan besok semuanya akan normal, tidak akan ada lagi yang berani mengusik apalagi menganggapmu tamu di rumahku," ucap Kakek Scott. Alfreed mengepalkan kedua tangan, egonya sangat tinggi sehingga dia memilih untuk pergi sekalipun dia sangat menyayangkan harta dan warisan sang kakek. Masuk ke mobil, Alfreed membanting pintu dan memukul setir kemudi. Otaknya sudah tidak bisa diajak berpikir, hanya ingin marah dan mengamuk sekarang. Satu-satunya orang yang terlintas di kepalanya adalah Paul. “Kau harus bertanggung jawab untuk semua ini, Paul!” Alfreed menelepon asistennya itu, tapi tidak diangkat. “Sialan! Apa kau juga sudah berpaling pada si tua bangka itu?!” Tak puas, Alfreed langsung mengemudikan mobilnya menuju apartemen Paul yang baru. Setiba di sana, dia menggedor kasar pintunya. Tak peduli mau berapa banyak orang yang akan terganggu aka

    Last Updated : 2025-04-10
  • Istri Kontrak CEO incaran Tuan Mafia    10. Darah!

    Alfreed menghela napas panjang. Dia usap seluruh wajahnya hingga ke kepala, berusaha menerima kenyataan yang telah terjadi. Ini bukan tentang kenikmatan tadi malam, melainkan dengan siapa dia melakukannya. Kembali Alfreed menatap wanita di balik selimut itu. ‘Luisa Juarez. Siapa sebenarnya kau ini? Aku hanya tahu namamu, selebihnya tidak. Maka tak masuk di akal kalau aku tertarik padamu,’ batin Alfreed. Matanya memandang wajah Luisa yang masih tertidur pulas. Kulit sawo matang, rambut ikal dan almond eyes berwarna hazel yang dimiliki Luisa, sungguh bukan tipenya. ‘Yang pasti kau bukan tipeku!’ ucap Alfreed lagi dalam hati. Alfreed bukan lah pria yang mudah jatuh cinta. Sekalipun sudah berbagi ranjang dengan banyak wanita, namun untuk melabuhkan hati adalah hal yang tak akan mungkin dia lakukan. Traumanya dikhianati begitu besar, hingga tak berminat lagi punya hubungan. Tapi sejak ciuman terpaksa yang dia lakukan dengan Luisa di rooftop apartemen kemarin, membuatnya tak henti

    Last Updated : 2025-04-12
  • Istri Kontrak CEO incaran Tuan Mafia    11. Alfreed Bertanggungjawab Pada Luisa

    Terkejut dengan respon Alfreed yang mendadak perhatian, Luisa seketika membisu. Dia hanya mengangguk sebagai jawaban. Langsung pria itu meraih tubuh Luisa dan kembali membaringkannya di ranjang. “Aku tidak akan minta maaf, tapi aku akan bertanggungjawab,” ucap Alfreed. Matanya memandang Luisa serius. ‘Apa iya jatuh sedikit saja harus ditanggungjawabi? Lagipula kan ini salahku sendiri,’ pikir Luisa. Dia belum tahu kalau tanggung jawab yang Alfreed maksud bukan perkara jatuhnya. Tapi dipandang terus seperti itu, membuat Luisa gugup dan hanya bisa membisu. “Tetaplah di sini. Aku akan belikan sarapan.” Alfreed hendak bangkit, tapi Luisa sigap menarik tangannya. “Jangan! Biar aku yang siapkan sarapan. Tapi sebelum itu beri aku waktu lima menit saja untuk mandi.” Luisa tak bisa lagi terus membisu. Tanggung jawab akan tugasnya di rumah itu tidak boleh lalai, pikirnya. Alfreed melirik tangannya yang dipegang Luisa, lalu beralih memandang wanita itu. “Lakukan saja apa yang k

    Last Updated : 2025-04-12
  • Istri Kontrak CEO incaran Tuan Mafia    12. Tuan Muda Jose Fernando Chavez

    Meksiko “Sudah kukatakan aku paling benci pengkhianat.” Seorang pria dengan lengan dan dada yang dipenuhi tato berdiri di hadapan orang yang berlutut padanya, disebuah ruangan yang dipenuhi lima orang yang memegang senjata. Pria itu adalah Jose Fernando Chavez. Anak pertama dari pemimpin Kartel El Salvador, kelompok mafia paling berbahaya di Meksiko. “Maafkan saya, Tuan, saya sungguh-sungguh minta maaf ...” Orang yang berlutut itu, memohon ampunan. Beberapa bagian tubuhnya mengucur darah, sebab sudah dipukuli lebih dulu. Jose lalu menjambak rambut orang itu hingga terdongak. Dihisapnya dalam cerutu yang berada di tangannya lalu dia hembuskan perlahan seperti menikmati, kemudian dia padamkan cerutu tersebut tepat di mata orang itu. “Aaaarrrrgh ...” Menjerit histeris, menggelupur orang itu memegangi matanya. “Selesaikan, aku tidak mau melihat wajahnya lagi,” perintah Jose pada anak buahnya sembari dia melangkah pergi. Kejam, sadis dan tanpa ampun, begitulah seorang Tua

    Last Updated : 2025-04-13
  • Istri Kontrak CEO incaran Tuan Mafia    13. Luisa Sakit

    Washington DC "Jika butuh bantuan, langsung saja panggil. Aku tidak akan kemana-mana,” sambung Alfreed. Tak lagi menatap wajah Alfreed, Luisa mengangguk sembari melangkah cepat masuk ke kamar mandi. Sambil menunggu Luisa mandi, Alfreed meraih ponsel untuk mengirim pesan pada Paul, asistennya. Lima menit berlalu, Luisa sudah selesai mandi. Bukannya langsung keluar, wanita itu malah hanya menyembulkan kepala dari pintu kamar mandi. Menggigit bibir, Luisa melihat Alfred yang duduk santai di sofa sembari bermain ponsel. "Apa yang harus aku lakukan? Haruskah kuminta dia buat ambil handuk?" Luisa malah bingung sendiri sebab saat masuk ke kamar mandi tadi, dia tak membawa handuk maupun baju ganti. Tak mungkin juga dia langsung keluar dengan tanpa busana, sedangkan Alfred masih ada di dalam kamar. "Sstt ...." Pada akhirnya dia memanggil Alfred. Tapi bukan memanggil nama, wanita itu malah membuat suara aneh hanya agar Alfred menoleh ke arahnya. "Kau sudah selesai?" Bangkit,

    Last Updated : 2025-04-14

Latest chapter

  • Istri Kontrak CEO incaran Tuan Mafia    26. Memotong Tangan Diana?

    “KAU!”Suara Jose menggema satu ruangan. Getarannya bahkan terasa hingga mengguncang otak si pendengar. Termasuk Luisa, semuanya jelas ketakutan. Bahkan vas yang berada tak jauh darinya seketika pecah. Refleks Diana melepaskan tangannya dari rambut Luisa. Wanita itu sungguh-sungguh sedang menggali kuburannya sendiri. Tanpa diberi perintah, sepuluh orang anak buah Jose menodongkan senjata ke kepala Diana, Selena dan juga Evan. Sudah jelas hidup mereka akan berakhir di tempat itu.Melangkah cepat, Jose menarik Luisa ke sisinya. Tak akan dia biarkan wanitanya berada dekat dengan si tua gila yang sudah bosan hidup itu.“Sakit?” tanya Jose lembut pada Luisa.Luisa menggeleng. Bukan karena tidak sakit, tapi sudah biasa dia diperlakukan begitu , jadi tak perlu dipermasalahkan.Namun jangan panggil namanya Tuan Muda Jose, jika dia membiarkan hal ini begitu saja. Sambil menahan emosi yang sudah ingin meluap sejak tadi, Jose memberi perintah,“Potong tangannya!”“Aaaaa ... Ampuuuun, Tuan ...

  • Istri Kontrak CEO incaran Tuan Mafia    25. Jose Menyelesaikan Masalah Luisa

    Luisa mengerjapkan mata berulang kali. Ditanya begitu oleh Jose, sungguh membuat dia kebingungan.Bukan bingung antara Jose dan Alfreed, melainkan bingung memilih kalimat yang tepat agar pria masa kecilnya itu tahu bahwa dia sudah bukan Luisa yang dulu. Luisa yang single dan tidak terikat dengan siapapun. Seandainya saja Jose muncul sehari sebelum dia lari dari Meksiko, mungkin keadaannya tidak akan semembingungkan ini. Tapi begitulah takdir, sudah begitu dekatnya Luisa bertemu Jose sebab hendak dijual oleh Selena, namun Tuhan justru membawa langkahnya jauh hingga ke Washington DC. Bertemu dengan pria yang menolongnya saat hampir di lecehkan ketika dia tinggal di Inggris dulu.Perjalanan panjang berliku yang Luisa sendiri pun tak menyangka akan seperti ini."A-aku tidak bisa, Nando.” Menyebut nama Nando serta melihat penampilan pria dihadapannya, Luisa jadi sadar kalau dia bukan Nando-nya yang dulu, tapi Tuan Muda Jose Fernando Chavez.“Maksudku, Tuan Muda Jose ...” Luisa meralat ka

  • Istri Kontrak CEO incaran Tuan Mafia    24. Janji Pernikahan Jose & Luisa

    “Maafkan aku, Lu.... “ Sekali lagi Jose hendak memeluk Luisa, tapi wanita itu terus mendorong tubuhnya menjauh. Dia bahkan menggeleng, seperti tak ingin berada di dekat Jose. “Di hari yang sama ... nenek dan kau pergi meninggalkan aku ... “ Masih Luisa bicara sambil terisak-isak. Kesedihan yang dialaminya enam belas tahun yang lalu seakan terekam ulang. Flashback on “Sepertinya aku akan pergi,” ucap Nando, anak lelaki yang bernama lengkap Jose Fernando Chavez, sore itu di tepi pantai yang tidak jauh dari rumah Nenek Angel. “Kau mau pergi mana?” tanya Lulu, alias Luisa kecil. “Entahlah, aku juga tidak tahu, karena orang-orang itu terus berdatangan setiap hari ke rumah bibiku.” Jose melihat ada sekumpulan orang berbaju hitam yang setiap hari datang mencarinya dan bibinya selalu mengatakan dia tidak ada. Tapi entah kenapa Jose merasa cepat atau lambat dirinya pasti akan dibawa oleh orang-orang itu. “Lalu bagaimana denganku ...? Jangan bilang kau akan meninggalkan aku, N

  • Istri Kontrak CEO incaran Tuan Mafia    23. Seseorang di Masa Lalu Luisa

    “Tidak, Tuan. Demi Tuhan, tidak! Mana berani saya punya pikiran seperti itu pada orang yang akan saya ajukan untuk Tuan.” Panik Paul dituduh begitu.Tapi memang benar, tak sedikitpun ada niat lebih di otak Paul tentang Luisa. Murni hanya ingin menolong, sebab dia tahu betul kalau Kartel El Salvador adalah yang paling kejam di Meksiko. Semua yang berurusan dengan mereka taruhannya nyawa jika tidak menurut.Dan kalaupun saat itu Luisa menurut untuk berhubungan dengan Jose, setelah itu dia pasti akan digilir ke anak buahnya. Hal lumrah bagi kumpulan penjahat bajingan seperti mereka.Ditambah lagi pertemuan Paul dengan Luisa tepat di detik-detik terakhir deadline-nya menemukan calon istri kontrak untuk sang bos.“Tapi gara-gara kau membawanya, nyawaku hampir melayang, kau tahu!” Alfreed menarik kerah baju Paul. Geram dia kalau ingat kejadian saat di Meksiko kemarin.“Sa-saya minta maaf, Tuan. Saya benar-benar minta maaf.”Alfreed lalu melepas sembari mendorong Paul menjauh darinya.“Tapi

  • Istri Kontrak CEO incaran Tuan Mafia    22. Jose Hendak Menembak Alfreed

    “Lepaskan dia. Dia tidak ada hubungannya dengan masalah ini,” pinta Luisa yang seketika itu Jose melirik pada Alfreed. Diperhatikannya pria itu dari ujung kepala hingga ujung kaki. Walau dia belum tahu apa hubungan Luisa dengan pria tersebut tapi dia langsung tidak suka. “Siapa kau?” tanya Jose pada Alfreed. “Bukan siapa-siapa.” Luisa yang menjawab. Sengaja, agar Jose bisa langsung melepaskan Alfreed. Tapi pengakuan tersebut malah membuat Alfreed makin salah paham. Otaknya berkesimpulan kalau Luisa punya hubungan spesial dengan Jose dan hanya menjadikannya sebagai pelarian. ‘Wanita licik! Kau jelas takut mengakui siapa aku! Benar-benar sialan! Bisa-bisanya Paul mengenalkan manusia sepertimu padaku!’ gerutu Alfreed. “Siapa kau?!” tanya Jose sekali lagi yang kali ini tepat di hadapan Alfreed. Bukannya takut Alfreed justru tersenyum. “Aku suaminya.” Sontak pengakuan itu membuat semua yang mendengar terkejut. Termasuk anak buah Jose yang tak menyangka kalau sang

  • Istri Kontrak CEO incaran Tuan Mafia    21. Luisa Bertemu Tuan Muda Jose

    “Kalian dibayar berapa? Aku bisa membayar sepuluh kali lipat asal kalian membiarkan kami pergi.” Melirik satu sama lain beberapa orang yang sudah mengepung Luisa dan Alfreed, kemudian mereka tertawa. “Hahaha ... Kau sudah bosan hidup rupanya.” Salah seorang dari mereka bicara. Ini bukan tentang uang, tapi nyawa mereka yang akan jadi taruhan jika sampai berani mengkhianati Tuan Muda Jose. “Apakah mereka sudah ditemukan?” Suara berat terdengar, diiringi suara langkah. Luisa dan Alfred menoleh ke asal suara. Pria tinggi tegap dengan sekujur badan di penuhi tatoo. Matanya memperlihatkan warna iris yang berbeda, hitam di kanan dan grey di kiri, membuat penampilannya sepuluh kali lebih menakutkan walau sesungguhnya dia sudah begitu menakutkan. Tapi tak bisa dipungkiri, dibalik wajahnya yang seram dengan garis rahang yang tegas, dia adalah salah satu dari lima orang tertampan di Meksiko. ‘J-ja-jadi dia yang mereka panggil Tuan Muda Jose.’ Sedikit gemetar Luisa melihatnya untuk

  • Istri Kontrak CEO incaran Tuan Mafia    20. Alfreed dan Luisa Ditangkap

    K-kau!” Selena nyaris kehilangan kesabaran, namun dia cukup pandai mengelola emosi dengan berpura-pura tersenyum menutupinya. “Haih ... Kau pasti bertemu dengannya, tapi daripada menunggu sambil berdiri, lebih baik kau dan pria di sebelahmu itu menunggu di ruang tamu saja. Kalian pasti capek kalau berdiri terlalu lama.” “Sejak tadi kalian hanya banyak bicara, tapi pintu kamar ini tak kunjung dibuka. Kalian sengaja mempermainkan kami, ya?!” Alfred sudah mulai curiga. Ocehan Diana yang berbelit-belit sejak awal, ditambah kemunculan Selena membuat dia paham kalau ibu dan anak itu adalah dua ular berbisa. “Hei ... seenaknya saja kau menuduh begitu!” Dicurigai, Diana berlagak tidak bersalah. “Apa untungnya kami mempermainkan kalian? Aku hanya lupa- lupa ingat di mana meletakkan kunci kamar itu. Kan wajar, aku sudah tua,” lanjut Diana. Tersenyum Selena mendengar jawaban itu. Memang tak salah kalau dia jago ber-acting, sebab diturunkan langsung oleh ibunya. “Selena! Kau jang

  • Istri Kontrak CEO incaran Tuan Mafia    19. Menjemput Ayah Luisa

    “Maafkan aku, Bi. Aku datang ke sini hanya untuk menjemput ayah. Aku ingin membawa ayah untuk tinggal bersamaku.” “Tidak akan kubiarkan suamiku ikut denganmu, kau jelas tidak peduli dengannya! Jika kau peduli, kau tidak mungkin pergi saat kami membutuhkan pertolonganmu dari ancaman Tuan muda Jose.” Luisa menghela napas. Bahkan setelah dua minggu berlalu pun Diana tetap berbohong, pura-pura butuh pertolongan padahal tujuannya hanya ingin menjual Luisa. “Aku sudah tahu semuanya, Bi. Aku tahu Selena hendak menjualku. Kalian tidak benar-benar sedang diancam saat itu.” “A-apa apaan yang kau katakan itu?” Diana seketika gagap ketahuan berbohong. “Sekarang kumohon, biarkan aku membawa ayah dan mengurusnya hingga sembuh, Bi,” pinta Luisa. Panik, Diana melempar gelas yang kebetulan sejak tadi dia pegang. Prank! Pecah gelas tersebut tepat di depan Luisa berdiri. Bertepatan dengan itu Alfreed muncul, dia bosan hanya menunggu sendirian di dalam mobil. Tentu Alfreed berta

  • Istri Kontrak CEO incaran Tuan Mafia    18. Berangkat Ke Meksiko

    ‘Well, finally she knows . Mau tidak mau dia memang harus tahu siapa aku sebenarnya,’ batin Alfreed. Dia yakin sekali Luisa akhirnya bisa menebak kalau sesungguhnya dia adalah Tuan Muda kaya raya penerus Scott Corp. “Kau menjual ginjalmu, ya?!” Mengejutkan, tebakan Luisa justru lari begitu jauh. Entah pikiran dari mana dia bisa menebak Alfreed menjual ginjalnya. Beradu rahang Alfreed jadinya. ‘Terlampau polos atau bodoh sih, dia ini!’ “Bukan, tapi ginjal Paul,” jawab Alfreed asal tapi sukses membuat Luisa menelan ludah ketakutan. “Sudah, stop berpikir yang macam-macam. Aku hanya salah lihat, kupikir harganya 150 dolar,” lanjut Alfreed lagi. Tersenyum lega, Luisa pada akhirnya memilih pakaian dalam yang harganya jauh lebih murah. Sesuai perintah Alfreed, dia memesan 10 pasang yang hanya memakan biaya 500 dolar. Bahkan tidak melebihi harga sepasang kaos kaki Alfreed. ‘Terbuat dari apa pakaian dalam yang dia pilih itu?’ Heran Alfreed dibuatnya. Beres dengan pesanan, A

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status